BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Deteksi dini adalah upaya penjaringan dan penyaringan yang dilaksanakan untuk menemukan penyimpangan kelainan tumbuh kembang secara dini dan mengetahui serta mengenal faktor-faktor resiko terjadinya kelainan tumbuh kembang tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan anak secara fisik, mental, sosial, emosional dipengaruhi oleh gizi, kesehatan dan pendidikan. Ini telah banyak dibuktikan dalam berbagai penelitian, diantaranya penelitian longitudinal oleh Bloom mengenai kecerdasan yang menunjukkan bahwa kurun waktu 4 tahun pertama usia anak, perkembangan kognitifnya mencapai sekitar 50%, kurun waktu 8 tahun mencapai 80%, dan mencapai 100% setelah anak berusia 18 tahun. Penelitian lain mengenai kecerdasan otak menunjukkan fakta bahwa untuk memaksimalkan kepandaian seorang anak, stimulasi harus dilakukan sejak 3 tahun pertama dalam kehidupannya mengingat pada usia tersebut jumlah sel otak yang dipunyai dua kali lebih banyak dari sel-sel otak orang dewasa. Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) merupakan revisi dari program Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) yang telah dilakukan sejak tahun 1988 dan termasuk salah satu program pokok Puskesmas. Kegiatan ini dilakukan menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga professional. Melalui kegiatan SDIDTK kondisi terparah dari penyimpangan pertumbuhan anak seperti gizi buruk dapat dicegah, karena sebelum anak jatuh dalam kondisi gizi buruk, penyimpangan pertumbuhan yang terjadi pada anak dapat terdeteksi melalui kegiatan SDIDTK. Selain mencegah terjadinya penyimpangan pertumbuhan, kegiatan SDIDTK juga mencegah terjadinya penyimpangan perkembangan dan penyimpangan mental emosional.
1
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap. Intervensi dini penyimpangan perkembangan adalah tindakan tertentu pada anak yang perkembangan kemampuannya menyimpang karena tidak sesuai dengan umurnya. Penyimpangan perkembangan bisa terjadi pada salah satu atau lebih kemampuan anak yaitu kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian anak.
B. RUMUSAN MASALAH 1. Mengapa tumbuh kembang anak harus distimulasi ? 2. Bagaimana cara mendeteksi penyimpangan perkembangan dan pertumbuhan anak ? 3. Bagaimana pendokumentasian pemeriksaan SDIDTK lengkap pada balita usia 2 tahun ?
C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui cara mendeteksi pemyimpangan tumbuh kembang anak. 2. Untuk mengetahui lebih jelas lagi tentang stimulant tumbuh kembang anak. 3. Untuk mengetahui pendokumentasian pemeriksaan SDISTK lengkap pada balita usia 2 tahun.
D. METODE PENELITIAN Dalam menyusun makalah ini, penyusun menggunakan metode dalam mengumpulkan data-data dengan cara mengumpulkan informasi dari media internet, serta menggunakan study litetatur dengan membandingkan buku sumber yang berhubungan dengan deteksi dini tumbuh kembang anak.
2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Stimulasi Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Setiap orang tua menginginkan mempunyai anak yang sehat, cerdas, sholeh, berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan mempunyai generasi penerus yang mampu bersaing dan unggul ditengah persaingan global yang sangat kompetitif, hal ini harus dianggap sebagai suatu investasi untuk masa depan dan hal ini juga merupakan Hak Anak, seperti yang tercantum dalam Undangundang Dasar 1945, pasal 28 B ayat 2; “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Salah satu upaya untuk mendapatkan anak yang seperti diinginkan tersebut adalah dengan melakukan upaya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita atau yang dikenal dengan nama Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK). Upaya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita dan anak prasekolah merupakan tindakan skrining atau deteksi secara dini (terutama sebelum berumur 3 tahun) atas adanya penyimpangan termasuk tindak lanjut terhadap keluhan orang tua terkait masalah pertumbuhan dan perkembangan bayi, anak balita dan anak prasekolah, kemudian penemuan dini serta intervensi dini terhadap penyimpangan kasus tumbuh kembang akan memberikan hasil yang lebih baik. Upaya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita dan anak prasekolah dilakukan melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak yang menyeluruh dan terkoordinasi antar sektor dan program. Tindakan koreksi dilakukan untuk mencegah masalah agar tidak semakin berat dan apabila anak perlu dirujuk, maka rujukannya harus dilakukan sedini mungkin sesuai dengan pedoman yang berlaku.
3
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0 – 6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan oleh ibu, ayah, pengganti orang tua/pengasuh anak, anggota keluarga lain atau kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masingmasing dan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan, yaitu: 1) Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang. 2) Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena akan meniru tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannya. 3) Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak. 4) Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman. 5) Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak, terhadap ke 4 aspek kemampuan dasar anak. 6) Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar anak. 7) Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan. 8) Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya. Pada tahun-tahun pertama anak belajar mendengarkan. Stimulus verbal pada periode ini sangat penting dan perkembangan bahasa anak pada tahun prtama kehidupannya. Kualitas dan kuantitas okal seorang anak dapat bertambah dengan stimulasi verbal dan anak akan belajar menirukan kata-kata yang didengarkannya, namun jika stimulasi auditif terlalu banyak (lingkungan yang ribut), anak akan mengalami kesukaran dalam membedakan berbagai macam suara.
4
Stimulasi visual dan verbal pada permulaan perkembangan anak merupakan stimulasi awal yang penting, karena dapat menimbulkan sifat-sifat ekspresif, misalnya mengangkat alis, membuka mulut dan mata seperti ekspresi keheranan, dan sebagainya. Selain itu anak juga memerlukan stimulasi taktil, kurangnya stimulasi taktil dapat menimbulkan penyimpangan perilaku sosial, emosional dan motorik. Perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang diperlukan seorang anak, misalnya dengan bercakap-cakap, membelai, mencium, bermain, dan lain-lain. Stimulasi ini akan menimbulkan rasa aman dan rasa percaya diri pada anak, sehingga anak akan lebih responsive terhadap lingkungannya dan lebih berkembang. Ada beberapa contoh alat permainan balita dan perkembangan yang distimulasi antara lain: a) Pertumbuhan fisik/motoric kasar seperti : bersepeda, bermain bola, mainan yang ditarik atau didorong b) Motorik halus seperti : belajar menggunting, belajar menulis, bola, bermain balok, lilin. c) Kecerdasan/kognotif : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio tape dan telivisi d) Menolong diri sendiri : gelas/piring plastic, sendok, baju, memakai sepatu sendiri,dan memakai kaos kaki. e) Tingkah laku sosial : alat permainannya yang dapat dipakai bersama, misalnya congklak, kotak pasir, bola dll.
Untuk tenaga kesehatan ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan jaringannya, berupa: a) Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui/menemukan status gizi kurang/buruk dan mikrosefali/makrosefali. b) Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu untuk mengetahui gangguan perkembangan anak (Keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar. c) Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.
5
B. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Deteksi dini ialah upaya penjaringan secara komprehensif untuk menentukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui dan mengenal faktor resiko ( Fisik, Biomedik,
Psikososial ). Melakukan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang
artinya melakukan skrining atau mendeteksi secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita dan prasekolah, termasuk menindaklanjuti setiap keluhan orang tua terhadap masalah tumbuh kembang anaknya. Deteksi dini adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dilakukan secara berkala oleh keluarga, kader dan pandidik PAUD dengan menggunakan buku KIA. Bila dijumpai adanya pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak sesuai dengan tahapan umurnya maka segeralah kebidan/perawat/dokter untuk mendapatkan pelayanan stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK). Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan dilingkungan puskesmas dan jaringannya, berupa : a. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan yaitu
untuk
mengetahui/menemukan
status
gizi
kurang/buruk
dan
mikro/makrosefali. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan dengan: a) Pengukuran Berat Badan terhadap Tinggi Badan dengan tujuan untuk menentukan status gizi anak, normal, kurus, kurus sekali atau gemuk. Cara pengukuran berat badan/ tinggi badan dengan menggunakan timbangan injak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Letakkan timbangan di lantai yang datar 2. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0 3. Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas kaki, jaket, topi, jam tanga, kalung, dan tidak memegang sesuatu. 4. Anak berdiri diatas timbangan tanpa dipegangi 5. Lihat jaum timbangan sampai berhenti 6. Baca angka yang ditunjukan oleh jarum timbangan atau angka timbangan.
6
b) Cara pengukuran panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) dengan meggunakan metlin dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Anak berada dalam posisi berdiri 2. Anak tidak memakai sandal ataupun sepatu 3. Berdiri tegap menghadap kedepan 4. Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur 5. Turunkan batas pengukur sampai menempel di ubun-ubun. 6. Baca angka pada batas tersebut. c) Serta dapat juga dilakukan Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA) dengan tujuan untuk mengetahui lingkar kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal. Jadwal disesuaikan dengan umur anak, untuk anak usia 0-11 bulan pengukuran dilakukan setiap tiga bulan, dan untuk anak usia 12-72 bulan pengukuran dilakukan setiap enam bulan.cara mengukur lingar kepala dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1) Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis mata, diatas kedua telinga, dan bagan belakang kepala yang menonjol, Tarik agak kencang. 2) Baca angka pada pertemuan angka 0 3) Tanyakan tanggal lahir anak, hitung umur bayi/anak 4) Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkara kepala menurut umur dan jenis kelamin anak 5) Buat garis yang menghubungkan ukuran yang lalu dan ukuran yang sekarag. 6) Interpretasi (apabila ukuran ingkar kepala anak berada di dalam “jalur hijau”, lingkar kepala anak normal, apabila ukuran lingkar kepala anak berada di luar “jalur hijau”, lingkar kepala anak tidak normal dan lingkar kepala anak tidak normal ada dua yaitu makrosefal apabila berada di atas “jalur hijau” dan mikrosefal apabila berada di bawah “jalur hijau” ). 7) Intervensi (apabila detemukan makrosefal maupun mikrosefal segera dirujuk ke rumah sakit.
7
b. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Yaitu untuk mengetahui gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar. Deteksi dini penyimpangan perkembangan dapat dilakukan melalui cara sebagai berikut : a) Skrining/Pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. b) Tes Daya Dengar (TDD) dengan tujuan untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindak lanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak. Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan petugas terlatih lainnya. Alat sarana yang diperlukan adalah : Instrumen TDD menurut umur anak, gambar binatang atau manusia, dan mainan. c) Tes daya Lihat (TDL) dengan tujuan untuk mendeteksi secara dini kelainan daya dengar agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36-72 bulan. Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PADU, dan petugas terlatih lainnya. Alat sarana yang diperlukan adalah: ruangan yang bersih, tenang dan penyinaran yang baik , kemudian dua buah kursi satu untuk anak dan satu untuk pemeriksa, lalu poster “E” dan alat penunjuk. c. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional Deteksi dini penyimpangan mental dan emosional adalah kegiatan pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional, autism dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi. Apabila penyimpangan mental emosional terlambat diketahui, intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.
8
Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan mental emosional pada anak, yaitu; 1)
Kuisioner Masalah Mental Emosional (KMME) bagi anak umur 36 bulan sampai
72
bulan.
Tujuan
untuk
mendeteksi
secara
dini
adanya
penyimpangan/masalah mental emosional pada anak prasekolah. 2)
Ceklist Autis anak praseolah (Checklist for Autism in Toddler/CATT) bagi anak umur 18 bulan samapai 36 bulan. Tujuan untuk mendeteksi secara dini adanya Autis pada anak umur 18 bulan – 36 bulan.
3)
Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) menggunakan Abreviated Conner Rating Scale bagi anak umur 36 bulan ke atas. Tujuan untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas pada anak umur 36 bulan ke atas.
C. Faktor Genetik Tumbuh Kembang Anak 1. Faktor Lingkungan Penyakit Generik yang dapat didiagnosa selama masa kehamilan antara lain : a. Sindroma down b. Sindroma Turner c. Thalasemia. 2. Faktor lingkungan Dalam
deteksi
dini
memerlukan
data data konkrit
dari
macam-macam
perjalanan suatu penyakit yang berbeda-beda di masyarakat. 3. Tanda-tanda Tumbuh Kembang fisik diamati dengan : Pertambahan
besar
ukuran-ukuran
anthropometrik
dan
gejala
/
tanda
lain pada rambut, gigi geligi, otot, kulit, jaringan lemak, darah dll.
9
D. Format Pemeriksaan SDIDTK
10
11
12
13
Grafik
14
Tes Daya Lihat
15
Kuesioner KPSP
16
17
18
Cek list CHAT
19
B
Pengamatan
1
Selama pemeriksaan apakah anak anda menatap (kontak mata) dengan pemeriksa?
2
Usahakan menarik perhatian anak, kemudian pemeriksa menunjuk sesuatu di ruangan pemeriksaan sambil mengatakan : “Lihat itu ada bola (atau mainan lain)” Perhatikan mata anak, apakah ia melihat ke benda yang ditunjuk, bukan melihat tangan pemeriksa
3
Usahakan menarik perhatian anak, berikan mainan gelas/cangkir dan teko. Katakan pada anak : “Buatkan secangkir susu buat mama!”
4
Tanyakan pada anak : “Tunjukkan mana gelas !” (Gelas dapat diganti dengan nama benda lain yang dikenal anak dan ada disekitar kita). Apakah anak menunjukkan benda tersebut dengan jarinya? Atau sambil menatap wajah anda ketika menunjuk ke sesuatu benda
5
Apakah anak anda menumpuk beberapa kubus/balok menjadi suatu menara?
Ya
Tidak
20
BAB IV PEMBAHASAN
Pada kasus An.A umur 24 bulan dapat dikategorika pertumbuhan dan perkembangan normal dikaenakan mempunyai hasil perkembangan bahwa anak mampu melakukan tindakan yang berada dalam semua qusioner yang diujikan sesuai umurnya dari segi motoric kasar adalah anak mampu menendang bola mainan kedepan dan menendang bola mainan tanpa kehilangan keseimbangan. Sangatlah sesuai dengan teori yang ada yaitu Motorik Kasar : Berjalan sendiri tanpa jatuh, Melompat di tempat, Naik turun tangga atau tempat yang lebih tinggi dengan bantuan, Berjalan mundur beberapa langkah, Menarik dan mendorong benda yang ringan (kursi kecil), Melempar bola ke depan tanpa kehilangan keseimbangan, Menendang bola ke arah depan, Berdiri dengan satu kaki selama satu atau dua detik dan Berjongkok. Segi moral yang ditunjukkan adalah mengucapkan salam dan terima kasih kepada orang lain, dalam hal ini dapat dikategorikan balita dengan perkembangan normaldan sangat sesuai dengan teori yang sudah ada. Yaiu Nilai Agama dan Moral : Menirukan gerakan ibadah dan doa, Mulai menunjukkan sikap-sikap baik (seperti yang diajarkan agama) terhadap orang yang sedang beribadah, Mengucapkan salam dan kata-kata baik, seperti maaf, terima kasih pada situasi yang sesuai
21
22
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN Upaya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita dan anak prasekolah merupakan tindakan skrining atau deteksi secara dini (terutama sebelum berumur 3 tahun) atas adanya penyimpangan termasuk tindak lanjut terhadap keluhan orang tua terkait masalah pertumbuhan dan perkembangan bayi, anak balita dan anak prasekolah, kemudian penemuan dini serta intervensi dini terhadap penyimpangan kasus tumbuh kembang akan memberikan hasil yang lebih baik. Upaya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita dan anak prasekolah dilakukan melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak yang menyeluruh dan terkoordinasi antar sektor dan program. Tindakan koreksi dilakukan untuk mencegah masalah agar tidak semakin berat dan apabila anak perlu dirujuk, maka rujukannya harus dilakukan sedini mungkin sesuai dengan pedoman yang berlaku. Deteksi dini adalah upaya penjaringan dan penyaringan yang dilaksanakan untuk menemukan penyimpangan kelainan tumbuh kembang secara dini dan mengetahui serta mengenal faktor-faktor resiko terjadinya kelainan tumbuh kembang tersebut. Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan
dilingkungan
puskesmas
dan
jaringannya,
berupa
:
Pertumbuhan,
Perkembangan dan Mental Emosional. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan meliputi: pengukuran BB, TB, dan LK, kemudian lihat perkembangannya di grafik. Kemudian untuk deteksi dini perkembangan meliputi : KPSP, TDD, dan TDL dan deteksi dini mental emosional meliputi : KMME, CHAT serta CONNER. Sedangkan intervensi dini maksudnya adalah suatu kegiatan penanganan segera terhadap adanya penyimpangan tumbuh kembang dengan cara yang sesuai dengan keadaan, misalnya perbaikan gizi, stimulasi perkembangan atau merujuk ke pelayanan kesehatan, dan pendidikan yang sesuai, sehingga anak dapat mencapai kemampuan yang optimal sesuai dengan umumya.
23
DAFTAR PUSTAKA
KementrianKesehatanRI.(2014).Buku ajar kesehatan ibu dan anak Siahaan, R. (2005). Pelaksanaan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita di Posyandu. Zulkifli. (2003). Posyandu dan Kader Kesehatan. Pelaksanaan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita di Posyandu.
24