Apresiasi Cerpen Dilarang Mencintai Bunga.docx

  • Uploaded by: Delisti Putri Utami
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Apresiasi Cerpen Dilarang Mencintai Bunga.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 808
  • Pages: 3
Nama

: Delisti Putri Utami

NPM

: 180110180066

Mata kuliah

: Pokok, Tokoh, Apresiasi Sastra Indonesia

Menilik Sisi Lain dari Maskulinitas Laki-Laki melalui Cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga Karya Kuntowijoyo

Siapa yang tak mengenal sosok Kuntowijoyo. Sastrawan, budayawan, dan sejarawan kelahiran Saden-Bantul ini, tidak hanya dikenal sebagai penulis yang produktif yang telah menghasilkan puluhan buku, melainkan juga tokoh cendikiawan Islam yang kritis. Selama hidupnya Kuntowijoyo telah menghasilkan banyak karya sastra, baik yang berupa novel, cerpen, atau pun puisi. Salah satu karyanya yang berupa cerpen adalah Dilarang Mencintai Bunga-Bunga. Setiap orang tanpa terkecuali pasti mendambakan kehidupan yang sempurna. Salah satu faktor yang menjadi ukuran hidup yang sempurna adalah adanya kesesuaian antara status dan peran yang dimiliki manusia itu sendiri. Misalnya, seseorang yang berstatus sebagai wanita maka peran yang dijalankannya harus mengarah pada sifat kewanitaan. Begitu pun dengan seseorang yang berstatus sebagai laki-laki, maka ia harus berperilaku yang mengarah pada sifat dan peran sebagaimana laki-laki. Namun, tak jarang dalam proses pelaksanaannya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Pasti ada saja yang menyebabkan peran seseorang sedikit menyeleweng dari status yang dimilikinya. Hal itu berusaha disampaikan Kuntowijoyo melalui cerpennya yang berjudul Dilarang Mencintai Bunga-Bunga. Cerpen tersebut merupakan gugatan Kuntowijoyo mengenai maskulinitas dalam diri seorang laki-laki. Di samping sifat maskulinitasnya, dalam diri laki-laki juga terdapat sisi feminimnya. Hal tersebut digambarkan Kuntowijoyo melalui tokoh ayah dan kakek. Ayah digambarkan sebagai sosok yang mewakili pandangan umum bahwa pada hakikatnya laki-laki harus bekerja dan tidak boleh memiliki sifat kewanitaan. Sementara itu, tokoh kakek digambarkan sebagai sosok yang mewakili pandangan bahwa dalam diri laki-laki juga terdapat sisi feminim.

Tidak dapat dipungkiri, terkadang dalam diri laki-laki terdapat sisi feminim sebagaimana wanita pada umumnya. Adakalanya hal tersebut menyebabkan lakilaki bertindak dan berperilaku di luar batas maskulinitasnya, yaitu tindakantindakan yang mengarah pada kefeminiman. Buyung, sebagaimana digambarkan dalam cerpen ini merupakan tokoh yang mengalami guncangan dalam pencarian dan penemuan jati dirinya. Dalam cerita yang dirangkai Kuntowijoyo menunjukkan adanya pergolakan situasi saat orang tua mengajarkan sifat laki-laki pada anak laki-lakinya dan menginginkan agar ia tumbuh menjadi laki-laki yang kuat dan dapat menjalankan perannya dengan baik sebagaimana laki-laki pada umumnya. Namun, anaknya justru menemukan dunianya sendiri. Dia menemukan ketenangan dan keteguhan jiwanya pada bungabunga. Dalam cerpen ini bunga merujuk pada sifat kewanitaan. Seperti pada umumnya, bunga mimiliki keidentikan yang erat kaitannya dengan seorang perempuan. Setelah pertemuannya dengan seorang kakek, Buyung memperoleh pemikiran bahwa dari bunga saja ia sudah dapat merasakan kehidupan yang sempurna berupa ketenangan jiwa dan keteguhan batin yang tidak ia temukan pada diri ayahnya. Akibatnya muncul anggapan bahwa ia tidak perlu melakukan tindakan-tindakan yang dilakukan laki-laki pada umunya, yaitu bekerja. Bekerja hanya berupa nafsu dan dapat mengotori tangannya. Dia hanya ingin hidup yang sempurna dan ia temukan hal itu dalam bunga-bunga. Bunga tumbuh tanpa peduli hiruk pikuk dunia, baginya bunga telah memberi kesegaran, keremajaan, dan keindahan pada hidupnya. Fenomena yang terjadi dalam cerpen juga menyinggung persoalan bahwa lingkungan sekitar dapat memengaruhi pembentukkan karakter seseorang. Orang terdekat biasanya menjadi orang yang memegang pengaruh paling besar dalam hal itu. Oleh karenanya pemerhatian terhadap orang-orang yang ada di sekitar perlu ditingkatkan lagi. Dalam cerpen ditunjukkan adanya perubahan dalam diri Buyung, yaitu perubahan dari seorang laki-laki biasa menjadi anak laki-laki yang lebih senang bermain dengan bunga-bunga, lebih suka tinggal di kamar, tidak suka pada

perbuatan yang menimbulkan kontak fisik yang berat, dan ia sering kali menolak jika diajak main oleh teman-temannya. Hal itu menunjukkan adanya sifat Buyung yang mengarah pada sisi feminim sebagaimana kefeminiman yang dimiliki oleh seorang perempuan. Tindakkan yang dilakukan Buyung tersebut tentu sangat tidak diharapkan oleh kedua orang tuanya yang menginginkan anak laki-lakinya bertindak sebagaimana laki-laki normal. Namun, tetap pada akhirnya seorang anak laki-laki harus kembali pada sifat dan perannya sebagai laki-laki. Lewat tokoh ayah, Kuntowijoyo berkali-kali menegaskan bahwa hidup di dunia ini tidak cukup dengan bunga saja dan laki-laki tidak butuh bunga. Bunga di sini adalah sifat yang mengarah pada sifat perempuan yaitu feminim. Seorang lakilaki tidak boleh feminim. Dalam kefeminiman terdapat hal yang menunjukan suatu kelemahan. Laki-laki harus kuat dan bekerja. Sebab jika laki-laki mengandalkan kefeminiman tanpa harus kerja, maka kehidupan tidak akan berjalan dengan baik. Pada hakikatnya, dunia, khususnya manusia yang berupa perempuan membutuhkan laki-laki untuk bekerja. Pembedahan sisi feminim yang ada dalam diri laki-laki dilakukan secara tegas dan lugas oleh Kuntowijoyo. Lewat cerpennya yang berjudul Dilarang Mencintai Bunga-Bunga ini, Kuntowijoyo merepresentasikan dan mengajak siapa pun untuk menilik sisi lain dari laki laki, bahwa dalam sifat kemaskulinitasan juga terdapat sisi feminimnya. Penggunaan bahasa yang cair, pengemasan cerita secara apik, dan kerelevanan antara cerita yang diangkat dalam cerpen dengan situasi yang ada dalam kehidupan masyarakat menjadikan cerpen ini lebih hidup dan masuk ke dalam pemahaman pembaca dan penikmatnya. Pemilihan topik yang diangkat selaras dengan latar belakang Kuntowijoyo sebagai seorang sastrawan, budayawan, sejarawan, dan cendikiawan Islam yang kritis yang memang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Cerpen ini memberi pemahaman bahwa sebuah kehidupan yang sempurna juga dapat diperoleh dengan menjalankan peran sebagaimana status yang dimiliki.

Related Documents

Apresiasi
May 2020 26
Apresiasi Drama
June 2020 22
Cerpen
November 2019 40
Cerpen
June 2020 33
Apresiasi Seni
June 2020 27

More Documents from "miss iza"