Aplikasi Teori Jean Watson Pada Pasien Isolasi Sosial.docx

  • Uploaded by: Agus Elmianto Djanjam
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Aplikasi Teori Jean Watson Pada Pasien Isolasi Sosial.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,700
  • Pages: 11
MAKALAH APLIKASI TEORI JEAN WATSON PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan yang diampu oleh Bapak : Abdul Wakhid, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.J.

Oleh : Kelompok VI Agus Elmianto

010218A001

Novia Bella.A

010218A012

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN TRANSFER FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO SEMARANG 2018

BAB I PENDAHULUAN I.

Latar Belakang Kesehatan jiwa didefinisikan sebagai suatu kondisi sejahtera ketika seseorang mampu merealisasikan potensi yang dimiliki, memiliki koping yang baik terhadap stressor, produktif dan mampu memberikan kontribusi terhadap masyarakat (WHO 2007, dalam Varcarolis & Halter, 2010). Kesehatan jiwa adalah keadaan sejahtera yang ditandai dengan kebahagiaan, merasa puas, berprestasi, optimis atau mampu mencapai tujuan hidup (Stuart, 2013). Apabila seseorang dapat berespon positif maka akan tercapai sehat jiwa yang ditandai dengan kondisi sejahtera baik secara emosional, psikologis, maupun sosial, mampu menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya. Gangguan jiwa menurut American Psychiatric Association (1994, dalam Shives 2012) adalah gangguan atau sindrom dengan manifestasi psikologis atau perilaku berupa kerusakan fungsi sosial, psikologis, genetik, fisik/kimia, atau gangguan secara biologis. Gangguan jiwa adalah pola perilaku atau psikologis yang ditunjukkan oleh seseorang yang disebabkan oleh gangguan fungsi pikiran, perasaan dan perilaku serta penurunan kualitas hidup (Stuart, 2013). Menurut Kaplan dan Sadock (2007), gangguan jiwa merupakan gejala yang dimanifestasikan melalui perubahan karakteristik utama dari kerusakan fungsi perilaku atau psikologis yang secara umum diukur dari beberapa konsep norma, dihubungkan dengan distres atau penyakit, tidak hanya dari respon yang diharapkan pada kejadian tertentu atau keterbatasan hubungan antara individu dan lingkungan sekitarnya

II.

Tujuan Untuk mengetahui cara mengaplikasikan teori Jean Watson pada pasien dengan Isolasi Sosial.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Teori Caring Science Jean Watson Caring science merupakan suatu orientasi human science dan kemanusiaan terhadap proses, fenomena, dan pengalaman human caring. Caring science, seperti juga science lainnya, meliputi seni dan kemanusiaan. Transpersonal Caring mengakui kesatuan dalam hidup dan hubungan-hubungan yang terdapat dalam lingkaran caring yang konsentrik – dari individu, pada orang lain, pada masyarakat, pada dunia, pada planet Bumi, pada alam semseta (Watson, 2004). Watson (1988) dalam George (1990) mendefinisikan caring lebih dari sebuah exisestensial philosophy, ia memandang sebagai dasar spiritual, baginya caring adalah ideal moral dari keperawatan. Manusia akan eksistensi bila dimensi spiritualnya meningkat ditunjukkan dengan penerimaan diri, tingkat kesadaran diri yang tinggi, kekuatan dari dalam diri, intuitif. Caring sebagai esensi dari keperawatan berarti juga pertanggungjawaban hubungan antara perawat-klien, dimana perawat membantu partisipsi klien, membantu memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kesehatan. Teori human caring yang dikembangkan oleh Watson antara tahun 19751979, hanya berkisar pada sepuluh carative factors sebagai suatu kerangka untuk memberikan suatu bentuk dan fokus terhadap fenomena keperawatan. Watson menganggap istilah “factors” terlalu stagnant terhadap sensibilitasnya di masa kini. Ia pun kemudian menawarkan suatu konsep yang lebih sesuai dengan evolusi teorinya dan arahnya di masa depan. Konsep tersebut adalah “clinical caritas” dan “caritas processes”, yang dianggapnya lebih cocok dengan ide-ide dan arah perkembangan teorinya (Watson, 2004).

B. Pengertian Isolasi Sosial Isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana individu mengalami penurunan kemampuan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Isolasi sosial adalah usaha klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain disekitarnya maupun komunikasi dengan orang lain (keliat B.A, dkk, 2011). Menarik diri adalah suatu reaksi yang ditampilkan dalam bentuk reaksi fisik maupun psikologi. Reaksi fisik yaitu suatu keadaan individu menghindari sumber stresor. Misalnya menjauhi polusi, gas beracun, infeksi dan lain-lain. Sedangkan reaksi psikologis yaitu suatu keadaan dimana individu menunjukan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat disertai rasa takut dan bermusuhan. Proses terjadinya gangguan isolasi sosial : menarik diri dipengaruhi beberapa faktor, antara lain : 1. Faktor predisposisi Ada beberapa faktor yang mempengaruh gangguan isolasi sosial, yaitu: a. Faktor perkembangan Gangguan adaptasi disetiap tahap perkembangan dari bayi sampai dewasa dan tua akan mempengaruhi masalah respon sosial menarik diri pada seseorang. (Deden Dermawan dan Rusdi, 2013). b. Faktor biologis Faktor genetik dapat menunjang respon sosial maladaptif. Genetik merupakan faktor penunjang dalam terjadinya masalah gangguan jiwa (Ernawati, 2009). c. Faktor sosial kultural Isolasi sosial merupakan gangguan dalam berhubungan dengan orang lain. Ini dapat terjadi karena tidak tepatnya norma atau aturan dalam keluarga yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak menghargai anggota keluarga yang tidak produktif seperti lansia, orang cacat dan penderita penyakit kronik (Keliat, dkk, 2011).

d. Faktor dalam keluarga Komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang pada gangguan berhubungan apabila keluarga hanya mengkonfirmasikan hal-hal negatif yang akan mendorong anak pada harga diri rendah (Stuart dan Sunden, 2006). 2. Faktor presipitasi Adapun faktor presipitasi dibagi menjadi dua, yaitu : a. Stres sosial kultural Stres yang ditimbulkan karena perpisahan dengan orang yang berarti, tidak sempurnanya anggota keluarga dan menurunya stabilitas unit keluarga (Eko Prabowo, 2014). b. Stres psikologi Kecemasan yang berkepanjangan bersamaan dengan keterbatasan kemampuan mengatasi masalah. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi (Stuart dan Lararia, 2005). C. Aplikasi Ten Carative Factors Pada Pasien No 1

Carative Factors

Caritas Processes

Membentuk sistem nilai

Menerapkan perilaku yang penuh kasih

humanistic –altruistic

sayang, kebaikan dan ketenangan dalam konteks kesadaran dalam caring.

2

Menanamkan keyakinan dan

Hadir dengan sepenuhnya untuk

harapan

mewujudkan serta mempertahankan sistem kepercayaan dalam dunia kehidupan subjektif dari dirinya dan orang yang dirawat.

3

Mengembangkan sensitivitas

Memberi perhatian terhadap praktik-

untuk diri sendiri dan orang

praktik spiritual dan transpersonal diri

lain

orang lain, melebihi ego dirinya.

4

Membina hubungan saling

Mengembangkan dan mempertahankan

percaya dan saling bantu

suatu hubungan caring yang saling membantu dan saling percaya.

5

Meningkatkan dan menerima

Hadir untuk menampung dan mendukung

ekspresi perasaan positif dan

ekspresi positif negatif sebagai suatu

negative

hubungan dengan semangat yang dalam dari diri sendiri dan orang yang dirawat.

6

Menggunakan metode

Menggunakan diri sendiri dan semua cara

pemecahan masalah yang

yang diketahui secara kreatif sebagai

sistematis dalam pengambilan

bagian dari proses caring untuk terlibat

keputusan

dalam penerapan caring healing yang artistic.

7

Meningkatkan proses belajar

Terlibat dalam pengalaman belajar

mengajar intrapersonal

mengajar yang sebenarnya yang mengakui keutuhan diri orang lain dan berusaha memahami sudut pandang orang lain.

8

Menyediakan lingkungan yang

Menciptakan lingkungan healing pada

mendukung, melindungi dan

seluruh lingkungan baik fisik maupun

memperbaiki mental,

nonfisik, lingkungan yang kompleks dari

sosialkultural dan spiritual

energy dan kesadaran yang memiliki keholistikan, keindahan, kenyamanan, martabat dan kedamaian.

9

Membantu dalam pemenuhan

Membantu terpenuhinya kebutuhan dasar

kebutuhan dasar manusia

dengan kesadaran caring yang penuh, memberikan human care essentialis yang memunculkan penyesuaian jiwa raga dan pikiran, serta keholistikan dan kesatuan diri dalam seluruh aspek care dengan

melibatkan jiwa dan keberadaan secara spiritual. 10

Mengembangkan faktor

Menelaah dan menghargai misteri

kekuatan eksistensial-

spiritual dan dimensional eksistensial dari

fenomenologis

kehidupan dan kematian seseorang, soul care bagi diri sendiri dan orang yang dirawat.

D. Aplikasi Pada Pasien Isolasi Sosial a.

Pengkajian Dalam melakukan pengkajian pada pasien dengan isolasi sosial perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan (PPNI, 2009). Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subyektif dan obyektif. Fokus pengkajian : 1) Keyakinan spiritual pasien (bagaimana pemikiran pasien tentang agama yang diyakininya, apakah agama itu penting atau tidak) 2) Praktik spiritual (bagaimana praktik spiritual yang biasa dilakukan pasien, apakah perawat dapat membantunya) 3) Hubungan antara keyakinan spiritual dan kehidupan sehari-hari (apakah keyakinan mempengaruhi kehidupan sehari-hari pasien, dan apakah pengaruh dari keyakinan tersebut membuat pasien menjadi lebih sehat atau justru destruktif) 4) Kebutuhan spiritual (bagaimana cara memenuhi kebutuhan spiritual pasien, apakah perlu dibantu oleh perawat atau yang lain seperti pemuka agama) 5) Kebutuhan menemukan arti dan tujuan (bagaimana pasien memahami situasi yang dialami akhir-akhir ini) 6) Kebutuhan mencintai dan keterikatan/ kedekatan. (bagaimana kebutuhan mencintai dan kedekatan pasien selama ini).

Untuk dapat melakukan pengkajian maka perawat melakukan pendekatan dengan teori caring yaitu berdasarkan ten carative factors yaitu : 1) Membentuk sistem nilai humanistic –altruistic (dengan menerapkan perilaku penuh kasih sayang) 2) Menanamkan keyakinan dan harapan (Hadir dengan sepenuhnya untuk mewujudkan serta mempertahankan sistem kepercayaan pada pasien dan perawat itu sendiri) 3) Menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi dan memperbaiki mental, sosialkultural dan spiritual. (menciptakan lingkungan yang healing bagi pasien) b. Diagnosa Keperawatan Dalam menentukan diagnosa keperawatan perawat perlu menganalisa setiap data hasil dari pengkajian pada pasien. Salah satu diagnosanya adalah menarik diri : isolasi sosial. Bagaimana seorang perawat dapat menentukan diagnosa pada pasien dengan gangguan kejiwaan, maka perawat menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam pengambilan keputusan berdasarkan ten carative factors. c.

Intervensi dan Implementasi Dalam memberikan intervensi dan implementasi perawat menggunakan ten carative factors, seperti : 1) Membentuk sistem nilai humanistic–altruistic (seorang perawat harus menerapkan

perilaku

penuh

kasih

sayang

pada

pasien,

seperti

memperlakukan semua pasien sama tidak ada perbedaan antara pasien isos dengan yang lain) 2) Menanamkan keyakinan dan harapan (seperti perawat hadir dengan sepenuhnya untuk mewujudkan serta mempertahankan sistem kepercayaan yang dimiliki pasien, dengan memberikan motivasi dan pemahaman pada pasien dengan isolasi sosial)

3) Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain (seperti perawat memberi perhatian terhadap praktik-praktik spiritual dan transpersonal pasien) 4) Membina hubungan saling percaya dan saling bantu (perawat perlu menerapkan BHSP dengan pasien dengan komunikasi terapeutik) 5) Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif dari pasien dengan memberikan masukan dan saran. 6) Menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi dan memperbaiki mental, sosialkultural dan spiritual bagi pasien dengan isos. (perawat membantu pasien dalam mengungkapkan tentang perasaan yang dialaminya) d. Evaluasi Berdasarkan implementasi diatas diharapkan evaluasi hasil : 1) Terlaksananya hubungan saling percaya antara pasien dengan perawat 2) Pasien mampu memahami tentang penyakit yang dideritanya 3) Pasien dapat mengungkapkan perasaannya dengan nyaman dan tenang tidak ada keraguan 4) Pasien mampu menyelesaikan masalah pada dirinya sendiri.

BAB III PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang ada dibab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa perawat dapat menerapkan teori caring yaitu ten carative factors seperti, menerapkan sistem nilai yang humanistic-altruistic, membina hubungan saling percaya dan saling bantu, menumbuhkan keyakinan dan harapan pada pasien dengan gangguan kejiwaan salah satunya yaitu isolasi sosial. Mulai dari proses keperawatannya yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi

DAFTAR PUSTAKA Fitria, Nita. Dkk. (2013). Prinsip Dasar dan Aplikasi laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Hasniah (2014). “Manajemen Asuhan Keperawatan Spesialis Jiwa pada pasien Harga Diri Rendah menggunakan Stress Adaptation Model dan Teori of Human Caring di Ruang Antareja RUMAH SAKIT. H.MARZOEKI MAHDI BOGOR”. http://lib.ui.ac.id. 23 November 2018, pukul 19:48 WIB Teting, Bernarda (2018). Teori Caring dan Aplikasi Dalam Pelayanan Keperawatan. Edisi I. Yogyakarta : ANDI Wijayaningsih, Sari Kartika. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta : Trans Info Medika

Related Documents


More Documents from "Johan Firmansyah"