Anemia Pada Remaja Putri 2.docx

  • Uploaded by: Jesika Lusiana Siallagan
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Anemia Pada Remaja Putri 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,142
  • Pages: 14
MAKALAH EPIDEMIOLOGI GIZI “MASALAH ANEMIA PADA REMAJA PUTRI”

DISUSUN OLEH MAHASISWA DIV GIZI SEMESTER 3A KELOMPOK 2

1. CHRYSTIE PRATIWI PURBA 2. DINI ARTHA SARI 3. JESIKA LUSIANA SIALLAGAN 4. LESMITA MANIK 5. SITI ZAHRA NASUTION

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN JURUSAN GIZI 2017/2018

1

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang besar kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Terima kasih kami sampaikan kepada dosen mata kuliah Epidimiologi yang telah mendukung kami dalam proses belajar mengajar. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi pada semester III tahun ajaran 2017/2018. Topik dari makalah ini adalah mengenai “Masalah Anemia pada Remaja Putri”, dalam makalah ini akan dibahas tentang determinan anemia pada remaja putri, penyebab langsung dan

tidak langsung

dari

terjadinya anemia pada remaja putri. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, oleh sebab itu kami menerima kritik dan saran dari pembaca untuk makalah yang lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat.

Lubuk Pakam , 10 Oktober 2017

Penulis Kelompok 2

2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja memiliki banyak aktivitas, seperti sekolsah dari pagi hingga siang, kegiatan eskul sampasi sore, ataupun tambahan les ataupun kegiatan tambahan. Semuas kegiatan tersebut

membuat

remaja tidak sempsat makan, bahkan tidak sempat memikirkan

komposisi dan kandungan gizi dari makanan yang masuk ke tubuh mereka.Akibatnya para remaja sering merasa kecapaian, lemas dan tidak bertenaga. Namun , kondisi cepat lelah yang sering terjadi bias juga disebabkan anemia atau dalam bahasa sehari – hari disebut kurang darah. Pada remaja putri adalah hal yang paling umum terjadi terkena anemia. Anemia ini dapat terjadi akibat beberapa faktor seperti perdarahan hebat, kurangnya kadar zat besi dalam tubuh, kekurangan asam folat, kekurangan vitamin B12, cacingan leukemia ( kanker daraeh putih ), penyakit kronis, dan sebagainya. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian anemia? 2. Apa yang menjadi determinan anemia pada remaja putri? 3. Apa yang menjadi penyebab langsung (UNICEF ) anemia pada remaja putri? 4. Apa yang menjadi penyebab tidak langsung anemia pada remaja putri?

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui defenisi anemia 2. Untuk mengetahui determinan anemia pada remaj putri 3. Untuk mengetahui penyebab langsung anemia pada remaja putri 4. Untuk mengetahui penyebab tidak langsung anemia pada remaja putri

3

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFENISI ANEMIA Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit ( sel darah merah) atau kadar Hb dalam darah kurang dari normal. Pada orang sehat, butir - butir darah merah mengandung hemoglobin, yaitu sel darah merah bertugas untuk membawa oksigen serta zat gizi lain seperti vitamin dan mineral ke otak dan ke jaringan lain. Anemia terjadi bila jumlah sel darah merah secara keseluruhan atau jumlah Hb dalam darah merah berkurang. Dengan berkurangnya Hb ataupun darah merah, maka kemampuan sel darah merah untuk membawa oksigen

ke seluruh tubuh berkurang. Akibatnya

tubuh akan kekurangan

mendap[at pasokan oksigen, yang menyebabkan tubuh lemas dan cepat lelah. Jenis anemia yang paling sering muncul adalah kekurangan zat besi, yang terjadi bila remaja putri kehilangan banyak darah dari tubuh ( baik karena perdarahan luka ataupun menstruasi ), ataupun karena makanan yang dikonsusmis kurang mengandung zat besi ( Hal ini termasuk ke dalam penyebab langsung anemia, yaitu asupan gizi remaja putri tersebut ). Anemia ( kurang darah : Hb < 12 g/dl) sangat

terkait

erat dengan

masalah

kesehatan reproduksi ( terutama pada perempuan). Jika perempuan mengalami anaemia, maka akan menjadi sangat berbahaya pada waktu

remaja putri tersebut

hamil dan

melahirkan. Perempuan yang menderita anemia berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah ( kurang dari 2,5 kg). di sampan itu, anemia dapat menyebabkan kematian baik ibu maupun bayi pada proses persalinan. Tanda – tanda anemia adalah mudah lesu., lemah, kurang bergairah, dalam beraktivitas, sesak dan lain – lain.

Remaja

putri

lebih beresiko

menderita anemia

daripada

putra. Hal – hal

yang

menyebabkan anemia pada remaja putri adalah seperti faktor di bawah ini : a. Setiap bulan remaja putri mengalami menstruasi. Remaja putri yang mengalami menstruasi yang banyak selama lebih dari lima hari dikhawatirkan akan kehilangan zat besi ( membutuhkan zat besi pengganti) lebih banyak daripada remaja putri yang menstruasinya hanya tiga hari dan sedikit. b. Remaja putri sering kali menjaga penampilan, ingin kurus sehingga berdiet dan

4

mengurangi makan. Diet yang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh akan menyebabkan tubuh kekurangan zat penting seperti zat besi. Remaja putri yang mengalami anemia biasanya akan merasa lesu, lemah, letih, lelah, lunglai, sering mengeluh pusing, dan gejala lebih lanjutnya yaitu kelopak mata, bibir, lidah, kulit serta telapak tangan menjadi pucat. Lalu mengapa anemia ini sering terjadi pada remaja putri?.Terjadinya anemia pada remaja putri ada banyak sekali penyebabnya. Oleh karena itu, berikut akan dijelaskan macam-macam penyebab anemia pada remaja putri: 1. Mengalami menstruasi setiap bulan Tamu bulanan yang remaja alami ini setiap bulannya mengeluarkan cukup banyak darah.Walaupun darah yang dikeluarkan tergolong darah yang kotor, tapi mempengaruhi zat besi yang ada di dalam darah.Agar anda tidak mengalami anemia saat menstruasi, sebaiknya konsumsi tablet Fe setiap hari pada saat menstruasi. 2. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan Remaja putri memiliki tingkat produksi sel darah merah yang lebih sedikit dibandingkan remaja putra serta rentan untuk mengalami kerusakan.Sel-sel darah merah pada sumsum tulang belakang remaja putri diproduksi untuk beredar keseluruh tubuh, namun sel darah yang belum matang juga diedarkan ke seluruh tubuh.Sel darah merah yang belum matang itu yang rentan rusak dan hancur, sehingga membuat remaja putri rentan terkena anemia. 3. Penurunan produksi sel darah merah Penurunan produksi sel darah merah dapat menyebabkan remaja putri mengalami anemia.Penurunan sel darah merah dapat terjadi jika sumsum tulang belakang mengalami kerusakan, asupan Fe yang sedikit, keracunan dalam tubuh, sedang mengonsumsi obat-obatan atau menjalankan program diet. 4. Perdarahan secara mendadak Beberapa kejadian yang dapat menyebabkan perdarahan adalah kecelakan atau terjadinya luka pada tubuh.Yang mana menyebabkan pengeluaran sel darah merah yang berlebihan. Bagi anda yang mengalami kecelakan atau luka sebaiknya konsumsi tablet Fe untuk mencegah anemia. (DKA)

5

B. DETERMINAN MASALAH GIZI Anemia pada remaja adalah suatu keadaan kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari nilai normal. Nilai batas ambang untuk anemia menurut WHO 2000 adalah untuk umur 5-11 tahun < 11,5 g/L, 11-14 tahun 52,O g/L, remaja diatas 15 tahun untuk anak perempuan < 12,O g/L dan anak laki-laki < 3,0 g/L. Gambaran Umum Responden. Besar sampel yang memenuhi kriteria untuk dianalisis sebanyak 2.800, dengan perbandingan remaja laki-laki 50,2% dan remaja perempuan 49,8%. Responden yang bertempat tinggal di wilayah perdesaan dijumpai sebesar 62,2 %. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan yang sesuai dengan umur dijumpai sebanyak 75%, yang tidak sesuai dengan umur 24%, dan sisanya tidak mendapat pendidikan. Adapun faktor determinan anemia yaitu, pendidikan, jenis kelamin, wilayah, kebiasaan sarapan pagi, sakit yang

C. Penyebab Langsung Remaja Putri Mengalami Anemia Dalam Kerangka UNICEF Faktor yang menyebabkan kurang gizi telah diperkenalkan UNICEF dan telah digunakan secara internasional, yang meliputi beberapa tahapan penyebab timbulnya kurang gizi pada anak balita, baik penyebab langsung, tidak langsung, dan pokok masalah. 6

Penyebab langsung yaitu makanan dan penyakit infeksi yang mungkin diderita.Timbulnya gizi kurang bukan saja karena makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit.

1. Infeksi Penyakit Infeksi disebabkan oleh kurangnya sanitasi dan bersih, pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai, dan pola asuh yang tidak memadai (Soekirman, 2000). Bagi remaja putri yang menderita sakit kanker atau terserang malaria ( infeksi ) juga bisa menjadi penyebab mengapa sering mengeluh anemia. Bagi remaja putri dengan anemia disertai penyakit tersebut harus diawasi dengan baik agar sel darah merah dalam tubuh dalam kadar yang cukup. Penyakit infeksi dan parasit merupakan salah satu penyebab anemia gizi besi pada remaja putri karena parasit dalam jumlah besar dapat mengganggu penyerapan zat besi. Kehilangan besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi parasit seperti cacing tambang, Schistosoma, dan mungkin pula Trichuris trichiura. Pada infeksi kronis, anemia dapat terjadi karena penghisapan darah oleh cacing. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan tinja dengan ditemukannya telur, larva, atau bahkan cacing dewasa. Penyakit kronis seperti tuberkulosis (TBC), Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), diare serta kehilangan darah karena infeksi parasit (malaria dan kecacingan) akan memperberat anemia. Penyakit TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penularan TBC dikenal melalui udara, utamanya pada udara tertutup seperti dalam rumah yang pengap dan lembab.

2. Konsumsi Makan Remaja putri biasanya sangat memperhatikan bentuk tubuh, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makanan dan banyak pantangan terhadap makanan. Bila asupan makanan kurang maka cadangan besi banyak yang dibongkar, sehingga keadaan seperti ini yang dapat mempercepat terjadinya anemia. Kebiasaan makan yang buruk menjadi penyebab langsung remaja putri terkena anemia. Saat remaja, wanita terobsesi dengan bentuk tubuh yang langsing seperti artis-artis di televisi.Demi memperoleh tubuh yang langsing remaja membatasi asupan makanan sehingga asupan gizinya berkurang khususnya zat besi.Oleh karena itu mereka rentan terkena anemia.

7

Hubungan Infeksi dan Konsumsi Makan  Anemia pada Remaja Putri Remaja putri yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang.Sebaliknya remaja putri yang makan tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah, sehingga mudah diserang penyakit infeksi, kurang nafsu makan dan akhirnya mudah terkena gizi kurang (Soekirman, 2000).Sehingga terlihat interaksi antara konsumsi makanan yang kurang dan infeksi merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Menurut Schaible & Kauffman (2007) hubungan antara kurang gizi dengan penyakit infeksi tergantung dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh sejumlah infeksi terhadap status gizi itu sendiri. Beberapa contoh bagaimana infeksi bisa berkontribusi terhadap kurang gizi seperti infeksi pencernaan dapat menyebabkan diare, HIV/AIDS,tuberculosis, dan beberapa penyakit infeksi kronis lainnya bisa menyebabkan anemia dan parasit pada usus dapat menyebabkan anemia.

C.PENYEBAB TIDAK LANGSUNG REMAJA PUTRI MENGALAMI ANEMIA DALAM KERANGKA UNICEF

Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketiga hal tersebut merupakan tiga faktor yang saling berhubungan. 1. Rendahnya ketahanan pangan rumah tangga Ketahanan pangan menentukan kualitas makanan rumah tangga dan keragaman makanan melalui konsumsi sejumlah kelompok makanan yang berbeda selama periode waktu tertentu. Ketahanan pangan sangat mempengaruhi kondisi dalam rumah tangga terutama pada Remaja Putri, apabila tidak tersedia pangan yang cukup maka akan menyebabkan kekurangan dalam kebutuhan zat gizi pada tubuh. Terutama Anemia zat besi sangat membutuhkan jenis bahan makanan yang mengandung zat besi yang tinggi dan biasanya diperoleh dari daging merah seperti ayam dan sapi, bayam, dll.

2. Pola asuh anak yang tidak memadai Suasana dalam keluarga yang menyenangkan berpengaruh pada pola kebiasaan makan. Pola makan remaja putri dari keluarga bahagia cenderung lebih baik dari mereka yang berasal dari keluarga tidak harmonis (Ali Khomsan, 2003:120-121). Pola asuh yang tidak memadai akan memberikan dampak buruk pada kebiasaan makan anak, dimana 8

keluarga yang jarang berkumpul, berdiskusi, sibuk dengan aktivitas masing – masing akan memacu remaja putri mengonsumsi makanan yang diinginkannya

saja tanpa adanya

pantauan dari orangtua untuk memenuhi zat gizinya. Remaja bias memilih makanan apa saja yang disukainya, bahkan tidak berselera lagi makan bersama keluarga di rumah. Aktivitas yang banyak di luar rumah membuat remaja sering dipengaruhi rekan sebayanya. Seharusnya para orangtua memberikan perhatian khusus dan kondisi nyaman di dalam rumah sehingga remaja putri tersebut dapat dengan nyaman dan leluasa makan di rumah, sehingga

ketersediaan

gizi terjamin. Kebiasaan makan yang buruk berpangkal pada

kebiasaan makan keluarga yang juga tidak baik sudah tertanam sejak kecil akan terus terjadi pada usia remaja, hal ini lah yang akan menjadi factor pola asuh yang kurang dari pihak orang tua.

3. Kurangnya sanitasi lingkungan serta pelayanan kesehatan Remaja memiliki masalah dan kebutuhan kesehatan khusus, yang tidak terlayani dengan baik dalam program kesehatan anak tradisional ataupun dalam praktik perawatan medis swasta. Karena banyak waktu mereka dihabiskan di rumah dan di sekolah, sangat masuk akal untuk mengembangkan program layanan khusus untuk melayani kebutuhan mereka di lingkungan sekolah. Untuk melakukannya diperlukan kerja sama berbagai pihak yang berkepentingan dan kelompok bahkan perlu adanya kerjasama dengan keluarga. Keadaan sanitasi/kebersihan lingkungan yang kurang akan memacu terjadinya anemia, dimana lingkungan yang kotor akan memacu adanya cacing yang masuk dalam makanan saat remaja putri menyentuh makanan dengan keadaan sanitasi lingkungan yang kurang. Maka sanitasi yang kurang ini memacu parasite / cacing masuk ke dalam tubuh dan akan menyebabkan infeksi, sehingga penyerapan zat besi akan terhambat oleh parasite dari lingkungan yang kotor tersebut. Hubungan Ketiga dari Faktor Penyebab Tidak Langsung  Anemia pada Remaja Putri Makin tersedia air bersih yang cukup untuk keluarga serta makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, makin kecil resiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi (Unicef, 1998). Faktor-faktor yang mempengaruhi ekskresi sehingga menyebabkan banyak kehilangan zat-zat gizi adalah banyak kencing (polyuria), banyak keringat dan penggunaan obat-obat.

9

LAMPIRAN ARTIKEL PENDUKUNG

Judul

: Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Gizi Besi

Pada Remaja Putri Di Desa Wonoyoso Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan Oleh

: Khairunnisa CH

Program D IV Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran Telah Diperiksa Dan Disetujui Oleh Pembimbing

Populasi remaja merupakan kelompok penduduk yang cukup besar. Peduduk Indonesia cukup didominasi oleh remaja. Jumlah penduduk Indonesia usia 10-19 tahun sebesar 22,2% dari total penduduk (Waryana, 2010). Pada masa remaja kebutuhan atau kecukupan zat-zat gizi cukup tinggi, sehingga faktor gizi sangat berperan dan menentukan postur dan performance seseorang pada usia dewasa. Masalah gizi yang ditemukan pada remaja adalah kurang gizi (underweight), obesitas (overweight), anemia, gondok (Waryana, 2010), salah satu masalah yang sering terjadi pada remaja adalah kurangnya asupan gizi yang mengakibatkan penderita kurang gizi dan dapat terkena anemia karena kekurangan zat besi (Waryana, 2010). Masalah – masalah gizi dan kesehatan yang dihadapi remaja tersebut saling berkaitan satu sama lain dan diperlukan penanganan yang terpadu dan menyeluruh (Depkes, 2010). Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia. World Health Organisation (WHO) Regional Office South East Asia Region Organisation (SEARO) menyatakan bahwa 25-40% remaja putri menjadi penderita anemia defisiensi zat besi tingkat ringan sampai berat di Asia Tenggara (Tim Poltekkes Depkes Jakarta, 2010). Berdasarkan survei yang dilakukan WHO tahun 2001 yang dikutip Usman (2008), bahwa di Amerika Serikat 30-40% balita dan wanita usia subur (WUS) dengan status anemia defisiensi besi. Sedangkan laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 prevalensi anemia pada usia 13-18 tahun yaitu 22,7% (KEMENKES RI, 2013). Perkiraan prevalensi anemia secara global adalah sekitar 51% Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di negara berkembang dibandingkan dengan negara yang sudah maju (Arisman, 2009). Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia sejumlah 41,4% - 66,7% remaja putri menderita anemia (WHO, 2008). Berdasarkan hasil data anemia di Propinsi Jawa Timur penderita anemia pada remaja putri berjumlah 26,50%, dan anemia pada remaja putri di propinsi Jawa Tengah sekitar 57,7% (Depkes, 2010).

10

Hasil tersebut menunjukkan bahwa kejadian anemia pada remaja putri di Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Gizi Besi Pada Remaja Putri Di Desa Wonoyoso Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan 5 Jawa Tengah 2 kali lebih besar daripada remaja putri di Jawa Timur. Salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang angka kejadian anemia pada remaja masih tinggi yaitu Kabupaten Pekalongan. Menurut hasil survei pelacakan anemia pada anak sekolah tingkat lanjut oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan Desember 2014 menunjukkan bahwa (32,99%) remaja menderita anemia. Jika di kaji dari letak geografisnya Kabupaten Pekalongan merupakan daerah pantai dimana tersedia ikan yang melimpah sebagai sumber protein yang diharapkan dapat berperan dalam absorbsi besi dan sumber zat besi dari makanan akan tercukupi namun kejadian Anemia pada remaja di Kabupaten Pekalongan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena prevalensinya 32,99% atau lebih dari 20 % sehingga diperlukan penanggulangan yang cukup serius (SKRT, 2013). Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda antara laki-laki dan perempuan. Untuk laki-laki, anemia didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100 ml dan pada perempuan kadar hemoglobin kurang dari 12,0 gram/100ml (Atikah, 2011). Anemia pada remaja dapat berdampak pada menurunnya produktivitas kerja ataupun kemampuan akademis di sekolah karena tidak adanya gairah belajar dan konsentrasi. Anemia juga dapat mengganggu pertumbuhan dimana tinggi dan berat badan menjadi tidak sempurna. Selain itu, daya tahan tubuh akan menurun sehingga mudah terserang penyakit (Depkes, 2010). Selain itu dampak yang ditimbulkan jika anemia pada masa remaja belum juga teratasi adalah menurunya produktifitas kerja pada orang dewasa yang akhirnya berdampak pada keadaan ekonomi, dan bagi wanita hamil akan menyebabkan buruknya persalinan, berat bayi lahir rendah, bayi premature, serta dampak negatif lainnya seperti komplikasi kehamilan dan kelahiran (Wulansari, 2006). Remaja putri memiliki risiko sepuluh kali lebih besar untuk menderita anemia dibandingkan dengan remaja putra. Hal ini dikarenakan remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan sehingga membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak. Selain itu, ketidakseimbangan asupan zat gizi juga menjadi penyebab anemia pada remaja. Remaja putri biasanya sangat memperhatikan bentuk tubuh, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makanan dan banyak pantangan terhadap makanan. Bila asupan makanan kurang maka cadangan besi banyak yang dibongkar, Keadaan seperti ini dapat mempercepat terjadinya anemia (Kirana, 2011). 11

Sebab mendasar anemia yaitu masalah social ekonomi yaitu rendahnya pendidikan, rendahnya pendapatan, status social yang rendah dan lokasi geografis yang sulit, serta sarapan pagi juga termasuk faktor penyebab anemia pada remaja putri. Selain hal itu, tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap keadaan gizi individu yang bersangkutan, secara umum pengetahuan remaja putri tentang anemia masih rendah (Wijiastuti, 2006). Anemia defisiensi besi disebabkan oleh kekurangan besi yang terdapat pada makanan (faktor gizi), gangguan absorpsi besi, kebutuhan zat besi yang tinggi, seperti pada bayi dan anakanak yang sedang tumbuh, kaum remaja, wanita hamil, dan ibu menyusui, dan kehilangan darah menahun seperti perdarahan dari saluran cerna dan menoragia (Seriani, 2010). Penyebab paling banyak dari anemia defisiensi besi adalah kurangnya asupan salah satu mikronutrien penting yaitu zat besi. Hasil penelitian Bagian Ilmu Gizi FKUI tahun 2008 didapatkan bahwa 92% anak sekolah mendapatkan asupan zat besi kurang dari rekomendasi harian (Mikail dan Candra, 2011). Sumber zat besi selain dari protein hewani juga dari sayuran hijau. Data dari penelitian Bagian Ilmu Gizi FKUI menyebutkan bahwa konsumsi daging dan ikan pada anak sekolah hanya 11%-16% dari porsi harian. Sedangkan berdasarkan riset kesehatan dasar menyebutkan 94% anak sekolah kurang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan (Riskesdas, 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Supriyono (2010) yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi anemia gizi besi pada tenaga kerja wanita di PT HM Sampoerna Lamongan ditemukan sebanyak 33,40% pekerja wanita mengalami anemia gizi besi dan tidak ada hubungan antara karakteristik responden (usia, status pernikahan, pendidikan), status gizi (LILA dan IMT) dengan anemia gizi besi.

12

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Anemia adalah suatu gejala kekurangan sel darah merah atau eritrosit.Umumnya anemia yang di derita masyarakat adalah anemia gizi besi. Penyebab langsung terjadinya anemia pada remaja putri adalah infeksi seperti bakteri, penyakit, parasite, kecacingan yang akan menyerap zat gizi terutama zat besi pada remaja putri. Penyebab lainnya adalah konsumsi makan remaja putri yang kurang, dimana remaja putri sering melakukan diet yang membuat mereka anemia. Penyebab tidak langsung adalah ketahanan pangan dalam RT, pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan, serta pola asuh remaja. 3.2 Saran Sesuai dengan kesimpulan diatas, kami menyarankan agar pembaca dapat memahami konsep dari makalah dalam materi pembelajaran Anemia Pada Remaja Putri yang disajikan, sehingga dapat mencegah terjadinya anemia.

13

DAFTAR PUSTAKA Adriani, Merryana, Bambang Wirjatmadi. 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta : Kencana https://www.google.co.id/search?q=Anemia+pada+remaja+putri&oq=Anemia+pada+remaja +putri&aqs=chrome..69i57.9980j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8 http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/4722.pdf

14

Related Documents


More Documents from ""

Doc1.docx
December 2019 31
Proposal.docx
November 2019 26
Pengkul Modif Dm.docx
December 2019 24
Kuesioner Ibu Hamil.docx
December 2019 20
Hasil Perhitungan Diet.docx
December 2019 28