Artikel Kelompok 2.docx

  • Uploaded by: trias sherly
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Artikel Kelompok 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,801
  • Pages: 10
Konsep Dasar Classroom Assessment, Penilaian Hasil Belajar, Jenis-Jenis Tes Oleh : Nur Laila Arif (201710060311068) Trias Sherly Minarnik (201710060311102)

A. Konsep Dasar Classroom Assesment 1. Pengertian Classroom Assesment Classroom Assesment berasal dari bahasa Inggris yaitu classroom (kelas) dan assessment (penilian) yang berarti penilaian kelas.Sistem penilaian (assessment system) yang digunakan lembaga pendidikan menurut Mardapi (2005) harus mampu memenuhi syarat yaitu : (1)memberikan informasi yang akurat, (2)meningkatkan motivasi belajar peserta didik, (3)meningkatkan motivasi mengajar guru, (4)meningakatkan kinerja lembaga dan (5) meningkatkan kulitas pendidikan. Menurut Stiggnis (1994) istilah assesment diartikan sebagai penilaian proses, kemajuan, kelemahan, dan hasil belajar peserta didik. Sedangkan menurut Nana Sudjana (1990: 3) assessment adalah proses pemberian atau penentuan nilai kepada peserta didik berdasarkan kriteria tertentu. Classroom assessment merupakan proses pengumpulan, mensintesis, dan menafsirkan informasi yang menunjang guru dalam membuat dan menetapkan keputusan kelas tentang manajemen kelas, pengajaran, pembelajaran peserta didik dan perencanaan pembelajaran dikelas (Michael Russel, 2011). Kesimpulan pengertian classroom assessment berdasarkan beberapa pendapat diatas yaitu proses pengumpulan informasi dan menafsirkan informasi tersebut yang menunjukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Informasi tersebut bisa didapatkan melalui penilaian berupa penilaian proses belajar, kelebihan, kekurangan, kemajuan peserta didik, dan hasil belajar peserta didik dengan kriteria tertentu. Hasil dari penilaian merupakan informasi yang akan digunakan guru sebagai bahan acuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Hasil penilaian yang baik yaitu hasil penilaian yang memberikan gambaran atau deskripsi tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang objektif. 2. Pentingnya Classroom Assesment dalam Pembelajaran Matematika Classroom Assesment merupakan hal penting yang tidak bisa dipisahkan dalam pembelajaran, karena Classroom Assesment merupakan bagian integral dari pembelajaan matematika dan memberikan kontribusi yang signifikan pada pembelajaran matematika. Oleh sebab itu, guru juga harus merencanakan penilaian yang akan digunakan sebagai bagian dari pembelajaran. Dalam dunia pendidikan, Gronlund dan Linn mendefinisikan tentang sebuah penilaian sebagai suatu proses yang sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta menginterpretasikan informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, baik aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan.

Dapat disimpulkan bahwa Classroom Assesment sangan penting dilakukan demi kemajuan siswa dalam pembelajaran Matematika. Dengan adanya Classroom Assesment guru dapat mengetahui tingkat kemampuan pemahaman masing-masing siswa pada materi yang diajarkan di kelas, sehingga guru mampu merencakanan strategi pembelajaran yang lebih efektif bagi siswa kedepannya agar para siswa menjadi lebih nyaman dalam belajar dan lebih kreatif dalam mengembangkan kemampuan Matematikanya. 3. Tujuan Classroom Assesment Penilaian yang dilaksanakan tersebut mempunyai beberapa tujuan. Sebagaimana yang diungkapkan Nana Sudjana (1990: 3) bahwa tujuan dari classroom assessment yaitu : a. Memberikan gambaran atau deskripsi kemampuan belajar peserta didik. Yang dimaksudkan memberikan gambaran atau deskripsi kemampuan belajar peserta didik yaitu dengan melakukan penilaian guru dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-masing peserta didik dalam proses pembelajaran. Hal ini tentunya akan memudahkan guru untuk mengetahui seberapa kemampuan peserta didiknya dan cara untuk mengatasinya. b. Mengetahui pencapaian keberhasilan dalam proses pembelajaran. Dengan informasi hasil penilaian guru mengetahui seberapa jauh keefektifan dalam proses pembelajaran dan memperoleh gambaran mengenai pencapaian tujuan yang telah ditetapkan c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian. Dalam tujuan sebelumnya guru memperoleh deskripsi tentang kelemahan dan kelebihan masing-masing peserta didik yang bisa dijadikan acuan guru untuk memperbaiki strategi pembelajaran yang mungkin kurang tepat.Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. d. Memberikan kesimpulan hasil belajar peserta didik. Dalam hal ini penilaian dilakukan untuk menyimpulkan apakah peserta didik sudah menguasai atau belum menguasai kompetensi-kompetensi pembelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum.Kesimpulan ini juga dijadikan laporan sebagai pertanggungjawaban terhadap sekolah, masyarakat, pemerintah dan orangtua siswa. 4. Perbedaan Assesment, Test, Measurement dan Evaluation a. Assesment(Penilaian) Menurut Asamawi Zainal dan Agus Mulyana (2007: 7) mengemukakan bahwa assessment merupakan pemberian nilai terhadap kualitas yang lebih diarahkan atau ditujukan pada seberapa jauh suatu proses atau hasil yang diperoleh peserta didik. Berkaitan dengan hal ini Resnick (1985) menyatakan bahwa pada hakikatnya assessment menitikberatkan penilaian pada proses belajar peserta didik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa assessment lebih mengutamakan penilaian proses pembelajaran peserta didik.Contoh assessment

yaitu penilaian peserta didik saat berdiskusi, presentasi, praktek, wawancara dan lainnya. b. Test(Tes) Test merupakan seperangkat pertanyaan terencana yang digunakan oleh guru untuk memperoleh informasi tentang prestasi peserta didik yang berkaitan dengan tujuan yang telah ditentukan (Calongesi, 1995). Setiap pertanyaan dari tes mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.Tes diberikan kepadapeserta didik dalam kurun waktu tertentu untuk menguji seberapa baik peserta didik dalam menjawab pertanyaan.Dengan demikian, dapat disimpulkan tes lebih mengutamakan penialaian kemampuan peserta didik dalam menjawab pertanyaan.Contoh tes antara lain tes berupa kuis yang diberikan setelah 1 materi dipelajari. c. Measurement(Pengukuran) Pengertian pengukuran menurut Haryati (2007: 14) menyatakan bahwa pengukuran merupakan prose pemberian angka atau tata usaha memperoleh deskripsi atau gambaran numeric dari tingkatan dimana seseorang peserta didik telahmencapai karakteristik tertentu.Pengukuran adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan alat ukurnya dan kemudian menerakan angka menurut aturan tertentu (Kerlinger dalam Purwanto, 2010: 2).Berdasarkan pendapat ini dapat disimpulkan pengertian pengukuran adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan alat ukur yang sesuai dan kemudian hasil pengukuran tersebut dituliskan dalam suatu angka atau bilanga. d. Evaluation(Evaluasi) Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu proram yang direncanakan telh tercapai atau belum, berharga atau tidak dan dapat pula melihat tingkat efisien pelaksanaannya (Haryati, 2007: 15). Sedangkan menurut Nitko dan Brookhart dalam Harun dan Mansur (2007: 2) menyatakan bahawa evaluasi adalah proses penetapan nilai yang berkaitan dengan kinerja dan hasil karya peserta didik. Berdasarkan pendapat ini, dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses penetapan nilai yang berkaitan dengan kinerja, keberhasilan, suatu program yang telah direncanakan dan hasil karya peserta didik.

B. Penilaian Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Pengertian hasil belajar menurut Purwanto (2010: 46) adalah perubahan tingkah laku peserta didik akibat proses kegiatan belajar mengajar yang berupa perubahan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2010: 22). Dalam proses belajar mengajar guru melakukan

tugasnya tidak hanya menyampaikan materi kepada siswa, tetapi ia juga dituntut untuk membantu keberhasilan dalam menyampaikan materi pelajaran yaitu dengan cara mengevaluasi hasil belajar mengajar. Menurut beberapa pengertian maka hasil belajar matematika dapat disimpulkan yaitu hasil akhir yang dimiliki atau diperoleh siswa setelah ia mengalami proses belajar matematika yang di tandai dengan skala nilai berupa huruf atau simbol atau angka, dan hal ini biasa dijadikan tolak ukur berhasil atau tidaknya siswa tersebut dalam pembelajaran 2. Taksonomi Hasil Belajar Ranah sikap merupakan urutan pertama dalam perumusan kompetensi lulusan pada Kurikulum 2013, selanjutnya diikuti dengan rumusan ranah pengetahuan dan keterampilan. Ranah sikap menggunakan olahan Krathwohl, dimana pembentukan sikap peserta didik ditata secara hirarkhis mulai dari menerima (accepting), merespon/ menanggapi (responding), menghargai (valuing), menghayati (organizing/ internalizing), dan mengamalkan (characterizing/actualizing). Sebagai contoh adalah saat guru menjelaskan mengenai materi Matematika, siswa mencoba menerima materi dengan baik, lalu merespon guru dengan menjawab beberapa perntanyaan yang disampaikan guru, yang juga merupakan bentuk dari menghargai dan menghayati materi-materi yang sudah dijelaskan guru di depan kelas, nantinya siswa diharapkan mampu mengamalkan ilmunya di kehidupan sehari-hari. Ranah pengetahuan menggunakan taksonomi Bloom olahan Anderson, dimana perkembangan kemampuan mental intelektual peserta didik dimulai dari C1 yakni: (1) mengingat (remember), peserta didik mengingat kembali pengetahuan dari memorinya; (2) C2 yakni memahami (understand), merupakan kemampuan mengonstruksi makna dari pesan pembelajaran baik secara lisan, tulisan maupun grafik; (3) C3 yakni menerapkan (apply); merupakan penggunaan prosedur dalam situasi yang diberikan atau situasi baru; (4) C4 yakni menganalisis (analyse); merupakan penguraian materi ke dalam bagian-bagian dan bagaimana bagian-bagian tersebut saling berhubungan satu sama lainnya dalam keseluruhan struktur; (5) C5 yakni mengevaluasi (evaluate); merupakan kemampuan membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar; dan (6) C6 yakni mengkreasi (create); merupakan kemampuan menempatkan elemen-elemen secara bersamaan ke dalam bentuk modifikasi atau mengorganisasikan elemen-elemen ke dalam pola baru (struktur baru). Contoh soal C1: Sebutkan rumus luas dan keliling lingkaran yang sudah Anda pelajari pada bab sebelumnya! Contoh soal C2: Jelaskan apa perbedaan dari luas permukaan bola dan volume bola! Contoh soal C3: Sebuah aula berbentuk balok dengan ukuran panjang 9 meter, lebar 7 meter, dan tinggi 4 meter. Dinding bagian dalamnya dicat dengan biaya Rp.50.000,- per meter persegi. Seluruh biaya pengecatan aula adalah ...

Contoh soal C4: Diberikan sebuah persegi ABCD, busur lingkaran berpusat di A dan C digambarkan dari titik B ke D. Garis diagonal AC memotong kedua busur di titik X dan Y. Jika XY = 12 - 6√2 cm. Maka luas persegi ABCD adalah…. Contoh soal C5: Sebuah bola besi dimasukkan ke dalam kotak berbentuk kubus dengan panjang rusuk 10 cm. Jika volume air 900 cm3 , Serta panjang jari-jari bola 3 cm, apakah air dalam bak itu akan tumpuh? Contoh soal C6: Perhatikan gambar berikut ini

Jika t1 = 3t2, dan r1= 4a. Rumuskan volume kerucut terpancung seperti gambar diatas! Ranah keterampilan yang mengarah pada pembentukan keterampilan abstrak menggunakan gradasi dari Dyers yang ditata sebagai berikut: (1) mengamati (observing); (2) menanya (questioning); (3) mencoba (experimenting); (4) menalar (associating); (5) menyaji (communicating); dan (6) mencipta (creating). Contohnya adalah saat siswa ditugaskan untuk membuat suatu bangun ruang berdasarkan jaringjaring yang sudah disediakan guru. Langkah pertama tentunya siswa harus mengamati bangun ruang apa yang dapat dibentuk dengan jaring-jaring yang sudah disediakan, lalu jika kurang memahami bisa bertanya ke guru, setelah itu mulai mencoba merakit, kemudian menyajikan dan menciptakan bangun ruang yang sesuai.

C. Jenis-jenis Tes 1. Pengertian Tes Menurut Asmawi Zainul dan Mulyana (2007: 3) tes merupakan suatu pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut pendidikan atau psikologik tertentu dan setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar, dan apabila tidak memenuhi ketentuan yang dianggap benar, dan apabila tidak memenuhi ketentuan tersebut, maka jawabana dianggap salah. Sedangkan menurut Sudijono (2011: 67) tes adalah cara yang digunakan atau prosedur yang ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaa-pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh peserta didik sehingga data yang diperoleh dari hasil pengukuran atau penilaian tersebut mengahasilkan nilai yang melambangkan prestasi peserta didik. Tes merupakan salah satu upaya pengukuran terencana yang digunakan oleh guru untuk mencoba menciptakan kesempatan bagi siswa dalam memperlihatkan prestasi mereka berkaitan dengan tujuan yang ditentukan (Calongesi, 1995).

Dari pendapat sebelumnya tes dapat diartikan sebagai lembar soal yang berisi tentang pertanyaan yang harus dijawab dengan baik oleh peserta didik dengan baik dan benar sesuai dengan materi pembelajaran dan tujuan yang ingin dicapai.Tes terdiri dari atas sejumah soal yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik. Jawaban dari tes dapat berupa tulisan, lisan maupun perbuatan (Sudjana dan Ibrahim, 2001) Menurut Arikunto(2009: 57) tes dikatakan baik sebagai alat ukur apabila memenuhi persyaratan tes yaitu memiliki : (1) validitas, yakni sebuah tes bisa dikatakan valid jika tes tersebut tepat mengukur apa yang harusnya diukur, (2) reliabilities, (3) objektifitas, (4) praktisbilitas, dan (5) ekonomis. 2. Jenis-jenis tes a. Tes Objektif Tes objektif yaitu bentuk tes atau soal yang telah mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau yang dikerjakan oleh peserta didik.Karena sifatnya demikian, tes objektif disebut dengan isilah tes pilihan jawaban (Popham, 1981: 235).Jadi tes objektif adalah tes yang menyiapkan informasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang telah disediakan.Soal atau pertanyaan pada tes objektif tidak memberikan peluang kepada peserta didik untuk mendapatkan nilai yang bergradasi sebab jawaban dati tes lebih mengenal salah dan benar.Sehingga Arikunto (1995: 165) menyatakan bahwa dalam penilaian tes objektif hanya bisa dilakukan secara objektif. Adapun jenis-jenis tes objektif yaitu :  Pilihan ganda Tes pilihan ganda yaitu Tes yang mempunyai satu jawaban yang paling tepat atau benar yang berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Adapun struktur tes pilihan ganda yaitu: (1) Stem, berisi pertanyaan atau pernyataan yang besisi permasalahan yang akan ditanyakan, (2) Option, berisi pilihan atau alternatif jawaban, (3) kunci, yaitu jawaban yang paling tepat atau benar, dan 4) distractor, berisi opsi atau alternatif pengecoh (Purwanto, N. 2010: 48). Tes pilihan ganda juga tentunya memiliki kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Adapun kelebihan tes pilihan ganda yaitu (1)mengukur berbagai jenjang kognitif, (2)mudah dalam penskoran, objektif dan cepat, (3)dapat dilakukan analisis butir soal dengan baik, (4)tingkat kesukaran butir soal dapat dikedalikan, (5)jumlah opsi lebih dari dua, dan (6)memberikan informasi keadaan peserta tes lebih banyak. Sedangkan kelemahan tes pilihan ganda antara lain : (1)memerlukan waktu yang relatis lama untuk menulis soal, (2)sulit membuat pengecoh yang homogen dan berfungsi, (3)tedapat peluang untuk menebak kunci jawaban, (4)peserta didik mudah menyontek, dan (5)hasil tes di pengaruhi kemampuan membaca atau mengingat yang tinggi.

Contoh : Diketahui panjang sebuah persegi panjang adalah 29 dan lebar 12. Berapakah luas persegi panjang tersebut ? a. 843 b. 438 c. 348 d. 384 Jawaban benar : (c)  Menjodohkan atau mencocokan Tes yang memiliki 2 kelompok pertanyaan yang berada dalam satu kesatuan. Dalam bentuk yang paling sederhana, jumlah soal sama dengan jumlah jawaban tetapi sebaiknya julmah soal lebih banyak dari jumlah jawaban untuk mengurangi kemungkinan peserta didik menjawab betul hanya dengan menebak (Sudjana, N. 2010: 32). Kelebihan yang didapatkan dalam menerapkan tes menjodohkan atau mencocokan yaitu (1)relatif mudah dalam perumusan soal, (2)ringkas dan ekonomis, (3)penskoran mudah, objektif dan cepat, dan (4)baik digunakan untuk menguhi kognitif (istilah, dfenisi, peristiwa dan lainnya). selain kelebihan penerapan tes menjodohkan atau mencocokan juga memiliki kelemahan seperti : (1)cenderung mengukur kemampuan mengingat sehingga kurang tepat mengukur kognitif yang lebih tinggi. (2)kemampuan menebak benar relative tinggi. Contoh : Cocokanlah hasil perkalian di bawah ini dengan jawaban yang benar Soal

Jawaban

12 x 3

273

17 x 4

36

13 x 21

383 68

 Salah-benar Tes salah-benar adalah tes yang terdiri dari susunan pernyataan benar atau salah dan jawabannya boleh mengikuti pola tertentu.Kelebihan dari tes-salah benar adalah (1)mudah di konstruksi, (2)perangkat soal bisa mewakili semua indikator atau kompetensi, (3)mudah diskor dan (4)baik untuk mengukur fakta dan ingatan. Sedangkan kelemahan dari tes salah-benar adalah (1)bentuk soal tidak digunakan untuk menanyakan sesuatu konsep secara utuh dan (2)hanya dapat mengungkap daya ingat dan pengenalan kembali. Contoh : 1)Rumus luas segitiga yaitu 𝐿 = 𝑃 × 𝐿 (S)

1

2) rumus luas segitia yaitu 𝐿 = 2 × 𝑎 × 𝑡 (B) Keterangan:

Benar (B) Salah (S)

b. Tes Subjektif Tes subjektif yaitu tes yang mengandung pertanyaan atau tugas dimana jawaban soal tersebut dilakukan dengan cara mengekspresikan peserta didik. Jawaban dari tes subjektif tidak disediakan oleh guru. Adapun jenis-jenis tes subjektif yaitu:  Isian Isian adalah tes yang menghendaki jawaban dalam bentuk nama tokoh, prase, kata, symbol, nama tempat, bilangan, kalimat dan lain- lain secara singkat dan tepat serta jawabannya hanya bernilai benar dan salah. Kelebihan yang diperoleh dalam penerapan tes idian antara lain : 1)banyak digunakn dalam tes matematika dan pendidikan dasar lainnya, 2) mudah di konstruksi dan 3)dapat menguji kompetensi yang dikuasi dalam waktu singkat. Dibanding dengan tes lainnya kelemahan dalam penerapan tes isian lebih sedikit yaitu cenderung hanya mengukur kemampuan mengingat. Contoh : Hasil dari 39+89=… Jawaban : 127  Uraian Tes untuk menguji kemampuan belajar peserta didik yang memerlukan jawaban bersifat pembahasan atau urain kata-kata.Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan dan sebagainya (Arikunto, S. 2010: 162). Dalam penerapan tes uraian tentunya ada kelebihan dan kelemahan yang ditemui. Kelebihan dari tes uraian ini yaitu (1)dapat melihat proses berpikir peserta didik (2)dapat mengukur cara menyampaikan gagasan peserta didik, 3)dapat mengemukakan pendapat dengan bebas, (4)mengukur kedalaman materi dan (5)mudah mengkonstruksi soal atau membuat soal. Sedangkan kelemahan tes uraian yaitu (1)materi terbatas, (2)sulit memberikan skor, (3)membutuhkan waktu yang relative lama dalam menilai dan (4)tingkat relabilitasnnya rendah. Contoh : Sebuah bak menampung air berbentuk balok dengan ukuran panjang 150 cm, lenbar 80 cm, dan tinggi 75 cm. mampu menampung air berapa literkah penampung tersebut ? Jawaban:

Diketahui : Panjang (p) = 150 cm Lebar (l) = 80 cm Tinggi (t) = 75 cm Ditanya ; berapa liter bak tersebut menampung air ? Penyelsaian : Voulme balok = 𝑝 × 𝑙 × 𝑡 = 150 𝑐𝑚 × 80 𝑐𝑚 × 75 𝑐𝑚 = 900.000 𝑐𝑚3 Karena yang ditanyakan adalah banyak air atau volume air dalam bentuk liter maka volune bak tersebut di rubah menjadi liter ( 1 liter= 1000 𝑐𝑚3 ) sehingga, Volume air (liter) =

900000 1000

liter

= 900 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 Jadi, ukuran volume air dibak tersebut dalam satuan liter yaitu 900 liter.

DAFTAR PUSTAKA

Arukunto, S.(2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, s &Jabar.(2004). Evaluasi Program Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara Calongesi.J.S. (1995).Merancang Tes Untuk Menilai Pendidikan .Bandung: ITB Haryati, M.(2007). Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Laelasari.(2017). Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Matematika.Vol.3 No. 2, Agustus 2017. Mardapi, D. (2005). Rekayasa Sistem Penilaian dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pendidikan.Yogyakarta. HEPI Michael Russel, P.A. (2011). Classroom Assesment Concepts and Applications. New York: McGraw Hill Nasution, N &Suryanto, A. (2008).Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Universitas Terbuka Popham, W.J. (1995). Classroom Assesment, What Teachers Need it Know. Oxford: Pergamon Press Putrianggoro Kasi & Yoppiwahyu Purnomo.2016. Peningkatan Hasil Belajar Matematuika Siswa Sekolah Dasar melalui Pembelajaran Bertbasis Penilaian. Vol.1, No.1. 68-78 Januari 2016 Purwanto N.(2002).Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Karya Sudjana N .(2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: Remaja Rosdakarya Sudjana, N. & Ibrahim. (2001). PenelitiandanPenilaianPendidikan/. Bandung: Sinar Baru Algensindo Sudjino , A.(2001). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Zainul&Nasution.(2001). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Bekti

Related Documents

Artikel
April 2020 61
Artikel
June 2020 55
Artikel
July 2020 41
Artikel
November 2019 56

More Documents from ""