ARSITEKTUR KOLONIAL
CIRI GAYA DUTCH COLONIAL MENURUT BUKU “ARCHITECTURE AND INTERIOR DESIGN- FROM COLONIAL ERA TO TODAY” (BALL, 1980 : 12-17)
Façade yang simetris Material dari batu bata atau kayu, biasanya diekspos tanpa pelapis. Pintu masuk terletak pada samping bangunan Atap Gambel Entrance yang mempunyai dua buah daun pintu Denah Simetris Motif pola lantai berupa garis- garis lurus Jendela besar dengan bingkai kayu Terdapat Dormers, yaitu bukaan yang ada pada atap
Abad 16 sampai tahun 1800-an
Tahun 1800-an sampai tahun 1902 Periodesasi perkembangan arsitektur Kolonial di Indonesia (Helen Jessup)
Tahun 1902-1920-an
Tahun 1920 sampai tahun 1940-an
Periode Arsitektur Kolonial Abad 16 sampai tahun 1800-an
Indonesia masih di bawah kekuasaan perusahaan dagang Belanda yang bernama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie). arsitektur Kolonial belanda kehilangan orientasinya pada bangunan tradisional di Belanda serta tidak mempunyai suatu orientasi bentuk yang jelas.
bangunan-bangunan itu tidak diusahakan untuk beradaptasi dengan iklim dan lingkungan setempat.
BENTENG
Jumlah benteng di Indonesia sekitar 108 buah; banyak di antaranya yang sudah hancur Fungsinya: untuk kepentingan pertahanan (tempat kedudukan pasukan Belanda sekaligus; tempat penimbunan barang komoditas perdagangan; penjara. Fungsi saat ini: museum, obyek wisata Karakter bangunan: kokoh, tertutup, terdapat menara bastion di sudut-sudutnya (segi empat atau segi lima), memiliki bunker (penjara bawah tanah); style bangunan menyesuaikan waktu pendiriannya
KARAKTERISTIK RUANG
Posisinya strategis; di dekat pelabuhan (di tepi laut) atau sungai Bentuk dasar segi-empat dengan tambahan di bagian sudutsudutnya berupa menara pengintai Pusatnya merupakan ruang terbuka Bangunan disusun di bagian sisi-sisinya Terdapat ‘sumbu’ di bagian tengahnya Fasilitas-fasilitas yang tersedia di dalam benteng antara lain: kantor, barak/asrama tentara, rumah pimpinan, penjara, gudang persenjataan, gudang peluru/mesiu, ruang-ruang servis (dapur, ruang makan, tempat mandi), dll Ruangnya tertutup, akses masuk hanya satu, yaitu dari arah depan. Pada Benteng Rotterdam pintu masuk benteng tingginya 5 meter, dan lebarnya 2 meter. Tebal dinding benteng antara 1,5 – 2meter
KARAKTERISTIK BENTUK
Karakter arsitektur kolonial sangat dominan; hampir seluruhnya menunjukkan bentuk bangunan dengan style Eropa Bangunan-bangunan di dalam benteng juga menunjukkan karakter arsitektur Eropa; belum berupaya beradaptasi dengan arsitektur lokal Atapnya tajam dengan volume ruang atap besar, beberapa menggunakan dormer, ujung jendela dan pintu meruncing atau melengkung, eksplorasi batu alam dengan gaya arsitektur klasik (mis, benteng Vastenberg) Penyesuaian terutama dilakukan sebagai upaya mengantisipasi permasalahan iklim tropis (curah hujan, kelembaban, panas matahari, angin, dsb.) Sebagian besar menunjukkan dominasi penggunaan kolom-kolom Yunani/Romawi sebagaimana arsitektur klasik Eropa; atau menggunakan model pintu gerbang Eropa klasik
BENTENG MARLBOROUGH, BENGKULU
BENTENG VASTENBERG, SOLO
A.Kasteel kedua, 1.Kasteel pertama, 2-5. Kubukubu (di dalam kubu 2 ada kapel, 6.Rumah Gub.Jend eral, 79.Rumah & Gudang,
Kondisi Batavia1627
Benteng Rotterdam, Makassar
Tembok benteng Benten g
Kolonisa si, konfront asi
Bangunan individualis Benteng
Akses masuk
Lingkungan luar benteng • Pembatas tegas, jelas, kokoh • Hubungan dengan ruang di luarnya memiliki akses terbatas dan ketat • Suasana lingkungan di dalamnya memiliki perbedaan karakter dengan lingkungan
ARCHITECTURE AS A SYMBOL
TAHUN 1800-AN SAMPAI TAHUN 1902 pemerintah Belanda mengambil alih Hindia Belanda dari perusahaan dagang VOC. Setelah pemerintahan Inggris yang singkat pada tahun 1811-1815, Hindia Belanda kemudian sepenuhnya dikuasai oleh Belanda.
Hindia Belanda pada waktu itu diperintah dengan tujuan untuk memperkuat kedudukan ekonomi negeri Belanda.
Belanda pada abad ke 19 harus memperkuat statusnya sebagai kaum kolonialis dengan membangun gedunggedung yang berkesan grandeur (megah).
Tata Ruang dipengaruhi oleh Keberadaan Benteng Contoh Batavia (Abad 17-18) Benteng awal mengala mi perluasan ke arah Kota selatan dikelilingi oleh dinding
Tata Ruang dipengaruhi oleh Keberadaan Benteng Contoh Batavia (Abad 17-18)
Karakter urban yang utama adalah JARINGAN KANAL mengikuti keadaan di Belanda. Batavia dibangun dengan referensi Amsterdam sebagai modelnya Pembagian wilayah ke dalam wijk atau blok-blok (juga bahkan di luar dinding benteng)
Tata Ruang dipengaruhi oleh Keberadaan Benteng Contoh Batavia (Abad 17-18)
Pembagian wilayah ke dalam wijk atau blok-blok di luar kota
Tata Ruang dipengaruhi oleh Keberadaan Benteng Contoh Batavia (Abad 17-18)
Bagian-bagian di dalam benteng a.l.: M. Gereja L. Balai Kota K. Halaman Balai Kota
Tata Ruang dipengaruhi oleh Keberadaan Benteng Contoh Batavia (Abad 17-18)
Gereja Salib (1640-1732) Gereja pertama di Batavia
Tata Ruang dipengaruhi oleh Keberadaan Benteng Contoh Batavia (Abad 17-18)
Balai Kota dan Halamannya
TAHUN 1902-1920-AN kaum liberal di negeri Belanda mendesakkan apa yang dinamakan politik Etis untuk diterapkan di tanah jajahan. Sejak itu pemukiman orang Belanda di Indonesia tumbuh dengan cepat. Dengan adanya suasana tersebut maka "Indische Architectuur" menjadi terdesak dan hilang, sebagai gantinya muncul standart arsitektur yang berorientasi ke Belanda. Pada 20 tahun pertama inilah terlihat gaya arsitektur modern yang berorientasi ke negeri Belanda.
Amsterdam Town Hall
Eks Balaikota Jakarta
TAHUN 1920 SAMPAI TAHUN 1940-AN
Pada tahun 1920-an muncul gerakan pembaharuan dalam arsitektur, baik nasional maupun internasional di Belanda yang kemudian mempengaruhi arsitektur kolonial Belanda di Indonesia.
Pada masa tersebut muncullah beberapa arsitek Belanda yang memandang perlu untuk memberi ciri khas pada arsitektur Hindia Belanda. Mereka ini menggunakan kebudayaan arsitektur tradisional Indonesia sebagai sumber pengembangannya.
TIPE BANGUNAN
Rumah tinggal (milik) pribadi/perorangan - Masyarakat kelompok ekonomi atas, menengah, bawah Rumah dinas (milik perusahaan) - Pegawai kelas 2, kelas 1, kepala bagian, manager, pejabat Villa
RUMAH TINGGAL Karakter visual rumah kolonial Belanda:
Sosok bangunan awalnya simetris; sejak tahun 1920-an menunjukkan kecenderungan munculnya pola asimetris. Pola ini terlihat pada fasade akibat pola ruang yang juga berubah menjadi asimetris
Pola simetris diperkuat oleh susunan jendela dan pintu depan yang simetris
Bentuk atap sebagian besar perisai atau limas dengan sudut tajam (sekitar 450) atau pelana dengan penonjolan gevel
Material utama bangunan adalah bata dengan konstruksi 1 batu
Konstruksi bangunan disesuaikan dengan iklim tropis, misalnya dengan : • Ruang seluas mungkin dengan atap tinggi dan tembok tebal • Lantai marmer dianjurkan agar tercipta suasana sejuk; atau ubin terasso yang berpori • Ventilasi untuk sirkulasi udara dengan jendela warna-warni (khas Art Deco)
RUMAH TINGGAL Karakter spasial rumah kolonial: Pola ruang awalnya simetri dengan hirarki makin ke belakang makin privat; perkembangan selanjutnya menunjukkan pola asimetris, tetapi pada umumnya menunjukkan hirarki yang sama meskipun batasnya tidak lagi setegas sebelumnya. Bagian depan umumnyaterdapat halaman luas dan serambi atau teras. Rumah orang-orang kaya atau pejabat biasanya memiliki serambi belakang dan taman kecil di belakang untuk tempat minum teh di sore hari Rumah-rumah besar memiliki ruang tengah yang besar tempat diadakannya pesta-pesta dansa Rumah-rumah pejabat atau kelompok ekonomi atas bangunan tambahan sebagai ruang untuk pembantu, kandang kuda, dsb. Sejak 1900-an, ukuran rumah semakin mengecil dan bangunan tambahan mulai banyak menghilang. Ruang untuk pembantu tetap diletakkan di bagian belakang Rumah pimpinan pada suatu kompleks rumah dinas terletak di ‘pusat’ permukiman dengan kelengkapan sarana-prasarananya Kompleks rumah dinas membentuk cluster-cluster rumah sesuai dengan kelas sosial atau jabatan dalam perusahaan
CONTOH KASUS
RUMAH DINAS
Didesain sesuai dengan standar bangunan Pengelompokan sesuai kelas/jabatan Tipe bangunan seragam, atau sejenis Rata-rata rumah dinas dibangun pada periode akhir 1800 hingga awal 1900 Kompleks rumah dinas menjadi ‘pusat’ bagi lingkungan sekitarnya
KARAKTERISTIK
Atap perisai atau limasan dengan komposisi tunggal, ganda, atau lebih. Sudut atapnya tajam, sekitar 45 0 dengan bahan genteng. Sudut atap yang tajam bermanfaat sebagai climate modifier Beberapa dilengkapi dormer, gevel, dan ornamen-ornamen atap lainnya dengan ciri arsitektur kolonial yang kuat Fasade frontal, menghadap ke arah jalan. Tipe yang dibangun setelah 1900an menunjukkan adanya pintu utama di sisi samping, tidak lagi frontal Susunan dan pola ruang awalnya simetris, tipe akhir cenderung asimetris Konstruksi dibangun sesuai standar sehingga terlihat kokoh, kuat, dan besar Bangunan-bangunan rumah dinas menjadi ‘ikon’ bangunan/ rumah modern bagi lingkungannya. Terjadi proses peniruan atau konversi gaya pada rumah-rumah rakyat
CONTOH KASUS
VILLA
VILLA ISOLA
VILLA MERAH
KARAKTERISTIK: • Susunan fasade dan ruang simetris • Berkembang sesuai dengan gaya yang menjadi trend pada waktu itu • Karakter kolonial Belanda lebih kuat / menonjol • Material bangunan mewah