Artikel Rokok.docx

  • Uploaded by: Fauziana Nurhanisah
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Artikel Rokok.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,523
  • Pages: 9
1. Jenis – Jenis Rokok Rokok merupakan silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun tembakau yang telah dicacah (Triswanto, 2007). Rokok disebut juga sebagai hasil olahan tembakau yang terbungkus kertas termasuk cerutu atau bahan lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum maupun Nicotiana rustica yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Heryani, 2014). Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok dan penggunaan filter pada rokok. 1) Rokok berdasarkan bahan pembungkus: a. Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung. b. Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren. c. Sigaret : rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas. d. Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau. 2) Rokok berdasarkan bahan baku atau isi (Alamsyah, 2009): a. Rokok Putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. b. Rokok Kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. c. Rokok Klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. 3) Rokok berdasarkan proses pembuatannya: a. Sigaret Kretek Tangan (SKT) : rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana. b. Sigaret Kretek Mesin (SKM) : rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dalam

mesin pembuat rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. 4) Rokok berdasarkan penggunaan filter (Mardjun,2012): a. Rokok Filter (RF) : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus. b. Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.

2. Syarat Mutu Rokok Nama komoditi : Tembakau Rajangan untuk RokokSNI.01-3934-1995 No Test

Keiteria

A1

Hama

Persyaratan Lasioderma

Tidak ada

Warna Hijau Mati

Tidak ada

Hidup A2

dan Hitam Busuk A3

Bau Tanah, Duf dan

Tidak ada

Muf. A4

Tingkat Kekeringan

Tidak ada

B1

Warna

Hitam berkilau Cerah sekali (Mutu I), Coklat tua-hitam Cerah (Mutu II), Coklat kemerahan-kehitaman Cerah (Mutu III), Merahkecoklatan Cerah (Mutu IV), Kuning-kecoklatan Cerah (Mutu V), Kuning-kehijauan Cukup cerah (Mutu VI), Hijau-kekuningan (Mutu).

B2

Pegangan/body

Tebal, antep, mantap sekali, lebih lekat, supel, mudah menggumpal (Mutu I ). Tebal, antep-mantep, lekat, supel, mudah menggumpal, tidak keropos (Mutu II). Tebal, antep-mantep, lekat, supel, mudah menggumpal, tidak keropos (Mutu III). Tebal, antep-mantep, lekat, supel (mutu IV).

B3

Aroma

Segar, sangat harum, halus dan dalam gurih sekali, manis sekali (Mutu I). Segar, sangat harum, halus dan dalam, mantap gurih dan manis sekali (Mutu II). Segar, harum, halus, mantap gurih, manis (Mutu III). Sega, harum, kurang halus, mantep, gurih, manis (Mutu IV).

B4

Posisi Daun

Atas pronggolan (Mutu I). Atas Pronggolan (Mutu II). Atas s/d Tengan Atas pronggolan s/d tenggokan (Mutu III). Tengah Atas tenggokan (Mutu IV). Tengahan dada (Mutu V). Tengah Bawah ampedan II (Mutu VI). Daun Kaki ampadan I (Mutu VII).

B5

Kemurnian

Murni (Mutu I). Murni (Mutu II). Murni (Mutu III). Murni (Mutu IV). Murni (Mutu V). Murni (Mutu VI). Murni (Mutu VII).

B6

Baik

Baik (Mutu I). Baik (Mutu II). Baik (Mutu III). Baik (Mutu IV). Cukup baik (Mutu V). Cukup baik (Mutu VI). Cukup baik (Mutu VII).

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, R. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok dan Hubungannya dengan Status Penyakit Periodontal Remaja di Kota Medan Tahun 2007. Thesis. Medan: Universitas Sumatra Utara. Heryani, R. 2014. Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Khusus Kesehatan. Jakarta: CV. Trans Info Media. Mardjun, Y. 2012. Perbandingan Keadaan Tulang Alveolar Antara Perokok dan Bukan Perokok. Skripsi. Makasar: Universitas Hasannudin. Triswanto, Sugeng D. 2007. Stop Smoking. Jakarta: Progresif Books.

1. Jenis – Jenis Teh Tanaman teh (Camellia sinensis) merupakan tanaman perdu yang digunakan sebagai bahan baku minuman penyegar. teh adalah jenis minuman yang paling banyak dikonsumsi manusia setelah air putih dan diperkirakan manusia mengkonsumsi teh sekitar 120 ml setiap harinya (Damayanti, 2009). Teh juga mengandung banyak bahan-bahan aktif yang bisa berfungsi sebagai antioksidan maupun anti mikroba (Biswas, 2009). Pengolahan teh dikelompokkan menjadi empat, yaitu teh putih (white tea), teh hijau (green tea), teh hitam (black tea), dan teh oolong. Proses pengolahan dan analisa mutu dapat menentukan tingkat kualitas teh. Kualitas teh dapat ditentukan dari daun teh yang dipetik, tempat budidaya, dan cara memanen daun teh. Semakin muda daun teh maka mutu yang dihasilkan akan semakin baik, begitu sebaliknya. Perbedaan umur daun teh ini juga menentukan kandungan senyawa polifenol pada daun teh, yang akan berpengaruh juga pada rasa, aroma, dan warna. 1.1 Teh Putih Teh putih merupakan teh yang dibuat dari daun-daun teh muda yang belum mengalami oksidasi. Teh ini memiliki kandungan kafein yang paling sedikit diantara semua jenis teh. Teh putih diolah dengan cara hanya diuapkan dan dikeringkan setelah dipetik untuk mencegah oksidasi, daun teh muda ini tidak melalui fermentasi. Teh putih diambil hanya daun teh pilihan atau yang muda yang dipetik dan dipanen sebelum benar-benar mekar dan disebut teh putih karena ketika dipetik kuncup daunnya masih ditutupi seperti rambut putih yang halus. Daun teh yang dipetik adalah pucuk daun yang muda, kemudian dikeringkan dengan metode penguapan atau dibiarkan kering oleh udara. 1.2 Teh Hitam Teh hitam didapat dari hasil penggilingan yang menyebabkan daun terluka dan mengeluarkan getah. Getah itu bersentuhan dengan udara sehingga menghasilkan senyawa tea flavin dan tearubigin. Artinya, daun teh mengalami perubahan kimiawi sempurna sehingga hampir semua kandungan katekin terfermentasi menjadi tea flavin dan tearubugin. Warna hijau akan berubah menjadi warna kecoklatan dan selama proses pengeringan beubah rmenjadi warna

hitam. Teh hitam paling dikenal luas dan banyak dikonsumsi. Badan riset di pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung menyebut reaksi tersebut adalah reaksi oksidasi enzimatis. Teaflavin menurunkan warna merah kekuning-kuningan dalam setiap seduhan, tearubigin memberi kombinasi warna coklat kemerahan dan kuning. Soal rasa seperti katekin, teaflavin memberi kesegaran (Sujayanto, 2009). 1.3 Teh Hijau Teh hijau diolah tanpa mengalami oksidasi atau tidak terjadi fermentasi. Setelah layu daun teh langsung digulung, dikeringkan, dan siap untuk dikemas. Biasanya pucuk teh diproses langsung dengan uap panas (steam) atau digoreng (pan frying) untuk menghentikan aktivitas enzim. Warna hijau tetap bertahan dan kandungan taninnya relatif tinggi. Teh hijau dipercaya menurunkan bobot tubuh. Hal ini disebabkan kandungan polifenolnya tinggi. Teh hijau menjadi favorit masyarakat di Jepang dan Korea. Bahkan di Jepang terdapat beragam teh hijau seperti gyokuro, sencha, kabusecha dan konacha masing-masing dibedakan berdasarkan proses pembuatannya. Menurut Bambang Mukhtar, seorang ahli teh dari Bogor Jawa Barat bahwa gyokuro yang paling istimewa karena di- aging selama 5 tahun, rasanya gurih seperti kaldu. Aroma kaldu itu pun menguat tajam. Teh hijau pas dinikmati saat banyak aktivitas karena dipercaya meningkatkan konsentrasi, jadi tidak cocok diminum sebelum berangkat tidur (Sujayanto, 2009). 1.4 Teh Oolong Teh oolong adalah teh hasil semioksidasi enzimatis atau tidak bersentuhan lama dengan udara saat diolah. Teh oolong terletak diantara teh hijau dan teh hitam. Fermentasi terjadi hanya sebagian (30 – 70 %). Hasilnya, warna teh menjadi cokelat kemerahan. Teh oolong biasa disajikan dalam upacara pernikahan dan sebagai teman menyantap hidangan laut. 2. Teh Instan Perkembangan teknologi yang sangat pesat menimbulkan pengolahan pangan semakin berkembang dengan munculnya berbagai produk pangan dalam bentuk instan. Demikian juga dengan teh yang dapat dibuat dalam bentuk serbuk

teh instan. Serbuk teh instan diperoleh dari hasil ekstraksi daun teh segar dengan penambahan bahan pengisi berupa maltodekstrin kemudian dikeringkan menggunakan spray dryer. Spray drying adalah metode pengeringan untuk menghasilkan bubuk kering dari cairan atau bubur dengan udara panas dalam waktu singkat. Cara ini banyak digunakan untuk mengeringkan bahan makanan dan obat-obatan yang sensitif terhadap panas. Salah satu keuntungan spray drying adalah menghasilkan produk yang bermutu tinggi, berkualitas dan tingkat kerusakan gizi yang rendah. Selain itu perubahan warna, bau dan rasa dapat diperkecil (Kushiyama, 2009). Bahan penyalut yang sering digunakan antara lain gum arab, maltodekstrin dan whey. Maltodekstrin sering digunakan karena dapat mengalami dispersi dengan cepat dan memiliki daya ikat yang kuat (Alf, 2013).

3. Syarat Mutu Teh Instan

Tabel 2.1 Syarat Mutu Teh Kering Dalam Kemasan Menurut SNI 3836:2013 No

Kriteriauji

1

Satuan

Persyaratan

Keadaan air seduhan

1.1

Warna

-

Khas produk teh

1.2

Bau

-

Khas produk teh

1.3

Rasa

-

Khas produk teh

2

Kadar polifenol

%

Min. 5.2

(b/b) 3

Kadar air (b/b)

%

Maks. 8,0

4

Kadar ekstrak

%

Min. 32

%

Maks. 8,0

%

Min. 45

%

Maks. 1,0

%

1-3

%

Maks. 16,5

dalam air (b/b) 5

Kadar abu total (b/b)

6

Kadar abu larut dalam air dari abu total (b/b)

7

Kadar abu tak larut dalam asam (b/b)

8

Alkalinitas abu larut dalam air (sebagai KOH) (b/b)

9

Seratkasar

DAFTAR PUSTAKA

Alf, R. 2013. Tanaman Perkebunan Teh Camelia sinensis L. Medan : USU Press. Biswas, K.P., 2009. Description of Tea Plant. In: Encyclopaedia of Medicinal Plants. New Delhi: Dominant Publishers and Distributors. Damayanti, E. 2009. Studi Kandungan dan Turunannya sebagai Antioksidan alami Serta Karakteristik Organoleptik Produk Teh Murbei dan Teh Camellia-Murbei. Malang: Universitas Brawijaya. Kushiyama, M., Shimazaki, Y., Murakami, M., & Yamashita, Y. 2009. Relationship Between Intake of Green Tea and Periodontal Disease. Journal. Bandung: IPB. Sujayanto, G. 2009. Khasiat Teh Untuk Kesehatan dan Kecantikan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Related Documents

Artikel
April 2020 61
Artikel
June 2020 55
Artikel
July 2020 41
Artikel
November 2019 56
Artikel
April 2020 44
Artikel
November 2019 61

More Documents from ""

Ubi Jalar Dan Singkong.docx
December 2019 9
Pembahasan Kencur.docx
December 2019 14
Umbi.docx
June 2020 5
Artikel Rokok.docx
December 2019 29
10 Langkah Membentuk
August 2019 13