Aqqq.docx

  • Uploaded by: Adinda Salsabila Nawir
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Aqqq.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,519
  • Pages: 14
Tugas Individu Rancangan Percobaan

UJI BNT RANCANGAN PETAK TERPISAH

Nama Nim Kelas Dosen

: Siti Maryam Adinda Salsabila : G111 16 052 :C : Dr. Ir. H. Nasaruddin, MS

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan komoditas yang strategis bagi Indonesia karena mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Tanaman yang menjadi bahan utama produksi gula ini terus dibudidayakan dan dimuliakan untuk mendapatkan hasil produksi terbaik. Berbagai jenis upaya kerap dilakukan untuk mencegah kerugian yang dapat dihindari dalam budidaya tebu di Indonesia. Dalam usaha budidaya tebu, penyediaan bibit dengan menggunakan sistem konvensional seringkali terkendala oleh rendahnya produksi bibit dari penangkar, di samping kesehatan dan kemurnian bibit kurang terjamin. Hal ini dikarenakan masa tanam yang lama (6-8 bulan) dan jumlah produksi yang kurang optimal. Mulai tahun 2010 diperkenalkan sistem tanam tebu dengan sistem Single Bud Planting (SBP) yakni sistem perbanyakan bibit tebu dari batang tebu dalam bentuk stek satu mata, dengan panjang stek 5 cm dan posisi mata terletak di tengah-tengah dari panjang stek. Keuntungan dari sistem ini antara lain, seleksi bibit semakin baik, proses pembibitan lebih singkat (2 - 2,5 bulan), dan pengurangan areal pembibitan sehingga menghemat tempat, serta pertumbuhan anakan serempak. Di samping itu, penanaman bibit asal SBP tidak mengenal musim kategori bibit terutama kebun bibit induk (KBI) dan kebun bibit datar (KBD), umur dan ukuran bibit yang akan ditanam seragam sehingga dapat ditanam serempak, taksasi produksi semakin nyata dan tidak bias karena mutu bibit yang terjamin. Dengan sistem perbanyakan ini akan terjadi akselerasi peningkatan produktivitas persatuan luas lahan (Wicaksono, 2012; Rini, 2012). Dengan paparan di atas, diketahui bahwa metode konvensional dalam pembibitan yang memakan waktu cukup lama. Hal tersebut menjadi acuan dalam pengembangan pembibitan tebu dengan metode bud chips.

Berdasarkan kepentingan pengetahuan mengenai pembibitan tebu dengan metode bud chips, maka dirangkailah laporan berikut.

1.2 Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui apa itu metode bud chips, dan cara perawatan bud chips pada tanaman tebu. Adapun kegunaannya adalah agar mahasiswa dapat mengetahui metode bud chips dan cara perawatan bud chips pada tanaman tebu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tebu Tanaman tebu merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik pada ketinggian antara 0-1400 m dpl, tanaman yang merupakan tanaman monokotil ini dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah seperti Alluvial, Grumosol, Latosol, serta Regusol. Tanaman ini tumbuh memanjang dan pada tiap ruas batangnya akan menghasilkan kadar sukrosa dan gula (Indrawanto, 2010). Tanaman tebu memiliki bebrapa fase pertumbuhan diantaranya yaitu fase pertunasan. Pada fase pertunasan, tunas-tunas anakan tebu akan keluar dari pangkal tebu muda. Proses ini akan dimulai pada saat tebu berumur 5 minggu sampai dengan 3-4 bulan tergantung varietas yang ditanam. Pada proses ini, faktor-faktor yang mendukung terbentuknya pertunasan anakan adalah air, sinar matahari, hara N dan P serta oksigen untuk pernapasan dan pertumbuhan akar. Pada kondisi sinar matahari kurang, dainase buruk tanah yang terlalu padat akan mengganggu pertumbuhan tunas anakan (Murwandono, 2013). Budidaya tebu pada umumnya terdapat dua macam kategori tanam. Kategori tanam adalah suatu istilah penaman berdasarkan sumber bibit yang digunakan untuk budidaya tebu. Budidaya tebu pada awal penanaman harus menggunakan bibit untuk ditanam dalam tanah, namun setelah periode tanam kedua penggunaan bibit bisa tidak dibutuhkan lagi karena sisa hasil panen (tunas) bisa digunakan sebagai bibit untuk budidaya selanjutnya (Hidayatur, 2014). 2.2 Sejarah Tanaman Tebu di Indonesia Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman asli tropika basah.Penanaman tebu di Indonesia dimulai pada saat sistim Tanam Paksa (Tahun 1870) yang memberikan keuntungan besar untuk kas negara pemerintahan kolonial Belanda. Setelah sistim Tanam Paksa dihentikan,usaha perkebunan tebu dilakukan oleh pengusaha-pengusaha swasta.Perluasan perkebunan tebu tidak pernah melampaui Pulau Jawa karena memang jenis tanaman dan pola pertanian di Pulau Jawa lebih sesuai untuk penanaman tebu. Daerah jantung perkebunan tebu yang

tumbuh sejak tahun 1940-an dan berkembang sampai sekarang adalah daerah pesisir utara dari Cirebon hingga Semarang di sebelah selatan Gunung Muria hingga Madiun, Kediri, Besuki, disepanjang Probolinggohingga ke Malang melalui Pasuruan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) Pasuran telah berperan melakukan penelitian-penelitian untuk menghasilkan varietas unggul danberbagai produk turunannya seperti fermentasi pembuatan etanol dari tetes, pembuatan ragi roti, pakan ternak, gula cair, pulp, karton danparticle board dari ampas tebu, pembuatan kompos dari blotong, pemanfaatan pucuk tebu dari empulur ampas tebu untuk pakan ternak (Maulana, 2015). Pada masa itu tebu masih di anggap sebagai komoditi yang berharga mahal di pasaran Eropa. Karena itu tebu bersama kopi, vanili dan teh, adalah tanaman wajib yang harus di tanam di Indonesia dan harus dikerjakan oleh orang Indonesia, yang hasilnya juga wajib diserahkan kepada Belanda.Pada masa itu kebanyakan hasil produksi gula kita, digunakan sebagai komoditi ekspor untuk memenuhi pasar Eropa. Oleh sebab itu, untuk memenuhi kebutuhan bahan baku gula, maka banyak sawah di banyak daerah yang sebelumnya ditanami padi, kemudian dialihkan untuk ditanami tebu sebagai bahan pokok pembuatan gula (Maulana, 2015). Sejak saat itulah, maka tanaman tebu menjadi sangat akrab dengan masyarakat Indonesia, terutama untuk daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, hal ini karena di sanalah pusat dari budidaya tebu dan produksi gula. Hanya saja untuk saat ini luas areal penanaman tebu sudah sangat jauh menurun jumlahnya jika dibandingkan dengan pada saat awal pertama kali diberlakukannya sistem tanam paksa yang diberlaukan oleh Belanda (Maulana, 2015). 2.1.1

Nilai Ekonomis dan Produksi Tanaman Tebu di Indonesia

Tebu (Saccharum officinarum) yang banyak dikembangkan oleh masyarakat merupakan tanaman C4, yang menyimpan hasil produksinya dalam batang. Tebu merupakan salah satu tanaman yang sangat efisien memproduksi karbohidrat melalui fotosintesis dibandingkan tumbuhan lain. Fotosintesisnya melibatkan 2 kumpulan sel yang ditunjukkan dengan adanya Kranz Anatomi, yaitu perpindahan struktur dalam prosesnya, yang melibatkan sel-sel mesofil dan sel-sel seludang pembuluh. Tanaman C4 lebih efisien ketika proses reduksi CO2 dan tingkat

fotorespirasinya rendah. Tanaman ini cukup beradaptasi dengan iklim yang agak panas (Maulana, 2015). Tebu merupakan sumber pemanis utama di dunia, hampir 70 % sumber bahan pemanis berasal dari tebu sedangkan sisanya berasal dari bit gula. Prospek pasar gula dalam negeri sebenarnya sangat potensial. Indonesia yang berpenduduk 237,6 juta jiwa ratarata mengkonsumsi gula 17 kg per kapita per tahun, sehingga kebutuhan gulaper tahun 4.039,2 juta ton untuk gula rafinasi. Kebutuhan ini masih dipenuhi dari impor karena produksi gula nasional baru mencapai 2,318 juta ton. Pasar gula yang besar ini sangat disayangkan jika harus dikuasai oleh negara lain. Kebutuhan gula dalam negeri diperkirakan akan terus mengalami peningkatan seiring pertumbuhan penduduk (Maulana, 2015). Pemerintah Indonesia telah menetapkan swasembada gula nasional dengan targetproduksi 5,7 juta ton gula pada tahun 2014. Namun pada kenyataanya target yang telah ditetapkan ini belum dapat tercapai karena beberapa faktor, antara lainkurangnya luas areal pertanaman tebu, rendahnya produktivitas. Upaya lain mencapai target tersebut adalah dengan merehabilitasi lahan melalui program bongkar ratoon dan penataan varietas. Adanya kegiatan ini berdampak pada kebutuhan bibit dalam jumlah besar. Tanaman tebu diperbanyak menggunakan stek batang atau dikenaldengan bibit bagal. Kebutuhan bahan tanam mengunakan bibit bagal dengan 2 – 3 mata tunas yaitu sekitar 6 - 8 ton/ha. Besarnya jumlah bahan tanam ini merupakan permasalahan besar dalam transportasi, penanganan, dan penyimpanan bibit tebu (Lesti, 2016). Produksi gula dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi gula, maka untuk memenuhi kebutuhan gula dilakukan impor gula dari luar negeri. Produksi gula rata-rata 2,26 juta ton per tahun, sementara konsumsi sekitar 5,10 juta ton per tahun. Defisit antara produksi dan kebutuhan konsumsi ini menyebabkan Indonesia harus mengimpor gula dari luar negeri. Angka impor gula juga mengalami peningkatan seiring dengan semakin besarnya defisit antara produksi dan konsumsi gula di dalam negeri. Oleh karena itu segala hal menyangkut kebijakan public juga berbasis pada tebu, sehingga tanaman tebu sudah sangat mendominasi kebijakan tentang gula di Indonesia (Dian, 2016).

2.1.2

Botani Tanaman Tebu

Tanaman tebu tergolong tanaman perdu dengan nama latin Saccharum officinarum L. Di daerah Jawa tanaman ini disebut dengan tanaman Tiwu. Tanaman tebu ini merupakan tanaman jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih satu tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra. Menurut Maulana (2015), klasifikasi tanaman tebu adalah sebagai adalah sebagai berikut: Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledone

Ordo

: Graminales

Famili

: Graminae

Genus

: Saccharum


Spesies

: Saccharum officinarum. L Menurut Murwandono (2013), yang menyatakan bahwa morfologi tanaman

tebu adalah sebagai berikut : 1.

Akar

Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumbuh dari mata tunas. Sementara itu, akar stek adalah akar yang tumbuh dari cincin akar batang dan masa hidupnya tidak lama. 2.

Batang

Pada batang tebu bagian luar merupakan kulit yang keras, sementara bagian dalam lunak yang mengandung nira. Batang tebu beruas ruas dan kedudukan ruas yang satu dengan yang lainnya tegak atau zig zag. Bentuk ruas dapat bervariasi sesuai varietasnya. Pada ruas tebu terdapat mata ruas, dimana mata ruas tersebut adalah kuncup tebu yang terletak pada buku ruas batang dan terlindung oleh pangkal pelepah. Batang tebu yang baik biasanya dengan tinggi 3 sampai 5 meter atau bahkan lebih.

3.

Bunga

Bunga tebu merupakan malai berbentuk piramida dengan panjang 70-90 cm yang mengandung ribuan bunga kecil. Bunga tebu terdiri dari tenda bunga yakni tiga helai daun kelopak dan satu helai daun tajuk bunga, tiga benang sari dan satu bakal buah dengan kepala putik yang berbentuk bulu bulu. 4.

Daun

Daun tebu terdiri dari helai daun dan pelepah daun tanpa tangkai daun. Daun berpangkal pada buku dan kedudukannya berseling kanan dan kiri. Pelepah daun menutupi batang, sehingga buku tidak terlihat. 2.1.3

Teknik Budidaya Tanaman Tebu

Menurut Aldilla (2013), yang menyatakan bahwa teknik budidaya tanaman tebu adalah sebagai berikut : 1.

Pembersihan awal

Pembersihan dan persiapan lahan bertujuan untukmembuat kondisi fisik dan kimia tanah sesuai untukperkembangan perakaran tanaman tebu. Tahap pertamayang harus dilakukan pada lahan semak belukar dan hutanadalah penebasan atau pembabatan untuk membersihkansemak belukar dan kayu-kayu kecil. Setelah tahappembabatan selesai dilanjutkan dengan tahap penebanganpohon yang ada dan menumpuk hasil tebangan. Pada tanahbekas hutan, kegiatan pembersihan lahan dilanjutkandengan pencabutan sisa akar pohon. 2.

Penyiapan Lahan

Kegiatan penyiapan lahan terdiri dari pembajakanpertama, pembajakan kedua, penggaruan dan pembuatankairan. Pembajakan pertama bertujuan untuk membaliktanah serta memotong sisa-sisa kayu dan vegetasi lain yangmasih tertinggal. Pembajakan dimulai dari sisi petak palingkiri. Kedalaman olah sekitar 25-30 cm dengan arah bajakanmenyilang barisan tanaman tebu sekitar 450. Kegiatan ini rata-rata membutuhkan waktu sekitar 6-7 jam untuk satupetak 8 Ha. 3.

Penanaman

Bibit yang telah siap tanam ditanam merata padakairan. Penanaman bibit dilakukan dengan menyusun bibitsecara over lapping atau double row atau end to end(nguntu walang) dengan posisi mata disamping. Hal inidimaksudkan agar bila salah satu

tunas mati maka tunasdisebelahnya dapat menggantikan. Bibit yang telahditanam kemudian ditutup dengan tanah setebal bibit itusendiri. Akan tetapi bila pada saat tanam curah hujanterlalu tinggi, maka bibit ditanam sebaiknya ditanam. 4.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk mengganti bibit tebuyang tidak tumbuh, baik pada tanaman baru maupuntanaman keprasan, sehingga nantinya diperoleh populasi tanaman tebu yang optimal. Untuk bibit bagal penyulamandilakukan 2 minggu dan 4 minggu setelah tanam. Penyulaman dilaksanakan pada baris bagal 2-3 mata sebanyak dua potong dan diletakkan pada baris tanaman yang telah dilubangi sebelumnya. Apabila penyulaman tersebut gagal, penyulaman ulang harus segera dilaksanakan. 2.2 Perlakuan Bud Chips pada Tanaman Tebu Teknik pembibitan yang dapat menghasilkan bibit yang berkualitas tinggi serta tidak memerlukan penyiapan bibit melalui kebun berjenjang adalah dengan teknik pembibitan bud chip. Bud chip adalah teknik pembibitan tebu secara vegetatif yang menggunakan bibit satu mata. Bibit ini berasal dari kultur jaringan yang kemudian ditanam di Kebun Bibit Pokok (KBP). Bibit yang di gunakan berumur 5-6 bulan, murni (tidak tercampur dengan varietas lain), bebas dari hama penyakit dan tidak mengalami kerusakan fisik (Aldilla, 2013). Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil pembibitan dengan teknik bud chip adalah media tanam. Komposisi media tanam yang digunakan pada teknik ini terdiri dari tanah, kompos dan pasir. Tanah digunakan karena dapat menyimpan persediaan air, sedangkan kompos digunkan karena dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Sementara pasir berfungsi untuk meningkatkan sistem aerasi dan drainase (Aldilla, 2013). Diharapkan kombinasi dari ketiga komposisi media tanam tersebut dapat mengoptimalkan pertumbuhan bibit ebu dengan teknik bud chip. Penggunaan komposisi media tanam yang tepat merupakan langkah awal yang sangat menentukan bagi keberhasilan budidaya tebu yang akhirnya akan mendorong peningkatan produktivitas gula.Sehingga bisa diketahui interaksi akibat perlakuan perlakuan komposisi media tanam dan juga varietas serta mendapatkan komposisi

media tanam yang tepat untuk pertumbuhan bibit dengan teknik bud chip dari varietas tebu tersebut (Aldilla, 2013). Menurut Putri, A. D., Sudiarso., dan T. Islami. (2013) terdapat dua perlakuan penting dalam Bud Chip yaitu :

a.

Perlakuan Hot Water Treatman (HWT)

Bibit bud chips diperlakukan dengan merendam kedalam air (Hot Water teatmant/HWT) pada suhu 50-51 derajat Celcius selama 15 menit untuk bud chips dari mata tunas batang atas dan 30 menit dari mata tunas batang bawah. Pembibitan tebu bud chips cukup dengan mengambil satu mata tunas diperlakukan HWT suhu 51oC, selama 15-30 menit, perlakuan ZPT dan fungisida. Benih tebu yang sudah diperlakukan tersebut tahap awal disemai pada bedengan perkecambahan. Setelah Bibit berumur 10-14 hari dicabut dan disortasi berdasarkan diameter pertumbuhnannya dipindahkan pada bedengan pembesaran. b.

Perlakuan ZPT

Bud chips yang telah di perlakukan HWT; Fungisida dan ZPT 2 % selanjutnya ditanam pada bedengan perkecambahan dengan media dari tanah; pupuk kompos dan pasir 2 : 1 : 2.

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Statistika dan Klimatologi Jurusan Budidaya Pertanian pada hari Selasa, 3 April 2018 pukul 10.00-11.40 WITA. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah baskom kecil (2 buah), talang plastic (2 buah), pisau, trashbag, dan penggaris. Adapun bahan yang digunakan adalah 10 mata tunas tebu, daun bawang (2 ikat), pasir steril (secukupnya), kompos steril (secukupnya), Fungisida (sesuai anjuran), dan air panas (secukupnya) 3.3 Prosedur Kerja Adapun prosedur kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut: a. Menyiapkan alat dan bahan b. Memotong batang tanaman tebu dalam bentuk budset satu mata, dengan panjang budset 2,5 cm sebanyak 10 buah dengan posisi mata tunas terletak ditengahtengah. c. Mengisi talenan plastik dengan pasir dan kompos steril sebagai media dari budset tebu tersebut d. Merendam budset tebu ke dalam air panas, masing-masing terbagi menjadi 5 budsettebu pertama direndam selama 15 menit dan 5 budsettebu kedua direndam 30 menit. e. Memotong atau mencacah daun bawang kemudian direndam di dalam baskom yang berisi air, dan dicampurkan dengan fungisida, dan homogenkan. f. Mengambil 5 budset tebu pertama yang telah direndam air panas, lalu rendam lagi ke dalam baskom yang berisi air, daun bawang dan fungisida yang telah dihomogenkan. Direndam selama 15 menit. g. Mengambil 5 budset tebu kedua yang telah direndam air panas, lalu rendam lagi ke dalam baskom yang berisi air, daun bawang dan fungisida yang telah dihomogenkan. Direndam selama 30 menit. h. Setelah direndam dengan air yang berisi daun bawang dan fungisida, 5 budset pertama dan 5 budset kedua diambil dan dianginkan kemudian di tanam pada

talenan plastik yang berisi tanah dan kompos steril. Ditanam dengan jarak yang telah dianjurkan. i. Menyimpan talenan yang berisi budset mata tunas tebu yang ditanam di tempat yang telah disiapkan. j. Menyiram media 2 kali sehari (disesuaikan dengan kelembaban media) k. Pengamatan dilakukan setiap hari. 3.4 Parameter Pengamatan Adapun parameter yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Hari muncul tunas (hari ke-) b. Tinggi tanaman (cm) c. Umur muncul daun (hari ke-) d. Jumlah daun (helai)

More Documents from "Adinda Salsabila Nawir"