Antibiotik Kombinasi Farter.docx

  • Uploaded by: eldinia
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Antibiotik Kombinasi Farter.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,755
  • Pages: 6
Contoh Penyakit dan Antibiotik yang Digunakan 1. Otitis eksterna – akut  First choice 1. Flumethasone + clioquinol (Locorten Vioform) Dewasa dan anak >2 tahun: 2 sampai 3 tetes, dua kali sehari, selama tujuh hari 2. Deksametason + framycetin + gramicidin (Sofradex) Dewasa dan anak : 2 sampai 3 tetes, tiga sampai empat kali sehari, selama tujuh hari-hari  Alternatif 1. Triamsinolon + neomycin + gramicidin + nistatin (Kenacomb) jika diduga infeksi jamur 2. Ciprofloxacin + hidrokortison (Ciproxin HC) jika dicurigai Pseudomonas. 2. Diverticulitis  First choice 1. Trimethoprim + Sulfamethoxazole 960 mg, dua kali sehari, selama lima hari; dan Metronidazol 400 mg, tiga kali sehari, selama lima hari 3. Epididymo-orchitis  First choice jika patogen STI yang dicurigai: 1. Ceftriaxone 500 IM mg (dewasa) dan Doxycycline 100 mg, dua kali sehari, selama 14 hari 4. Gonorea  First choice : 1. Ceftriaxone 500 IM mg stat (dewasa) dan Azitromisin 1 g stat 5. Penyakit Radang Panggul  First choice : 1. Ceftriaxone 500 IM mg (dewasa) dan Doxycycline 100 mg selama 14 hari dan metronidaol 400 mg dua kali sehari selama 14 hari  Alternatif 1. Ceftriaxone 500 mg IM stat + azitromisin 1 g 6. Infeksi saluran kemih - Sistitis: anak  First choice : 1. Trimethoprim + Sulfamethoxazole  Anak: 24 mg / kg / dosis, dua kali sehari, selama tiga hari (maksimum 960 mg / dosis) 7. Infeksi Saluran Kemih – Pielonefritis  First choice : 1. Trimethoprim + Sulfamethoxazole  Dewasa: 960 mg (dua tablet), dua kali sehari, selama 10 hari 8. Salmonella Enterocolitis  Alternatif

1. Trimethoprim + sulfamethoxazole  Dewasa: 960 mg (dua tablet), dua kali sehari, selama tiga hari 9. Otitis media – akut  Alternatif 1. Trimethoprim + sulfamethoxazole  Anak >6 minggu : 24 mg/kg/dosis, dua kali sehari, selama lima sampai tujuh hari 10. Pertussis (batuk rejan) :  Alternatif pengobatan antibiotik line 2 Trimethoprim + sulfamethoxazole (digunakan untuk orang dewasa dan anak-anak berusia >6 minggu alergi terhadap makrolida).  Anak : 24mg/kg/dosis, dua kali sehari, selama 14 hari  Dewasa : 960 mg (dua tablet), dua kali sehari, selama 14 hari 11. Bisul (dengan komplikasi)  Alternatif pengobatan antibiotik line 2 1. Trimethoprim + Sulfamethoxazole (Jika terjadi alergi terhadap flukloksasilin atau MRSA).  Anak >6 minggu : 24 mg / kg / dosis, dua kali sehari, selama lima sampai tujuh hari (Maksimum 960 mg / dosis)  Anak >12 tahun dan Dewasa : 960 mg (dua tablet), dua kali sehari, selama lima sampai tujuh hari 12. Selulitis ringan sampai sedang  Alternatif pengobatan antibiotik line 2 1. Trimethoprim + Sulfamethoxazole (Jika terjadi alergi terhadap flukloksasilin atau MRSA).  Anak >6 minggu : 24 mg / kg / dosis, dua kali sehari, selama lima sampai tujuh hari (Maksimum 960 mg / dosis)  Anak >12 tahun dan Dewasa : 960 mg (dua tablet), dua kali sehari, selama lima sampai tujuh hari 13. Infeksi kaki diabetik  Alternatif pengobatan antibiotik line 2 1. Trimethoprim + Sulfamethoxazole : 960 mg (dua tablet), dua kali sehari 14. Impetigo  Alternatif pengobatan antibiotik line 2 1. Trimethoprim + Sulfamethoxazole (jika terjadi infeksi yang rumit, terdapat MRSA atau alergi terhadap flukloksasilin)  Anak >6 minggu: 24 mg/kg/dosis, dua kali sehari, selama lima hari (Maksimum 20 mL/dosis)  Anak >12 tahun dan Dewasa: 960 mg (dua tablet), dua kali sehari, selama lima hari-hari

A. Ketika Agen Menunjukkan Aktivitas Sinergis Dalam Melawan Microorganisme. Aktivitas sinergisme yang dimaksudkan adalah aktivitas dari kombinasi 2 agen terapi yang didapat dari hasil uji in vitro, dimana efek hasil kombinasi lebih besar dibandingkan penjumlahan dari kedua efek obat yang diberikan secara terpisah. Beberapa contoh yang dapat dijabarkan. 1.Pada penelitian yang dilakukan Drusano (1990) memperlihatkan kombinasi dari ampisilin (B-lactam) dan gentamisin (Aminoglikosida) menunjukkan aktivitas sinergisme terhadap anekaragam bakteri gram positif dan bakteri gram negatif, digunakan untuk terapi infeksi berat dan secara esensial dapat membunuh bakteri secara cepat. Pada pemakaian tunggal, penisilin hanya bersifat bakteriostatik, dan gentamisin tidak mempunyai aktivitas yang signifikan, namun ketika dikombinasikan antara ampisilin dengan gentamisin didapatkan aktivitas sinergisme berupa peningkatan efek ampisilin dari bakteriostatik menjadi bakterisida. 2.Pada kasus endokardititis, yang disebabkan oleh streptococci, pemakaian Penisilin atau ceftriaxon, efektif dapat mengobati penyakit dalam 4 minggu pemakaian. Namun dengan kombinasi Penisilin/Ceftriakson dengan gentamisin, ditunjukkan aktivitas sinergisme dimana aktivitas yang sangat cepat dalam melawan bakteri dimana efek terapi sudah tampak selama 2 minggu pemakaian (Baddour et al.,2005; Levison, 2004). 3. Pada penelitian yang dilakukan Tsaganos et al.(2008) pada Endocarditis yang disebabkan oleh Staphylococcus aureusresisten-metisillin, kombinasi Linezolid dan Rifampisin menunjukkan efek bakterisida pada endokarditis yang infeksinya terjadi di paru-paru, yang pada pemakaian tunggal linezolid tidak menimbulkan efek. 4. Choi et al. (2012) mendemonstrasikan bahwa kombinasi terapi Arenicin-1 dan antibiotic menunjukkan efek sinergisme dengan memproduksi hidroksiradikal, terutama pada strain bakteri yang diterapi dengan kombinasi peptide atau ampisilin. Stresoksidatif yang diinduksi dengan Arenicin-1 menstimulasi deplesi transient dari NADH. Kemudian kombinasi dari eritromisin/cloramfenicol dengan arenicin-1 menunjukkan efek sinergi penghambatan sintesis protein dari bakteri. B. Ketika Pasien Dengan Penyakit Kritis Yang Membutuhkan terapi empiris Sebelum Etiologi Dari Mikrobiologis Dan/Atau Antimikroba Spesifik Dapat Ditentukan (Hasil Kultur didapat). Seperti yang telah didiskusikan, kombinasi antibiotic digunakan oleh para praktisi kesehatan sebagai terapi empiris untuk infeksi, terutama infeksi yang disebabkan oleh bakteri resisten terhadap banyak antibiotik. Pemberian terapi kombinasi untuk memastikan minimal 1 obat yang diberikan akan aktif melawan bakteri resisten tersebut. Sebagai contoh: 1.Ketika pasien yang telah berada dirumah sakit beberapa minggu dengan menderita syok sepsis, dan hasil dari kultur darah menunjukkan bakteri bacili gram negatif, akan lebih baik

jika penanganan yang dilakukan dengan memberikan 2 antibiotik yang mempunyai aktivitas terhadap bakteri gram negatif, seperti P aeruginosa, yang merupakan bakteri pathogen nosokomial dan resisten terhadap banyak antibiotik, pada kasus ini, kombinasi antipseudomonal B-lactam dengan florokuinolon atau aminoglikosida yang seharusnya digunakan (Leekha et al., 2011). 2. Pada beberapa IGD, pasien yang terduga mengalami meningitis karena bakteri, bakteri patogen yang sering menjangkiti Streptococcus pneumonia dan Neisseria meningitidis, pemakaian kombinasi generasi ke-3 sefalosporin (Ceftriakson) dengan vancomisin di rekomendasikan sebagai terapi empiris (Tunkel et al., 2004). 3. Pada kasus sepsis dan sepsis syok, biasanya terjadi Multy Drug Resistent (MDR) bakteri gram negatif, seperti Pseudomonas spp., Acinetobacter spp., dan Enterobacteriaceae. Resistensi yang terjadi karena penggunaan tunggal antibiotik, seperti penggunaan B-lactam tunggal, sehingga pada prakteknya, direkomendasikan penggunaan antibiotic kombinasi empiris yang dapat menurunkan mortalitas dari kegagalan penggunaan antibiotik, seperti kombinasi B-lactam dengan aminoglikosida atau florokuinolon (Tangden, 2014). Namun berdasarkan pengalaman Micek et al. (2010), lebih menyarankan kombinasi B-lactam dengan aminoglikosida dibandingkan dengan floroquinolon, dengan alasan, spectrum lebih luas yang dihasilkan dengan kombinasi aminoglikosida. C. Dapat memperluas spektrum antimikroba yang dapat diraih dengan menggunakan antibiotik tunggal terutama untuk infeksi dengan polimikroba. Ketika infeksi disebabkan oleh lebih dari 1 organisme, regimen kombinasi antibiotik lebih dipilih karena dapat menunjukkan spektrum luas melebihi yang dapat diraih oleh antibiotik tunggal, sebagai contoh : 1. Banyak infeksi intra abdominal yang disebabkan oleh berbagai bakteri dengan variasi gram positif cocci, gram negatif bacilli dan anaerob. Kombinasi antibiotik seperti sefalosporin generasi ketiga atau floroquinolon ditambah metronidazil dapat digunakan sebagai pilihan terapi potensial pada kasus ini, dan beberapa lebih cost-effective dibandingkan dengan pemberian tunggal (co, carbapenem). 2. Pada penelitian yang dilakukan Drusano (1990) memperlihatkan kombinasi dari Ampisilin (β-lactam) dan Gentamisin (Aminoglikosida) menunjukkan aktivitas sinergisme terhadap anekaragam bakteri gram positif dan bakteri gram negatif, digunakan untuk terapi infeksi berat dan secara esensial dapat membunuh bakteri secara cepat. Efek sinergisme yang didapat selain memberikan efek bakterisida juga mendapatkan efek perluasan spektrum. 3. Di Jepang, Neisseria Gonorrhoeae, patogen yang menular melalui seksual, memperlihatkan reaksi resistensi pada banyak agen antibiotik. Oleh karena itu Furuya et al. (2006), melakukan penelitian untuk melihat kombinasi yang lebih tepat dipakai antara Cefiksim/Cefteram/Amoksisilin dengan Azitromisin. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa

penggunaan kombinasi Cefiksim-Azitromisin mendapatkan efek yang signifikan dalam mengatasi bakteri N. Gonorrhoeae. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan Pereira et al. (2013), melakukan penelitian mengenai efikasi dari kombinasi Cefiksim-Azitromisin (Cfk-Azt) dibandingkan dengan kombinasi Gentamisin-Azitromisin (Gtm-Azt), dalam melawan N. Gonorrhoeae. Dari hasil penelitian didapatkan hasil perbedaan efikasi, dimana didapatkan rata-rata FICI (Fractional Inhibitory Concentration Index) untuk kombinasi CfkAzt :1,7 dan rata-rata FICI kombinasi Gtm-Azt : 2,sehingga pada kesimpulannya, peneliti lebi menyarankan penggunaan kombinasi Gentamisin-Azitromisin dalam melawan Neisseria Gonorrhoeae. 4. Di Rusia, pada wanita hamil dengan gejala bakteriuria ansimptomatik, penggunaan kombinasi Amoxicillin/clavulanate dengan dosis 625 mg 3 kali sehari selama 7 hari, secara signifikan menunjukkan efikasi yang lebih baik dibanding pemakaian tunggal cefixime dengan dosis 400 mg 1 kali sehari selama 7 hari.

Daftar Pustaka Baddour, L.M., Wilson, W.R., and Bayer, A.S. 2015. Infective endocarditis: diagnosis antimicrobial therapy, and management of complications : a statment for healtcare professionals from the Committee on Rheumatic Fever, Endocarditis, and Kawasaki Clinical Disease, Council on Cardiovascular Disease in the Young, and the Councils on Clinical Cardiology, Stroke, and Cardiovascular Surgery and Anesthesia, american Heart Association. circulation, 111 (23): e394-e434. Bpac. 2017. ANTIBIOTICS CHOICES FOR COMMON INFECTIONS 2017 edition. Best Practice Journal Choi, H. And Lee, D.G. 2012. Synergistic effect of antimicrobial peptide arenicin-1 in combination with antibiotics against pathogenic bacteria. Res Microbiol, 163: 479-486. Drusano, G.L. 1990. Human pharmacodynamics of beta-lactams, aminoglycosides and their combination, Scand J Infect Dis Suppl, 74: 235-248. Furuya, R., Nakayama, H., Kanayama, A., Saika, T., Iyoda, T., Tatewaki, M., Matsuzaki, K. Kobayashi, I., and Tanaka, M. 2006. In vitro synergistic effects of double combinations of beta-lactams and azithromycin against clinical isolates of Neisseria gonorrhoeae, J Infect Chemother, 12 (4): 156-167. Leekha, S., Terrell, C.L., and Edson, R.S. 2011. General Principles of Antimikrobial Therapy, Mayo Clin Proc, 86 (2): 156-167. Micek, S.T., Welch, E./C., Khan, J., Pervez, M., Doherty, J.A., Reichley, R.M., and Kollef, M . H . 2 0 1 6 , Empiric Combination Antibiotic Therapy Is Associated with Improved Outcome against Sepsis Due to Gram-Negative Bacteria: a Retrospective Analysis, American Society For Microbiology, 54 (5): 1742-1748. Pereira, R., Cole, M.J., and Ison, C.A. 2013, Combination therapy for gonorrhoea: in vitro synergy testing, J Antimicrob Chemother, 68 (3): 640-643. Rafal’skii, V.V., Dovgan, E.V., Kozyrev Iu, V., Gustovarova, T.A., Khlybova, S.V., Novoselova, A.V., N.G., and Likhikh, D.G. 2013. The efficacy and safety of ceficxime and amoxicillin/clavulanatein the treatment of asymptomatic bacteriuria in pregnant women: a randomied, prospective, multicenter study. Urologiia, (5): 24, 26-28. Tangden, T. 2014. Combination antibiotic therapy for multidrug-resistant Gramnegative bacteria, Upsala Journal of Medical Sciences, 119 (2): 149-153. Tsaganos, T., Skiadas, I., Koutoukas, P., Adamis, T., and Baxevanos, N., 2008, Efficacy and pharmacodynamics of linezolid, alone and in combination with rifampicin, in an experimental model of methicillin-resistant staphylococcus aureus endocarditis, Journal of Antimicrobial Chemotherapy, 62: 381-383. Tunkel, A. R., Hartman, B.J., and Kaplan, S.L. 2004. Practice guidelines for the management of bacterial meningitis. Clin Infect Dis, 39 (9) : 1267-1284.

Related Documents

Antibiotik Lo.docx
December 2019 32
Antibiotik Diare.pdf
May 2020 18
08 Kombinasi Rangkaian
November 2019 3
06 Logika Kombinasi
November 2019 1

More Documents from "dmujahidin"