Anemia Perbaikan.docx

  • Uploaded by: Annisa Wulandari
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Anemia Perbaikan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,587
  • Pages: 17
BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah kesehatan dan gizi di Indonesia pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) menjadi fokus perhatian karena tidak hanya berdampak pada angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak, melainkan juga memberikan konsekuensi kualitas hidup individu yang bersifat permanen sampai usia dewasa. Timbulnya masalah gizi pada anak usia di bawah dua tahun erat kaitannya dengan persiapan kesehatan dan gizi seorang perempuan untuk menjadi calon ibu, termasuk rematri. Keadaan kesehatan dan gizi kelompok usia 10-24 tahun di Indonesia masih memprihatinkan. Data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada WUS usia 15 tahun ke atas sebesar 22,7%, sedangkan pada ibu hamil sebesar 37,1%. Data SKRT tahun 2001 menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada rematri (usia 10-19 tahun) sebesar 30%. Data penelitian di berbagai daerah di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada rematri berkisar antara 32,4 – 61% (WHO-VNIS, 2005; Kurniawan YAI dan Muslimatun, 2006; Marudut, 2012). Rematri yang menderita anemia ketika menjadi ibu hamil berisiko melahirkan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan stunting.Anemia gizi besi menjadi salah satu penyebab utama anemia, diantaranya karena asupan makanan sumber zat besi yang kurang. Hasil penelitian di Tangerang tahun 2004 (Kurniawan YAI dan Muslimatun, 2005) menunjukkan bahwa asupan total zat besi pada anak perempuan usia 10–12 tahun yang menderita anemia hanya sebesar 5,4 mg/hari, lebih rendah daripada kebutuhan perhari sebesar 20 mg/hari sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013. Angka ini menunjukkan bahwa asupan total zat besi pada remaja tersebut hanya sekitar

1

25% dari AKG. Penelitian tersebut juga menunjukkan konsumsi besi heme sebesar 0,8 mg/hari dan besi non-heme sebesar 4,6 mg/hari. Rematri pada masa pubertas sangat berisiko mengalami anemia gizi besi.Hal

ini

disebabkan

banyaknya

zat

besi

yang hilang

selama

menstruasi.Selain itu diperburuk oleh kurangnya asupan zat besi, dimana zat besi pada rematri sangat dibutuhkan tubuh untuk percepatan pertumbuhan dan perkembangan.Pada masa hamil, kebutuhan zat besi meningkat tiga kali lipat karena terjadi peningkatan jumlah sel darah merah ibu untuk memenuhi kebutuhan pembentukan plasenta dan pertumbuhan janin.Suplementasi zat besi berkaitan secara signifikan dengan penurunan risiko anemia [WHO, 2011; 2016]. Rekomendasi WHO pada World Health Assembly (WHA) ke-65 yang menyepakati rencana aksi dan target global untuk gizi ibu, bayi, dan anak, dengan komitmen mengurangi separuh (50%) prevalensi anemia Program Pencegahan & Penanggulangan Anemia pada Rematri dan WUS pada WUS pada tahun 2025. Menindaklanjuti rekomendasi tersebut maka pemerintah Indonesia melakukan intensifikasi pencegahan dan penanggulangan anemia pada rematri dan WUS dengan memprioritaskan pemberian TTD melalui institusi sekolah. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI tahun 2015-2019 menargetkan cakupan pemberian TTD pada rematri secara bertahap dari 10% (2015) hingga mencapai 30% (2019). Diharapkan sektor terkait di tingkat pusat dan daerah mengadakan TTD secara mandiri sehingga intervensi efektif dengan cakupan dapat dicapai hingga 90% (The Lancet Series Maternal and Child Nutrition, 2013).

2

I.2 Tujuan Dalam pembuatan tugas ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis yaitu : 1. Mahasiswa dapat mengetahui Pengertian Anemia 2. Mahasiswa dapat mengetahui Anemia Remaja dan Kehamilan 3. Mahasiswa dapat mengetahui Macam macamAnemia 4. Mahasiswa dapat mengetahui Tanda dan gejala Anemia Remaja dan Kehamilan 5. Mahasiswa dapat mengetahui Undang – undang Anemia Remaja dan Kehamilan 6. Mahasiswa dapat mengetahui

Dampak Anemia Remaja dan

Kehamilan 7. Mahasiswa dapat mengetahui angka Anemia Remaja dan Kehamilan di Dunia dan di Indonesia 8. Mahasiswa dapat mengetahui upaya mengatasi Anemia Remaja dan Kehamilan

I.3 Manfaat Agar mahasiswa dapat belajar mengetahui tentang konsep pengertian , undang-undang , dampak , angka dan upaya mengatasi anemia yang terjdai pada ibu hamil dan remaja.

3

BAB II PEMBAHASAAN

II.1 Pengertian Anemia Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari normal (WHO, 2011). Hemoglobin adalah salah satu komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh.Oksigen diperlukan oleh jaringan tubuh untuk melakukan fungsinya. Kekurangan oksigen dalam jaringan otak dan otot akan menyebabkan gejala antara lain kurangnya konsentrasi dan kurang bugar dalam melakukan aktivitas. Hemoglobin dibentuk dari gabungan protein dan zat besi dan membentuk sel darah merah/eritrosit.Anemia merupakan suatu gejala yang harus dicari penyebabnya dan penanggulangannya dilakukan sesuai dengan penyebabnya. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin di bawah 11 gr % pada trismester I dan II atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 gr % pada trimester II ( Saifuddin. A. B. 2001 hal 281 ). Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dimana kadar hemoglobin kurang dari 10 gr / 100 ml ( Wiknjaksatro, 2002. Hal 405 ). Anemia adalah Kondisi dimana berkurangnya sel darah merah(eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi

fungsinya

sebagai

pembawa

oksigen

keseluruh

jaringan.(Wasnidar, 2007.hal 20). Anemia adalah kekurangan kadar hemoglobin atau sel darah merah < 11 gr % atau suatu keadaan dengan junlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi hemoglobin menurun (Maimunah 2005 ). Anemia adalah turunnya kadar hemoglobin < dari 12,0 g/100 ml darah pada wanita yang tidak hamil dan kurang dari 10,0 g/100 ml darah pada wanita hamil (varney Helen, 2002 hal 152)

4

Berdasarkan klasifikasi dari WHO kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat di bagi menjadi 4 kategori yaitu : (Manuaba I.B.G,1998.HAL 30) Hb > 11 gr%Tidak anemia (normal) Hb 9-10 gr% Anemia ringan Hb 7-8 gr% Anemia sedang Hb <7 gr% Anemia berat

II.2 Anemia Remaja Remaja putri lebih rentan anemia dibandingkan dengan remaja lakilaki.Itu disebabkan kebutuhan zat besi pada remaja putri adalah 3 kali lebih besar dari pada laki-laki.Remaja putri setiap bulan mengalami menstruasi yang secara otomatis mengeluarkan darah.Itulah sebabnya remaja putri memerlukan zat besi untuk mengembalikan kondisi tubuhnya kekeadaan semula.Yang sangat disayangkan adalah kebanyakan dari remaja putri tidak menyadarinya.Bahkan ketika tahu pun masih mengganggap anemia masalah sepele. Remaja putri mudah terserang anemia karena : 1. Pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja putri) lebih banyak mengonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi. 2. Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehinnga membatasi asupan makanan. 3. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi, khususnya melalui feses. 4. Remaja putri mengalami haid setiap bulan, dimana kehilangan zat besi ± 1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada lakilaki.

II.3 Anemia Kehamilan Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan umur 10 minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Dalam penyelidikan berangkai pada 21 wanita di ketahui dari

5

minggu sampai persalinan, dan 40 hari postpartum, bahwa kadar Hb, jumlah eritrosit dan nilai hematokrit, ketiganya turun selamam kehamilan sampai 7 hari postpartum. Setelah itu ketiga-tiganya turun selama kehamilan sampai 7 hari postpartum. Setelah itu ketiga nilai itu meningkat, 40 hari postpartum mencapai angka-angka yang kira-kira sama dengan angka-angka diluar kehamilan. Di seluruh dunia frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, berkisar antara 10 % dan 20 %. Karena defisiensi makanan memegang peranan yang sangat penting dalam timbulnya anemia maka dapat difahami bahwa frekuensi itu lebih tinggi lagi di negara-negara berkembang dibandingkan dengan negara maju. Menurut penyelidikan frekuensi anemia dalam kehamilan setinggi 18,5%, pseudoanemia 57,9% dan wanita hamil dengan Hb 12 g/100 ml atau lebih sebanyak 26,6% ; Hb rata-rata 12,3 g/ 100 ml dalam trimester I, 11,3 g/100 ml dalam trimester II, dan 10,8 g/100 ml dalam trimester III. Hal itu disebabkan karena pengenceran darah makin nyata dengan lanjutnya umur kehamilan, sehingga frekuensi anemia dalam kehamilan meningkat pula. Anemia dalam kehamilan dapat dibagi menjadi :  Anemia defisiensi besi

: 62,3%

 Anemia megaloblastik

: 29,0%

 Anemia hipoplastik

: 8,0%

 Anemia hemolitik

: 0,7%

II.4 Macam – Macam Anemia Macam-macam anemia (Sarwono,2006.hal 451) a. Anemia Defisiensi Besi Anemia yang paling sering di jumpai yang di sebabkan karena kekurangan unsur zat besi dalam makanan, karena gangguan absorpsi, kehilangan zat besi yang keluar dari badan yang menyebabkan perdarahan.Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia akibat kekurangan besi. Kekurangan ini disebabkan karena 6

kurang masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan resorbsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau banyak keluar dari badan, misalnya pada perdarahan. Keperluan akan besi akan bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester terakhir. Apabila masuknya besi tidak ditambah dan kehamilan, maka mudah terjadi anemia defesiensi besi, lebih-lebih pada kehamilan kembar. Lagi pula di daerah khatulistiwa besi lebih banyak ke luar melalui air peluah dan melalui kulit. Untuk wanita tidak hamil, wanita hamil, dan wanita yang menyusui dianjurkan di Amerika Serikat masing-masing 12 mg, 15 mg, dan 15 mg.; di indonesia masing-masing 12 mg, dan 17 mg dan 17 mg. b. Anemia megaloblastik Anemia karena defisiensi asam folik, jarang sekali karena defisiensi vitamin B Hal ini erat hubungannya dengan defisiensi makanan.

c. Anemia Hipoplastik Disebabkan oleh karena sum-sum tulang kurang mampu membuat selsel darah baru.Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan hingga kini diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar roentgen, racun dan obat-obatan.

d. Anemia hemolotik Disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila ia hamil maka anemianya biasa menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula pada kehamilan menyebabkan krisis hemolitik

pada

wanita

yang

sebelumnya

tidak

menderita

anemia.menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia.

7

II.5 Tanda dan Gejala Anemia pada Kehamilan dan Remaja Tanda dan Gejala Anemia ( Varney Helen, 2002, Hal. 152 ) Berkurangnya konsentrasi hemoglobin selama masa kehamilan mengakibatkan suplay oksigen keseluruh jaringan tubuh berkurang sehingga menimbulkan tanda dan gejala anemia secara umum, sebagai berikut :Lemah, mengantuk, pusing, lelah, malaise, sakit kepala, nafsu makan turun, mual dan muntah, konsentrasi hilang dan nafas pendek ( pada anemia yng parah ). Pada pemerikasaan tanda-tanda dan gejala anemia dapat meliputi : kulit pucat, mukosa, gusi, dan kuku-kuku jari pucat, takikardi/murmut lambat ( pada anemia yang parah ), rambut dan kuku rapuh ( pada anemia yang parah ) dan juga lidah licin ( pada anemia yang parah ). II.6 Undang – undang Anemia Remaja dan Kehamilan Undang – undang Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Bab II tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan terdapat dalam pasal 5 ayat 1 yang berbunyi ” Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil dilakukan untuk mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat.” dan ayat 3 berbunyi ”Kegiatan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: a. pemeriksaan fisik; b. pemeriksaan penunjang; c. pemberian imunisasi; d. suplementasi gizi; e. konsultasi kesehatan; dan f. pelayanan kesehatan lainnya.Dalam pasal Pasal 9 ayat 1 berbunyi ”Pemberian suplementasi gizi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf d bertujuan untuk pencegahan anemia gizi.” ayat 2 ”Pemberian suplementasi gizi untuk pencegahan anemia gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi gizi seimbang dan tablet tambah darah” Suplementasi gizi diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2014 Tentang Standar Tablet Tambah Darah Bagi Wanita Usia Subur Dan Ibu Hamil , yang bertujuan untuk untuk

8

melindungi wanita usia subur dan ibu hamil dari kekurangan gizi dan mencegah terjadinya anemia gizi besi maka perlu mengonsumsi tablet tambah darah.

II.7 Dampak Anemia Remaja dan Kehamilan  PADA KEHAMILAN Anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko yang berbahaya bagi janin. Setiap ibu hamil perlu mengetahui bahayanya, berikut adalah yang berkaitan dengan masalah anemia pada ibu hamil yang berdampak pada janin  Berat badan lahir rendah Kondisi anemia pada ibu hamil berdampak pada berat badan lahir rendah.Selin itu kondisi anemia pada ibu hamil juga dapat mengganggu nutrisi pada janin, dimana dengan adanya penurunan sel darah merah atau hemoglobin, sehingga dapat mengakibatkan janin tidak mendapatkan nutrisi yang adekuat melalui placenta.Untuk bayi dengan berat badan lahir rendah (<2000 g) atau berat badan lahir sangat rendah (<1.500g) biasanya berkaitan dengan asupan zat besi dan asam folat yang kurang secara bersama-sama. Bayi dengan berat badan lahir rendah akan meningkatkan risiko kematian. Kejadian berat badan lahir rendah juga dapat berdampak dikemudian hari diantaranya adalah malnutrisi pada anak, anak mudah terkena infeksi penyakit, dan meningkatkan kematian bayi. Pada beberapa penelitian lain juga didapatkan bahwa dengan berat badan lahir rendah yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil adalah adanya penurunan fungsi otak dan kemampuan anak dalam berinteraksi dan menggangu kecerdasan kognitif anak saat sekolah. Termasuk juga dengan perkembangan mental dan kemampuan daya tangkap anak.  Kelahiran prematur Kondisi anemia pada ibu hamil mencetuskan sel darah merah atau hemoglobin akan menurun, sehingga menyebabkan peningkatkan volume plasma dan mengakibatkan kontraksi pada rahim. Ditambah dengan kondisi

9

janin yang tidak sesuai perkembangan bayi berdasarkan usia kehamilan ibu, biasanya kehamilan prematur juga menyebabkan kematian pada saat dilahirkan.  Kematian janin Biasanya diakibatkan oleh banyak faktor, dimulai dari kondisi janin, kondisi ibu dan proses persalinan yang terjadi. Untuk kasus anemia pada ibu hamil terdapat risiko peningkatan kejadian hipoksia janin pada saat proses persalinan, dimana ini akan meningkatkan kematian pada janin. Anemia pada ibu hamil perlu dilakukan penanganan yang baik.Pemberian suplemen diberikan jika memang tidak dapat dicukupi oleh ibu dari konsumsi makanan sehari hari.Kunjungan antenatal saat kehamilan berperan penting untuk dapat memenuhi kesehatan ibu dan janin. a. Pengaruh anemia bagi ibu ;  Abortus  Partus prematurus  Partus lama karena inertia uteri  Perdarahan postpartum karena atonia uteri  Syok  Infeksi, baik intrapartum maupun postpartum  Anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 g/100 ml dapat menyebabkan dekompesasi kordis.  Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan sulit, walaupun tidak terjadi perdarahan.

b. Pengaruh anemia bagi janin  Kematian mudigah  Kematian perinatal  Prematuritas  Dapat terjadi cacat bawaan  Cadangan besi kurang

10

 PADA REMAJA Menurut Merryana, dkk (2012), dampak anemia bagi remaja putri adalah : 1. Menurunnya kesehatan reproduksi 2. Terhambatnya perkembangan motorik, mental dan kecerdasan 3. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar. 4. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal. 5. Menurunkan fisik olahraga serta tingkat kebugaran 6. Mengakibatkan muka pucat Kekurangan zat besi atau anemia yang berlanjut sampai dewasa dan hingga perempuan tersebut hamil, dapat menimbulkan risiko terhadap bayinya.Remaja perempuan yang sudah hamil dan menderita anemia dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur dan melahirkan bayi dengan berat badan rendah.Oleh karena itu, remaja perempuan disarankan untuk mengonsumsi suplemen zat besi sebelum hamil. Suplemen zat besi ini membantu memenuhi kebutuhan zat besi yang makin tinggi saat kehamilan. II.8 Angka Anemia di Dunia dan Indonesia Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja dan ibu hamil. Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia dunia berkisar 40-88%. Jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan (Kemenkes RI, 2013). Anemia merupakan salah satu faktor penyebab tidak langsung kematian ibu hamil. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah tertinggi bila dibandingkan

dengan

Negara

ASEAN

lainnya.

Perempuan

yang

meninggal karena komplikasi selama kehamilan dan persalinan mengalami penurunan pada tahun 2013 sebesar 289.000 orang. Target penurunan angka kematian ibu sebesar 75% antara tahun 1990 dan 2015 (WHO, 2015).

11

Jika perempuan mengalami anemia akan sangat berbahaya pada waktu hamil dan melahirkan. Perempuan yang menderita anemia akan berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan rendah (kurang dari 2,5 kg). Selain itu, anemia dapat mengakibatkan kematian baik pada ibu maupun bayi pada waktu proses persalinan (Rajab, 2009). Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-24 tahun (Kemenkes RI, 2014). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun sebesar 39,5%. Wanita mempunyai ri siko terkena anemia paling tinggi terutama pada remaja putri (Kemenkes RI, 2013) Di provinsi Bengkulu

Prevalensi

Anemia

Gizi

Besi Pada

Ibu

Hamil tahun 2010 sebanyak 36,8%. Dengan jumlah ibu hamil 9.640 orang. (Profil Kesehatan Propinsi Bengkulu, 2011). Berdasarkan infokes dinkes kota Bengkulu tahun

2011 terdapat

3 puskesmas dengan data

anemia pada ibu hamil terbanyak yaitu Puskesmas anggut atas dari 332 ibu hamil terdapat 44 dari

ibu hamil yang menderita anemia, Puskesmas sawah lebar

362 ibu hamil terdapat 38 ibu hamil yang menderita anemia dan

puskesmas pasar ikan dari 385 terdapat 27 ibu hamil yang menderita anemia. (Dinkes kota Bengkulu, 2011). Dari data 3 Puskesmas tersebut didapat bahwa Puskesmas Anggut atas paling banyak ibu hamil yang menderita anemia di wilayah Kota Bengkulu.

12

II.9 Upaya Mengatasi Anemia Remaja dan Kehamilan Menurut Almatzier (2011). Cara mencegah dan mengobati anemia adalah : 1. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi 

Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani ( daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati ( sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).



Makan sayur-sayuran dan buah buahan yang banyak mengandung vitamin C ( daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk, nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.

2. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah (TTD).Tablet Tambah Darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg Fero Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat.

II.10

BERITA ANEMIA KEHAMILAN DAN REMAJA

1. Waspadai anemia selama kehamilan -Kamis, 28 Februari 2019 14:48 WIBPurwokerto (ANTARA News) - Dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, dr. Setya Dian Kartika SpOG mengingatkan para ibu hamil untuk mewaspadai terjadinya

anemia

atau

kurang

darah

selama

kehamilan.

"Ibu hamil perlu mewaspadai anemia atau kurang darah karena memiliki dampak yang cukup besar baik pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya," kata perempuan yang biasa disapa dokter Ika di Purwokerto, Jawa Tengah, Kamis. Dokter Setya Dian Kartika SpOG yang juga praktik di RS Ananda Purwokerto menjelaskan, anemia saat kehamilan bisa memengaruhi distribusi oksigen yang diangkut oleh sel-sel darah merah ibu untuk

13

memberikan nutrisi dan oksigen kepada janin yang dikandungnya. "Ada beberapa jenis anemia pada ibu hamil, namun yang cukup sering terjadi pada ibu hamil adalah anemia defisiensi besi atau kekurangan zat besi,"katanya. Kekurangan zat besi pada ibu hamil tersebut seringkali luput dari perhatian petugas kesehatan sehingga ibu hamil perlu melakukan pemeriksaan

darah

rutin

guna

memantau

kondisi

kesehatannya.

Terlebih lagi kejadian anemia defisiensi besi, kata dia, biasanya meningkat pada

masa

kehamilan

trimester

kedua

dan

trimester

ketiga.

"Risiko yang dapat terjadi akibat anemia dalam kehamilan di antaranya adalah kegagalan persalinan spontan, hamil lewat waktu, malpresentasi, solusio plasenta dan persalinan sectio caesaria," katanya. Sedangkan efek anemia terhadap janin yang dilahirkan adalah bayi berat lahir rendah (BBLR), persalinan prematur hingga antropometri janin terhambat yang terlihat pada lingkar kepala janin. "Sebagaimana diketahui bahwa lingkar kepala merupakan dasar penilaian janin tumbuh dengan baik atau tidak, dan hal ini sangat mungkin dapat memengaruhi kecerdasan di masa yang akan datang," katanya. Sementara itu, dia juga mengatakan komplikasi kehamilan pada ibu yang mengalami anemia adalah risiko terjadinya keguguran, mual dan muntah, jumlah air ketuban berlebihan, ancaman lahir prematur, hingga lepasnya plasenta pada implantasinya (solusio plasenta). "Karena dampak anemia cukup berbahaya maka ibu hamil perlu adanya asupan suplementasi zat besi atau asam folat, atau kombinasi keduanya yang harus dikonsumsi oleh ibu selama kehamilannya," katanya. Selain itu, ibu hamil juga perlu mengonsumsi makanan bergizi selama kehamilan, guna memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan ibu hamil termasuk zat besi. "Sayur bayam, daging, hati ayam, juga baik dikonsumsi oleh ibu hamil untuk mendapatkan asupan zat besi secara alami," katanya.

14

2. Di Yogya, Remaja Rentan Anemia Gara-gara Takut Gemuk Selasa, 12 Feb 2019 19:03 WIB Jakarta - Dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional, Presiden RI, Joko Widodo sempat menanyakan masalah kesehatan yang masih banyak dialami oleh beberapa daerah di Indonesia. Kepala Dinas Kesehatan Yogyakarta menuturkan, selain stunting masalah kesehatan yang masih banyak terjadi adalah anemia atau kekurangan darah di kalangan remaja. "Kita melihat ternyata pola dan gaya hidup masyarakat khususnya remaja yang dia takut konsumsi makanan yang seimbang. Takut gemuk, ini berdampak pada asupan gizi sehingga salah satu dampaknya adalah kekurangan darah," ujar Kepala Dinkes DI Yogyakarta, dr Vita Yulia, pada Selasa (12/2/2019). Persepsi diet nampaknya masih kurang dipahami bagi kalangan remaja. Menurut mereka, pemahaman tentang diet adalah makan dengan porsi yang sedikit. Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Kesehatan Masyarakat, Kirana Pritasari, mengatakan diet yang baik adalah mengatur jumlah porsi makan yang seimbang. Buah dan sayur sangat diperlukan tubuh agar nutrisi tubuh tetap terjaga. "Efeknya ketika berlanjut (kurang makan sayur dan buah) akan terjadi stunting. Jadi, kalau perempuan sehat itu dampaknya besar. Angka kematian ibu turun, bayi sehat," pungkasnya.

15

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya.(Marilyn E, Doenges, Jakarta, 1999). Anemia zat besi pada umumnya disebabkan karena kurangnya asupan nutrisi dalam tubuh sehingga zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berikatan dengan plasma juga berkurang. Sehingga jumlah darah yang mengalir ke seluruh tubuh juga berkurang, maka terjadilah anemia.

III.2 Saran Karena kesehatan adalah nikmat yang paling berharga yang diberikan oleh Tuhan Maha Esa, maka dari itu keseharan perlu di pelihara, dan dipertahankan. Sebelum mengobati lebih baik mencegah. Bagi pembaca dan masyarakat sebaiknya harus menjaga makanan serta pola makan agar memenuhi kecukupan akan Fe pada tubuh kita. Sehingga kita terjauh dari penyakit, terlebih anemia yang di sebabkan karena kurangnya zat besi untuk memproduksi darah.

16

DAFTAR PUSTAKA

 Brunner& Suddarth. 2007. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.  Doenges, Marilynn, dkk. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.  Kusmiran, Eni.2011.Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita.Jakarta: Salemba Medika  Syafrudin ,dkk.2009. Kebidanan Komunitas.Jakarta:EGC  Manjoer, Arief. 2011. Kapita Selekta Kedokteran. FK UI : Media Aeskulatius  Haznan. 2007. Anemia dan Cara Penanggulangannya. Bandung : Ganesa.

17

Related Documents

Anemia
July 2020 33
Anemia
September 2019 46
Anemia
October 2019 41
Anemia
June 2020 20
Anemia
April 2020 27
Anemia
October 2019 51

More Documents from "Dennis Rafi Prihadi"

Anemia Perbaikan.docx
December 2019 7
Perkembangan Embrio.docx
December 2019 9
Intervensi.docx
December 2019 9
Konsep Persalinan Anis.docx
December 2019 9