Step 7 1. Bagaimana anatomi, fisiologi, histo dr mata? kornea tunika fibrosa sklera choroidea selubung
tunika vaskulosa
corpus cilliaris iris
bulbus oculi
tunika nervosa
n. opticus
humor aquosus
oculus
organon visuum
musculi oculi palpebra organo oculi acessorius conjunctiva glandula lacrimalis
stratum pigmenti retina
isi
lensa crystalina corpus vitreum
JALUR PENGLIHATAN SENSORIK Cahaya dideteksi oleh sel-sel batang dan kerucut di retina yang dianggap sebagai end-organ sensorik khusus untuk penglihatan badan sel dari reseptor-reseptor ini mengeluarkan tonjolan (proc) yang bersinaps dengan sel bipolar, neuron kedua di jalur penglihatan. sel2 bipolar kemudian bersinaps dengan sel ganggilon retina akson2 sel ganglion membentuk lapisan serat saraf pada retina dan menyatu membentuk saraf optikus saraf keluar masuk ke rongga tengkorak mll kanalis optikus Dalam tengkorak, 2 saraf optikus meyatu membentuk chiasma optikus. Di chiasma lebih dari separuh serat mengalami dekuasasi dan menyatu dengan sel-sel temporal yang tidak menyilang dari satu optikus ke sisi lain membentuk traktus optikus. Masing2 traktus optikus berjalan mengelilingi pedunkulus serebrum menuju ke nucleus genikulatum lateral, tempat traktus tersebut bersinaps serat2 tersebut meninggalkan traktus tepat di anterior dari nucleus dan melewati brakium kolikulus superior nucleus pretektalis otak tengah. Serat lain yang bersinaps di nucleus genikulatum lateral membentuk traktus genikulo-kalkarina lobus temporalis dan parietal korteks oksipitalis.
Fisiologi. Guyton and Hall. Daniel G. Oftalmologi Umum. Edisi 14. widya medika Mata merupakan alat optik yang mempunyai system lensa (kornea, humor akuos, lensa dan badan kaca), diafragma (pupil), dan film untuk membentuk bayangan (retina). Proses penglihatan dimulai
dengan adanya rangsangan pada sel fotoreseptor retina (sel batang dan kerucut), untuk selanjutnya diteruskan ke otak melalui lintasan visual. Lintasan visual dimulai dari sel-sel ganglioner di retina dan diakhiri pada polus posterior korteks oksipitalis. Lintasan visual terdiri dari : a. Sel-sel ganglioner di retina b. Nervus optikus c. Khiasma optikum d. Traktus optikus e. Korpus genikulatum laterale f. Radiatio optik g. Korteks oksipitalis. Sidarta Ilyas. Dasar – Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FK UI, Jakarta 1983 2. Bagaimana mata dapat melihat ke segala arah? Bola mata dapat bergerak karena adanya 6 otot penggerak bola mata (otot ekstra okuler), yaitu: m. rektus superior, m. rektus lateral, m. rektus inferior, m. rektus medial, m. oblikus superior, dan m. oblikus inferior. Otot ekstra okuler masing-masing memainkan peran dalam menentukan kedudukan bola mata karena adanya 3 (tiga) sumbu rotasi (yaitu sumbu vertikal, transversal, dan sagital), dan keseimbangan posisi tarikan keenam otot tersebut. Pada arah pandang (direction of gaze) tertentu, otot agonis berkontraksi dan menggulir mata kearah tersebut, sedangkan otot antagonisnya mengendor. Gerak horizontal pada sumbu vertikal meliputi gerak adduksi dan abduksi. Gerak vertikal pada sumbu transversal meliputi gerak elevasi dan depresi, sedangkan gerak pada sumbu sagital menyebabkan siklorotasi bola mata berupa insikloduksi dan eksikloduksi. Gerak bola mata berfungsi untuk menempatkan stimuli visual dari lapang pandangan perifer (retina perifer) ke titik pusat yang
mempunyai tajam penglihatan paling baik (fovea), dan juga mempertahankan fiksasi fovea pada obyek yang bergerak. Fungsi ini bersama dengan fungsi mempertahankan bayangan obyek di fovea serta stabilisasi bayangan di fovea selama gerakan kepala adalah merupakan fungsi dasar gerakan mata pada manusia. Gerak bola mata dikendalikan lewat pengaturan supranuklear yang berpusat di korteks frontalis, korteks oksipitoparietalis, jalur dari kedua korteks tadi ke batang otak, formatio retikularis paramedian pontis (FRPP) di batang otak, dan fasikulus longitudinalis medialis (FLM) di batang otak. FLM menghubungkan nukleus ketiga saraf penggerak bola mata (N III, IV dan VI) baik antara nuklei homolateral maupun kontra lateral, sehingga gerakan bola mata dapat terkoordinasi dengan baik dan maksud gerak bola mata seperti tersebut diatas dapat terlaksana. Cahaya dideteksi oleh sel-sel batang dan kerucut di retina yang dianggap sebagai end-organ sensorik khusus untuk penglihatan badan sel dari reseptor-reseptor ini mengeluarkan tonjolan (proc) yang bersinaps dengan sel bipolar, neuron kedua di jalur penglihatan. sel2 bipolar kemudian bersinaps dengan sel ganggilon retina akson2 sel ganglion membentuk lapisan serat saraf pada retina dan menyatu membentuk saraf optikus saraf keluar masuk ke rongga tengkorak mll kanalis optikus 3. Bagaimana mekanisme penghantaran impuls saraf pada lintasan visual? Mata merupakan alat optik yang mempunyai system lensa (kornea, humor akuos, lensa dan badan kaca), diafragma (pupil), dan film untuk membentuk bayangan (retina). Proses penglihatan dimulai dengan adanya rangsangan pada sel fotoreseptor retina (sel batang dan kerucut), untuk selanjutnya diteruskan ke otak melalui lintasan visual. Lintasan visual dimulai dari sel-sel ganglioner di retina dan diakhiri pada polus posterior korteks oksipitalis. Lintasan visual terdiri dari : a. b. c. d. e.
Sel-sel ganglioner di retina Nervus optikus Khiasma optikum Traktus optikus Korpus genikulatum laterale
f. Radiatio optik g. Korteks oksipitalis. 4. Apa fungsi pupil dan bagaimana pemeriksaan reflek pupil thd sinar? Fungsi pupil adalah untuk : a. Mengatur banyaknya cahaya yang masuk mata b. Meningkatkan kedalaman fokus (untuk penglihatan 3 dimensi) c. Mengurangi aberasi sferis dan aberasi kromatis Dua reflek pupil yang penting diketahui adalah reflek terhadap sinar dan reflek melihat dekat (akomodasi). Pemeriksaan reflek pupil terhadap sinar : a. Reflek pupil langsung : mata disinari, perhatikan reaksi pupil pada mata tersebut, pupil akan mengecil. b. Reflek pupil tak langsung : mata disinari, perhatikan reaksi pupil mata yang tidak disinari, pupil juga akan mengecil.
Pemeriksaan reflek pupil terhadap sinar sebaiknya dilakukan di kamar gelap. Pupil kecil (miosis) dapat terjadi karena cahaya yang terang atau pengaruh obat parasimpatomimetik, sedangkan pupil lebar (midriasis) dapat terjadi karena cahaya redup / gelap atau pengaruh obat simpatomimetik. Karena pemeriksaan pupil sangat penting didalam neurooftalmologi, maka pemeriksaan ini harus telah dilakukan sebaik-baiknya sebelum merubah sifat fisiologis pupil, misalnya melebarkannya dengan obat untuk pemeriksaan fundus. Pemeriksaan pupil dapat dilakukan dengan pen light, iluminasi fokal maupun slit lamp. Yangperlu dinilai saat melakukan pemeriksaan pupil adalah bentuk, letak, ukuran, jumlah, warna, efek akomodasi, dan reaksi terhadap rangsangan sinar langsung dan tidak langsung. Pupil normal berbentuk bulat, letaknya sentral, diameter normal ditempat gelap adalah 4,5 - 7
mm sedangkan ditempat terang 2,5 – 6 mm, jumlahnya satu, warna gelap, miosis saat akomodasi, dan bereaksi ketika diberi rangsang cahaya. Jumlah pupil lebih dari satu disebut polikoria. Ukuran pupil kedua mata sama besar disebut isokoria. Ukuran pupil kedua mata tidak sama besar disebut anisokoria. Ukuran pupil lebih kecil dari normal disebut miosis. Ukuran pupil lebih besar dari normal disebut midriasis. 5. Bagaimana mekanisme pengaliran humor aquos? Diproduksi oleh proc ciliaris di corpus ciliaris hasil produksi yang berupa cairan dan elektrolit ini diangkut melalui epithel kedalam COP pupil COA trabecula meshwork canalis schlemm melalui saluran kolektor akan menuju v. Ciliaris anterior. Fungsi : a. Untuk mengatur tekanan bola mata (normal 10 – 20 mmHg) b. Sebagai media refrakta c. Penyedia nutrisi lensa dan kornea bagian dalam 6. Apa saja komponen dari air mata? Tear film terdiri dari 3 komponen, yaitu : a. Lipid, lapisan paling superficial yang dihasilkan oleh kelenjar Meibom yang terdapat di palpebra superior dan inferior. Tebal lapisan ini 0,1 um b. Akuos, lapisan tengah (paling tebal) yang dihasilkan oleh kelenjar Lakrimalis utama dan kelenjar lakrimalis asesorius (kelenjar Krause dan Wolfring). Tebal lapisan ini 7 um. Selain air sebagai komponen utama, juga terdiri dari elektrolit, glukosa, oksigen, protein (termesuk imunoglobulin A), enzim dan komponen lainnya. c. Mucin, lapisan paling profunda yang dihasilkan oleh sel Goblet conjunctiva. Tebal lapisan ini 0,02 – 0,05 um. Selain dihasilkan oleh sel Goblet, mucin juga diproduksi oleh epitel permukaan conjunctiva dan kornea yang disebut dengan N-linked mucin. Sedangkan mucin yang dihasilkan oleh sel Goblet disebut dengan O-linked mucin.
Tear film mempunyai fungsi utama untuk : a. Melapisi dan melumasi permukaan kornea (sebagai sistem optik) b. Membersihkan debris dari permukaan bola mata c. Suplai oksigen dan nutrisi untuk epitel kornea d. Mengandung faktor pertumbuhan dan antibakteri
7. Apa saja syarat mata dikatakan baik dan normal? - Tidak lagoftalmus : kelopak mata menutup sempurna - Tidak trikiasis : bulu mata melentik keluar - Skelar warna putih - Konjungtiva baik - Pupil hitam - Kornea licin, mengkilat, konsentris dan continue. 8. Jelaskan mengenai buta warna? Merupakan ketidakmampuan sel kerucut ,ata utk mengkap warna tertentu disebabkan fak genetic - Trichromat : disini terdapat 3 macam konus, bila ke 3 conus semuanya baik maka mata orang tersebut normal, tapi bila ada satu conus yang tidak begitu peka lagi terhadap warna dasarnya trichromat anomaly. Protanomalia : kurang mampu melihat warna merah Deutromalia : kurang mampu melihat warna hijau Tritanomalia : kurang mampu melihat warna biru/violet - Dichromat : bila seseorang hanya mempunyai 2 macam conus pada retinanya. Protanopia : buta warna terhadap merah Deutranopia : buta warna terhadap hijau Tritanopia : buta warna terhadap biru/violet - Monochromat : hanya terdapat 1 conus dan disini hanya dapat membedakan hitam putih kelabu dan buta warna yang total. Tes uji ishihara : banyak warna bentuk huruf dan angka.
9. Apa saja pemeriksaan mata lengkap? Pemeriksaan visus Inspeksi, dengan urutan : o Posisi bola mata o Gerak bola mata o Palpebra o Silia o Konjungtiva o Sklera o Kornea o Camera Oculi Anterior (COA) o Iris o Pupil o Lensa o Korpus vitreum / badan kaca o Retina Peralatan yang dibutuhkan : o o o o o o o o
Optotype Batere Lampu pijar 75 watt Lensa +20 dioptri Kaca pembesar Cermin cekung dengan lobang ditengahnya (skiaskop) Keratoskop placido Oftalmoskop
10. Bagaimana pemeriksaan refraksi dan menulis resep kacamata? Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui visus seseorang dan memberikan penilaian menurut ukuran baku yang ada. Visus harus diperiksa walaupun secara kasar untuk membandingkan visus kedua mata. Kedua mata diperiksa sendirisendiri, karena dengan diperiksa binokuler tidak dapat diketahui adanya kekaburan pada satu mata. Pada bayi dan anak preverbal, pemeriksaan visus sentral dapat dilakukan dengan melihat reflek cahaya di kornea dan kemampuannya dalam fiksasi dan mengikuti obyek yang digunakan untuk pemeriksaan. Bila reflek cahaya terletak di sentral kornea, yang berarti terjadi fiksasi di fovea, dan ketika obyek digerakkan penderita mampu mengikuti dengan baik, maka disebut “kemampuan fiksasi dan mengikuti obyek adalah baik”, yang berarti kemungkinan anak tersebut mempunyai visus normal. Pada umur 2½ - 3 tahun, anak sudah mampu mengenali dan mengerjakan uji gambar-gambar kecil (kartu Allen). Pada anak umur 3 – 4 tahun umumnya sudah dapat melakukan permainan “E” (“E” games), yaitu dengan kartu Snellen konvensional dengan huruf E yang kakinya mengarah ke berbagai arah, dan si anak diminta menunjukkan arah kaki huruf E tersebut dengan jarinya. Pada anak umur 5 – 6 tahun keatas, umumnya sudah dapat dilakukan pemeriksaan seperti pada orang dewasa. Metode pengukuran visus yang umum adalah menggunakan optotipe Snellen (Snellen chart). Penderita menghadap optotipe pada jarak 6 meter (20 feet). Mata diperiksa satu persatu dimulai mata kanan lebih dulu, mata yang tidak diperiksa ditutup tanpa menekan bola mata. Penderita diminta membaca huruf-huruf pada optotipe mulai dari huruf yang paling besar pada deret paling atas berturut-turut ke deretan-deretan di bawahnya. Jika mampu membaca huruf terkecil yang dipinggirnya ada angka kecil 20 atau 6, berarti visusnya adalah 20/20 atau 6/6. ini dicatat, dan dengan urutan kerja yang sama dilakukan pula pemeriksaan untuk mata kiri. Bila penderita mampu membaca huruf-huruf deretan paling atas tetapi tidak dapat membaca sampai deret 6/6 (20/20), maka nilai
yang tercantum dipinggir deretan huruf terkecil yang masih dibaca dicatat. Jika huruf yang paling besarpun tidak dapat dibaca, penderita disuruh maju sampai huruf terbesar tadi dapat dibaca dan kemudian jarak tersebut dicatat.
Sumber Belajar: 1. Fisiologi. Guyton and Hall. 2. Sidarta Ilyas. Dasar – Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FK UI, Jakarta 1983 3. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, editor: Sidarta Ilyas, dkk: Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Balai Penerbit FK UI, Jakarta 4. Sidarta Ilyas. Dasar – Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FK UI, Jakarta 1983