SMPN 1 Babadan Sebagai Sekolah Model Berbasis Pendidikan Karakter Pendidikan adalah tentang masa depan untuk menyiapkan generasi baru agar dapat menumbuhkan suatu hal yang fundamental bagi diri sendiri dan lingkungannya. Anak didik kita ibarat tanah yang kita lihat bagian luarnya saja. Jika kita akan menumbuh biji pada tanah tersebut bila kita tidak menggunakan sistem PPK (Penguatan Pendidikan Karakter), maka biji yang ditumbuhkan harapan kita sebagai seorang guru adalah biji yang baik yang memerlukan waktu, memerlukan proses penumbuhannya, juga membutuhkan lahan yang subur. Menumbuhkan biji yang kita maksud adalah karakter yang ditumbuhkan tentunya tidak bisa dibentuk, tetapi dikelola secara rekayasa tentunya membutuhkan rangsangan yang berbedabeda dalam proses pembiasaan, bagaimana membuat aturan main yang dapat membentuk perilaku pada anak didik. Guru sebagai pengelola bidang pendidikan jangan puas dengan ukuran hari ini melainkan siapkanlah masa depan proyeksi pendidikan abad 21, yaitu : 1. Karakter yang meliputi karakter moral dan karakter kinerja. Karakter Moral meliputi : iman, taqwa, jujur, dan rendah hati, sedangkan karakter kinerja adalah ulet, suka kerja keras, tangguh, tidak mudah menyerah, dan tuntas. 2. KOMPETENSI
YANG MELIPUTI BERPIKIR KRITIS, KREATIF, KOMUNIKATIF, DAN
KOLABORATIF.
3. LITERASI
ATAU KETERBUKAAN WAWASAN ADALAH SUKA MEMBACA, MENCINTAI
BUDAYA, PENGUASAAN TEKNOLOGI, SERTA KEUANGAN.
Penerapan lima hari sekolah berarti ada kesempatan bagi keluarga dan guru untuk terlibat mendidik anak secara aktif terutama penguatan karakter. Demikianlah kata menteri pendidikan dan kebudayaan Muhadjir Effendy usai pembukaan ke-49 Organisasi Menteri-menteri Pendidikan Asia Tenggara (SEAMEO) di Jakarta Selasa 25 Juli 2017 (Kompas). Secara logika, sekolah tidak lagi bekerja sendirian dalam mendidik siswa. Undangndang RI Nomor 20 Tahun 2003 Bab XV pasal 54 tentang peranserta masyarakat dalam pendidikan perorangan, kelompok, kekeluargaan, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi masyarakat dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan, masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna
hasil pendidikan. Dalam hal ini, jelaslah bahwa masyarakat dapat memberikan posisinya dalam pendidikan karakter. Pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa, yaitu Pancasila yang meliputi : 1. Mengembalikan potensi siswa agar menjadi manusia yang berhati baik, pikiran baik, dan perilaku baik. 2. Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila. 3. Mengembangkan potensi agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negara Indonesia, serta mencintai umat manusia. Dalam strategi implementasi penguatan pendidikan karakter sebagai bekal generasi emas Indonesia 2045 melalui kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia berbasis kelas 7 dan 8 SMP Negeri 1 Babadan tahun ajaran 2017-2018. Aku sebagai guru Bahasa Indonesia menggerakkan penguatan pendidikan karakter melalui penerapan : 1. Pembiasaan mengikuti upacara bendera dengan sungguh-sungguh, tertib, dan disiplin, juga menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan penuh semangat, serta berdoa dengan khidmat juga kegiatan literasi di kelas dengan panduan dan kesungguhan. 2. Mengikuti kegiatan intrakurikuler sebagai proses belajar mengajar dengan tertib, disiplin, dan teratur. 3. Penerapan Gerakan Literasi Sekolah ( GLS ) yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Babadan terkait dengan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (GPPK) yang dijabarkan oleh Arie Budiman staff ahli Mendikbud Bidang Pembangunan Karakter, yaitu : a. Pembangunan SDM sebagai fondasi pembangunan bangsa. b. Generasi emas 2045 yang dibekali keterampilan abad 21. c. Menghadapi kondisi degradasi moral, etika, dan budi pekerti. Implementasi dari GLS di atas yang telah kami lakukan diantaranya mengikuti Lomba Komik Sejarah Jawa Timur tahun 2017 dan hasilnya meraih predikat sebagai juara 1 tingkat SMP/sederajat. Selain mendapatkan hadiah piala, uang pembinaan, SMP Negeri 1 Babadan di bawah kepemimpinan Drs. Parwoto M.Si mendapatkan Surat Pengesahan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ponorogo dan Surat Pengesahan dari Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur di Surabaya. Dalam isi Surat Pengesahan tersebut sangat diakui oleh penyelenggara Lomba Komik Sejarah Jawa Timur bahwa seorang guru Pembina juga pendamping para siswa dalam penulisan komik tersebut adalah searang guru yang mampu membawa siswanya lebih mencintai budaya dan mengenal lingkungannya serta seorang guru yang dapat bekerja kreatif, inovatif, juga kerja bagus…..lihat…. Contoh penerapan GLS di SMP Negeri 1 Babadan ketika sekolah ditunjuk sebagai sekolah model yang diharapkan sebagai pendidik, guru memiliki SDM yang memadai dan berperan serta penghasil konsep-konsep inovatif di bidang mata pelajaran yang diampunya secara profesional yang berdampak positif dalam pembangunan bangsa dan dapat meningkatkan kualitas anak didiknya. Implementasi dalam hal ini guru membimbing siswa untuk menjalankan kewajibannya dengan mengikuti dan mentaati tata tertib sekolah menjujung tinggi nama almamater serta melaksanakan progam-progam sekolah dengan disiplin dan penuh tanggung jawab serta menjadi teladan bagi seluruh siswa dalam sikap, perkataan, dan perbuatan, bahkan rela meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk kepentingan kegiatankegiatan sekolah yang telah di programkan oleh pihak sekolah, misalnya : Pramuka, PMR, Kesenian, dan Jurnalistik. Bapak Drs.Parwoto, M.Si sebagai seorang pemimpin di SMPN1 Babadan beliau sangat peduli terhadap siswa apalagi terhadap guru dan karyawan. Banyak tindakan beliau untuk memajukan pendidikan karakter yang telah beliau kerjakan yaitu suatu contoh: Siswa masuk kelas harus tepat waktu dengan disiplin, baju harus rapi dan lengkap atributnya termasuk guru dan karyawan. Beliau juga memberikan keteladanan dalam hal kerja dan kerja. Misalnya: Di saat upacara apapun kegiatannya haruslah direncanakan dengan tertip dan berhasil. Semua harus saling menghormati dan mengingatkan sehingga upacara berjalan dengan bagus dari awal sampai Akhir upacara. Tidak ada satupun peserta yang tertawa atau berbicara ketika upacara berlangsung. Dalam rapat pembinaan setiap awal bulan. Beliau juga merevisi kegiatan yang telah beliau kerjakan bersama guru dan karyawan. Memberi masukkan kepada guru dan karyawan agar saling menghormati dan saling menjaga keutuhan dan kesatuan persaudaraan antara satu dengan yang lain tanpa memandang latar belakang, pangkat atau golongan, suku dan agama.