Artikel Tentang Pemeriksaan Ginjal.docx

  • Uploaded by: Desi Sitohang
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Artikel Tentang Pemeriksaan Ginjal.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,517
  • Pages: 26
ARTIKEL TENTANG PEMERIKSAAN GINJAL

Disusun oleh : Nama

: Desi Romatua Sitohang

NIM

: F0B016004

Prodi

: Analis Kimia

Dosen pengampu : Hilda amanda, S.Pd., M.Si

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI TAHUN 2018

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Artikel Tentang Pemeriksaan Ginjal” tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah “Kimia Klinis”.Didalam makalah ini terdapat pemaparan tentang fungsi ginjal dan pemeriksaan dari fungsi ginjal. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen mata kuliah kimia klinis atas bimbingan dan pengarahannya selama penyusunan makalah ini serta pihak-pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya sangat membutuhkan kritik dan saran

yang

sifatnya

membangun

dan

pada

intinya

untuk

memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi.

Jambi,10 Oktober 2018

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. 2 DAFTAR ISI............................................................................................. 3 BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 4 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 4 1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 5 1.3 Tujuan ........................................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 6 2.1 Pengertian Ginjal ........................................................................... 6 2.2 Pengertian Klirens Kreatinin Dan Kratinin ..................................... 8 2.3 Pengertian Ureum .......................................................................... 9 2.4 Pengertian Crystal C .................................................................... 10 BAB III METODOLOGI .......................................................................... 11 3.1 Pemeriksaan Kratinin .................................................................. 11 3.2 Pemeriksaan Klirens Kreatinin..................................................... 11 3.3 Pemeriksaan Kadar Ureum .......................................................... 12 3.4 Pemeriksaan Kadar Crystal C ...................................................... 12 BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... 14 4.1 Ginjal........................................................................................... 14 4.2 Klirens Kreatinin ......................................................................... 16 4.3 Ureum ........................................................................................ 20 4.4. Crystal C .................................................................................... 21 BAB V PENUTUP ................................................................................. 24 5.1

Kesimpulan .............................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ginjal merupakan organ berbentuk kacang, dengan ukuran kepalan tangan. Ginjal berada di dekat bagian tengah punggung, tepat di bawah tulang rusuk, satu di setiap sisi tulang belakang. Fungsi ginjal yaitu sebagai sistem penyaringan alami tubuh. Fungsi ini termasuk menghilangkan bahan ampas sisa metabolisme dari aliran darah, mengatur keseimbangan tingkat air dalam tubuh, dan mempertahankan pH (tingkat asam-basa) pada cairan tubuh. Adanya kerusakan dapat memengaruhi kemampuan ginjal dalam melakukan tugasnya. Beberapa dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara cepat akut dan dapat menyebabkan penurunan yang lebih lamban kronis. Keduanya menghasilkan penumpukan bahan ampas yang toksik darah.

Kreatinin merupakan

produk

penguraian

racun dalam

keratin.

Kreatin

disintesis di hati dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat. Dalam sintesis adenosine triphosphate dari adenosine diphosphate, kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase. Pada orang yang mengalami kerusakan ginjal, tingkat kreatinin dalam darah akan naik karena pembersihan kratinin oleh ginjal rendah. Tingginya kreatinin memperingatkan kemungkinan malfungsi atau kegagalan ginjal. Ginjal berperan penting sebagai organ pengatur keseimbangan tubuh, pembuangan zat-zat toksik dan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh. Fungsi ginjal akan menurun seiring dengan makin tuanya usia seseorang dan juga karena adanya penyakit. Kemunduran fungsi ginjal tersebut dapat bersifat akut maupun kronis. Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Filtrasi akan mengambil 20% plasma yang masuk glomerulus tanpa

menyeleksinya.

Kurang

lebih

akan

didapatkan

125

mL

filtrate/menit atau 180 l/hari. Dari jumlah itu, 178,5 l/hari akan direabsorbsi. Maka rata-rata urin orang normal adalah 1,5 l/hari. Klirens kreatinin adalah laju bersihan kreatinin menggambarkan volume plasma darah yang dibersihkan dari kreatinin melalui filtrasi

ginjal per menit. Bersihan kreatinin biasanya dinyatakan dalam mililiter per menit. Karena kreatinin dieliminasi dari tubuh terutama melalui filtrasi ginjal, maka menurunnya kinerja ginjal akan menyebabkan peningkatan

kreatinin

serum

akibat

berkurangnya

laju

bersihan

kreatinin. Didalam pemeriksaan fungsi ginjal terdapat pemeriksaan seperti kadar klirens kreatinin, kadar ureum dan Cystatin C. Beberapa fungsi dari pemeriksaan fungsi ginjal yaitu : untuk mengidentifi kasi adanya gangguan fungsi ginjal, untuk mendiagnosa penyakit ginjal, untuk memantau perkembangan penyakit, untuk memantau respon terapi, untuk mengetahui pengaruh obat terhadap fungsi ginjal.

1.2 Rumusan Masalah 1. Mengetahui apa saja pemeriksaan dari fungsi ginjal ? 2. Memahami pengertian kreatinin, ureum dan crystal C ? 3. Apa saja factor yang dapat mempengaruhi pemeriksaan fungsi ginjal? 4. Apa saja factor apa saja yang dapat mempengaruhi kerja ginjal ? 5. Dapat mengetahui nilai normal dari setiap pemeriksaan fungsi ginjal ?

1.3 Tujuan 1. Mengetahui pemeriksaan dari fungsi ginjal 2. Mengetahui pengertian kreatinin, ureum dan crystal C 3. Mengetahui factor dalam pemeriksaan fungsi ginjal 4. Mengetahui factor yang mempengaruhi kinerja ginjal 5. Mengetahui nilai normal dari setiap pemeriksaan ginjal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ginjal Ginjal adalah organ ber vaskularisasi tinggi yang menerima kurang lebih 25 % darah cardiac output. Masing-masing ginjal mengandung 1 juta nefron, yang berkembang dalam fetus sejak usia 35 minggu kehamilan. Nefron terbentuk atas 2 bagian yaitu glomerulus yang terdiri dari bundel kapiler berdinding tipis yang berfungsi sebagai filter, dan sebuah tubulus yang berfungsi untuk mengalirkan cairan ultrafiltrat dari glomerulus. Fungsi ginjal normal ditandai dengan 3 hal pokok yaitu: ultrafiltrasi glomerulus, reabsorpsi air dan solut yang difiltrasi dalam tubulus, serta sekresi ion-ion organik dan nonorganik tubulus.

1. Struktur Glomerulus Glomerulus terdiri dari kapiler yang memperoleh supply dari arteriole afferent dan dialirkan keluar melalui arteriole efferent. Dinding kapiler glomerulus terdiri 3 lapisan yang unik yaitu sel epitel, membran basal glomerulus dan sel endotel. Sel endotel merupakan lapisan dalam dinding kapiler glomerulus. Sel-sel ini melapisi membran basal glomerulus dan selalu berhubungan langsung dengan darah yang mengalir dalam lumen kapiler. Membran basal glomerulus adalah lapisan tengah dinding kapiler glomerulus. Terdiri dari suatu lapisan berinti padat disebut lamina densa, yang dibungkus oleh lapisan yang kurang padat dibagian dalam oleh lamina rara interna dan dibagian luar oleh lamina rara eksterna. Fungsi membran basal

glomerulus adalah sebagai membran yang permeable selektif. Lapisan luar barier filtrasi glomerulus terdiri dari sel-sel epitel, yang melekat pada membran basal glomerulus melalui ekstensi-ekstensi sitoplasma yang dikenal sebagai podosit. 2. Ultrafiltrasi Glomerulus Pada orang dewasa setiap harinya kedua ginjal mengeluarkan 1,5 – 2,5 liter kemih. Kurang lebih 99% garam yang telah difiltrasi oleh glomerulus akan diabsorbsi kembali (direabsorbsi) oleh tubulus. Output garam dikendalikan untuk mempertahankan kadar garam yang

normal

dan

konstan

dalam tubuh. Tubulus

renal juga

mereabsorbsi zat-zat terlarut seperti misalnya glukosa dan asam amino. Terdapat sejumlah kecil zat limbah metabolisme protein terlarut yang harus dikeluarkan melalui ginjal setiap harinya, yaitu gugusan nitrogen, terutama urea. Zat tersebut beracun dan akan tetap berada dalam tubuh bila ginjal gagal menjalankan fungsinya. Fungsi ginjal adalah membuat kemih yang membawa bahan-bahan limbah hasil proses metabolisme tubuh. Dengan mengendalikan kecepatan filtrasi dari zat-zat yang diekskresi ginjal mampu menjaga lingkungan internal (millieu interieur). Proses

filtrasi

plasma menembus

barier filtrasi

glomerulus

dikendalikan oleh hokum Starling dimana tekanan hidrostatik kapiler glomerulus merupakan faktor utama yang memungkinkan terjadinya ultrafiltrasi plasma dari lumen kapiler ke dalam ruang kemih. Tekanan onkotik plasma dalam lumen kapiler glomerulus dan tekanan hidrostatik dalam kapsul Bowman menahan dan melawan ultrafiltrasi glomerulus (Dian, 2008).

Menurut Alam dan hadibroto (2007), Tubulus bertanggung jawab atas dua proses, reabsorpsi dan sekresi. A. Reabsorpsi adalah proses pemindahan zat terlarut dari lumen tubular ke dalam interstitium yang menggenangi tubulus, sehingga mereka dapat diserap oleh recta vasa. Beberapa zat seperti glukosa dan natrium adalah seratus persen diserap sampai tingkat plasma melebihi konsentrasi tertentu disebut ambang ginjal. B. Sekresi adalah proses pengangkutan zat terlarut dari interstitium ke dalam lumen tubular , sehingga mereka dapat diekskresikan dalam urin. Sekresi memungkinkan zat seperti ion hidrogen dihilangkan pada tingkat yang melebihi filtrasi glomerulus. Proses ini dikendalikan oleh permeabilitas selektif dari berbagai segmen tubulus terhadap air, garam dan urea, serta respon hormon tubulus pengumpul distal seperti aldosteron , hormon antidiuretik , dan hormon paratiroid. Ketika fungsi ginjal menjadi terganggu oleh penyakit, proses filtrasi

glomerulus

dan

tubular

reabsorpsi

dan

sekresi

menjadi

terpengaruh untuk luasan yang berbeda . Hal ini dapat mengakibatkan retensi produk limbah yang tidak lengkap disaring, hilangnya zat terlarut penting yang tidak diserap, dan kegagalan tubulus untuk merespon kontrol hormonal elektrolit dan keseimbangan air. Darah dan tes urine biokimia mencerminkan sejauh ini disfungsi dan digunakan untuk mengkarakterisasi keadaan klinis pasien. Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Filtrasi akan mengambil 20% plasma yang masuk glomerulus tanpa menyeleksinya. Kurang lebih akan didapatkan 125 mL filtrate/menit atau 180 l/hari. Dari jumlah itu, 178,5 l/hari akan direabsorbsi. Maka rata-rata urin orang normal adalah 1,5 l/hari (Dian, 2008).

2.2 Pengertian Klirens Kreatinin Dan Kratinin Kreatinin

merupakan

produk

penguraian

keratin.

Kreatin

disintesis di hatidan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan

dalam bentuk kreatin fosfat. Seiring dengan

pemakaian energy sejumlah kecil diubah secara ireversibel menjadi

kreatinin yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresi dalam

urin

sehingga

klirens

kreatinin

dianggap

sebagai

suatu

pemeriksaan yang dapat dipercaya untuk memperkirakan laju filtrasi glomerulus (LFG). Pada disfungsi ginjal nilainya menurun (Nuari dan widayati, 2017). Klirens kreatinin adalah laju bersihan kreatinin menggambarkan volume plasma darah yang dibersihkan dari kreatinin melalui filtrasi ginjal per menit. Bersihan kreatinin biasanya dinyatakan dalam mililiter per menit. Karena kreatinin dieliminasi dari tubuh terutama melalui filtrasi ginjal, maka menurunnya kinerja ginjal akan menyebabkan peningkatan

kreatinin

serum

akibat

berkurangnya

laju

bersihan

kreatinin (Nuari dan widayati, 2017).

2.3 Pengertian Ureum Ureum adalah suatu zat yang merupakan sisa metabolisme protein melalui pertukaran protein yaitu penguraian dan resisten semua protein sel yang berlangsung terus menerus. Hal ini merupakan proses psikolog yang penting dalam semua bentuk kehidupan meskipun proses pertukaran tersebut melibatkan baik sintesis, maupun penguraian protein.

Hampir

seluruh

ureum

dibentuk

di

dalam

hati,

dari

metabolisme protein (asam amino). Urea berdifusi bebas masuk ke dalam cairan intra sel dan ekstrasel. Zat ini dipekatkan dalam urin untuk diekskresikan. Pada keseimbangan nitrogen yang stabil, sekitar 25

gram

urea

diekskresikan

setiap

hari.

Kadar

dalam

darah

mencerminkan keseimbangan antara produksi dan ekskresi urea. Ureum berasal dari penguraian protein, terutama yang berasal dari makanan. Pada orang sehat yang makanannya banyak mengandung protein, ureum biasanya berada di atas rentang normal. Kadar rendah biasanya tidak dianggap abnormal karena mencerminkan rendahnya protein dalam makanan atau ekspansi volume plasma. Namun, bila kadarnya sangat rendah bisa mengindikasikan penyakit hati berat. Kadar urea bertambah dengan bertambahnya usia, juga walaupun tanpa penyakit ginjal (Guyton dan Hall, 2006).

2.4 Pengertian Crystal C Cystatin C adalah suatu protein berat molekul rendah (13kDa) yang disintesis oleh semua sel berinti, fungsi fisiologisnya sebagai inhibitor proteasesistein. Cystatin C termasuk kedalam kelompok kedua dari superfamily cystatin. Ada 11 macam superfamily cystatin dan CysC merupakan inhibitor terpenting protease sistein. Protease sistein adalah enzim proteolitik yang ditemukan dalam lisosom sel. Fungsi protease sistein penting dalam metabolisme normal sel, menjadi dasar untuk pergantian protein intraseluler, degradasi kolagen, dan memecah prekursor protein. Cystatin C berfungsi sebagai pengatur aktivitas proteolitik dari protease sistein yang disekresikan atau

bocor

dari

lisosom

sel

yang

mati

atau

sel

yang

rusak.

Keseimbangan antara protease sistein dan inhibitornya sangat penting dalam pengaturan aktivitas proteolitik pada kondisi fisiologis normal, maupun dalam degradasi protein patologis dan penyakit keganasan (Aziz et al, 2008).

Cystatin C merupakan protein non glikosilasi dengan berat molekul 13kDa, terdiri dari dua ikatan disulfida, 120 asam amino, disintesis sebagai sebuah preprotein (menunjukkan fungsi ekstraseluler) dengan 26-residu signal peptida dan merupakan produk gen 7,3-K base yang ditemukan pada kromoson 20 yang dikodekan oleh gen CST3 tipe housekeeping.

Preprotein

ini

memiliki

pI

(isoelektrik

point)

9,3

sedangkan bentuk lainnya yang ditemukan di urine pI 7,8 (Ridwan. 2008).

BAB III METODOLOGI 3.1 Pemeriksaan Kratinin Persiapan Alat :  tabung reaksi  tabung sentrifuge  sentrifuge  clinikpett  rak tabung  spektrofotometer sinotik  tips biru dan kuning Persiapan Bahan: 

sample darah



larutan standar



larutan blangko

Prosedur kerja 1. Dipipet blangko sebanyak 1000 U/L 2. Dipipet larutan kerja sebanyak 1000 U/L untuk standar dan untuk sampel sebanyak 1000 U/L 3. Dipipet larutan standar sebanyak 10 U/L 4. Dipipet larutan sampel sebanyak 10 U/L 5. Dicampurkan 6. Dilakukan sentrifuge 7. Sampel yang telah disentrifuge dilakukan pemeriksaan dengan spektrofotometri 8. Dibaca absorbansi pada ‫ ג‬340 nm

3.2 Pemeriksaan Klirens Kreatinin Prosedur kerja 1. Hindari mengkonsumsi makanan unggas, ikan dan kopi selama 6 jam sebelum pemeriksaan 2. Dikumpulan urin selama 12 atau 24 jam 3. Diambil bahan darah sebanyak 5-10 ml dimasukkan dalam tabung tertutup

4. Dimasukkan dalam alat sentrifuge 5. Diamati hasilnya

3.3 Pemeriksaan Kadar Ureum Prinsip : ureum merupakan proses hidrolisa ditandai dengan adanya

air

dan

uriase

dalam

memproduksi

ammonia

dan

karbondioksida.unsur amoniak bereaksi dengan hipokrolit dan salisilat dalam memberi larutan berwarna hijau. Persiapan Alat :  tabung reaksi  tabung sentrifuge  sentrifuge  clinikpett  rak tabung  spektrofotometer sinotik  tips biru dan kuning Persiapan Bahan: 

sample darah



larutan standar



larutan blangko

Prosedur kerja 1. Dipipet blangko sebanyak 1000 U/L 2. Dipipet larutan kerja sebanyak 1000 U/L untuk standar dan untuk sampel sebanyak 1000 U/L 3. Dipipet larutan standar sebanyak 10 U/L 4. Dipipet larutan sampel sebanyak 10 U/L 5. Dicampurkan 6. Sampel disentrifuge 7. Sampel diperiksa dengan alat spektrofotometer 8. Dibaca absorbansi pada ‫ ג‬340 nm

3.4 Pemeriksaan Kadar Crystal C A. Metode ELISA(Enzyme Linked immunosorbent Assay) 1. Dilapisi Antibodi monoklonal spesifik untuk CysC microplate 2. Larutan Standar dan sampel dipipet ke dalam well

3. Ditambahkan

enzim

spesifik/enzyme-linked

pengikat monoclonal

antibodi antibody

monoclonal specific

untuk

CysC ke dalam well. 4. Dilakukan pencucian untuk membuang reagen antibodi-enzim yang tidak berikatan 5. Ditambahkan larutan substrat ke dalam well 6. Diamati warna yang terbentuk 7. Dihentikan pembentukan warna 8. Diperiksa dan intensitas warna B. MetodePENIA/Particle-enhanced immunonephelometry Prinsip : Partikel Polystyrene yang dilapisi dengan antibodi CysC beraglutinasi ketika dicampur dengan sampel yang mengandung CysC. Intensitas dari cahaya yang dipancarkan/scattered light diperiksa menggunakan immunonefelometri dan tergantung pada kadar CysC yang ada di dalam sampel darah yang diakan diuji kadar crystal C nya.

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Ginjal Ginjal terletak disepanjang dinding otot bagian belakang (otot posterior) rongga perut. Bentuk ginjal mirip seperti kacang yang berukuran sebesar kepalan tangan dengan panjang sekitar 12 cm dan lebarnya 6 cm. ginjal menyaring 200 liter darah setiap dari banyaknya darah yang disaring terdapat 2 liter zat buangan yang harus dikelurkan lewat urin. Fungsi bagian ginjal dipengeruhi oleh kelenjar adrenal yang terletak

dibagian

atas

masing-masing

ginjal.

Kelenjar

adrenal

menghasilkan hormon aldosteron. Hormone ini berfungsi menyerap kalium dari urine ke pembuluh darah agar bisa dimanfaatkan kembali oleh tubuh. Ginjal juga berfungsi untuk menghasilkan hormon-hormon yang bermanfaat bagi tubuh: a) Eritropoietin (EPO), hormone yang merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah. b) Renin, berfungsi untuk mengatur tekanan darah. c) Kalsitriol, bentuk aktif vitamin D yang membantu menjaga kesehatan tulang. Bagian-bagian ginjal : 1. Korteks ginjal : bagian ginjal paling atas yang dikelilingi oleh kapsul ginjal dan lapisan lemak. Berfungsi untuk melindungi struktur dalam ginjal dari kerusakan 2. Medulla ginjal : bagian dari ginjal yang halus. Terdiri dari lengkung henle serta piramida ginjal yang berisi nefron dan tubulus. Fungsi tubulus mengangkut cairan masuk ke ginjal dan mengangkut urin keluar dari ginjal. 3. Pelvis ginjal : fungsinya adalah sebagai jalur bagi cairan untuk berpindah dari ginjal menuju kandung kemih. Pelvis terdiri dari 2 bagian. Yaitu calyces yaitu ruang berbentuk cangkir yang berfungsi untuk mengumpulkan cairan sebelum ke kandung kemih.

Selanjutnya

hilum adalah

lubang

kecil

yang

mengalirkan cairan dari calyces menuju kekandung kemih.

akan

Beberapa gejala penyakit ginjal yang umum : 1. Sulit tidur 2. Mudah cemas 3. Sulit berkonsentrasi 4. Kulit kering dan gatal 5. Perubahan frekuensi volume urin 6. Nyeri saat buang air kecil 7. Kencing darah 8. Kencing berbusa 9. Bengkak disekitar mata dan kaki 10. Anoreksia 11. Kram otot Berbagai penyakit ginjal : 1. Gagal ginjal : kondisi ginjal yang tidak mampu menyaring zat sisa dari dalam darah. Hal ini dapat disebabkan oleh batu saluran kemih, obat-obatan, dehidrasi berat, trauma pada ginjal. Gejala gagal ginjal berupa penurunan jumlah urin, bengkak, sesak nafas, nyeri dada, kecemasan, kejang. 2. Batu ginjal : Kristal yang terbentuk didalam ginjal yang akan menyebabkan adanya darah dalam urin 3. Glomerulonefritis : peradangan pada glomerulus, sehingga ginjal tidak dapat menyaring darah dengan normal. Gejalanya tekanan darah tinggi, nyeri perut, kencing berbusa. Bengkak di bagian perut kaki dan wajah karena penumpukan cairan. 4. Nefritis akut : peradangan pada nefron ginjal yang menyebabkan sel-sel abnormal dari darah masuk ke urin. Gejalanya nyeri punggung, muntah, hipertensi dan gangguan kencing. 5. Infeksi saluran kencing :adanya bakteri yang menginfeksi saluran kencing. Gejalanya demam, nyeri saat buang air kecil dan meningkatnya volume urin 6. Asidosis : kondisi saat tubuh dipenuhi oleh darah yang bersifat asam.

Normalnya

ph

tubuh

adalah

sekitar

7,4.

disebabkan karena banyaknya kadar CO2 dalam tubuh.

Asidosis

7. Uremia : penumpukan urea dalam darah yang menyebabkan iritasi pada system saraf. Gejalanya kram kaki, anoreksia, sakit kepala, kelelahan parah dan sulit berkonsentrasi. Tes darah diperlukan untuk mengetahui seberapa optimal bagian-bagian ginjal dalam menyaring darah. Pemeriksaan fungsi ginjal disebut sebagai laju filtrasi glomerulus (GFR) :

Keterangan : Fase 1 : > 90 (normal) Fase 2 : 60-89 ( gangguan fungsi ginjal tingkat ringan) Fase 3a : 59-45 ( gangguan fungsi ginjal tingkat sedang) Fase 3b : 30-44 ( gannguan fungsi ginjal tingkat sedang menuju berat) Fase 4 : 15-29 ( gangguan fungsi ginjal berat) Fase 5 : <15 (gagal ginjal)

4.2 Klirens Kreatinin Tes ini untuk mengukur jumlah kreatinin dalam darah. Kreatinin dihasilkan selama kontraksi otot skeletal melalui pemecahan kreatinin fosfat. Kreatinin diekskresi oleh ginjal dan konsentrasinya dalam darah sebagai indikator fungsi ginjal. Pada kondisi fungsi ginjal normal, kreatinin dalam darah ada dalam jumlah konstan. Nilainya akan meningkat pada penurunan fungsi ginjal. Serum kreatinin berasal dari masa otot, tidak dipengaruhi oleh diet, atau aktivitas dan diekskresi seluruhnya

melalui

glomerulus.

Tes

kreatinin

berguna

untuk

mendiagnosa fungsi ginjal karena nilainya mendekati glomerular fi ltration rate (GFR). Kreatinin adalah produk antara hasil peruraian kreatinin otot dan fosfokreatinin yang diekskresikan melalui ginjal. Produksi kreatinin konstan selama masa otot konstan. Penurunan fungsi ginjal akan menurunkan ekskresi kreatinin.

Nilai normal : 0,6 – 1,3 mg/dL SI : 62-115 μmol/L  DEWASA : Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dL  Perempuan : 0,5-1,0 mg/dL  ANAK : Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dL  Bayi : 0,7-1,4 mg/dl Anak (2-6 tahun) : 0,3-0,6 mg/dL  Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dL  LANSIA : Kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan penurunan produksi kreatinin. Rumus Kreatinin klirens :

Dengan: U = kadar kreatinin urin (mg/dL) V = diuresis per menit (cc/menit) B = kadar kreatinin serum (mg/dL) f = faktor hubungan antara berat badan dan tinggi badan Rumus klirens kreatinin menurut (Ansel dan Prince 2006) : 𝑘𝑙𝑖𝑟𝑒𝑛𝑠 𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛 =

(140 − 𝑢𝑚𝑢𝑟) × 88 × 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑚𝑖𝑛 (72 × 𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛)

Keterangan : Pada rumus tersebut digunakan umur dalam satuan tahun, berat badan dalam satuan kilogram dan kadar kreatinin dalam satuan mg/dl. Rumus tersebut juga menggunakan nilai konstanta baku yang telah diterapkan yaitu 140 dan juga konstanta untuk kelamin. Konstanta untuk kelamin pria adalah 1 dan untuk wanita adalah 0,85. Implikasi klinik : 1. Konsentrasi kreatinin serum meningkat pada gangguan fungsi ginjal baik karena gangguan fungsi ginjal disebabkan oleh nefritis, penyumbatan saluran urin, penyakit otot atau dehidrasi akut.

2. Konsentrasi kreatinin serum menurun akibat distropi otot, atropi, malnutrisi atau penurunan masa otot akibat penuaan. 3. Obat-obat seperti asam askorbat, simetidin, levodopa dan metildopa dapat mempengaruhi nilai kreatinin pada pengukuran laboratorium walaupun tidak berarti ada gangguan fungsi ginjal. 4. Nilai kreatinin boleh jadi normal meskipun terjadi gangguan fungsi ginjal pada pasien lanjut usia (lansia) dan pasien malnutrisi akibat penurunan masa otot. 5. Kreatinin mempunyai waktu paruh sekitar satu hari. Oleh karena itu diperlukan waktu beberapa hari hingga kadar kreatinin mencapai kadar normal untuk mendeteksi perbaikan fungsi ginjal yang signifi kan. 6. Kreatinin serum 2 - 3 mg/dL menunjukan fungsi ginjal yang menurun 50 % hingga 30 % dari fungsi ginjal normal. 7. Konsentrasi kreatinin serum juga bergantung pada berat, umur dan masa otot. Faktor pengganggu 1. Olahraga berat, angkat beban dan prosedur operasi yang merusak otot 2. rangka dapat meningkatkan kadar kreatinin 3. Alkohol dan penyalahgunaan obat meningkatkan kadar kreatinin 4. Atlet memiliki kreatinin yang lebih tinggi karena masa otot lebih besar 5. Injeksi IM berulang dapat meningkatkan atau menurunkan kadar kreatinin 6. Banyak obat dapat meningkatkan kadar kreatinin 7. Melahirkan dapat meningkatkan kadar kreatinin 8. Hemolisis sampel darah dapat meningkatkan kadar kreatinin 9. Obat-obat yang meningkatkan serum kreatinin: trimetropim, simetidin,

Implikasi Klinik: 1. Hasil penilaian dengan mengukur klirens kreatinin memberikan hasil yang lebih akurat. 2. Pada anak-anak, nilai klirens kreatinin akan lebih rendah (kemungkinan akibat masa otot yang lebih kecil) Obat-obat yang perlu dimonitor pada pasien dengan ganguan fungsi ginjal 1. Golongan aminoglikosida 2. Obat dengan indeks terapi sempit Permasalah : Kreatinin darah meningkat jika fungsi ginjal menurun. Oleh karena itu kreatinin dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator khusus pada penyakit ginjal dibandingkan uji dengan kadar nitrogen urea darah (BUN) Sedikit peningkatan kadar BUN dapat menandakan terjadinya hipovolemia (kekurangan volume cairan); namun kadar kreatinin sebesar 2,5 mg/dl dapat menjadi indikasi kerusakan ginjal. Kreatinin serum sangat berguna untuk mengevaluasi fungsi glomerulus. Keadaan yang berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin adalah gagal ginjal akut dan kronis, nekrosis tubular akut, glomerulonefritis, nefropati diabetik, pielonefritis, eklampsia, pre-eklampsia, hipertensi esensial,

dehidrasi,

penurunan

aliran

darah

ke

ginjal

(syok

berkepanjangan, gagal jantung kongestif), rhabdomiolisis, lupus nefritis, kanker (usus, kandung kemih, testis, uterus, prostat).

Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin adalah : Amfoterisin

B,

sefalosporin

(sefazolin,

sefalotin),

aminoglikosid

(gentamisin), kanamisin, metisilin, simetidin, asam askorbat, obat kemoterapi

sisplatin,

trimetoprim,

barbiturat,

litium

karbonat,

mitramisin, metildopa, triamteren.Penurunan kadar kreatinin dapat dijumpai pada : distrofi otot (tahap akhir), myasthenia gravis.

4.3 Ureum Tes darah urea nitrogen ( BUN ) . Urea adalah produk sampingan dari metabolisme protein . Produk limbah ini terbentuk dalam hati , kemudian disaring dari darah dan diekskresikan dalam urin oleh ginjal . The BUN tes mengukur jumlah nitrogen yang terkandung dalam urea . Tingkat BUN yang tinggi dapat mengindikasikan disfungsi ginjal , tetapi karena nitrogen urea darah juga dipengaruhi oleh asupan protein dan fungsi hati , tes ini biasanya dilakukan bersamaan dengan kreatinin darah , indikator yang lebih spesifik fungsi ginjal. Kadar ureum (BUN) diukur dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer atau analyzer kimiawi. Pengukuran berdasarkan atas reaksi enzimatik dengan diasetil monoksim yang memanfaatkan enzim urease yang sangat spesifik terhadap

urea.

Konsentrasi

urea

umumnya

dinyatakan

sebagai

kandungan nitrogen molekul, yaitu nitrogen urea darah (blood urea nitrogen,

BUN).

Namun

di

beberapa

negara,

konsentrasi

ureum

dinyatakan sebagai berat urea total. Nitrogen menyumbang 28/60 dari berat total urea, sehingga konsentrasi urea dapat dihitung dengan mengalikan konsentrasi BUN dengan 60/28 atau 2,14. Nilai Normal Dewasa

: 5 – 25 mg/dL

Anak

: 5 – 20 mg/dL

Bayi

: 5 – 15 mg/dL

Lansia

: kadar sedikit lebih tinggi daripada dewasa.

Faktor Uji Ureum Clearance Dipengaruhi Oleh: 1. Asupan protein 2. Fungsi hati

3. Katabolisme protein 4. Kebakaran 5. Infark miokard 6. Asupan makanan 7. Kehamilan 8. Gangguan hati 9. Masa pertumbuhanDehidrasi 10. Konsumsi obat-obatan dan asupan nutrisi. 11. Persiapan atau riwayat pasien, dan pengolahan sampel. Peningkatan ureum dalam darah (uremia) terjadi karena : 

Faktor prerenal : shock, penurunan darah ke ginjal, perdarahan, dehidrasi, peninigkatan katabolisme protein pada hemolisis, luka bakar, demam tinggi dan trauma.



Faktor renal :gagal ginjal akut, Glomerulo nefritis, Hiprtensi maligna, nekrosis kortek ginjal, Obat – obat nefrotoksik



faktor post renal : Obstruksi ureter oleh batu, penyempitan atau penyumbatan uretera oleh karena prostate hipertropi, striktura.

4.4. Crystal C Cystatin C adalah protein berbasis nonglycosylate yang diproduksi secara konstan oleh semua sel berinti. Cystatin C bebas filtrasi dalam glomerulus dan dikatabolik dalam tubulus renal sehingga tidak disekresi maupun direabsorbsi sebagai suatu molekul utuh. Oleh karena kadar cystatin C serum tidak bergantung umur, jenis kelamin dan masa otot maka cystatin C dapat dipakai sebagai marker yang lebih baik dibandingkan dengan kadar kreatinin serum dalam mengukur laju fitrasi glomerulus. Kadar Normal Cystatin C pada Cairan Tubuh Manusia Parameter Cairan Serebrospinal Seminal plasma Saliva Urine Air susu Cairan amnion Cairan synovial Blood plasma

Kadar Cystatin C(mg/L) 3,2-12,5 41-62 0,36-4,8 0,03-0,29 2,2-3,9 0,8-1,4 2,0 0,57-1,79

Rerata 5,8 51,0 1,8 0,095 3,4 1,0 0,96

Air mata 1,3-7,4 2,4 Cystatin C disintesis secara konstan oleh semua sel berinti, dan ditemukan dengan kadar yang tinggi diberbagai cairan tubuh manusia, dengan waktu paruh 2 jam, kemudian diekskresikan hanya melalui ginjal. Kecepatan produksi CysC relatif konstan dari umur 4 bulan sampai 70 tahun, tidak dipengaruhi oleh inflamasi, massa otot, jenis kelamin, usia, dan ras, serta komposisi tubuh. Kadar CysC tertinggi pada usia 1 hari, kemudian dengan cepat menurun selama 4 bulan pertama yang ditafsirkan sebagai akibat proses pematangan ginjal. Setelah usia 1 tahun maka kadar CysC menjadi sama dengan usia dewasa. Kadar CysC pada bayi prematur secara bermakna lebih meningkat dibandingkan dengan dewasa, dimana didapatkan kadar CysC antara 1,10-2,06 mg/L.7,9. Aktivitas CysC dapat berkurang pada keadaan inflamasi oleh protease serin, netrofil elastase. Kadar CysC rendah pada hipotiroid dan meningkat pada hipertiroid dibandingkan dengan eutiroid. Pada penelitian in vitro juga memperlihatkan terjadi peningkatan 80% sekresi CysC oleh sel HeLa setelah terpapar deksametason. Kadar CysC secara bermakna juga meningkat pada pasien asma dewasa yang mendapat terapi metilprednisolon dibandingkan dengan kontrol. Kadar CysC tidak dipengaruhi oleh massa otot, karena itu CysC dapat digunakan untuk menilai fungsi ginjal pada pasien dengan kelainan yang memengaruhi kadar kreatinin, seperti anoreksia, penyakit hati, dan penyakit neuromuskuler. CysC adalah penanda yang lebih baik untuk mendeteksi gangguan fungsi ginjal dibandingkan kreatinin, tetapi kreatinin masih baik untuk mendeteksi perubahan sementara pada seseorang yang telah diketahui menderita penyakit ginjal. Cystatin C difiltrasi

bebas

oleh

glomerulus,

kemudian

direabsorpsi

dan

dikatabolisme hamper lengkap (99%) oleh sel tubulus proksimal. Pada kerusakan tubulus proksimal maka CysC tidak reabsorpsi sehingga diekskresikan melalui urine, maka peningkatan kadar CysC urine menjadi penanda kerusakan tubulus.  Nilai normal kadar CysC urine sangat rendah yakni 0,030,3mg/L.

 Nilai normal CysC menurut NCCLS (national committee for clinical laboratory standards) adalah 0,54-1,21 mg/L Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium : 1. Obat tertentu (lihat pengaruh obat) yang dapat meningkatkan kadar kreatinin serum 2. Kehamilan 3. Aktivitas fisik yang berlebihan 4. Konsumsi

daging

merah

dalam

mempengaruhi temuan laboratorium.

jumlah

besar

dapat

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pada artikel ini didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Pemeriksaan

dari

fungsi

ginjal

mencakup

pemeriksaan

kreatinin serum dan kreatinin klirens, pemeriksaan ureum dan pemeriksaan crystal C. 2. Kreatinin adalah hasil pemecahan dari keratin didalam otor rangka manusia, ureum adalah sisa metabolisme protein melalui pertukaran protein yaitu penguraian dan resisten semua protein sel yang berlangsung terus menerus,

crystal C adalah

dan

protein berbasis nonglycosylate yang

diproduksi secara konstan oleh semua sel berinti. 3. Factor dalam pemeriksaan fungsi ginjal ada beragam termasuk aktivitas sehari-hari, dan obat-obatan yang dikonsumsi. 4. Factor yang mempengaruhi kinerja ginjal pola hidup seseorang dapat mempengaruhi kinerja dari ginjal, pola makan dan sebaginya dapat mempengaruhi kinerja dari ginjal. 5. Nilai normal dari setiap pemeriksaan ginjal Untuk kreatinin : 0,6 – 1,3 mg/dL SI : 62-115 μmol/L Untuk ureum : Dewasa : 5 – 25 mg/dL Anak : 5 – 20 mg/dL Bayi : 5 – 15 mg/dL Untuk crystal C : 0,54-1,21 mg/L

DAFTAR PUSTAKA Alam, S dan I. Hadibroto. 2007. Gagal Ginjal : Jakarta : gramedia pustaka utama Ansel, H. C dan S. J. Prince. 2006. Kalkulasi Farmasetik. Jakarta : EGC. Aziz, F. M ., J. Witjaksono dan I. Rasjidi. 2008. Panduan Pelayanan Medik : Model Interdisiplin Penatalaksanaan Kanker Serviks Dengan Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC. Guyton dan Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC Harrianto, Ridwan. 2008. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC. Kee, L. J dan E, R. Hayes. 1996. Farmaklologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : EGC. Nuari,

N. A dan D. Widayati. 2017. Gangguan Perkemihandan Penatalaksaan Keperawatan. Deepublish.

Pada System Yogyakarta :

Dian, W. Tinjauan Pustaka; Praktik Keperawatan Profesional. JKK Th.40 No.3 Juli 2008 ISSN 0-853-1773.

Related Documents


More Documents from ""