ANTENA DAN PROPAGASI 1. Dasar Teknik Antena Suatu
antena dapat diartikan sebagai suatu tranduser antara saluran
transmisi atau pandu gelombang dalam suatu saluran transmisi dan suatu medium yang tak terikat (zona bebas) tempat suatu gelombang elektromagnetik berpropagasi (biasanya udara), ataupun sebaliknya. Dalam aplikasinya, suatu antena dapat berfungsi selain sebagai media pemancar gelombang elektromagnetik, juga
sebagai
pe nerima gelombang
elektromagnetik secara efisien dan berpolarisasi sesuai dengan struktur yang dimilikinya. Selain itu, untuk meminimalkan refleksi gelombang pada titik antara saluran transmisi dan titik catu antena, maka suatu antena harus mempunyai kesesuaian (matched) dengan saluran transmisi yang digunakan. Beberapa contoh antena dalam berbagai bentuk dapat dilihat pada Gambar 1.. Dan aplikasinya, antena banyak digunakan pada penyiaran radio dan televisi, sistem komunikasi satelit, telepon selular, sistem radar dan sensor otomatis mobil anti tabrakan, dan masih banyak fungsi- fungsi yang lain. Sifat radiasi dan impedansi dari hambatan suatu antena banyak dipengaruhi oleh struktur atau bentuk, ukuran dan bahan pembuatannya. Dimensi dari suatu antena selalu diukur dalam unit panjang gelombang (disimbolkan dengan “” dibaca: “lamda”).
Sebagai contoh,
antena dipole dengan panjang 1 m yang berkerja pada suatu panjang gelombang = 2 m, akan menu njukkan karakterisitik yang sama dengan antena dipole dengan panjang 1 cm yang bekerja pada panjang gelombang = 2 cm.
1
Gambar 1. Contoh berbagai macam bentuk antena Suatu karakteristik yang menggambarkan
daya radiasi relatif yang
dipancarkan oleh suatu antena fungsi terhadap arah pada daerah medan jauh, dikenal dengan pola radiasi antena, atau disingkat dengan pola antena (antenna pattern). Karakteristik ini, akan menunju kkan arah kerja suatu antena dalam memancarkan atau kepekaan menerima gelombang elektromagnetik. Suatu
antena
isotopis
merupakan
suatu
antena
hipotetikal
yang
meradiasikan daya ke segala arah dengan intensitas yang sama. Antena ini hanya ada dalam teori, dan sering digunakan untuk referensi pada saat menggambarkan sifat radiasi dari antena yang sesungguhnya. Kebanyakan
antena
memiliki
sifat
timbal- balik atau resiprositas, yang
menyatakan bahwa suatu antena mempunyai pola radiasi yang sama , pada saat memancarkan dan menerima gelombang elektromagnetik. Dengan sifat resiprositas ini, jika dalam mode pemancar suatu antena memancarkan daya pada arah A sebesar 100 kali dari arah B, maka bila antena tersebut digunakan sebagai sebagai penerima , akan mempunyai
kepekaan
penerimaan
gelombang
elektromagnetik pada arah A 100 kali lebih sensitif dari pada arah B. Semua antena yang ditunjukkan pada Gambar 1 mengikuti aturan resiprositas, tapi tidak semua antena mempunyai sifat resiprositas. Untuk antena-antena yang mempunyai material non-linier semikonduktor atau material ferit, maka sifat resiprositas ini sulit 2
dipertahankan. Performansi antena terdiri dari dua aspek, yaitu sifat radiasi dan impedansi yang dimiliki. Sifat radiasi antena, mencakup pola radiasi dan polarisasi ketika antena digunakan dalam mode transmisi. Model polarisasi yang dimiliki antena, bersesuaian dengan arah medan listrik yang dipancarkan oleh suatu antena, dan disebut sebagai polarisasi antena. Aspek kedua adalah
impedansi antena,
menyangkut masalah transfer energi dari sebuah sumber ke suatu antena, pada saat antena digunakan sebagai sebuah pemancar. Selain itu, parameter ini digunakan sebagai pertimbangan, apakah suatu antena pantas dipasangkan pada suatu terminal untuk dihubungkan dengan saluran transmisi untuk
menghindarkan
masalah
atau
tidak.
Hal
ini
dilakukan
refleksi gelombang yang terjadi pada titik catu
antena . 2. Pola Radiasi Mekanisme radiasi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh suatu sebuah antena , ditunjukkan pada Gambar 2a. Pada gambar tersebut , antena digunakan sebagai mode pemancar. Garis- garis medan listrik
yang dihasilkan
dari radiasi suatu antena, mempunyai arah vertikal dan tegak lurus dengan arah rambat gelombang, yang arahnya menjahui antena. sebaliknya,
bila
antena
digunakan
sebagai
Kondisi ini bisa berlaku
mode
penerima
gelombang
elektromagnetik yang dipancarkan oleh antena lain (Gambar 2b). Jika antena dianggap sebagai sumber radiasi, maka sumber radiasi tersebut dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu sumber arus dan bidang medan . Antena dipole dan antena loop (Gambar 1a dan 1c) merupakan contoh antena sebagai sumber radiasi dari sumber arus. Yakni, arus yang berubah terhadap waktu dalam suatu kawat konduktor,
yang
akhirnya
membangkitkan
gelombang
elektromagnetik. Antena horn (Gambar 1g) merupakan contoh antena dari kelompok yang kedua ini. Hal ini karena medan listrik dan medan magnet yang terjadi dalam antena ini, berfungsi sebagai sumber radiasi dan mempunyai arah yang saling tegak lurus terhadap bidang lua san horn. Bidang- bidang medan itu sendiri, diinduksi oleh arus yang berubah terhadap waktu dari permukaan dinding-dinding 3
horn. Pemisahan sumber arus dan bidang medan sebagai sumber radiasi di sini, dilakukan untuk mengklasifikasi per hitungan medan yang diradiasikan oleh suatu antena berdasarkan strukt ur antena yang dimiliki.
Gambar 2. Antena sebagai tranduser antara saluran transmisi dan udara sebagai mode transmisi dan mode penerima
Pola radiasi (radiation pattern ) dari sebuah antena, suatu pernyataan grafis yang menggambarkan
sifat
radiasi
dari
dipancarkan oleh suatu antena pada daerah
gelombang
elektromagnetik
yang
medan jauh, yang diukur pada jarak
yang tetap dari antena tersebut. Pola radiasi antena, kadang- kadang disebut dengan “pola (pattern ) ” saja. Pada umumnya, pola radiasi dari antena adalah berbentuk tiga dimensi, yang meng gambarkan intensitas radiasi atau kepadatan daya sebagai fungsi arah, baik terhadap sud ut elevasi maupun sudut azimut . Dengan sifat resiprositas, dinyatakan bahwa suatu antena penerima antena
yang
sama
ketika
saat
antena
mempunyai bentuk
pola
tersebut dioperasikan sebagai mode 4
pemancar atau transmisi.
3. Gain Antena Daya total Pt (atau daya transmisi) yang dicatukan pada ante na, tidak semuanya dipancarkan ke udara (menjadi daya radiasi,
Prad). T etapi juga
didisipasi menjadi panas pada struktur antena yang berupa panas , yang disebut dengan
daya
rugi (Ploss). Efisiensi radiasi antena didefinisikan sebagai
perbandingan antara Prad dan Pt .
Gain antena dapat didefinisikan :
Rumusan dalam Pers.(2.13) ini sama dengan yang dinyatakan dengan Pers. (2.9) untuk direktivitas D, dengan mengganti daya radiasi dengan Prad dengan daya yang dicatukan pada antena, Pt. Dengan dasar Pers.(2.12), dapat dinyatakan: G D (tanpa satuan) Biasanya, gain antena dinyatakan daslam bentuk satuan decibel: G (dB) = 10 log G Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa pernyataan gain antena memuat rugi-rugi ohmik dari material antena, sedangkan untuk direktivitas antena tidak memuat rugi-rugi ini. Untuk antena tanpa rugi-rugi ( lossess); = 1, sehingga dapat dikatakan pada konsisi ini gain antena sama dengan direktivitasnya.
4. Antena Dipole /2. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3, antena dipole /2 terdiri dari suatu 5
kawat tipis yang pusatnya mer upakan terminal, tempat titik catu saluran transmisi ke generator. Arus yang mengalir melewati kawat dipole tersebut, mempunyai distribusi yang simetris terhadap tengah dipole, yaitu maksimum pada bagian tengahnya dan pada kedua ujung akhirnya arus akan me njadi nol
Gambar 3: Pusat catu dipole setangah panjang gelombang
5. Antena Monopole λ/4
Kadang-kadang kita membutuhkan suatu antena yang mempunyai pola ke segala arah (omni-directional), tetapi mempunyai medan listrik yang arahnya vertikal. Hal ini dapat dilakukan dengan antena monopole yang dilengkapi dengan bidang tanah (ground plane) yang terbuat dari konduktor. Jika suatu antena monopole seperempat gelombang diletakkan di atas sebuah konduktor bidang tanah (ground plane), maka akan meradiasikan gelombang yang 6
polanya sama dengan dipole setengah gelombang di udara. Teori ini dapat diilustrasikan dengan menggunakan teori bayangan yang ditunjukkan pada Gambar 4. Jadi, antena monopole seperempat gelombang akan meradiasikan medan listrik yang sama dengan antena dipole, dan intensitas radiasi ternormalisasi yang dihasilkan.
Gambar 4: Antena monopole seperempat gelombang pada bidang konduktor identik dengan antena dipole setengah gelombang
Antena monopole hanya meradiasikan daya setengah dari daya yang diradiasikan oleh antena dipole. Dengan demikian, untuk antena monopole seperempat gelombang, Prad = 18,3 I02 dan resistansi radiasinya Rrad = 36,5 . Suatu pendekatan praktis yang dapat dilakukan untuk membuat antena monopole seperempat gelombang adalah membuat antena kawat vertikal, termasuk antena monopole Hertzian, yang diletakkan di atas bidang yang konduktif. 6. Transfer Daya Maksimum pada Antena Kemampuan sebuah antena untuk menangkap energi yang berasal dari sebuah gelombang datang dengan kerapatan daya
sebesar Si (W/m2), dan mengubahnya
menjadi daya terima Pint (W) untuk disalurkan melalui beban sesuai (match), dinyatakan sebagai area efektif (effective area).
Nama lain yang biasa digunakan untuk Ae adalah effective aperture dan receiving cross section.
7
7. Antena Array Sistem siaran AM bekerja pada frekuensi 535- 1605 KHz. Pada dasarnya , antena yang digunakan adalah dipole
vertikal sepanjang menara, dengan ke
ketinggian antara /6 sampai 5/8, bergantung pada karakteristik sistem operasi yang
diinginkan
dan pertimbangan- pertimbangan lain yang diperlukan. K
etinggian fisiknya bervariasi antara 46 m (150 kaki) sampai 274 m (900 kaki). Jika kita mengacuh pada panjang gelombang frekuensi AM 1.000 KHz, maka ketinggiannya kira -kira 300 m. Karena medan radiasi dari dipole tunggal pada bidang horizontal adalah serba-sama , maka dibutuhkan lebih dari satu antena untuk mengatur pola antena horizontal sepanjang arah yang diinginkan (misalkan diarahkan ke daerah perkotaan) dan untuk meminimumkan daya radiasi ke daerah yang ja rang penduduknya atau daerah operasi yang sama frekuensinya, untuk menghindari interferensi yang tidak diinginkan. Untuk
mencapai
maksud tersebut, perlu dioperasikan dua atau lebih antena yang dioperasikan secara bersama-sama. Kombinasi antena -antena yang demikian ini disebut dengan antena array. Ante na
array
banyak
diaplikasikan
secara
luas
pada
sejumlah
sistem komunikasi, seperti sistem penyiaran (broadcast ), komunikasi satelit dan sistem radar. Dengan a ntena array, seorang perancang akan mudah menciptakan sistem antena yang menghasilkan direktivitas yang tinggi, beamwidth yang sempit, side lobe yang rendah, beam yang mudah diatur dengan pola antena yang tajam.. Dalam aplikasinya, sebagian besar antena array menggunakan elemen yang sama; seperti antena dipole, antena celah, dan antena horn atau antena parabola, yang dicatu dengan arus atau distribusi medan yang sama. Elemenelemen antena array biasanya diatur dalam konfigurasi yang bervariasi, seperti konfigurasi satu dimensi, dimana tiap- tiap elemen disusun sepanjang garis lurus, atau konfigurasi kisi- kisi dua dimensi, sehingga elemen membentuk jaringan persegi. Bentuk pola radiasi medan jauh yang dihasilkan dari konfigurasi array tersebut , dapat dilakukan dengan mengontrol amplitudo relatif dari elemen array. 8
Cara lain adalah dengan menggunakan penggeser fasa
(phase shifter) antar
elemen antena array, sehingga pola radiasi yang dihasilkan dapat diatur secara elektronik.
8. Pengertian Propagasi Dalam pentransmisian sinyal informasi dari satu tempat ke tempat lain dapat dilakukan melalui beberapa media, baik media fisik, yang berupa kabel/kawat (wire) maupun media non-fisik (bukan kabel/kawat), yang lebih dikenal dengan wireless, seperti halnya udara bebas. Pada
Gambar 5 diperlihatkan beberapa jenis lintasan propagasi yang
merupakan mekanisme perambatan gelombang radio di udara bebas.
Gambar 5 Mekanisme propagasi gelombang radio
8. Propagasi Gelombang Tanah Gelombang
tanah
(ground
wave)
adalah
gelombang
radio
yang
berpropagasi di sepanjang permukaan bumi/tanah. Gelombang ini sering disebut dengan gelombang permukaan
(surface
wave) .
Untuk
berkomunikasi 9
dengan
mengguna kan
media gelombang tanah, maka gelombang harus
terpolarisasi secara vertikal, karena bumi akan menghubung-singkatkan medan listriknya bila berpolarisasi horisontal. Perubahan gelombang tanah.
kadar
air
Redaman
mempunyai gelombang
pengaruh tanah
yang
besar
terhadap
berbanding
lurus
terhadap
impedansi permukaan tanah. Impedansi ini merupakan fungsi dari konduktivitas dan frekuensi. Jika bumi mempunyai konduktivitas yang tinggi, maka redaman (penyerapan energi gelombang) akan berkurang. Dengan demikian, propagasi gelombang tanah di atas air, terutama air garam (air laut) jauh lebih baik dari pada di tanah kering (berkonduktivitas rendah), seperti padang pasir. Rugi-rugi (redaman) tanah akan meningkat dengan cepat dengan semakin
besarnya
frekuensi. Karena alasan tersebut, gelombang tanah sangat tidak efektif pada frekuensi di atas 2 MHz. Namun demikian, gelombang tanah sangat handal
bagi hubungan
komunikasi. Penerimaan gelombang tidak terpengaruh oleh perubahan harian maupun
musiman, sebagaimana
yang
terjadi
pada
gelombang
langit
(gelombang ionosfir). Propagasi gelombang tanah merupakan satu-satunya cara untuk berkomunikasi di dalam lautan. Untuk memperkecil redaman laut, maka digunakan frekuensi yang sangat rendah, yaitu band ELF (Extremely Low Frequency), yaitu antara 30 hingga 300 Hz. Dalam pemakaian tertentu dengan frekuensi 100 Hz, redamannya hanya sekitar 0,3 dB per meter. Redaman ini akan meningkat drastis bila frekuensinya makin tinggi, misalnya pada 1 GHz redamannya menjadi 1000 dB per meter. 9. Propagasi Gelombag Ionosfer Pada frekuensi tinggi atau daerah HF, yang mempunyai range frekuensi 3 – 30 MHz, gelombang dapat dipropagasikan menempuh jarak yang jauh akibat dari pembiasan dan pemantulan lintasan pada lapisan ionospher. Gelombang yang berpropagasi
melalui
lapisan
ionosfir
ini
disebut
sebagai
gelombang
ionosfir (ionospheric wave) atau juga disebut gelombang langit (sky wave). 10
Gelombang ionosfir terpancar dari antena pemancar dengan suatu arah yang menghasilkan sudut tertentu dengan acuhan permukaan bumi. Dalam perjalanannya, bisa melalui beberapa kali pantulan lapisan ionosfir dan permukaan bumi, sehingga jangkauannya bisa mencapai antar pulau, bahkan antar benua. Aksi pembiasan pada lapisan ionosfir dan permukaan bumi tersebut disebut dengan skipping . Ilustrasi dari efek skipping
ini, dapat dilihat pada
Gambar 6. Gelombang radio yang dipancarkan dari pemancar melalui antena menuju ionofir, dan dibiaskan/dipantulkan kembali pada titik B ke permukaan bumi pada titik C. Kemudian oleh permukaan tanah dipantulkan kembali ke ionosfir dan sekali lagi dibiaskan ke bumi kembali pada titik D menuju penerima di titik E pada permukaan bumi.
Gambar 6 ilustrasi efek skipping Lapisan atmofir bumi terdiri dari 3 (tiga) lapisan, yaitum : lapisan troposfir (troposphere), stratosfir (stratosphere) dan ionosfir (io nosphere). Troposfir terletak di permukaan
bumi
hingga
mencapai
ketinggian
kira-kira 6,5 mil.
Lapisan berikutnya (stratosfir) berada mulai dari batas troposfir sampai ketinggian sekitar 25 mil. Dari batas stratofir hingga ketinggian 250 mil adalah lapisan ionosfir. Di atas ionofir adalah ruang angkasa. Lapisan troposfir adalah lapisan terendah dari bumi, dan di dalamnya berisi zat- zat yang diperlukan untuk kelangsungan hidup. Lapisan ini dapat
dilalui
gelombang yang berfrekuensi tinggi menuju lapisan beriku tnya. Karena itu, tidak akan terjadi inversi temperatur atau juga tidak bisa menyebabkan pembiasan yang berarti. Lapisan stratosfir dengan temperaturnya yang konstan tersebut disebut juga 11
daerah isothermal. Ionosfir adalah nama yang benar- benar sesuai, karena lapisan ini tersusun dari partikel-partikel yang terionisasi. Lintasan ini tidak terkontrol dan bervariasi terhadap waktu, musim dan aktivitas matahari. Kerapatan pada bagian yang paling atas adalah sangat rendah dan
semakin ke bawah, makin tinggi kerapatannya.
Bagian yang lebih atas mengalami radiasi matahari yang
relatif
lebih kuat.
Radiasi ultraviolet dari matahari menyebabkan udara yang terionisasi menjadi ion- ion positip, dan ion- ion negatip. Sekalipun kerapatan molekul udara di bagian
atas
ionosfir
kecil,
namun partikel-partikel udara di ruang angkasa
mempunyai energi yang sedemikian tinggi pada daerah
tersebut.
Sehingga
menyebabkan ionisasi dari molekul-molekul udara bisa bertahan lama. Ionisasi ini meluas ke bagian bawah di seluruh lapisan ionosfir dengan intensitas yang lebih rendah. Karena itu, derajat paling tinggi terjadi proses ionisasi adalah bagian paling atas dari ionosfir, sedangkan derajat ionisasi terendah terjadi pada bagian paling bawah. Lapisan
ionospher
terdiri
dari
beberapa/bermacam-macam
lapisan
yang terionisasi kira- kira ketinggian 40 – 400 km (25 mil – 250 mil) di atas permukaan bumi. Ionisasi
ini disebabkan
oleh radiasi
sinar
ultraviolet
dari
matahari yang mana lebih terasa pada siang hari dibandingkan pada malam hari. 10. Propagasi Garis Pandang (Line of sight) Sesuai dengan namanya, propagasi secara garis pandang yang lebih dikenal dengan line of sight propagation , mempunyai keterbatasan pada jarak pandang. Dengan demikian, ketinggian antena dan kelengkungan permukaan bumi
merupakan
faktor pembatas yang utama dari propagasi ini. Jarak
jangkauannya sangat terbatas, kira- kira 30 – 50 mil per link, tergantung topologi daripada permukaan buminya. Dalam praktek, jarak jangkaunya sebenarnya adalah 4/3 dari line of sight (untuk K = 4/3), karena adanya faktor pembiasan oleh atmosfir bumi bagian bawah. Propagasi line of sight, disebut dengan propagasi dengan gelombang langsung (direct wave), karena gelombang yang terpancar dari antena pemancar langsung berpropagasi menuju antena penerima dan tidak 12
merambat di atas permukaan tanah. Oleh karena itu, permukaan bumi/tanah tidak meresamnya. Selain itu, gelombang jenis ini disebut juga dengan gelombang ruang (space wave), karena dapat menembus lapisan ionosfir dan berpropagasi di ruang angkasa. Propagasi jenis ini
garis
pandang
merupakan
andalan
sistem
telekomunikasi masa kini dan yang akan datang, karena dapat menyediakan kanal informasi yang lebih besar dan keandalan yang lebih tinggi, dan tidak dipengaruhi oleh fenomena perubahan alam, seperti pada propagasi gelombang langit pada umumnya. Band frekuensi yang digunakan pada jenis propagasi ini sangat lebar, yaitu meliputi band VHF (30 – 300 MHz), UHF (0,3 – 3 GHz), SHF (3 – 30 GHz) dan EHF (30 – 300 GHz), yang sering dikenal dengan band gelombang mikro ( microwave). Aplikasi untuk pelayanan komunikasi, antara lain : untuk siaran radio
FM, sistem
penyiaran
televisi (TV), komunikasi
bergerak,
radar,
komunikasi satelit, dan penelitian ruang angkasa.
13
SALURAN TRANSMISI
1. Pengertian Saluran Transmisi Penyampaian informasi dari sumber informasi (komunikator) ke penerima informasi (komunikan) hanya dapat terlaksana bila ada semacam sistem alat penghubung (media) di antara keduanya. Sistem tersebut disebut dengan sistem transmisi. Bila jarak antara komunikator
dan
komunikan
saling
berdekatan,
maka
sistem
transmisi cukup dengan udara yang bergetar di sekitarnya. Tetapi bila jaraknya cukup jauh, maka dibutuhkan sistem transmisi yang lebih kompleks. Dalam sistem telekomunikasi, suatu sistem transmisi bisa terdiri dari satu atau lebih dari satu media transmisi, tetapi secara umum dibedakan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu: media fisik dan media nonfisik. Media fisik yang dimaksud di sini adalah media yang dapat diindra oleh indra kita, contohnya adalah media kabel (wire). Media ini dikenal dengan saluran transmisi (transmision line), yang akan kita pelajari pada buku ini. Sedangkan media non-fisik di sini adalah media udara (yang lebih dikenal dengan nirkabel atau wireless). 2. Spektrum Elektromagnetik Seperti kita ketahui, bahwa cahaya yang tampak oleh mata kita merupakan suatu keluarga dari spektrum elektromagnetik. Contoh lain, adalah kelompok dari sinar gamma, sinar-X, gelombang infra merah
dan
gelombang
radio.
Umumnya,
kita
menamakannya
gelombang elektromagnetik (EM) karena sifat-sifat dasar yang dimilikinya, yaitu: Gelombang EM mempunyai intensitas medan listrik dan medan magnetik yang berosilasi pada frekuensi yang sama.
14
Kecepatan prpoagasi atau perambatan dari gelombang EM dalam ruang hampa merupakan konstanta yang universal, yang dinyatakan sama dengan kecepatan cahaya, c = 3 x 108 meter/detik. Dalam ruang hampa, panjang gelombang λ dari gelombang EM berbanding langsung dengan osilasi dari frekuensinya f. Spektrum gelombang EM secara lengkap ditunjukkan pada Gambar 7. Spektrum sinar-sinar tampak (visible) dengan panjang gelombang yang sangat pendek terletak antara λ = 0,4 μm (violet) dan λ = 0,7μm (red). Jika kita amati ke arah panjang gelombang yang lebih pendek akan kita jumpai band frekuensi sinar ultraviolet, sinar-X dan sinar gamma. Pada sisi lain dari akan kita jumpai sinar infra merah (infrared) dan spektrum radio. Bila diamati, batasan antara spektrum radio dan bukan spektrum radio terletak pada panjang gelombang elektromagnetik λ di ruang hampa. Untuk λ ≥ 1 mm (atau frekuensi di ruang hampa f ≤ 300 GHz), maka gelombang tersebut digolongkan pada spektrum radio, sedangkan untuk λ < 1 mm (atau frekuensi di ruang hampa f > 300 GHz) bukan termasuk spektrum radio.
Gambar 7 Spektrum Elektromagnetik
15
International Telecommunication Union (ITU) telah memberi nama tersendiri pada masing-masing band frekuensi tersebut, dan telah menetapkan aplikasi penggunaannya berdasarkan sifat-sifat dan mekanisme perambatan dari propagasi gelombang EM dalam suatu medium seperti pada gambar 8.
Gambar 8. Alokasi band frekuensi radio 3. Penggunaan Peta Smith (Smith Chart) Dalam menganalisa persoalan saluran transmisi, seringkali kita dihadapkan pada perhitungan-perhitungan dengan bilangan kompleks yang sangat banyak. Hal ini akan menyebabkan relatif lebih banyak waktu dan tenaga diperlukan untuk memecahkan persoalan dengan dasar bilangan komplek tersebut, dibanding dengan perhitungan pada operasi dengan bilangan nyata. Untuk membantu pemecahan tersebut, dapat digunakan suatu peta (chart), yang dikenal dengan Peta Smith atau Smith Chart. 16
Ide pembuatan peta Smith, berasal dari persamaan koefisien refleksi saluran transmisi, yang dinyatakan dalam bilangan kompleks eksponensial.
Berikut ini adalah cara menggunakannya : 1. Menormalisasi Beban
2. Mencari Impedansi Input
3. Mencari SWR, Tegangan Maksimum dan Minimum
17
Gambar 9. Mencari lokasi tegangan maksimum dan minimum menggunakan peta Smith 4. Transformasi Impedansi ke Admitansi
18
Gambar 10. Ilustrasi beban pada titik A ( impedansi ternormalisasi) dikonversi menjadi beban pada titik B (admitansi ternormalisasi).
19