BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori 2.1.1 Pengertian Anemia Masa Nifas Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal. Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11g/dl pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5g% pada trimester 2 (Prawirohardjo, 1998). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia pada masa nifas adalah suatu keadaan dimana seseorang ibu sehabis melahirkan sampai dengan kira-kira 5 minggu dalam kondisi pucat, lemah dan kurang bertenaga (Prawirohardjo, 2011 : 188-189).
2.1.2 Etiologi 1.
Adanya perdarahan sewaktu / sehabis melahirkan.
2.
Adanya anemia sejak dalam kehamilan yang disebabkan oleh factor nutrisi dan hipervolemi.
3.
Adanya gangguan pembekuan darah.
4.
Kurangnya intake zat besi ke dalam tubuh
5.
Kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan
6.
Adanya gangguan absorbsi di usus
7.
Pendarahan akut maupun kronis Anemia defisiensi besi merupakan penyebab paling sering dari anemia postpartum
yang disebabkan oleh intake zat besi yang tidak cukup serta kehilangan darah selama kehamilan dan persalinan. Anemia postpartum behubungan dengan lamanya perawatan dirumah sakit, depresi, kecemasan, dan pertumbuhan janin terhambat. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan karena kurangnya defisiensi zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (serum iron), dan jenuh transferin menurun, kapasitas besi total meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali (Rukiyah, 2010). Kehilanga darah adalah penyebab lain dari anemia. Kehilangan darah yang signifikan setelah melahirkan dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia postpartum. Banyaknya
cadangan hemoglobin dan besi selama persalinan dapat menurunkan risiko terjadinya anemia berat dan mempercepat pemulihan.
2.1.3 Patofisiologi 1.
Perdarahan sehingga kekurangan banyak unsur zat besi
2.
Kebutuhan zat besi meningkat, dengan adanya perdarahan, gemeli, multiparitas, makin tuanya kehamilan
3.
Absorbsi tidak normal / saluran cerna terganggu, misal defisiensi vitamin C sehingga absorbsi Fe terganggu.
4.
Intake kurang misalnya kualitas menu jelek atau muntah terus.
2.1.4 Gejala Klinis 1.
Anemia ringan Hb : 8 – 10gr%
2.
Anemia sedang Hb : 6 – 8 gr%
3.
Anemia berat Hb
: Kurang dari 6 gr%
Tergantung dari derajat berat atau tidaknya anemia, hal ini dapat berdampak negative bagi ibu selama masa nifas, kemampuan untuk menyusui, masa perawatan di rumah sakit bertambah,dan perasaan sehat dari ibu. Masalah yang muncul kemudian seperti pusing, lemas, tidak mampu menjaga dan merawat bayinya selama masa nifas umumnya terjadi. Defisiensi besi dapat menurunkan fungsi limfosit, netrofil, dan fungsi makrofag. Hal ini kemudian akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi yang merupakan akibat fungsional defisiensi besi. Memperbaiki status besi tubuh dengan adekuat akan memperbaiki system imun. Meskipun besi yang dibutuhkan untuk respon imun yang efektif, jika suplai besi terlalu banyak daripada yang dibutuhkan, invasi mikroba dapat terjadi karena mikroba dapat menggunakan besi untuk tubuh dan menyebabkan eksaserbasi infeksi.
2.1.5 Diagnosis Normal kadar hemoglobin pada hari keempat postpartum adalah lebih dari 10 g/dl dengan kadar eritrosit paling sedikit 3,5 juta/ml. ketika kadar hemoglobin di bawah 10g/dl dan kadar eritrosit kurang dari 3,5 juta/ml maka dapat didiagnosis anemia, jika kadar hemoglobin diatas 8 g/dl disebut anemia ringan dan jika berada pada level dibawahnya maka disebut anemia berat.
2.1.6 Pencegahan Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun dapat dibantu dengan makan yang sehat, variasi makanan, termasuk: a. Besi. Sumber terbaik zat besi adalah daging sapi dan daging lainnya. Makanan lain yang kaya zat besi, termasuk kacang-kacangan, lentil, sereal kaya zat besi, sayuran berdaun hijau tua, buah kering, selai kacang. b. Folat dapat ditemukan di jus jeruk dan buah-buahan, pisang, sayuran berdaun hijau tua, kacang polong ,roti, sereal dan pasta. c. Vitamin B-12. Vitamin ini banyak dalam daging dan produk susu. d. Vitamin C. Makanan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, melon dan beri, membantu meningkatkan penyerapan zat besi. Makan banyak makanan yang mengandung zat besi sangat penting bagi orangorang yang memiliki kebutuhan besi yang tinggi, seperti anak-anak - besi yang diperlukan selama ledakan pertumbuhan - dan perempuan hamil dan menstruasi.
2.1.7 Penatalaksanaan Pada anemia ringan, bisa diberikan sulfas ferosis 3 x 100 mg/hari dikombinasi dengan asam folat / B12 : 15 –30 mg/hari. Pemberian vitamin C untuk membantu penyerapan. Bila anemi berat dengan Hb kurang dari 6 gr % perlu tranfusi disamping obat-obatan diatas. Pengobatan terhadap anemia postpartum tergantung dari derajat anemia dan faktor risiko maternal atau faktor komorbiditas. Wanita muda yang sehat dapat mengkompensasi kehilangan darah yang banyak lebih baik dibandingkan wanita nifas dengan gangguan jantung meskipun dengan kehilangan darah yang tidak terlalu banyak. Pengobatan terhadap anemia meliputi pemberian preparat besi secara oral, besi parenteral, transfusi darah, dan pilihan lain yaitu rHuEPO (rekombinan human erythropoietin). Prinsip penatalaksanaan anemia adalah jika di dapatkan hemoglobin kurang dari 10 pertimbangkan adanya defisiensi zat pembentuk hemoglobin, periksa sepintas apakah ada hemoglobinopati sebelum disingkirkan. Pemberian preparat besi oral sebagai pengobatan lini pertama untuk anemia akibat defisiensi besi. Besi parenteral diindikasikan jika preparat besi oral tidak dapat ditolerransi, gangguan absorbsi, dan kebutuhan besi pasien tidak dapat terpenuhi dengan preparat besi oral. Anemia yang terjadi bukan karena defisiensi (misalnya akibat hemoglobinopati dan sindrom kegagalan sum-sum tulang) harus diatasi dengan transfusi darah secara tepat dan bekerja sama dengan seorang ahli hematologi.
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan 2.2.1 Konsep Manajemen Asuhan Varney (konsep saja secara umum 7 langkah varney) Konsep manajemen asuhan varney 7 langkah varney, langkah- langkahnya : 1. Pengumpulan data dasar secara komperhensif untuk mengkaji pasien 2. Pengembangan data dasar, interpretasi data menetukan diagnosa 3. Identifikasi masalah-masalah potensial atau diagnosa lain 4. Evaluasi kebutuhan intervensi segera 5. Perencanaan 6. Implementasi 7. Evaluasi/penilaian Langkah 1 (pertama) : Pengumpulan data dasar secara komperhensif untuk mengkaji pasien A. DATA SUBJEKTIF 1) Biodata: Meliputi nama, umur, tanggal, dan tempat lahir, dan latar belakang keluarga untuk mengetahui keadaan pasien dan menentukan pemberian perawatan yang tepat bagi pasien. (Prawirohardjo, Sarwono. 2009. 124) 2) Keluhan Utama Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke pelayanan kesehatan. Misalnya, ibu postpartum normal ingin memeriksakan kesehatannya setelah persalinan.
3) Riwayat Menstruasi Data ini memang tidak secara langsung berhubungan dengan masa nifas, namun dari data ini, bidan akan mempunyai gambaran tentang keadaan dasar organ reproduksi ibu. (Sulistyawati, Ari. 2009: 112) HPHT (Periode menstruasi terakhir) : tanggal pada hari pertama periode menstruasi terakhir atau last normal menstrual periode (LNMP) digunakan sebagai dasar untuk menentukan usia kehamilan dan perkiraan taksiran partus (TP), maka penting untuk mendapatkan tanggal perkiraan kelahiran yang seakurat mungkin. (Varney, Hellen. 2007 : 521) Usia Kehamilan dan Taksirann Persalinan (menggunakan rumus Neagel : tanggal HPHT ditambah 7 dan bulan dikurangi 3) (Prawiroharjo, Sarwono. 2014 : 279)
4) Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan KB yang lalu Keadaan kehamilan, persalinan, nifas, perencanaan keluarga yang lalu dapat mempengaruhi keadaan nifas sekarang.Petugas dapat mengetahui keadaan klien lebih menyeluruh dan menghubungkan keadaan nifas sekarang dengan riwayat nifas yang lalu sehingga membantu memilih tindakan yang tepat untuk penanganan masa nifas klien yang sekarang. (Sulistyawati, Ari. 2009: 113) Asuhan antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya. Cara persalinan. Jumlah dan jenis kelamin anak hidup. Berat badan lahir. Cara pemberian asupan bagi bbayi yang dilahirkan. Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir. (Prawiroharjo, Sarwono. 2014 : 280) 5) Riwayat Persalinan Sekarang Persalinan pervaginam normal, persalinan pervaginam dengan penyulit, persalinan dengan tindakan, atau anjuran, mempengaruhi keadaan postpartum klien dan pemberian perawatan yang sesuai bagi klien. 6) Riwayat Kesehatan Data dari riwayat kesehatan tersebut dapat digunakan sebagai peringatan akan adanya penyulit nifas. Adanya gangguam fisik serta fisiologis pada masa nifas yang melibatkan seluruh system dalam tubuh akan mempengaruhi organ yang mengalami gangguan. (Sulistyawati, Ari. 2009: 113) 1) Penyakit yang pernah diderita 2) DM, HDK, ISK 3) Jantung 4) Infeksi Virus Berbahaya 5) Alergi obat atau makanan tertentu 6) Pernah mendapat transfusi darah dan insdikasi tindakan tersebut 7) Inkompatibilitas Rhesus 8) Paparan sinar-X/Rontgen 9) Penggunaan obat-obatan dan pengobatan selama kehamilan merupakan hal yang kompleks dan bidan perlu meninjau setiap obat dan menyeimbangkan alasan penggunaan obat dengan resiko yang dapat timbul bila obat digunakan selama masa hamil. (Varney, Hellen. 2007 : 527)
7) Riwayat Penyakit Keturunan dan Menular Dalam Keluarga Kaji apakah di dalam silsilah keluarga klien mempunyai penyakit keturunan, misalnya DM, asma, dan penyakitmenular seperti TBC, Hepatitis, dan HIV/AIDS. (Nugroho, Taufan.,dkk. 2014: 148) 8) Status Perkawinan Hal ini penting untuk dikaji karena dari data ini bidan akan mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan. (Sulistyawati, Ari. 2009: 114) 9) Aspek Psikososial Hubungan ibu dengan keluarga maupun masyarakat. Apakah keluarga dan masyarakat menerima dan mendukung kehamilan dan persalinan ibu. 10) Adat Istiadat/ Kepercayaan Setempat Hal penting yang biasanya dianut keluarga yang berkaitan dengan masa nifas adalah menu makanan untuk ibu, misalnya pantang makan daging, ikan, telur, dan gorenggorengan karena dipercaya dapat menghambat penyembuhan luka persalinan dan membuat ASI menjadi amis.Adat ini jelas merugikan ibu karena ibu membutuhkan cukup protein untuk menyembuhkan luka-luka pascapersalinan dan memperbanyak volume ASI untuk menyusui bayinya. (Sulistyawati, Ari. 2009: 121) 11) Pola Aktivitas Sehari-hari Ini penting untuk mengetahui seberapa berat aktivitas yang dilakukan pasien selama di rumah.Jika memang kegiatannya dapat menyebabkan kesulitan postpartum, maka bidan dapat memberikan peringatan seawal mungkin untuk membatasi kegiatannya. (Sulistyawati, Ari. 2009: 116) 12) Personal hygiene Ini penting untuk diketahui karena hal ini mempengaruhi kesehatan pasien dan bayinya. (Sulistyawati, Ari. 2009: 116) 13) Pola Makan dan Minum Bidan dapat menggali informasi dari pasien tentang makanan yang disukai dan tidak disukai serta seberapa banyak ia mengkonsumsinya sehingga jika bidan memperoleh kesenjangan (yang tidak sesuai standar pemenuhan kebutuhan gizi) maka bidan dapat member klarifikasi dalam pemberian pendidikan kesehatan mengenai gizi ibu postpartum. Pertanyaan yang perlu ditanyakan bidan kepada pasien meliputi menu, frekuensi, banyaknya, dan pantangan yang dipercayainya. (Sulistyawati, Ari. 2009: 114)
B. DATA OBJEKTIF 1) Pemeriksaan Umum Kesadaran: Untuk mengkaji derajat kesadaran klien, lakukan penilaian dari keadaan composmentis (keadaan maksimal) sampai dengan coma (tidak dalam keadaan sadar). (Sulistyawati, Ari. 2009: 122) 1. Keadaan umum
: Baik/Tidak
2. Kesadaran
: Composmentis/Tidak
3. Keadaan emosional
: Stabil/Tidak
4. Berat badan ibu menurun sekitar 45-6 kg akibat evakuasi uterus dan pengeluaran darah normal. (Obstetric Williams. 2009: 341) Keluhan pasien: Perhatikan keluhan pasien sampai 2 jam postpartum. Jika pasien mengeluh lemah, berkeringat dingin, menggigil, awasi keadaan pasien karena keluhan tersebut merupakan tanda gejala perdarahan pascapersalinan. (Prawirohardjo, Sarwono. 20014: 173) Tanda Vital: a) Suhu: Suhu tubuh ibu pascapersalinan dapat naik ± 0,5ºC dari keadaan normal dikarenakan kelelahan saat persalinan dan dehidrasi. (Nugroho, Taufan.,dkk. 2014: 111) Dalam 24 jam postpartum, suhu badan ibu akan naik sedikit (37,5oC – 38oC). (Sulistyawati, Ari. 2009: 80) b) Nadi: Bradikardi dapat terjadi pada masa postpartum. (Nugroho, Taufan.,dkk. 2014: 112) Denyut nadi normal dewasa adalah 60-80x/menit. Namun pada pascapersalinan biasanya akan lebih cepat. (Sulistyawati, Ari. 2009: 81) c) Tekanan darah: Normalnya, tekanan darah pada ibu postpartum tidak berubah. (Nugroho, Taufan.,dkk. 2014: 112) d) Pernafasan: Pernafasan pada ibu postpartum biasanya lambat atau normal dikarenakan ibu dalam masa pemulihan. (Nugroho, Taufan.,dkk. 2014: 112) Pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Jika denyut nadi dan suhu tidak normal, maka pernafasan akan mengikuti. (Sulistyawati, Ari. 2009: 81)
2) Pemeriksaan Fisik a) Payudara: Bentuk: Payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan mula-mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi. Putting susu: Putting susu pada ibu nifas biasanya menonjol dan mengeluarkan cairan ASI. b) Uterus: TFU: Untuk mengetahui proses involusi uterus dapat dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri. Perubahan tinggi fundus uteri berhubungan erat dengan perubahan miometrium yang bersifat proteolisis. (Sulistyawati, Ari. 2009: 74) Dalam 6 hari pascapersalinan, pastikan involusi uterus berjalan normal; uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. (Prawirohardjo, Sarwono. 20014: 123) Kontraksi uterus: Dalam waktu satu jam pascapersalinan, penolong harus memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pascapersalinan. (Prawirohardjo, Sarwono. 2014: 358) Ukuran kandung kemih: Kandung kemih yang penuh dapat mengganggu involusi uterus. Pengosongan kandung kemih dapat membantu terjadinya kontraksi, terutama pada kasus yang disertai dengan peregangan berlebihan dari kandung kemih yang tidak dapat dikosongkan secara spontan. (Prawirohardjo, Sarwono. 2014: 358)
c) Genetalia
: Tampak pengeluaran lokhea sesuai dengan harinya
1. Lokhea rubra/merah Lokhea ini keluar pada hari ke 1-4 masa nifas. Cairan yang keluar berwarna merah karena terdiri dari darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium. 2. Lokhea sanguinolenta Lokhea ini keluar pada hari ke 4-7. Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir 3. Lokhea serosa Lokhea ini keluar pada hari ke 7-14.Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta.
4. Lokhea alba/putih Lokhea ini keluar pada hari ke 2-6 minggu.Lokhea ini mengandun leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan mati. Bila terjadi infeksi maka cairan akan keluar nanah berbau busuk yang disebut lokhea purulenta. (Sulistyawati, Ari.2009: 188) d) Vulva/ perineum Pengeluaran lokhia: Pastikan jenis pengeluaran lokhia sesuai dengan hari. Lokhia yang menetap pada awal periode postpartum menunjukkan tanda-tanda perdarahan sekunder. (Sulistyawati, Ari. 2009: 76) Penjahitan
laserasi
atau
luka
episiotomy:
Perubahan
pada
perineum
pascapersalinan terjadi saat perineum mengalami robekan ataupun episiotomy. Latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus otot tersebut.Pastikan jahitan laserasi tidak lembab agar terhindar dari infeksi. (Nugroho, Taufan.,dkk. 2014: 98-99) Luka: Biasanya terdapat luka-luka jalan lahir, dan umumnya luka pada vagina tidak seberapa luas dan akan sembuh dengan sendirinya. (Sulistyawati, Ari. 2009: 78) Hemoroid: Sangat wajar terjadi hemoroid karena tekanan pada kepala dan upaya meneran. (Nugroho, Taufan.,dkk. 2014: 98-99) e) Ekstremitas Atas
:
: Simetris / tidak, ada oedema atau tidak
Bawah :Simetris / tidak, terlihat oedema / tidak Perkusi Reflek patella (+) / (+)
3) Pemeriksaan Laboratorium Kadar Hb dan Hematokrit: Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan Hmt dan Hb pada hari ke-3 sampai hari ke-7 postpartum Kadar Leukosit : Pada masa nifas terjadi perubahan komponen darah, misalnya jumlah sel darah putih akan bertambah banyak. (Sulistyawati, Ari. 2009: 83)
Langkah II (kedua): Pengembangan data dasar, interpretasi data menentukan diagnosa NO 1.
MASALAH Anemia ringan.
PENATALAKSANAAN 1. Observasi perdarahan selama perawatan 2. KIE tentang cara mengkonsumsi Fe yang benar yaitu diminum dengan air putih atau minuman yang mengandung vitamin C. 3. KIE tentang pemenuhan nutrisi selama masa nifas meliputi karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayur, buah. 4. Memberikan sulfas ferosis 3 x 100 mg/hari selama 6 bulan dikombinasi dengan asam folat / B12 : 15 –30 mg/hari. Pemberian vitamin C untuk membantu penyerapan
2.
Anemia sedang.
1. Observasi perdarahan selama perawatan 2. KIE tentang cara mengkonsumsi Fe yang benar yaitu diminum dengan air putih atau minuman yang mengandung vitamin C. 3. KIE tentang pemenuhan nutrisi selama masa nifas meliputi karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayur, buah. 4. Memberikan sulfas ferosis 3 x 100 mg/hari selama 6 bulan dikombinasi dengan asam folat / B12 : 15 –30 mg/hari. Pemberian vitamin C untuk membantu penyerapan 5. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pertimbangan tranfusi darah
3.
Anemia berat.
1. Observasi perdarahan selama perawatan 2. Memberikan KIE tentang cara mengkonsumsi Fe yang benar yaitu diminum dengan air putih atau minuman yang mengandung vitamin C. 3. Memberikan KIE tentang pemenuhan nutrisi selama masa nifas meliputi karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayur, buah. 4. Memberikan sulfas ferosis 3 x 100 mg/hari selama 6 bulan dikombinasi dengan asam folat / B12 : 15 –30
mg/hari. Pemberian vitamin C untuk membantu penyerapan 5. Tranfusi darah sesuai dengan advis dari dokter Sp.OG
Langkah ke III (ketiga): Identifikasi Masalah-masalah potensial atau diagnosa lain Masalah Potensial : 1. Perdarahan 2. Kebutuhan zat besi meningkat 3. Intake kurang atau sering muntah Langkah ke IV (ke empat): Evaluasi kebutuhan intervensi segera/ identifikasi kebutuhan segera NO 1.
MASALAH POTENSIAL Perdarahan
PENATALAKSANAAN 1. Posisi trenderenburg 2. Pemberian O2 4-6 L/Menit, memasang 2 IV line untuk resusitasi cairan 3. Observasi perdarahan setiap 2 jam selama perawatan
2.
3.
Kebutuhan zat besi
1. KIE tentang manfaat pemberian Fe
meningkat
2. KIE cara konsumsi Fe yang benar
Intake kurang atau sering
1. KIE tentang pemenuhan nutrisi selama
muntah
nifas meliputi karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayur, buah. 2. KIE tentang cara pemenuhan nutrisi setiap harinya untuk menghindari muntah.
Langkah ke V (lima): Perencanaan NO 1.
MASALAH Anemia ringan.
PENATALAKSANAAN 1. Observasi perdarahan selama perawatan 2. KIE tentang cara mengkonsumsi Fe yang benar yaitu diminum dengan air putih atau minuman yang mengandung vitamin C. 3. KIE tentang pemenuhan nutrisi selama masa nifas meliputi karbohidrat, protein hewani dan nabati,
sayur, buah. 4. Memberikan sulfas ferosis 3 x 100 mg/hari selama 6 bulan dikombinasi dengan asam folat / B12 : 15 –30 mg/hari. Pemberian vitamin C untuk membantu penyerapan. 2.
Anemia Sedang.
1. Observasi perdarahan selama perawatan 2. KIE tentang cara mengkonsumsi Fe yang benar yaitu diminum dengan air putih atau minuman yang mengandung vitamin C. 3. KIE tentang pemenuhan nutrisi selama masa nifas meliputi karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayur, buah. 4. Memberikan sulfas ferosis 3 x 100 mg/hari selama 6 bulan dikombinasi dengan asam folat / B12 : 15 –30 mg/hari. Pemberian vitamin C untuk membantu penyerapan 5. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pertimbangan tranfusi darah
3.
Anemia berat.
1. Observasi perdarahan selama perawatan 2. KIE tentang cara mengkonsumsi Fe yang benar yaitu diminum dengan air putih atau minuman yang mengandung vitamin C. 3. KIE tentang pemenuhan nutrisi selama masa nifas meliputi karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayur, buah. 4. Memberikan sulfas ferosis 3 x 100 mg/hari selama 6 bulan dikombinasi dengan asam folat / B12 : 15 –30 mg/hari. Pemberian vitamin C untuk membantu penyerapan 5. Tranfusi darah sesuai dengan advis dari dokter Sp.OG
NO.
MASALAH
PENATALAKSANAAN
POTENSIAL 1. Perdarahan
1. Posisi trenderenburg 2. Pemberian O2 4-6 L/Menit, memasang 2 IV line untuk resusitasi cairan
3. Observasi perdarahan setiap 2 jam selama perawatan 2. Kebutuhan zat besi meningkat 3. Intake kurang atau seering muntah
1. KIE tentang manfaat pemberian Fe 2. KIE cara konsumsi Fe yang benar 1. KIE tentang pemenuhan nutrisi selama nifas meliputi karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayur, buah. 2. KIE tentang cara pemenuhan nutrisi setiap harinya untuk menghindari muntah.
Langkah ke VI (keenam): Implementasi Implementasi rencana asuhan yang telah dirumuskan. Rencana yang telah dirumuskan mungkin semuanya dapat dilaksanakan oleh bidan secara mandiri atau sebagian dilaksanakan oleh ibu atau tim kesehatan lainnya. Sesuai dengan perencanaan. Langkah ke VII (ketujuh): Mengevaluasi. Evaluasi merupakan suatu penganalisaan hasil implementasi asuhan yang telah dilaksanakan dalam periode untuk menilai keberhasilannya apakah benar-benar memenuhi kebutuhan untuk dibantu.Tujuan dari evaluasi atau penilaian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi asuhan berdasarkan analisa. Evaluasi sesuai dengan penatalaksanaan atau implementasi
2.2.2 Pendokumentasian Secara SOAP Pendokumentasian asuhan kebidanan menggunakan pendekatan SOAP terdiri dari empat langkah yaitu; S : Data Subjektif Keluhan Utama : Ibu mengeluh merasa lemas, nyeri pada perut dan luka jahitan pada jalan lahir. Riwayat Penyakit : Ibu mengatakan ibu tidak memiliki riwayat penyakit menurun, menular dan menahun. O : Data Objektif 1) Pemeriksaan Umum Kesadaran: Untuk mengkaji derajat kesadaran klien, lakukan penilaian dari keadaan composmentis (keadaan maksimal) sampai dengan coma (tidak dalam keadaan sadar). (Sulistyawati, Ari. 2009: 122) 5. Keadaan umum
: Baik/Tidak
6. Kesadaran
: Composmentis/Tidak
7. Keadaan emosional
: Stabil/Tidak
8. Berat badan ibu menurun sekitar 45-6 kg akibat evakuasi uterus dan pengeluaran darah normal. (Obstetric Williams. 2009: 341) Keluhan pasien: Perhatikan keluhan pasien sampai 2 jam postpartum. Jika pasien mengeluh lemah, berkeringat dingin, menggigil, awasi keadaan pasien karena keluhan tersebut merupakan tanda gejala perdarahan pascapersalinan. (Prawirohardjo, Sarwono. 20014: 173) Tanda Vital: e) Suhu: Suhu tubuh ibu pascapersalinan dapat naik ± 0,5ºC dari keadaan normal dikarenakan kelelahan saat persalinan dan dehidrasi. (Nugroho, Taufan.,dkk. 2014: 111) Dalam 24 jam postpartum, suhu badan ibu akan naik sedikit (37,5oC – 38oC). (Sulistyawati, Ari. 2009: 80) f) Nadi: Bradikardi dapat terjadi pada masa postpartum. (Nugroho, Taufan.,dkk. 2014: 112) Denyut
nadi
normal
dewasa
adalah
60-80x/menit.
Namun
pada
pascapersalinan biasanya akan lebih cepat. (Sulistyawati, Ari. 2009: 81) g) Tekanan darah: Normalnya, tekanan darah pada ibu postpartum tidak berubah. (Nugroho, Taufan.,dkk. 2014: 112)
h) Pernafasan: Pernafasan pada ibu postpartum biasanya lambat atau normal dikarenakan ibu dalam masa pemulihan. (Nugroho, Taufan.,dkk. 2014: 112) Pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Jika denyut nadi dan suhu tidak normal, maka pernafasan akan mengikuti. (Sulistyawati, Ari. 2009: 81)
2) Pemeriksaan Fisik b) Payudara: Bentuk: Payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan mula-mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi. Putting susu: Putting susu pada ibu nifas biasanya menonjol dan mengeluarkan cairan ASI. c) Uterus: TFU: Untuk mengetahui proses involusi uterus dapat dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri. Perubahan tinggi fundus uteri berhubungan erat dengan perubahan miometrium yang bersifat proteolisis. (Sulistyawati, Ari. 2009: 74) Dalam 6 hari pascapersalinan, pastikan involusi uterus berjalan normal; uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. (Prawirohardjo, Sarwono. 20014: 123) Kontraksi uterus: Dalam waktu satu jam pascapersalinan, penolong harus memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pascapersalinan. (Prawirohardjo, Sarwono. 2014: 358) Ukuran kandung kemih: Kandung kemih yang penuh dapat mengganggu involusi uterus. Pengosongan kandung kemih dapat membantu terjadinya kontraksi, terutama pada kasus yang disertai dengan peregangan berlebihan dari kandung kemih yang tidak dapat dikosongkan secara spontan. (Prawirohardjo, Sarwono. 2014: 358) f) Genetalia
: Tampak pengeluaran lokhea sesuai dengan harinya
3. Lokhea rubra/merah Lokhea ini keluar pada hari ke 1-4 masa nifas. Cairan yang keluar berwarna merah karena terdiri dari darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium.
4. Lokhea sanguinolenta Lokhea ini keluar pada hari ke 4-7. Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir 5. Lokhea serosa Lokhea ini keluar pada hari ke 7-14.Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. 6. Lokhea alba/putih Lokhea ini keluar pada hari ke 2-6 minggu.Lokhea ini mengandun leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan mati. Bila terjadi infeksi maka cairan akan keluar nanah berbau busuk yang disebut lokhea purulenta. (Sulistyawati, Ari.2009: 188) g) Vulva/ perineum Pengeluaran lokhia: Pastikan jenis pengeluaran lokhia sesuai dengan hari. Lokhia yang menetap pada awal periode postpartum menunjukkan tanda-tanda perdarahan sekunder. (Sulistyawati, Ari. 2009: 76) Penjahitan
laserasi
atau
luka
episiotomy:
Perubahan
pada
perineum
pascapersalinan terjadi saat perineum mengalami robekan ataupun episiotomy. Latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus otot tersebut.Pastikan jahitan laserasi tidak lembab agar terhindar dari infeksi. (Nugroho, Taufan.,dkk. 2014: 98-99) Luka: Biasanya terdapat luka-luka jalan lahir, dan umumnya luka pada vagina tidak seberapa luas dan akan sembuh dengan sendirinya. (Sulistyawati, Ari. 2009: 78) Hemoroid: Sangat wajar terjadi hemoroid karena tekanan pada kepala dan upaya meneran. (Nugroho, Taufan.,dkk. 2014: 98-99) h) Ekstremitas Atas
:
: Simetris / tidak, ada oedema atau tidak
Bawah :Simetris / tidak, terlihat oedema / tidak Perkusi Reflek patella (+) / (+) 3) Pemeriksaan Laboratorium Kadar Hb dan Hematokrit: Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan Hmt dan Hb pada hari ke-3 sampai hari ke-7 postpartum
Kadar Leukosit : Pada masa nifas terjadi perubahan komponen darah, misalnya jumlah sel darah putih akan bertambah banyak. A : Analisa/Assessment P....Postpartum hari ke...dengan anemia ringan. P....Postpartum hari ke...dengan anemia sedang. P....Postpartum hari ke...dengan anemia berat. P : Penatalaksanaan ANEMIA RINGAN 1. Melakukan observasi perdarahan selama perawatan 2. Memberikan KIE tentang cara mengkonsumsi Fe yang benar yaitu diminum dengan air putih atau minuman yang mengandung vitamin C. 3. Memberikan KIE tentang pemenuhan nutrisi selama masa nifas meliputi karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayur, buah. 4. Memberikan sulfas ferosis 3 x 100 mg/hari selama 6 bulan dikombinasi dengan asam folat / B12 : 15 –30 mg/hari. Pemberian vitamin C untuk membantu penyerapan
ANEMIA SEDANG 1. Melakukan observasi perdarahan selama perawatan 2. Memberikan KIE tentang cara mengkonsumsi Fe yang benar yaitu diminum dengan air putih atau minuman yang mengandung vitamin C. 3. Memberikan KIE tentang pemenuhan nutrisi selama masa nifas meliputi karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayur, buah. 4. Memberikan sulfas ferosis 3 x 100 mg/hari selama 6 bulan dikombinasi dengan asam folat / B12 : 15 –30 mg/hari. Pemberian vitamin C untuk membantu penyerapan 5. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pertimbangan tranfusi darah
ANEMIA BERAT 1. Melakukan observasi perdarahan selama perawatan 2. Memberikan KIE tentang cara mengkonsumsi Fe yang benar yaitu diminum dengan air putih atau minuman yang mengandung vitamin C. 3. Memberikan KIE tentang pemenuhan nutrisi selama masa nifas meliputi karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayur, buah.
4. Memberikan sulfas ferosis 3 x 100 mg/hari selama 6 bulan dikombinasi dengan asam folat / B12 : 15 –30 mg/hari. Pemberian vitamin C untuk membantu penyerapan 5. Tranfusi darah sesuai dengan advis dari dokter Sp.OG
2.2.3 Bagan alur berfikir Varney dan pendokumentasian secara SOAP
Alur pikir Bidan
Pencatatan dari Asuhan Kebidanan
Proses pendokumentasian kebidanan 7 langkah Varney
Pendokumentasian
7 langkah Varney
SOAP Notes Subjektif
Data
Objektif
Masalah/Diagnosa Antisipasi masalah potensial Assessment
Menetapkan kebutuhan segera untuk konsultasi/kolaborasi
Merencanakan asuhan
Penatalaksanaan :
yang menyeluruh
1.
Konsul
Melaksanakan asuhan
2.
Tes diagnisik
3.
Rujukan
Mengevaluasi keefektifan
4.
Pendidikan/konseling
asuhan
5.
Follow up
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Taufan.,dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika. Prawirohardjo, Sarwono. 2014.Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Widyasih, Hesty. 2012. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya Maryuni, Anik.2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas.Jakarta:Trans Info Media Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: C.V Andi Offset. Varney, Helen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC. Direktorat Jendral Perawatan Medik Departemen Kesehatan RI. Standar Asuhan Kebidanan Bagi Bidan di Rumah Sakit dan Puskesmas