Anemia.docx

  • Uploaded by: Ning Runingsih
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Anemia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,046
  • Pages: 45
1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Berdasarkan data WHO (2005), bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) paling tinggi di dunia terdapat di negara Nepal yaitu sebesar 865 per 100.000 Kelahiran Hidup, selanjutnya di Buthan sebesar 710 per 100.000 Kelahiran Hidup dan di India sebesar 630 per 100.000 Kelahiran Hidup, sementara di ASEAN kematian ibu di Indonesia menempati peringkat tertinggi, diperkirakan sedikitnya 18.000 ibu meninggal setiap tahun, karena kehamilan atau persalinan. Hal ini berarti setiap setengah jam seorang perempuan meninggal karena kehamilan atau persalinan, yang mengakibatkan setiap tahun 36.000 balita menjadi anak yatim (Amelda, 2006). Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 248 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan untuk Provinsi Jawa Barat menyebutkan 228 per 100.000 kelahiran hidup (BPS,2007). Tingginya Angka Kematian Ibu di Indonesia terkait dengan rendahnya kualitas berbagai program dalam upaya penurunan angka Kematian Ibu telah dilaksanakn oleh pemerintah seperti Safe Motherhood dan dilanjutkan dengan program Making Pregnancy Safer (Siregar, 2007).

2

Sasaran pembangunan kesehatan Indonesia tahun 2005-2009 adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan yang mencakup, meningkatnya umur harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 67,9 tahun, menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dari 35 menjadi 25 per 100 Kelahiran Hidup, menurunkan Angka Kematian Ibu dari 307 per 100.000 Kelahiran Hidup menjadi 226 per 100.000 Kelahiran Hidup tahun 2010 dan menjadi 125 per 100.0000 Kelahiran Hidup pada tahun 2015 (MDGs). Tujuan pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) akan sulit terwujud, kecuali upaya yang dilakukan lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya (Siregar, 2007). Antenatal Care (ANC) adalah salah satu program Safe Motherhood yang merupakan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan janinnya oleh tenaga kesehatan profesional meliputi pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar pelayanan yaitu minimal 4 kali pemeriksaan selama kehamilan, 1 kali pada trimester satu, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III. Dengan pemeriksaan ANC pada ibu dapat dideteksi sedini mungkin sehingga diharapkan ibu dapat merawat dirinya selama hamil dan mempersiapkan persalinannya. Pentingnya pelayanan ANC karena setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu

hamil

memerlukan pemantauan selama kehamilannya

(Manuaba, 2001). Salah satu kunjungan yang penting adalah kunjungan pertama ibu hamil (K1) dan kunjungan yang ke empat (K4). Target

3

pencapaian kegiatan ANC K1 sebesar 92,9% dan an K4 sedangkan pada tahun 2010 sebesar sebesar 95% (Depkes RI, 2008). Pencapaian program K1 di Jawa Barat pada tahun 2007 masih di bawah target yang ditetapkan, dimana cakupan K1 sebesar 88,35% dibandingkan dengan target nasional sebesar 91%. Dengan demikian hasil pencapaian cakupan K1 masih perlu ditingkatkan seoptimal mungkin sehingga target pencapaian kegiatan 2010 sebesar 95% untuk K1 dapat diwujudkan (Depkes RI, 2005). Berdasarkan profil kabupaten Ciamis pada tahun 2007 cakupan K1 sebesar 73,82% dari target 91% yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut data dari Puskesmas Gardujaya kunjungan pertama kehamilan (K1) sejumlah 387 orang (60%) dari 647 orang, dari target 100% dan kunjungan K4 sebesar 50% dari target 100% (Profil Puskesmas Gardujaya 2012). Berdasarkan survey pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti dengan cara membagikan kuesioner tertutup kepada 20 orang ibu hamil, didapat 60% atau 12 orang memiliki kategori pengetahuan dan sikap yang baik, sedangkan 40% mempunyai pengetahuan kurang, disebabkan oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah faktor pengetahuan dan sikap ibu dalam memandang pentingnya kunjungan pertama kehamilan pada tenaga kesehatan, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nursalam (2001) terhadap pengetahuan ibu tentang kunjungan pertama kehamilan (K1) dimana hasil penelitiannya sangat di pengaruhi oleh pengetahuan ibu dalam memandang pentingnya K1(2001).

4

Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “faktor-faktor yang memepengaruhi rendahnya cakupan K1 dan K4 pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas gardujaya tahun 2013”.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang memepengaruhi rendahnya cakupan K1 dan K4 pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas gardujaya tahun 2013?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1

Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang memepengaruhi rendahnya

cakupan K1 dan K4 pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas gardujaya tahun 2013. 1.3.2

Tujuan Khusus 1. Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan rendahnya cakupan K1 dan k4. 2. Mengetahui hubungan antara sikap dengan rendahnya cakupan k1 dan k4 3. Mengetahui hubungan antara faktor geografis dengan rendahnya cakupan k1 dan k4.

5

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1

Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini semoga bermanfaat bagi pengembangan ilmu kebidanan dan asuhan kebidanan pada ibu hamil.

1.4.2

Manfaat Praktis 1. Bagi Ibu Hamil Sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya K1 dan K4 2. Bagi Bidan Dapat menambah pengetahuan bidan khususnya mengenai asuhaan kehamilan sehingga bisa mengenal sedini mungkin masalah yang terjadi 3. Bagi Puskesmas Gardujaya Sebagai sumber informasi dalam peningkatan kualitas dan kuantitas K1 dan K4 di Puskesmas gardujaya. 4. Bagi Prodi Kebidanan Poltekes BPH Cirebon Sebagai penambah informasi dan rujukan bagi peneliti kebidanan selanjutnya yang sejenis.

6

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan Kehamilan Pemanfaatan kelayanan kesehatan, termasuk pelayanan pemeriksaan kehamilan merupakan interaksi antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang melakukan pemeriksaan kehamilan. Aspek yang terkait dengan petugas kesehatan salah satunya adalah faktor geografis, sedangkan dari ibu hamil salah satunya adalah faktor perilaku (Salamuk et al, 2007).

2.1.1

Faktor Geografi Faktor-faktor

yang

berhubungan

dengan

tempat

yang

memfasilitasi atau menghambat pemangfaatan pelayanan pemeriksaan kehamilan, berkait dengan keterjaukauaan tempat yang di ukur dengan jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya perjalanan dari tempat ibu hamil ke puskesmas. Hubungan antara lokasi pemeriksaan kehamilan dengan tempat ibu hamil, dapat di ukur dengan satuan jarak, waktu tempuh, atau biaya tempuh bergantung dari jenis pelayanan dari jenis sumber daya yang ada. Peningkatan akses yang di pengaruhi oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh atau biaya tempuh mungkin mengakiatkan peningkatan pemakaian pelayanan yang berhubungan dengan tingkat penyakit. Dengan kata lain, pemakaian pelayanan preventif lebih bayak di hubungkan dengan akses geografis dari pada pelayanan kuratif.

7

Sebagaimana pemanfaatan pelayanan umum demikian juga dengan pemeriksaan kehamilan, apabila semakin bayak keluhan yang berkaitan dengan kehamilan, dan semakin baik kualitas sumber daya pelayanan, maka semakin berkurang pentingnya atau berkurangnya kuatnya hubungan antara akses geografis dan volume pemanfaatan pelayanan pemeriksaan kahamilan (Depkes RI, 2003). Sesuai dengan keadaan geografis, luas wilayah, dan sarana perhubungan dalam wilayah puskesmas, tidak semua penduduk dapat dengan mudah mendafatkan pelayanan puskesmas. Agar jangkauan pelayanan puskesmas lebih merata dan meluas, puskesmas perlu di tunjang dengan puskesmas pembantu, penempatan bidan di desa-desa yang belum terjangkau oleh pelayanan yang ada dan puskesmas keliling. Di samping itu penggerakan peran serta masyarakat untuk mengelola pelayanan kesehatan akan dapat menunjang

jangkauan pelayanan

kesehatan. 2.1.2

Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah keseluruhan fakta, kebenaran azas dan ketenangan yang diperoleh manusia. Pengetahuan menunjukan pada hal-hal yang diketahui sedangkan dalam kitab klasik ilmu logika, pengetahuan di definisikan sebagai suatu gambaran objek-objek eksternal yang hadir dalam pikiran manusia (http://komunitaskm.multiply.com).

8

Secara etimologi pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri sedangkan menurut Krussak (2009), Knowledge is a fluid mix of framed experience, values, and expert insight that provides a framework for evaluating and incorporating new experiences an information, yang kira-kira bisa dimaknai bahwa pengetahuan merupakan campuran dari pengalaman, informasi kontektual, nilai-nilai dan wawasan ahli yang memberikan kerangka

untuk

mengevaluasi

dan

menggabungkan

pengalaman-

pengalaman baru dan informasi. 2. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan yang tercakup di dalam domain kognitif pada manusia mempunyai 6 tingkatan, yaitu: 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. 2. Memahami (Comprehension) Materi tersebut secara benar. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan.

9

3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. 4. Analisis (Analysis) Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (Syntesis) Menunjukkan pada suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian-penelitian

terhadap

suatu

objek.

Penelitian

itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri dengan menggunakan kriteria yang telah ada, pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau respon dan ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut.

10

3. Pengukuran Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat diukur dengan menggunakan pertanyaan baik secara lisan atau tulisan. Pertanyaan tersebut dapat dikelompokan menjadi 2 jenis yaitu: 1. Pertanyaan Subjektif Misalnya pertanyaan essay, pertanyaan ini disebut subjektif karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari penilaian. 2. Pertanyaan Objektif Misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choice), benar-salah dan pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan ini disebut dengan pertanyaan objektif yang mempunyai jawaban yang dapat dinilai secara pasti oleh penilai. 4. Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut

Notoatmodjo (2005), pengetahuan dapat diperoleh

seseorang dengan cara: 1. Cara Tradisional Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Sebelum ditemukannya metode ilmiah secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain:

11

a.

Cara coba-coba (trial and error) Cara

coba-coba

kemungkinan

ini

dalam

dilakukan memecahkan

dengan

menggunakan

masalah

dan

apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba lagi dengan kemungkinan ketiga dan seterusnya sampai masalah tersebut terpecahkan. b.

Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan ini diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa lebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri.

c.

Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalam yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi maka untuk memecahkan masalah lain yang sama orang dapat pula menggunakan cara tersebut. Tetapi bila gagal

12

menggunakan cara tersebut ia tidak akan mengulangi cara itu dan berusaha untuk mencari cara lain sehingga dapat berhail memecahkannya. d.

Melalui jalan pikiran Dalam memperoleh pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan kemudian dicari hubungannya sehingga didapat suatu kesimpulan.

2. Cara Modern Cara baru dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini lebih sintesis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, yang mencakup tiga hal yakni: a.

Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan.

b.

Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan.

c.

Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.

5. Proses Penyerapan Ilmu Pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2003), suatu peran yang diterima oleh setiap individu akan melalui lima tahapan yaitu:

13

1. Awarenes (Kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). 2. Interest (Merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tertentu, di sini sikap subjek sudah mulai timbul. 3. Evaluation (Menimbang-nimbang) terhadap baik buruknya stimulus terhadap bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik sekali. 4. Trial (Mencoba), dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. 5. Adoption (Adaptasi), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus,

2.1.3

Sikap 1. Pengertian Dalam memberikan definisi tentang sikap, diantara para ahli banyak terjadi perbedaan, hal ini terjadi karena sudut pandang yang berbeda tentang sikap itu sendiri. Menurut Azwar (2006:6), sikap merupakan evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isue. Menurut Notoatmodjo (2003), sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek, sedangkan menurut Purwanto (2000:62), sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi.

14

2. Tingkatan Sikap Menurut Notoatmodjo (2003:132), sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu: 1.

Menerima (receiving) Menerima dapat diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2.

Merespon (responding) Memberikan

jawaban

apabila

ditanya,

mengerjakan

dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut. 3.

Menghargai Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya dan sebagainya)

untuk

menimbang

anaknya

ke

Posyandu

atau

mendiskusikan tentang imunisasi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap imunisasi anak. 4.

Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.

15

Menurut Badriah (2009:91) skala sikap berisi pernyataan-pernyatan sikap, yaitu suatu pernyataan mengenai objek sikap. Pernyatan sikap terdiri dari pernyataan yang favorabel (mendukung atau memihak pada objek sikap) dan pernyataan yang tidak favorabel (tidak mendukung objek sikap). Subjek memberi respon dengan lima kategori persetujuan, yaitu: 1. Sangat Tidak setuju (STS) 2. Tidak setuju (TS) 3. Antara Setuju dan Tidak (N) 4. Setuju (S) 5. Sangat Setuju (SS) 2.2

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan 1. Umur Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Semakin tinggi umur seseorang, maka semakin bertambah pula ilmu atau pengetahuan yang dimiliki karena pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri

maupun

pengalaman

yang

diperoleh

dari

orang

lain

(Notoatmodjo, 2003). Menurut Singgih (2008), mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik,

akan

tetapi

pada

umur

tertentu,

bertambahnya

proses

16

perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun, bahwa umur 20-35 tahun merupakan usia produktif seseorang. Pada usia produktif merupakan usia yang optimal dalam menerima informasi dari lingkungan melalui panca indra dan dapat mempengaruhi pengetahuan. Hal ini didukung oleh penelitian Marwati (2008) di wilayah kerja Puskesmas Medan bahwa sebagian besar pada usia 20-35 tahun sebanyak 76%. Umur ibu sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan dan nifas serta cara mengasuh bayinya. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun masih belum siap dalam jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan serta membina bayi yang dilahirkannya (Depkes RI, 2007). 2. Pendidikan Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan prilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan klien) dan hubungan dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi (SDKI, 2009). Sedangkan menurut Wied Hary menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya

17

Menurut BKKBN (2004) bahwa semakin

tinggi

tingkat

pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga banyak pula persepsi positif yang dimiliki dengan kata lain pengetahuan seseorang juga akan bertambah dengan pendidikan lebih tinggi. Hal ini didukung oleh penelitian Handayani (2009), di wilayah kerja Puskesmas Bogor bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan terdapat pada tingkat perguruan tinggi yaitu sebanyak 87,23% (www.psikologi.com). Menurut Wikepidia (2007), bahwa jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri dari: a. Pendidikan Dasar Meliputi sekolah dasar atau Madrasah Ibtidayah dan SMP atau MTs. b. Pendidikan Menengah Meliputi SMU dan kejuruan serta Madrasah aliyah c. Pendidikan Tinggi Meliputi Akademik, Institut, sekolah Tinggi dan Universitas. d.

Tidak sekolah

3. Pekerjaan Pekerjaan ibu diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan dan kesempatan ibu dalam melakukan kunjungan pertama kehamilan (K1), pengetahuan responden yang bekerja lebih baik dari pengetahuan responden yang tidak bekerja, semua ini disebabkan karena ibu yang bekerja diluar rumah memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai

18

informasi, termasuk mendapatkan informasi tentang pentingnya kunjungan pertama kehamilan (Dekes RI, 2003).

2.3 Kunjungan Pertama Kali Ibu Hamil (K1) 2.3.3

Pengertian Kunjungan pertama kehamilan (K1) adalah kontak ibu hamil pertama kalinya dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan pemeriksaan kehamilan sebelum usia kehamilan 14 minggu (Depkes RI, 2001:128). Menurut Depkes RI (2002) pemeriksaan antenatal di tingkat Puskesmas dilakukan dengan standar pelayanan antenatal di tingkat Puskesmas dimulai dengan urutan sebagi berikut: 1. Anamnesa, meliputi identitas ibu hamil, riwayat kontrasepsi/KB, kehamilan sebelumnya dan kehamilan sekarang. 2. Pemeriksaan umum, meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan khusus kebidanan terdiri dari: 3. Pemeriksaan laboratorium terutama kadar haemoglobin (Hb). 4. Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid dan tablet besi (Fe). 5. Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olah raga, pekerjaan dan perilaku sehari-hari, perawatan payudara dan Air Susu Ibu (ASI), tanda-tanda risiko, pentingnya pemeriksaan kehamilan dan imunisasi selanjutnya serta pentingnya untuk melakukan pemeriksaan ulang.

19

2.3.4

Cakupan Ibu Hamil K1 Menurut Depkes RI (2005), bahwa cakupan ibu hamil K1 adalah prosentase ibu hamil di suatu wilayah, dalam kurun waktu tertentu, yang pernah mendapat pelayanan maternal sesuai standar paling sedikit 1 kali selama kehamilan.

2.3.5

Batasan Menurut Suhaemi (2003), bahwa kehamilan adalah suatu keadaan fisiologis, akan tetapi pentingnya diagnosis yang diajukan dengan pemeriksaan kehamilan tidak diabaikan. Pemeriksaan kehamilan seyogianya dimulai segera setelah diperkirakan terjadi kehamilan, pemeriksaan ini dapat dilakukan dalam beberapa hari setelah terlambat menstruas atau dalam triwulan pertama kehamilan. Menurut Depkes RI (2005), pelayanan Antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku pedoman pelayanan antenatal bagi petugas Puskesmas. Menurut Prawirohardjo (2006), Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk menyiapkan diri sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental. Antenatal Care merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi

20

hasil yang sehat dan positif bagi ibu hamil maupun bayinya dengan jalan menegakan hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan (uluvikar.wordpres.com) Antenatal care adalah perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil, yang bukan saja ibu sakit dan memerlukan perawatan, tetapi juga pengawasan dan penjagaan wanita hamil agar tidak terjadi kelainan sehingga mendapatkan ibu dan anak yang sehat (www.diskes.jabar) ANC adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim Kunjungan ibu hamil meliputi: 1. K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama dengan tenaga kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya dengan standar 10 T. 2. Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan seterusnya, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar selama satu periode kehamilan berlangsung (FKUI, 2009) 3. Dalam program pengelolaan KIA disepakati bahwa kunjungan ibu hamil yang keempat (K4) adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan Dari beberapa pendapat mengenai antenatal care diatas dapat digaris bawahi bahwa antenatal care merupakan pemeriksaan

21

kehamilan untuk menyiapkan diri sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental. 2.3.6

Tujuan Ante Natal Care Menurut Saifuddin (2002 : 90) tujuan asuhan ANC adalah : 1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. 2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi. 3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan. 4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian Asi Ekslusif. 6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

2.3.7

Standar Asuhan Kebidanan Pelayanan

antenatal

yang harus

digunakan

sekarang ini

mempergunakan pelayanan antenatal integrasi terkini. Yang dimaksud dengan Pelayanan Antenatal Integrasi adalah Integrasi pelayanan

22

antenatal dengan beberapa program lain yang memerlukan intervensi selama masa kehamilan. Tujuan dari Pelayanan antenatal integrasi adalah: 1.

Deteksi dan antisipasi dini kelainan atau penyakit yang mungkin terjadi dalam kehamilan.

2.

Interval pencegahan kelainan atau penyakit yang mungkin dapat mengancam ibu dan janin.

Kegiatan Pelayanan Antenatal Integrasi meliputi : Dasar : 1.

Timbang berat badan

2.

Ukur Tekanan Darah

3.

Ukur Tinggi Fundus Uteri

4.

Nilai status imunisasi TT dan berikan bila perlu

5.

Berikan Tablet Fe ( tablet tambah darah )

Terkini 6.

Ukur Tinggi Badan

7.

Temu wicara

8.

Tes Laboratorium, meliputi tes golongan darah, Hb, Protein Urine, GD puasa, Thalasemia, Sifilis, HbsAg.

9.

Status gizi

10. P4K (Program Perencanaan Persalinan Pencegahan Komplikasi). 11. Presentasi janin.

23

Bentuk kegiatan pelayanan antenatal integrasi meliputi : 1. Peningkatan cakupan pelayanan antenatal a. Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K b. Peningkatan kemampuan menjaring ibu hamil melalui kegiatan kemitraan bidan dan dukun. c. Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah d. Peningkatan akses ke pelayanan dengan rumah tunggu. 2. Peningkatan kualitas pelayanan antenatal, dengan kegiatan antenatal integrasi. a. Maternal Neonatal Tetanus Ellimination ( TT 5 dosis), Skrining status TT pada WUS. b. Pencegahan Malaria Dalam kehamilan (PMDK) c. Pencegahan Penularan HIV dari ibu ke bayi (PMTCT) Ilham ( 2008). 2.3.8

Jadwal Pemeriksaan Ante Natal care Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan WHO (2009). 1.

Trimester pertama a. Waktu memeriksakannya sebelum minggu ke-14 b. Informasi penting 1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil. 2) Mendeteksi masalah dan menanganinya.

24

3) Melakukan

tindakan

pencegahan

seperti

tetanus

neonatorum, anemia kekeurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan. 4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi. 5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, kebersihan , istirahat dan sebagainya). 2.

Trimester kedua a. Waktu memeriksakan sebelum minggu ke-28 b. Informasi penting 1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil. 2) Mendeteksi masalah dan menanganinya. 3) Melakukan

tindakan

pencegahan

seperti

tetanus

neonatorum, anemia kekeurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan. 4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi. 5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, kebersihan , istirahat dan sebagainya). 6) Kewaspadaan khusus mengenai preeklamsia (tanya ibu tentang gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi, edema,periksa untuk protein urine).

25

3.

Trimester ketiga a. Waktu memeriksakan antara minggu ke 28-36 b. Informasi penting 1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil. 2) Mendeteksi masalah dan menanganinya. 3) Melakukan

tindakan

pencegahan

seperti

tetanus

neonatorum, anemia kekeurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan. 4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi. 5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, kebersihan , istirahat dan sebagainya). 6) Kewaspadaan khusus mengenai preeklamsia (tanya ibu tentang gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi, edema,periksa untuk proteinurine 7) palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda. 4.

Trimester ketiga a. Waktu memeriksakan umur kehamilan 36 minggu keatas b. Informasi penting 1.

Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.

26

2.

Mendeteksi masalah dan menanganinya.

3.

Melakukan

tindakan

pencegahan

seperti

tetanus

neonatorum, anemia kekeurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan. 4.

Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.

5.

Mendorong perilaku yang sehat (gizi, kebersihan , istirahat dan sebagainya).

6.

Kewaspadaan khusus mengenai preeklamsia (tanya ibu tentang gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi, edema,periksa untuk proteinurine

7.

palpasi

abdominal

untuk

mengetahui

apakah

ada

kehamilan ganda. 8.

Deteksi bayi yang tidak normal atau kondisi lainnya yang memerlukan kelahiran di Rumah sakit

Ibu hamil tersebut harus lebih sering di kunjungi, jika terdapat masalah hendaknya disarankan untuk menemui petugas kesehatan bilaman ia merasakan tanda-tanda bahaya atau jika ia merasa khawatir (Wiknjosastro, 2009). Jadual melaksanakan pemeriksaan antenatal care sebanyak 1213 kali selama hamil. Di Negara berkembang pemeriksaan antenatal care dilakukan sebanyak 4 kali , dengan kasusus tercatat. Keuntungan antenatal care sangat besar karena dapat mengetahui berbagai resiko

27

dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit untuk evaluasi keadaan dan kemajuan inpartu dipergunakan AKI dan perinatal yang sebagian terjadi pada saat pertolongan persalinan pertama dapat diturunkan secara bermakna (Prawirohardjo, 2009) Manfaat pemeriksaan sebenarnya bukan hanya untuk ibu, pemeriksaan kehamilan pun bermanfaat untuk kesejahteraan janin, untuk ibu, misalnya pemeriksaan berguna untuk mendeteksi dini jika ada komplikasi kehamilan, sehingga dapat segera mengobatinya; mempersiapkan mental dan fisik dalam menghadapi persalinan; mengetahui berbagai masalah yang berkaitan dengan kehamilannya, juga bila kehamilannya dikategorikan dalam resiko tinggi sehingga dapat segera ditentukan pertolongan persalinan yang aman kelak. Sementara untuk bayi pemeriksaan itu bisa meningkatkan kesehatan janin dan mencegah janin lahir prematur, berat badan bayi rendah, lahir

mati,

ataupun

mengalami

kematian

saat

baru

lahir

(www.MyLovely.co.id) Selain itu status gizi ibu hamil juga merupakan hal yang sangat berpengaruh selama masa kehamilan. Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi si ibu dan janinnya. Yang harus diperhatikan adalah ibu hamil harus banyak mengkonsumsi makanan kaya serat, protein (tidak harus selalu protein hewani seperti daging atau ikan, protein nabati seperti tahu, tempe sangat baik untuk

28

dikonsumsi), banyak minum air putih dan mengurangi garam atau makanan yang terlalu asin (www.kkespro.co.id) 2.3.9

Cakupan Ante Natal Care Menurut Ferrer (2009) cakupan dari ANC adalah sebagai berikut: 1. Pengawasan kehamilan untuk melihat apakah segalanya berlangsung normal, untuk mendeteksi dan mengawasi setiap kelainan yang timbul dan untuk mengantisipasi semua masalah selama kehamilan, persalinan dan peride prenatal. 2. Penyuluhan dan pendidikan mengenai kehamilan dan bagaimana cara-cara mengatasi gejalanya, mengenai diet, perawatan gigi dan gaya hidup. Hampir dalam setiap pertemuan dengan ibu hamil dan suaminya untuk memberikan penyuluhan dalam satu atau lain bentuk. 3. Persiapan baik fisik maupun psikologis bagi persalinan serta kelahiran dan memberikan petunjuk mengenai segala aspek dalam perawatan bayi. 4. Memberikan dukungan jika didapat masalah-masalah sosial atau psikologis.

29

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Berdasarkan tinjauan teoritis pada bab II , banyak faktor penyebab rendahnya cakupan K1 dan K4 diantaranya adalah farktor pengetahuan, sikap dan faktor geografis.

Di bawah ini dapat digambarkan kerangka

konsep tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan K1 dan K4.

Variabel Bebas: 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Faktor Geografis

Rendahnya cakupan K1 dan K4

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian

30

3.2

Definisi Operasional Adapun definisi operasional dari gambaran pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang kunjungan pertama pemeriksaan kehamilan berdasarkan karakteristik adalah sebagai berikut :.

N

Variabel

Pengertian

Alat ukur

Cara ukur

Hasil ukur

o 1

Skala ukur

Varibel

Suatu

Kuesioner Data primer

bebas :

kemampuan

dengan

(76-

a.

pemahaman

membagi

100%)

Pengetahuan

untuk

pengetahuan

menjelaskan

menjadi 3

(56-

secara benar

kategori

75%)

tentang K1 dan

1. Baik

Ordinal

2. Cukup

3. Kurang

K4 yang

(< 56%)

diketahui dan dapat menginterpretasi kan materi tersebut secara benar b. sikap

Reaksi atau

Kuesioner Data primer

respon

dengan

seseorang

membagi sikap

1. Positif (T>median)

Ordinal

31

tentang K1 dan

menjadi 2

K4 yang masih

kategori

2. Negatif (T<median)

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek c. Faktor geografis

2

Tempat tinggal

Kuesioner Data primer

responden

dengan

dengan tempat

membagi

pelayanan

menjadi 2

kesehatan

kategori

Pengetahuan

Suatu

tentang

kemampuan

dengan

kunjungan

pemahaman

membagi

pertama

untuk

pengetahuan

kehamilan

menjelaskan

menjadi

(K1)

secara benar

beberapa

tentang K1 yang

kategori

diketahui dan dapat menginterpretasi kan materi

kuesioner

Data primer

1. Jauh

Ordinal

2. Dekat

4.

Ordinal

32

tersebut secara benar

3

K1

Kunjungan pertama

3

K4

Kuesioner Data primer ibu

dengan

hamil ke tenaga

membagi

kesehatan pada

menjadi 2

trimester I

kategori

Kunjungan

Kuesioner Data primer

keempat kalinya

dengan

ibu

membagi

hamil

ke

tenaga

menjadi 2

kesehatan pada

kategori

1. sesuai

2. Tidak sesuai

1. sesuai

2. Tidak sesuai

trimester III 3.3

Hipotesis 1.

Ada hubungan antara pekerjaan dengan rendahnya cakupan K1 dan k4 di wilayah kerja Puskesmas Gardujaya tahun 2013

2.

Ada hubungan antara pekerjaan dengan rendahnya cakupan K1 dan k4 di wilayah kerja Puskesmas Gardujaya tahun 2013

3.

Ada hubungan antara pekerjaan dengan rendahnya cakupan K1 dan k4 di wilayah kerja Puskesmas Gardujaya tahun 2013

Ordinal

Ordinal

33

BAB IV METEDOLOGI PENELITIAN

4.1

Jenis dan Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan survey. Menurut Badriah (2009:16) penelitian analitik yaitu menganalisa dan menyajikan data secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan.

4.2 4.2.1

Populasi dan teknik Sampling Populasi Menurut Badriah (2009:80) bahwa populasi adalah sebagai kelompok subyek yang hendak dikenal generalisasi hasil penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil sasaran K1 dan k4 yang berada di wilayah kerja Puskesmas Gardujaya sebanyak 98 orang.

4.2.2

Teknik Sampling Menurut Badriah (2009:81) sample adalah sebagian dari populasi, karena ia merupakan bagian dari populasi tentulah ia memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya. Dalam mendapatkan sampel yang dapat menggambarkan dan mencandrakan populasinya, maka penentuan sampel penelitian ini menggunakan total populasi.

34

4.3

Variabel Penelitian Menurut Notoatmodjo (2005:70) variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan peneliti tentang sesuatu konsep pengertian tertentu. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan terikat. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai variabel bebas adalah pengetahuan, sikaf dan faktor geografis, sedangkan variabel terikat yaitu cakupan K1 dan K4

4.4

Instrumen Penelitian Menurut

Badriah

(2008:90)

menjelaskan

bahwa

instrumen

merupakan sebagian alat pengumpulan data yang telah baku atau alat pengumpulan data yang memiliki standar validitas atau reabilitas. Instrumen penelitian yang digunakan adalah berupa kuesioner, dimana kuesioner merupakan suatu bentuk pengumpulan data yang sangat fleksibel, terperinci, lengkap dan relatif mudah digunakan. Kuesioner untuk mengetahui hubungan pengetahuan, berupa daftar pertanyaan dengan melihat salah satu jawaban responden. Kuesioner untuk melihat sikap menggunakan Skala Liker 1-5. Menurut Sugiyono (2004), skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang.

35

Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu diuji coba “trial” di lapangan pada respon yang memiliki ciri-ciri responden dari tempat dimana penelitian akan dilaksanakan (Notoatmodjo, 2005). 1.

Uji Validitas Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2002). Untuk menghitung korelasi dari tiap pertanyaan, teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi “product Moment” yang rumusnya sebagai berikut: 2 𝑟𝑥𝑦 = 3

𝑛 (∑ 𝑥𝑦) − (∑ 𝑥). (∑ 𝑦) √[𝑛. ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2 ]. [ 𝑛. ∑ 𝑦 2 − (∑ 𝑦)2 ]. [

Keterangan : N : Jumlah sampel X : Skor pertanyaan Y : Skor total XY: Skor pertanyaan nomor x skor total Setelah dilakukan perhitungan korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total, maka untuk melihat signifikancy dari setiap pertanyaan maka dapat dilihat tabel nilai product moment. Jika r-hitung lebih besar r-tabel maka perhitungannya memenuhi taraf signifikan.

36

2.

Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang mempengaruhi sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukan hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asal bisa dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2002). Untuk menghitung reliabilitas yaitu dengan mengelompokan dua belahan bagian soal sebagian belahan ganjil dan belahan genap, selanjutnya akan diperoleh harga rxy untuk memperoleh indeks reliabilitas soal menggunakan rumus Spearman Brown (Arikunto, 2006:180) yaitu:

 2.rb 

𝑟 = r11   1  rb 

Dimana : r11

:

koefisien reabilitas internal seluruh item

rb

:

korelasi product moment antara belahan

Apabila r11 >rtabel berarti reliabel dan apabila r11
37

4.5

Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti, sedangkan jenis data yang dikumpulkan adalah: 1. Data primer yaitu data yang dikumpulkan diambil secara langsung oleh peneliti melalui kuesioner, yaitu data pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang kunjungan pertama kehamilan 2. Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan diambil dari data yang telah ada, meliputi data jumlah ibu hamil dari buku PWS KIA Puskesmas Gardujaya tahun 2013.

4.6 4.6.1

Rancangan Analisa Data Pengolahan Data Menurut Budiarto (2003:29) pengolahan data dapat dilakukan melalui beberapa tahap yaitu: 1. Editing Yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa daftar pertanyaan, kartu atau buku register 2. Coding Yaitu pemberian kode pada semua variabel, terutama data klasifikasi untuk mempermudah pengolahan. Dimaksud kode disini adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka atau huruf yang memberi petunjuk atau identitas pada suatu informasi yang akan dianalisa.

38

3. Entry Yaitu data yang telah diberi kode, kemudian dimasukan dalam computer. 4. Tabulasi Penyusunan data merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, dan didata untuk disajikan dan dianalisa. 4.6.2

Analisa Data 1. Analisa Univariat Menurut Budiarto (2002) Analisa univariat dilakukan untuk melihat gambaran masing-masing variabel berdasarkan distribusi frekuensi, dengan cara merubah frekuensi tiap kelas kedalam bentuk persen ( %). Perubahan menjadi persentase dilakukan dengan membagi frekuensi (F) dengan hasil jumlah observasi (N) dan dikalikan 100% dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑃=

𝑓 𝑥100% 𝑛

Keterangan : P : Hasil yang dicari ( persentase ) F : Frekwensi setiap Kategori N : Jumlah Responden

39

Analisa Univariat merupakan analisa yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik ibu keluarga miskin dengan kejadian anemia. 2. Analisa Bivariat Analisis bivariat untuk mencari hubungan variabel bebas dengan variabel terikat dengan uji statistik yang disesuaikan dengan skala data yang ada. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square. Menurut Budiarto (2001: 213) syarat – syarat uji Chi-Square adalah : 1. Jumlah sampel harus cukup besar untuk meyakinkan kita bahwa terdapat kesamaan antara distribusi teoretis dengan distribusi sampling chi-square 2. Pengamatan harus bersifat independen (unpaired). Ini berarti bahwa jawaban satu subjek tidak berpengaruh terhadap jawaban subjek lain atau satu subjek hanya satu kali digunakan dalam analisis. 3. Pengujian chi-square hanya dapat digunakan pada data deskrit (data frekuensi atau data kategori) atau data kontinu yang telah dikelompokan menjadi kategori. 4. Jumlah frekuensi yang diharapkan harus sama dengan jumlah frekuensi yang diamati. 5. Pada derajat kebebasan sama dengan 1 (tabel 2x2) tidak boleh ada nilai ekpektasi yang sangat kecil.

40

Menurut Santosa (2000: 236), taraf signifikan yang digunakan adalah 95% dengan nilai kemaknaan 5%. Kriteria hubungan berdasarkan nilai p value yang dihasilkan dibandingkan dengan kemaknaan yang dipilih, dengan kriteria sebagai berikut: 1. Jika p value < 0,05 maka ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif. 2. Jika p value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pengetahuan dan pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif. Menurut Nazir (2005: 408) Chi-Square menggunakan rumus sebagai berikut :

k

x2=  ( O1 – E1 )2 i=1

E1

Keterangan : Oi = frekuensi yang diamati, kategori ke-i Ei = frekuensi yang diharapkan dari kategori ke-i k 4.7

= jumlah kategori

Lokasi dan Waktu Penelitian

4.7.1 Lokasi penelitian Penelitian dilakukan Puskesmas Gardujaya Kecamatan Panawangan kabupaten ciamis

41

4.7.2 Waktu dan Jadual Penelitian Penelitian dilakukan sejak bulan Agustus 2010 sampai dengan bulan November 2010.

42

2.4

2.5

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan Kehamilan Pemanfaatan kelayanan kesehatan, termasuk pelayanan pemeriksaan kehamilan merupakan interaksi antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang melakukan pemeriksaan kehamilan. Aspek yang terkait dengan petugas kesehatan salah satunya adalah faktor geografis, sedangkan dari ibu hamil salah satunya adalah faktor perilaku (Salamuk et al, 2007).

43

44

2.5.3

Faktor Geografi

Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat yang memfasilitasi atau menghambat pemangfaatan pelayanan pemeriksaan kehamilan, berkait dengan keterjaukauaan tempat yang di ukur dengan jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya perjalanan dari tempat ibu hamil ke puskesmas. Hubungan antara lokasi pemeriksaan kehamilan dengan tempat ibu hamil, dapat di ukur dengan satuan jarak, waktu tempuh, atau biaya tempuh bergantung dari jenis pelayanan dari jenis sumber daya yang ada. Peningkatan akses yang di pengaruhi oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh atau biaya tempuh mungkin mengakiatkan peningkatan pemakaian pelayanan yang berhubungan dengan tingkat penyakit. Dengan kata lain, pemakaian pelayanan preventif lebih bayak di hubungkan dengan akses geografis dari pada pelayanan kuratif. Sebagaimana pemanfaatan pelayanan umum demikian juga dengan pemeriksaan kehamilan, apabila semakin bayak keluhan yang berkaitan dengan kehamilan, dan semakin baik kualitas sumber daya pelayanan, maka semakin berkurang pentingnya atau berkurangnya kuatnya hubungan antara akses geografis dan volume pemanfaatan pelayanan pemeriksaan kahamilan (Depkes RI, 2003). Sesuai dengan keadaan geografis, luas wilayah, dan sarana perhubungan dalam wilayah puskesmas, tidak semua penduduk dapat dengan mudah mendafatkan pelayanan puskesmas. Agar jangkauan pelayanan puskesmas lebih merata dan meluas, puskesmas perlu di tunjang dengan puskesmas pembantu, penempatan bidan di desa-desa yang belum terjangkau oleh pelayanan yang ada dan puskesmas keliling. Di samping itu penggerakan peran serta masyarakat untuk mengelola

45

pelayanan kesehatan akan dapat menunjang jangkauan pelayanan kesehatan. Kondisi geografis yang menantang ini menyebabkan terjadinya peningkatan akses pada pelayanan kesehatan, bahkan di daerah-daerah terpencil. Namun jaringan sarana dan tenaaga kesehatan yang diperluas ini harus dipelihara dengan posi anggaran pemerintah yang sangat terbatas hal ini membatasi kapasitas Departemen Kesehatan untuk menanggapai dan tantangan-tantangan baru (Depkes RI, 2003). Kondisi geografis secara umum penduduk pedesaan jauh dari Puskesmas dan menurut Kalangie, dkk (1994), reaksi dari persepsi terhadap suatu stimulus/ rangsangan dapat terjadi dalam bentuk : 1. Receiving/attending yaitu semacam kepekaan menerima stimulus dalam bentuk masalah, situasi, gejala. Tipe ini termasuk kesadaran

2.5.4

Faktor Perilaku

More Documents from "Ning Runingsih"