Arda Jurnal Awal.docx

  • Uploaded by: mahes
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Arda Jurnal Awal.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,209
  • Pages: 22
A. TUJUAN PRATIKUM 1. Untuk mengetahui dan memahami teknik sterilisasi dengan menggunakan autoklaf. 2. Untuk mengetahui dan memahami cara pembuatan media yang tepat. 3. Untuk mengetahui dan memahami teknik pemindahan mikroba secara aseptis. 4. Untuk mengetahui dan memahami teknik isolasi dan penanaman mikroba.

B. Teknik Sterilisasi 1. Dasar Teori 1.1 Sterilisasi Sterilisasi merupakan suatu proses menghancurkan atau memusnahkan semua mikroorganisme termasuk spora, dari sebuah benda atau lingkungan. Peranan sterilisasi pada pembuatan makanan yaitu berfungsi untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh mikroorganisme dan memperpanjang waktu simpan (Purnawijayanti, 2001). Prinsip dasar sterilisasi yaitu memperpanjang umur simpan bahan pangan dengan cara membunuh mikroorganisme yang ada di dalamnya. Mikroorganisme yang tumbuh pada produk pangan biasanya dapat mencemari produk pangan dan membuat makanan lebih cepat basi. Mikroorganisme pembusuk tersebut bisa berupa bakteri, khamir (yeast) dan kapang (jamur) (Hiasinta, 2001). Menurut Machmud (2008) terdapat tiga macam sterilisasi, yaitu fisik, kimia, dan mekanik. 1) Sterilisasi Secara Fisik Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & pemijaran.  Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L dan lain-lain.

 Sterilisasi panas kering : sterilisasi dengan oven umumnya pada suhu 160-1700C selama 1-2 jam. Sterilisasi panas kering cocok untuk sterilisasi serbuk yang tidak stabil terhadap uap air, alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dan lain-lain.  Sterilisasi uap panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Sterilisasi dengan menggunakan uap panas dibawah tekanan dengan menggunakan autoklaf. Pada sterilisasi ini umumnya dilakukan dalam uap jenuh dalam waktu 15 menit dengan suhu 1210C. 2) Sterilisasi Kimia Sterilisasi secara kimiawi menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol. Antiseptik kimia biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol. Proses sterilisasi antiseptik kimia ini biasanya dilakukan dengan cara langsung memberikan pada alat atau media yang akan disterilisasi. Pemilihan antiseptik terutama tergantung pada kebutuhan dari tujuan tertentu serta efek yang dikehendaki. 3) Sterilisasi Mekanik (Filtrasi) Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan serum, enzim, toksin kuman, ekstrak sel dan lain-lain. (Fauzi, 2013) 1.2 Autoclave Autoclave adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (1210C, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit. Penurunan tekanan pada autoclave tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme,

melainkan meningkatkan suhu dalam autoclave. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh microorganisme. Autoclave ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik. Perhitungan waktu sterilisasi autoclave dimulai ketika suhu di dalam autoklaf mencapai 121 °C. Jika objek yang disterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer panas pada bagian dalam autoclave akan melambat, sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua objek bersuhu. Pada prinsipnya, sterilisasi autoklaf menggunakan panas dan tekanan dari uap air. Biasanya untuk mensterilkan media menggunakan temperatur 121ºC dengan tekanan 2 bar selama 15 menit. Alasan mengapa digunakan temperatur 121ºC karena pada saat itu menunjukkan tekanan 2 bar yang akan membantu membunuh mikroorganisme dalam suatu benda. Pada saat sumber panas dinyalakan, air yang ada di dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk akan mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan temperatur yang sesuai, maka proses strerilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga tercapai tekanan normal. (Anggari, Catur Putri, 2008) 2. Alat dan Bahan 

Autoklaf

3. Cara Kerja Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf. Air harus sampai ke batas yang telah ditentukan, dan gunakan air steril agar tidak terbentuk karat pada lat tersebut.

Masukkan semua peralatan yang akan disterilkan demikian juga bahan ataupun media yang akan digunakan.

Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap yang keluar dari bibir autoklaf.

Nyalakan autoklaf, atur waktu (minimal 15 menit).

Tunggu

samapai

air

mendidih

sehingga

uapnya

memenuhi

kompartemen autoklaf dan terdesak keluar dari klep pengaman. Tutup klep pengaman sampai kencang.

Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisuregauge menunjuk ke angka nol). Kemudian klepklep pengaman dibuka

4. Hasil Pengamatan

5. Daftar Pustaka http://eprints.undip.ac.id/58579/6/Bab_II.pdf http://eprints.undip.ac.id/58687/5/BAB_II.pdf http://digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi722-drafseminar.pdf

C. Teknik Pembuatan Media 1. Dasar Teori Media merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk menumbuhkan mikroorganisme baik dalam mengkultur bakteri, jamur, dan mikroorganisme lain (Benson, 2002). Suatu media dapat menumbuhkan mikroorganisme dengan baik diperlukan persyaratan antara lain: Media diinkubasikan pada suhu tertentu, kelembapan harus cukup, pH sesuai, dan kadar oksigen cukup baik, media pembenihan harus steril, media tidak mengandung zat-zat penghambat, dan media harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan mikroorganisme (Jutono, 1980; Radji, 2010). Nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhan meliputi karbon, nitrogen, unsur non logam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air, dan energi (Cappucino, 2014). Media pertumbuhan dapat berupa media cair, media kental (padat), media yang diperkaya, media yang kering dan media yang 2 sintetik (Dwidjoseputro, 2005), sedangkan menurut Benson (2002) media pertumbuhan mikrooorganisme berupa media padat, media cair dan media semi padat. Pembiakan mikrobia di laboratorium memerlukan media yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi mikroba. Media adalah suatu bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba yang terdiri atas campuran nutrisi atau zatzat makanan. Selain untuk menumbuhkan mikroba,

media dapat juga digunakan untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikroba (Lay, 1994; Jutono dkk, 1980). Syarat media yang baik untuk pertumbuhan mikroba adalah lingkungan kehidupannya harus sesuai dengan lingkungan pertumbuhan mikroba tersebut, yaitu : susunan makanannya (media 25 harus mengandung air untuk menjaga kelembaban dan untuk pertukaran zat/metabolisme, juga mengandung sumber karbon, mineral, vitamin dan gas), tekanan osmose yaitu harus isotonik, derajat keasaman/pH umumnya netral tapi ada juga yang alkali, temperatur harus sesuai dan steril. Media harus mengandung semua kebutuhan untuk pertumbuhan mikroba, yaitu: sumber energi (contoh: gula), sumber nitrogen, juga ion inorganik essensial dan kebutuhan yang khusus, seperti vitamin (Jawetz dkk, 1996). Berdasarkan komposisi kimianya, media dapat dibedakan menjadi media sintetik yaitu media yang susunan kimianya diketahui dengan pasti, medium ini biasanya digunakan untuk mempelajari kebutuhan makanan mikroba. Media non sintetik (kompleks) yaitu media yang susunan kimianya tidak dapat diketahui dengan pasti, media ini digunakan untuk menumbuhkan dan mempelajari taksonomi mikroba. Berdasarkan konsistensinya media dapat dibedakan menjadi : media cair, media padat, dan media padat yang dapat dicairkan (Lay, 1994; Jutono dkk, 1980; Jawetz dkk, 1996). Media pertumbuhan mikrobia dapat dibedakan berdasarkan sifat fisiknya, komposisi media dan tujuan kegunaannya sebagai berikut : a. Berdasarkan sifat fisiknya media pertumbuhan dapat dibedakan atas 3 yaitu: 1. Medium padat adalah medium yang dalam suhu ruangan berbentuk padat dengan komposisi agarnya mencapai 15%. Contoh : Nutrien Agar (NA), Luria Bertani (LB) Padat 2. Medium setengah padat adalah medium yang dalam suhu ruangan berbentuk: semipadat dengan komposisi agarnya 0.4% 3. Medium cair adalah medium yang dalam suhu ruangan berbentuk cair dimana medium ini tidak mengandung agar. Contoh : nutrient broth (NB), lactose broth (LC)

b. Berdasarkan komposisnya medium pertumbuhan dikelompokkan dalam : 1. Medium sintetis yaitu medium yang komposisi zat kimianya diketahui secara jelas dan pasti. Contohnya glukosa agar 2. Medium semi sintetis yaitu medium yang sebagian komposisinya diketahui secara pasti. Contoh Potato Dekstrose Agar yang terdiri dari agar, deskstrosa dan ekstrak kentang (ekstrak kentang tdk dikethui apa komposisi senyawanya) 3. Medium non sintesis yaitu medium yang dibuat langsung dari bahan dasarnya. Contoh tomato juice agar. c. Berdasarkan tujuan penggunaannya: 1. Media untuk isolasi yaitu media yang mengandung semua unsur essensial untuk pertumbuhan mikroba. Contoh NA 2. Medium selektif: medium yang selain mengandung nutrisi juga mengandung senyawa tertentu yang berfungsi untuk menghambat atau menekan pertumbuhan mikrobia bukan sasaran. Contoh medium Luria Bertani yang ditambah dengan ampisilin untuk menekan mikrobia lainnya. 3. Medium diperkaya: medium yang mengandung bahan dasar untuk pertumbuhan mikroba tetapi ditambah komponen komplek lainnya seperti serum, kuning telur atau lainnya. 4. Medium untuk peremajaan kultur. 5. Medium untuk karakterisasi bakteri

2. Alat dan Bahan 

Media Nutrien Agar (NA) (Oxoid)



Media Nutrien Broth (NB) (Oxoid)



Aquades



Alat alat gelas meliputi :cawan petri Tabung reaksi Batang pengaduk, pipet volume, Erlenmeyer.



Autoklaf



Penangas air

3. Cara Kerja Timbang media NA (Oxoid) dan NB (Oxoid) sesuai prosedur di kemasan. (Catatan : Buatlah 50 ml media NA untuk setiap kelompok kecil praktikum dan 50 ml media NB untuk satu golongan praktikum). Penimbangan media dilakukan secara teliti, kemudian serbuk media dimasukkan secara hati-hati ke dalam Erlenmeyer. Tambahkan aquades dan aduk sampai merata dengan batang pengaduk Panaskan dengan hati-hati menggunakan penangas/elemen pemanas sampai media tercampur homogen (ditunjukkan dengan warna yang kuning jernih). Perhatian :pada saat pemanasan jangan sampai terbentuk buih berlebihan sampai meluap!) Sebelum diautoklaf, tuangkan media NA dengan volume tertentu menggunakan pipet volume : 5 ml ke dalam tabung reaksi untuk NA miring, 10 ml ke dalam tabung reaksi untuk NA tegak, dan sisanya diamkan dalam erlemeyer yang nantinya akan digunakan untuk NA dalam cawan petri. Tutup tabung reaksi dan erlemeyer dengan penutup tabung atau kapas. Sebelum diautoklaf,tuangkan NB ke dalam tabung reaksi. Tutup tabung reaksi penutup tabung atau kapas Sterilkan seluruh media dalam tabung reaksi tersebut dengan menggunakan autoklaf selama 15 menit, tekanan 1 atm suhu 1210C. Setelah diautoklaf : media NA 10 ml dalam tabung reaksi diletakkan tegak pada rak tabung dan biarkan memadat, media NA 5 ml inkubasikan miring dan biarkan memadat. Media sisa NA tuangkan dalam cawan petri secara aspetis dan biarkan memadat. Media NB dibiarkan mendingin. Seluruh media akan digunakan pada praktikum selanjutnya.

4. Hasil Pengamatan

5. Daftar Pustaka https://www.usd.ac.id/fakultas/farmasi/f1l3/PanduMikroBio.pdf http://eprints.ums.ac.id/38854/2/BAB%20I.pdf Modul Mikrobiologi IIKMP Bali

D. Teknik Pemindahan Mikroba Secara Aseptik 1. Dasar Teori Teknik aseptis (suatu metoda atau teknik di dalam memindahkan atau menstranfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur). Teknik ini sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur microbial yang diketahui oleh seseorang yang hendak melakukan analisis mikrobiologi. Pengambilan sampel harus dilakukan secara acak (random sampling). Selain itu digunakan teknik aseptic selama pengambilan sampel agar tidak terjadi pencemaran. Alat-alat yang digunakan harus steril. Bahan makanan cair diambil dengan pipet steril, makanan padat menggunakan pisau, garpu, sendok atau penjepit yang steril (Rachdie, 2006). 2. Alat dan Bahan 

Media NA miring dalam tabung reaksi



Media NA tegak dalam tabung reaksi



Media NB dalam tabung reaksi



Jarum ose



Jarum inokulasi



Kultur murni bakteri Streptococus pyogenes, Staphylococus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli dan Bacillus subtilis



Vortex mixer



Alkohol 70%/Lysol



Lampu Bunsen



Microbial Safety Cabinet

3. Cara Kerja Langkah kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut : Siapkan media NA dan NB (media NA miring, media NA tegak dan media NB) Pemindahan kultur mikroba dilakukan satu persatu untuk masingmasing media.

Longgarkankan tutup tabung/kapas dari masing-masing tabung reaksi yang berisi media (jangan di lepaskan!).

Pegang tabung reaksi yang mengandung kultur murni bakteri di tangan kiri.

Pegang jarum ose pada tangan kanan dan bakar di atas nyala lampu bunsen hingga kawat memijar. Perhatian : pemanasan jarum ose dilakukan dari pangkal ke ujung sampai memijar, sebelum digunakan kawat didinginkan beberapa saat kira kira sekitar 30 detik!

Pegang ose menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, gunakan jari kelingking untuk membuka tutup tabung reaksi (tutup tabung reaksi tetap dipegang seperti posisi semula).

Bakar mulut tabung reaksi, masukkan jarum ose dan ambil 1 ose biakan bakteri.

Bakar kembali mulut tabung reaksi dan tutup tabung reaksi kembali.

Ambillah tabung reaksi yang akan diinokulasi dengan tangan kiri, dengan cara yang sama buka tutup tabung reaksi, dan bakar mulut tabung reaksi

Inokulasikan biakan bakteri pada tabung reaksi inokulasi dengan cara goresan zigzag pada permukaan NA miring.

Bakar mulut tabung reaksi dan tutup tabung reaksi

kembali, kemudian

bakar ose.

Beri label : tanggal percobaan, nama bakteri, teknik pemindahan dan nama kelompok.

Lakukan dengan cara yang sama untuk media nutrien cair/NB menggunakan jarum ose dan media agar tegak secara tusukan tegak lurus menggunakan jarum inokulasi.

Inkubasikan selama

24

jam

pada

suhu

kamar

dan

amati

pertumbuhannya.

4. Hasil Pengamatan

5. Daftar Pustaka Modul Mikrobiologi IIKMP Bali

E. Teknik Isolasi dan Penanaman Mikroba 1. Dasar Teori Untuk menanam suatu mikroba perlu diperhatikan faktor- faktor nutrisi serta kebutuhan akan oksigen (gas, O2 atau udara). Cara menumbuhkan

mikroba yang anaerob sangat berbeda dengan yang aerob.

Mengisolasi

suatu mikroba ialah memisahkan mikroba tersebut dari lingkungannya dan inokulasi adalah proses menanam dan menumbuhkan mikroba sebagai biakan murni dalam medium buatan. Untuk inokulasi harus diketahui caracara menanam dan menumbuhkan mikroba pada medium biakan serta syarat-syarat lain untuk pertumbuhannya. (Jutono dkk, 1980) Macam-macam cara menginokulasi dan menanam mmikrobia ke dalam media padat adalah : 1). Metode Spread Plate (cara tebar/sebar). Teknik spread plate merupakan teknik isolasi mikroba dengan cara menginokulasi kultur mikroba secara pulasan/sebaran di permukaan media agar yang telah memadat. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan biakan kultur mikroba. Karena konsentrasi sel-sel mikroba pada umumnya tidak diketahui, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap, sehingga sekurang-kurangnya ada

satu dari pengenceran itu

yang

mengandung koloni terpisah (30-300 koloni). Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel mikroorganisma dari pengenceran sebelumnya. Koloni mikrobia yang terpisah

memungkinkan

koloni

tersebut

dapat

dihitung.

penegneceran ini ditunjukan pada gambar 1 sebagai berikut :

Tahap

Gambar 1 Skema pengenceran bertingkat Setelah kultur mikroba diencerkan maka selanjutnya dituangkan ke dalam cawan petri yang telah berisi media padat. Cawan petri kemudian diputar secara horizontal dengan gerakan membentuk lingkaran sesuai dengan gambar 2 sebagai berikut :

Gambar 2 Skema inokulasi bakteri dengan metode spread plate

2). Metode Streak Plate (cara gores). Cara gores umumnya digunakan untuk mengisolasi koloni mikroba pada cawan agar sehingga didapatkan koloni terpisah dan merupakan biakan murni. Cara ini dasarnya ialah menggoreskan suspensi bahan yang mengandung mikroba pada permukaan medium agar yang sesuai pada

cawan petri. Setelah inkubasi maka pada bekas goresan akan tumbuh koloni-koloni terpisah yang mungkin berasal dari 1 sel mikroba, sehingga dapat diisolasi lebih lanjut. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Bakteri yang memiliki flagella seringkali membentuk koloni yang menyebar terutama bila digunakan lempengan yang basah. Untuk mencegah hal itu harus digunakan lempengan agar yang kering permukaannya. Terdapat tiga teknik untuk menanam mikroba dengan cara streak plate yaitu sebagai berikut : i.

Goresan sinambung Goresan

sinambung

umumnya

digunakan

bukan

untuk

mendapatkan koloni tunggal, melainkan untuk peremajaan ke cawan atau medium baru. Teknik ini dilakukan dengan cara menyentuhkan ose yanf telah berisi suspense bakteri ke dalam media padat lalu digoreskan secara kontinyu sampai setengah permukaan agar. Putar cawan 180o lalu lanjutkan goresan sampai habis. Gambar skematis teknik sinambung ini dapat dilihat pada gambar 3 sebagi berikut :

Gambar 3. Goresan sinambung

ii.

Goresan T

Teknik ini biasanya bertujuan untuk meremajakan koloni sekaligus untuk mendapatkan koloni tungal. Teknik ini dilakukan dengan membagi cawan menjadi 3 bagian menggunakan spidol marker, inokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag. Panaskan jarum ose dan tunggu dingin, kemudian lanjutkan streak zig-zag pada daerah 2. Cawan diputar untuk memperoleh goresan yang sempurna. Lakukan hal yang sama pada daerah 3. . Gambar skematis teknik T dapat dilihat pada gambar 4 sebagai berikut :

Gambar 4. Goresan T

iii.

Goresan Kuadran Tujuan goresan kuadran adalah untuk mendapatkan koloni tungal. Hampir sama dengan goresan T, namun berpola goresan yang berbeda yaitu dibagi empat. Daerah 1 merupakan goresan awal sehingga masih mengandung banyak sel mikroorganisme. Goresan kedua selanjutnya dipotongkan atau disilangkan dengan goresan pertama. Goresan ketiga dipotongkan dan disilangkan dengan goresan kedua. Lalu goresan keempat dipotongkan lagi dengan goresan ketiga

sehingga jumlah semakin sedikit dan akhirnya

terpisah-pisah menjadi koloni tunggal. Metode kuadran ini ditampikan pada gambar 5 sebagai berikut :

Gambar 5. Goresan Kuadran

3). Metode Pour Plate (cara tabur). Prinsip metode ini adalah mencair pada

menginokulasi medium agar yang sedang

temperatur 45-500C dengan suspensi bahan yang

mengandung mikroba, dan menuangkannya ke dalam cawan petri steril yang telah berisi media. Proses ini biasanyan melibatkan pengenceran kultur menjadi beberapa seri pengenceran seperti terlihat pada gambar 6 sebagai berikut :

Gambar 6 Pengenceran untuk pour plate method

Setelah kultur mikroba diencerkan maka selanjutnya dituangkan ke dalam cawan petri yang telah berisi media padat. Cawan petri kemudian diputar

secara horizontal dengan gerakan membentuk lingkaran seperti terlihat pada gambar 7 sebagai berikut :

Gambar 7. Metode pour plate

Setelah inkubasi akan terlihat koloni-koloni yang tersebar di permukaan agar yang mungkin berasal dari 1 sel bakteri, sehingga dapat diisolasi lebih lanjut. Kelebihan metode ini adalah tidak perlu banyak skill seperti pada metode streak plate. Kelemahannya adalah membutuhkan lebih banyak media dibandingkan cara streak plate. 2. Alat dan Bahan 

Spreader/batang bengkok



Lampu Bunsen



Media NA dalam cawan petri



Kultur murni bakteri



Larutan pengencer (BPW atau NaCl fisiologis 0,9%)



Alkohol 70%



Jarum ose



Mikropipet



Tabung reaksi

3. Prosedur Kerja A. Metode Spread Plate Buatlah pengenceran 10-1 – 10-2 dari kultur murni bakteri dengan larutan pengencer

Ambil

tabung

reaksi

yang

mengandung kultur

murni

bakteri, buka dan bakar leher tabung.

Pindahkan 0,1 ml kultur bakteri secara aseptis ke permukaan media NA dalam cawan petri.

Bakar spreader yang sebelumnya telah dicelupkan dalam alkohol, biarkan dingin

Tebarkan/sebarkan kultur bakteri dengan

spreader secara

merata dan biarkan sampai permukaan agar mongering selama 10 menit

Setelah permukaan agar mengering, selanjutnya inkubasikan secara terbalik pada suhu 370 C selama 24 jam pada suhu kamar dan amati pertumbuhannya. B. Metode Streak Plate Panaskan jarum ose

hingga

memijar di

atas bunsen,

kemudian dinginkan. Gunakan ose yang telah dingin untuk

menggores pada permukaan media agar dalam cawan petri. Ose yang terlalu panas dapat menyebabkan kultur bakteri mati.

Sebelum pengoresan pastikan bahwa media NA telah mongering secara sempurna.

Ambil 1 ose kultur murni bakteri dan goreskan pada permukaan media agar dimulai pada satu ujung. Lakukan teknik pengoresan dengan teknik kuadran.

Ose disentuhkan pada permukaan media agar dalam cawan petri, sewaktu menggores ose dibiarkan meluncur di atas permukaan agar. Jangan mengores terlalu keras sehingga dapat mengores agar.

Setiap kali

menggoreskan ose

untuk kuadran berikutnya,

pijarkan ose terlebih dahulu dan biarkan dingin. Inkubasikan secara terbalik pada suhu 370 C selama 24 jam dan amati pertumbuhannya C. Metode Pour Plate Dinginkan media NA dalam tabung reaksi sampai suhu ± 45 500C (cirinya : terasa hangat di kulit).

Buka tutup tabung yang mengandung kultur murni bakteri, dan bakar leher botol.

Pindahkan 1 ml kultur murni bakteri ke dalam tabung reaksi yang mengandung NA secara aseptis

Bakar leher tabung di atas bunsen, dan tuangkan media NA yang telah mengandung kultur murni bakteri ke dalam cawan petri.

Goyangkan perlahan-lahan untuk mencampur kultur bakteri dengan NA sampai homogen. Penggoyangan petri jangan terlalu kuat. Pada saat penuangan media, petri bisa diletakkan dalam radius maksimal 20 cm dari sumber api (zona steril) Setelah agar memadat diinkubasi terbalik pada suhu 370 C selama 24 jam. Inkubasi terbalik dilakukan setelah agar memadat. Amati pertumbuhannya

4. Hasil Pengamatan

5. Daftar Pustaka https://www.usd.ac.id/fakultas/farmasi/f1l3/PanduMikroBio.pdf Modul Mikrobiologi IIKMP Bali F. Tabel Hasil Pengamatan Lembar pengamatan pembuatan media dan teknik aseptis Media

PENGAMATAN Sebelum Inokulasi

Setealah inokulasi

KETERANGAN

NA tegak

NA miring

NA

cawan

petri

NB

Lembar Pengamatan Metode Inokulasi Metode inokulasi

Gambar Hasil

Keterangan

Spread plate

Streak

plate

(kuadran)

Pour Plate

Related Documents

Arda Jurnal Awal.docx
April 2020 18
Arda Interview 1
December 2019 17
Arda Interview Hurriyet
December 2019 21
Jurnal
December 2019 93
Jurnal
May 2020 64
Jurnal
August 2019 90

More Documents from "Mardha Tillah"

Biosel Anjg.pptx
April 2020 6
Get Pdf
April 2020 17
Get Pdf 3
April 2020 11
Arda Jurnal Awal.docx
April 2020 18
Getpdf1
April 2020 12