Aristotle

  • Uploaded by: AkbarFahrezaPutra
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Aristotle as PDF for free.

More details

  • Words: 2,182
  • Pages: 9
ARISTOTLE

A. Biografi Dia lahir 384 SM di Stagira, sebuah kota koloni di semenanjung Chalcidice, yang berada di wilayah Macedonia, yang terletak di sebelah utara Yunani, atau yang kini menjadi Yunani Utara. Dia meninggal tahun 322 SM. Ayahnya bernama Nichomachus, seorang sahabat dan dokter keluarga Amyntas II, raja Macedonia, ayah raja Philippos, dan kakek Alexandros yang kemudian dikenal dengan nama Alexander Agung. Meskipun telah lama tinggal di Macedonia, tetapi Nichpmachus adalah orang asli Yunani. Berbeda dari Plato, yang merupakan keturunan bangsawan, Aristoteles berasal dari keluraga menengah. Sejak kecil, Aristoteles diasuh dan dididik oleh ayahnya sendiri dalam bidang kedokteran. Ayahnya berharap jika besar nanti, Aristoteles dapat menggantikan ayahnya sebagai dokter keluarga raja Macedonia. Namun, harapan ayahnya tidak terwujud, karena sebelum Aristoteles berhasil menamatkan pelajarannya, ayahnya telah meninggal dunia. Meskipun begitu, sanga ayah telah berhasil mewariskan minat yang besar terhadap biologi kepada anaknya yang tampaknya terhadap karyanya di kemudian hari. Mengenai kisah masa muda Aristoteles, sekurang-kurangnya terdapat dua versi yang saling berbeda satu dengan lainnya. Menurut para pengagumnya, ketika Aristoteles masih berusah sangat muda, yaitu tujuh tahun, ia berangkat ke Athena dan menjadi murid Plato. Menurut mereka, Aristoteles menjadi murid kesayangan Plato selam dua puluh tahun. Mereka yang mengagumi Aristoteles itu tidak pernah mengatakan bahwa dia sangat sembrono dan serampangan. Sedangkan menurut versi lain dikatakan bahwa sepeninggal ayahnya, Aristoteles yang masih muda itu hidup berfoya-foya dan menghambur-hamburkan harta warisan orang tuanya. Ketika harta orang tuanya telah habis dan lenyap, dia mendaftarkan diri sebagai tentara untuk menyambung hidupnya agar tidak mati kelaparan. Menurut versi ini, sesudah mendapat bekal dan modal yang cukup, Aristoteles kemudian kembali ke kota kelahirannya di Stageira dan salama beberapa tahun di sana ia dikenal sebagai seorang dokter muda yang mencoba mempraktikkan segala ilmunya yang ia peroleh dari ayahnya. Pada usia

30 tahun, ia meninggalkan Stageira dan berangkat menuju Athena, lalu mendaftarkan diri menjadi murid Plato. Jika versi ini benar, berarti Aristoteles hanya belajar di Akademia Plato selama delapan tahun, dan bukan 20 tahun. Namun, dalam beberapa rujukan cenderung mendukung pendapat pertama, bahwa Aristoteles belajar di Athena selama 20 tahun, dan bukan delapan tahun seperti pada pendapat kedua. Selama belajar di Akademia Plato, Aristoteles mempelajari berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti Matematika, Politik, Etika dan berbagai ilmu pengetahuan lain. Selain itu, ia mempunyai hobi mengumpulkan buku sehingga dalam waktu yang relatif singkat, rumahnya telah menjadi penuh buku, sehingga menyerupai perpustakaan. Tidak heran jika Si maha guru Plato, menyebut rumah Aritoteles sebagai “rumah si tukang baca”.

Aristoteles merupakan salah satu murid Plato yang sangat cepat dikenal karena dia tidak mau sekedar bernaung dibawah keagungan sang guru. Itu pula sebabnya dia dikenal sebagai murid “tukang kecam” dan senang mendebat sang guru yang banyak dihormati oleh banyak muridnya yang lain, kendati kecamannya sering kali tidak relevan, dan menunjukkan ketakfahamannya terhadap ajaran Plato. Namun, jika ditanya mengapa dia mengecam Plato, dia akan menjawab: “Amicus Plato, sed magis amica veritas” yang berarti “Plato kukasihi, tapi aku lebih mengasihi kebenaran.” Oleh karena itu, sebagian pakar berpendapat bahwa hubungan Aristoteles dan Plato sesungguhnya telah retak sejak jauh sebelum menjelang kematian Plato. Oleh sebab itu, Plato tidak menunjuk Aritoteles untuk menjadi penggantinya dalam memimpin Akademia, melainkan menunjuk Speusippos. Hal itu tentu sangat mengecewakan Aristoteles.

Plato meninggal pada 347 SM, dan pada tahun itu juga Aristoteles bersama dengan teman sekelasnya bernama Xenokrates meninggalkan Athena. Mereka berangkat menuju ke pantai Asia Kecil, pertama-tama tinggal di Atarneus, lalu pindah ke Assos kemudian tinggal di Mitylene. Penguasa Atarneus saat itu adalah Hermeias yang adalah alumnus Akademia Plato. Tentu kedatangan Aristoteles dan Xenakrates dismbut gembira oleh Hermeias, bahkan meminta mereka untuk membantu mengajar di sekolah yang telah didirikan oleh Erastos dan Koriskos, dua murid yang dikirim Plato dari Akademia atas permintaan Hermeias. Hubungan mereka sangat akrab, bahkan akhirnya Aristoteles menikah dengan Pythias, yang merupakan anak angkat dan kemenakan Hermeias sendiri. Sepasang insan itu hidup bahagia. Namun, setahun kemuadian yaitu tahun 343 SM negara yang dikuasai Hermeias ditaklukkan oleh tentara Persia dan Hermeias dibawa ke Persia dan dibunuh disana. Akhirnya Aristoteles dan

keluarganya menyingkir ke daerah-daerah sekitar dan menetap beberapa waktu di Mitylere atas undangan Theophrastus, sahabatnya semenjak mereka belajar di Akademia Plato. Di tahun 342 SM Aristoteles menerima undangan khusus dari Philippos, raja Macedonia, agar dia bersedia mendidik putra mahkotanya, Alexandros atau Alexander. Undangan itu dipenuhi. Dia mendidik Alexandros selama dua tahun, dan berhasil mendidik calon pemimpin yang terampil, meski sebelumnya Alexandros dikenal sebagai seorang remaja yang serampangan,

mudah

tersinggung,

mudah

marah,

dan

berbagai

perangai

buruk

lainnya. Alexndros juga terkesan dengan pendidikan yang diberikan oleh Aristoteles, sehingga meskipun telah dilantik menjadi pejabata raja pada 340, Alexandros tetap menghoramti Aristoteles sebagaiman menghormati ayahnya sendiri.

Tahun 336 SM Philippos wafat dan digantikan oleh putra mahkota yang sudah dipersiapkan, yaitu Alexadros. Ia menaklukkan Persia dan berbagai tempat lainnya, yang di kemudian hari ternyata merupakan penaklukan dunia. Di saat Alexander berkuasa, Aristoteles kembali ke Athena. Ia kemudian mendirikan sekolah sendiri di Athena, yaitu di lapangan senam yang merupakan bagian dari halaman Kuil Dewa Apollo Lykeios (Dewa Pelindung terhadap serigala). Karena terletak di halam Kuil Lykeios, maka sekolah itu dinamakan Lykeion yang dalam bahasa Latin disebut Lyceum. Sekolah itu kemudian menjadi populer mengalahkan popularitas sekolah Isocrates yang selama ini telah berhasil mendidik para pemimpin Athena, dan berada di urutan kedua setelah Akademia Plato yang saat itu dipimpin oleh Xenakrates yang menggantikan Speusippos. Aristoteles jatuh sakit dan meninggal dunia pada 322 SM, yang kemungkinan disebabkan oleh pekerjaannya yang tak mengenal batas. Saat meninggal dunia, ia berumum sekitar enam puluh tahun.

B. Pemikiran dan Teori Pola pemikiran Aristoteles ini merupakan perubahan yang radikal. Menurut Plato, realitas tertinggi adalah yang kita pikirkan dengan akal kita, sedang menurut Aristoteles realitas tertinggi adalah yang kita lihat dengan indera-mata kita. Aristoteles tidak menyangkal bahwa bahwa manusia memiliki akal yang sifatnya bawaan, dan bukan sekedar akal yang masuk dalam kesadarannya oleh pendengaran dan penglihatannya. Namun justru akal itulah yang merupakan ciri khas yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Akal dan kesadaran manusia kosong sampai ia mengalami sesuatu. Karena itu, menurut Aristoteles, pada manusia tidak ada idea-bawaan. Pemikiran Aristoteles merupakan hartakarun umat manusia yang berbudaya. Pengaruhnya terasa sampai kini,itu berkat kekuatan sintesis dan konsistensi argumentasi filsafatinya, dan cara kerjanya yang berpangkal pada pengamatan dan pengumpulan data. Singkatnya, ia berhasil dengan gemilang menggabungkan (melakukan sintesis) metode empiris-induktif dan rasional-deduktif tersebut diatas.Ada beberapa hasil beberapa hasil pemikiran Aristoteles antara lain: 1. Phylo-Easy (Phylosophy is Easy, Fisafat itu mudah ) Aristoteles merupakan filsuf barat terakhir yang mengetahui segala bidang ilmu. Dibidang ilmu pengetahuan ia memberikan sumbangan dibidang antonomi,geologi,meteorologi,fisika,biologi dan zoologi. Dibidang filsafat ia menulis ilmu etestika ,etika ilmu pemerintahan,metafisika, ilmu politik, physikology,retorika dan teologi. Sedangkan dibidang pendidikan yaitu ilmu budaya asing,sastra dan puisi. Ia selalu menampilkan data yang sangat kaya dan terklasifikasi dengan baik. Karena ilmiah dia dianggap Bapak ilmu Empiris dan Metode Ilmiah. Dia berpendapat bahwa alam semesta ini bersifat teologis dan bertujuan. Jadi, keberadaan dan proses yang terjadi dialam semesta ini bergerak menurut sebuah tujuan tertentu. Etika Aristoteles adalah manusia yang bertindak dengan pikiran yang rasional dan bijaksana untuk tujuan kebajikan. Berbeda dengan fisuf lainnya, misalnya Plato, Sokrates,dan Filsuf pra Sokrates, Aristoteles menolak ide bahwa berbagai ilmu tentang keingintahuan manusia dapat disatukan dalam satu filsafat universal. Ia berpendapat bahwa tiap cabang ilmu memiliki perbedaan aksioma dan memiliki derajat presisi masing-masing. Jadi, ia menolak hukum kepastian terhadap manusia dan alam, tetapi tetap percaya pada landasan kategori yang dapat diterapkan pada semua fenomena, seperti kualitas, kuantitas, subtansi dan hubungannya. Karya Aristoteles yang sangat mempengaruh arah perkembangan peradaban di zaman yaitu dibidang fisika sebelum diganti oleh fisika modern.

2. Metode Ilmiah Jika filsafat Plato pada semesta yang bersifat ide, kemudian pada kondisi empiris sehari-hari sebagai derivasinya, mka Aristoteles menjelaskan semesta dengan penelitian terhadap fenomena khusus kemudian dicari esensi pengetahuannya atau metode Plato yang diajukan adalah deduktif sedangkan Aristoteles adlah deduktif dan induktif. Bagi Aristoteles, filsafat alam adalah cabang dari filsafat yang membahas masalah fenomena alam yang mencakup fisika, biologi dan ilmu pengetahuan alam yang lain. Pada zaman modern justru filsafatlah yang dibatasi pada hal-hal abstrak,seperti etika dan metafisika denagn logika yang memegang peranan yang penting. Pada zaman Aristoteles,penjelajahan intelektual filsafat mencakup segala hal yang membutuhkan sumbangan intelektual. Bagi Aristoteles,ilmu pengetahuan yang dijelajahi boleh bersifat praktis empiris,teoritis dan seni puitis. 3. Phylobis (Filsafat dan Bisnis, Penerapan Filsafat dalam praktek bisnis) Aristoteles dianggap sebagai Bapak ilmu empiris dengan memelopori pengumpulan data yang komprehensif dan sistematis. Dalam praktek bisnis,peran pengumpulan data pasar,data riwayat perkembangan produktif, data pesaing sangat penting untuk pengambilan keputusan. Filsafat Aristoteles yang menyatakan bahwa alam semesta ini bersisfat teleogis(memilki tujuan penciptaan) menghasilkan konsekuensi yang berupa filsafat etika. Filsafat etika yang diajukannya adalah manusia yang bertindak dengan berfikir secara rasional dan bijaksana dengan tujuan kebajikan. Penerapan dalam etika,bisnis adalah adalah berbisnislah dengan cara yang rasional dan arahkan bisnis dengan tujuan kebajikan.

C. Tokoh-tokoh yang mempengaruhi pemikiran Aristotle 1. Parmenides Parmenides mempengaruhi pemikiran Aristoteles tentang pembagian Potensi dan Realisasi.

2. Heraclitus Aristoteles menggunakan tiga ide Heraclitus yaitu: meletakkan prinsip Kedua, Heraclitus menegaskan gagasan bahwa hal yang sama mungkin berdua akan dan tidak, sehingga melanggar hukum non-kontradiksi. "Doktrin Heraclitus, yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang bisa dan tidak, tampaknya membuat segala sesuatu yang benar." dan "Mungkin bahkan Heraclitus sendiri telah dipaksa untuk mengakui bahwa pernyataan yang berlawanan tidak pernah bisa benar sama mata pelajaran, seperti itu, ia mengadopsi teori ini melalui ketidak tahuan tentang apa ajarannya tersirat.”

3. Democritus Democritus mengembangkan teori tentang penyusun suatu materi. Menurut Democritus jika suatu materi dibelah terus-menerus suatu ketika akan diperoleh suatu partikel fundamental yang disebut sebagai atom (Yunani: atomos = tidak terbagi). Pendapat ini ditolak oleh Aristoteles (384–322 SM), yang berpendapat bahwa materi bersifat kontinu (materi dapat dibelah terus-menerus sampai tidak berhingga). Aristoteles lebih menyetujui teori Empedokles, yaitu materi tersusun atas api, air tanah dan udara. Sekitar tahun 1592 – 1655. Apa yang telah dikemukakan oleh Democritus tidak bertahan secara fisik, tetapi teori atomnya telah ditulis oleh Aristotle (walaupun dia adalah rival terbesar Democritus dalam hal pengetahuan alam) 4. Plato

Hubungan antara Plato (429-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM) adalah hubungan antara guru dan murid. Pengaruh keduanya juga dipengaruhi oleh Socrates (469-399 SM), karena Plato sendiri juga murid Socrates pada awalnya, akan tetapi antara Plato dan Aristoteles mempunyai pandangan yang berbeda mengenai sebuah konsep Negara Ideal. Keduanya telah membentuk dan mengenalkan konsep negara, pemerintahan, dan perundang-undangan dengan bertitik tumpu pada landasan etika yang berhubungan dengan persoalan baik dan buruk, seperti cara kita memandang satu

masalah kehidupan, antara keadilan dan kebajikan. Perbedaan pemikiran kedua tokoh tersebut bisa kita lihat dari buku monumental yang mereka tulis, Plato menuliskan buku yang berjudul Republica sedangkan Aristoteles menuliskan buku Politica. Sebenarnya pemikiran Aristotles mengenai konsep negara ideal juga tidak terlepas dari pemikiran seorang Plato, bahkan Aristoteles juga mengatakan bahwasannya negara yang paling ideal adalah bentuk kerajaan yang dipimpin oleh filsuf raja. Karena dia mempunyai anggapan yang sama tentang Plato bahwa untuk menciptakan sebuah kesejahteraan umum diperlukan seorang pemimpin yang mempunyai kebaikan dan kebajikan. Meskipun Aristoteles juga memiki pandangan yang sama mengenai konsep negara ideal. Tetapi Aristoteles mengatakan bahwasannya konsep negara tersebut tidak akan menjadi sebuah kenyataan karena sangatlah sulit untuk mencari manusia yang mempunyai kebijaksanaan seperti itu. Dan hal itu tidak akan pernah terwujud.

Plato dan Aristoles sebenarnya mempunyai pandangan yang sama dalam bentuk pemerintahan yang ideal mereka juga berpandangan bahwa sebuah pemerintahan itu yang paling Ideal dipimpin oleh seorang Filsuf raja yang mempunyai kebaikan, kebajikan, dan kebijaksanaan dalam mengatur penyelengaraan pemerintahan. Namun perbedaan muncul disini ketika Aristoteles mengkritik pemikiran Plato yang hanya mengandalkan

angan-angan

dan

ide.

Aristoteles

mengatakan

bahwasannya

pemerintahan yang ideal yang dipimpin oleh seorang filsuf raja sangat tidak realistis karena sulitnya menemukan seseorang yang mempunyai kearifan seperti itu, dia menjelaskan bahwa bentuk pemerintahan Politiea. Bentuk pemerintahan yang paling realistis yang bisa menjalankan tujuan dasar negara yaitu memanusiakan manusia. Untuk melaksanankan tujuan itu diperlukan konstitusi dan landasan hukum yang kuat agar tidak terjadi sebuah kekacauan, selain itu pemikiran orang banyak menurut Aristoteles merupakan hal yang dapat mencapai sebuah keputusan yang baik karena gabungan kebijaksanaan dan pengalaman orang banyak lebih baik daripada hasil pemikiran segelintir orang yang pandai sekalipun.

DAFTAR PUSTAKA

Boharudin. 2011. Riwayat Aristoteles dan Pemikirannya (Online). (http://boharudin.blogspot.com/2011/04/riwayat-aristoteles-dan-pemikirannya.html) E.J. Brill’s. First Encyclopaedia of Islam 1913-1936, Vol. I, (Leiden : E.J. Brill, 1993), hal. 432. Jacop E. Safra, The New Encyclopaedia Britannica, Vol. I, Edisi ke 15, (Chicago : Encyclopaedia Britannica Inc, 2005), hal. 556. Mart, Kundert. 2008. Parmenides, Plato, Aristotle, and Reason (Online). (http://pirsigaffliction.blogspot.com/2008/03/parmenides-plato-aristotle-andreason.html) David C. Lindberg, The Beginnnings of Western Science, University of Chicago Press: 1992, p. 33 Beavers,Anthony F. Heraclitus of Ephesus. (Online) (http://faculty.evansville.edu/tb2/trip/heraclitus.html) Guthrie, W. K. C. A History of Greek Philosophy. Vol. 1. Cambridge: Cambridge University Press, 1962. Kahn, Charles. The Art and Thought of Heraclitus. Cambridge: Cambridge University Press, 1987. Darry, Mohammad. 2013. Plato dan Aristoteles (Online). (http://mohammad-darryfisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-80704-Pemikiran%20Politik%20BaratPlato%20dan%20Aristoteles.html) Hadiwijono, Harun (1980) Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Jogjakarta: Kanisius, 38-45 Rapar, J.H (1988) Seri Filsafat Politik 1; Filsafat Politik Plato. Jakarta: CV. Rajawali, 57-67 Rapar, J.H (1988) Seri FilsafatPolitik 2; Filsafat Politik Aristoteles. Jakarta: CV. Rajawali, 33-44

TOKOH FILSUF ARISTOTLE (memenuhi tugas mata kuliah filsafat yang dibimbing oleh Ibu Andini)

Oleh: KELOMPOK 2 Zahwa Irsalina

135120401111052

Septy Fryda Duta M

135120407111020

Aldys Ketzia Olongsongke

135120407111022

Royyan Hadela

135120407111030

Zarra Valmayrila

135120407111046

Akbar Fahreza Putra

135120401111046

Verizza Rizki Pribadi

135120407111016

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013

Related Documents

Aristotle
June 2020 39
Aristotle
August 2019 46
Aristotle
October 2019 49
Aristotle
May 2020 29
Aristotle
October 2019 37
Aristotle
December 2019 34

More Documents from ""

Aristotle
August 2019 46
Filsafat
August 2019 58
Filsafat.docx
August 2019 42