5. Anatomi selaput ketuban a. Selaput Ketuban Selaput ketuban (selaput janin) terdiri dari amnion dan korion. Amnion adalah membrane yang paling dalam dan berdampingan dengan cairan amnion. Struktur avascular khusus ini memiliki peran penting dalam kehamilan pada manusia. Amnion adalah jaringan yang menentukan hampir semua kekuatan regang membrane janin. Dengan demikian pembentukan komponen – komponen amnion yang mencegah rupture atau robekan sangatlah penting bagi keberhasilan persalinan. Amnion (selaput ketuban) merupakan membrane internal yang membungkus janin dan cairan ketuban. Selaput ini licin, tipis, ulet, dan transparan. Selaput amnion melekat erat pada korion (sekalipun dapat dikelupas dengan mudah). Selaput ini menutupi permukaan fetal plasenta sampai pada insersio tali pusat dan kemudian berlanjut sebagai pembungkus tali pusat yang tegak lurus hingga umbilicus janin. Sedangkan korion merupakan membrane eksternal yang berwarna putih dan terbentuk vili – vili sel telur yang berhubungan dengan desidua kapsularis. Selaput ini berlanjut dengan tepi plasenta dan melekat pada lapisan uterus.
b. Cairan Amnion 1. Volume cairan amnion Cairan yang normalnya jernih dan menumpuk di dalam rongg a amnion ini akan meningkat jumlahnya seiring dengan perkembangan kehamilan sampai menjelang aterm, saat terjadi penurunan volume cairan amnion pada banyak kehamilan normal. Volume cairan amnion pada hamil aterm sekitar 1000 – 1500 ml, warna putih, agak keruh serta mempunyai bau yang khas, agak amis dan manis. Cairan ini mempunyai berat jenis 1.098 terdiri atas 98% air. Sisanya terdiri atas garam anorganik serta bahan organic dan bila diteliti dengan benar terdapat rambut lanugo, sel – sel epitel dan verniks kaseosa. Protein ditemukan rata –rata 2.6% g per liter, sebagian besar sebagai albumin. 2. Fungsi cairan amnion Beberapa fungsi dari cairan amnion : 1. Proteksi : melindungi janin terhadap trauma dari luar 2. Mobilisasi : memungkinan ruang gerak bagi janin 3. Homeostasis : menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan asam basa dalam rongga amnion untuk suasana yang optimal bagi janin 4. Mekanik : menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruangan intrauterine 5. Pada persalinan : membersihkan atau melicinkan jalan lahir dengan cairan steril sehingga melindungi bayi dari kemungkinan infeksi jalan lahir. 3. Pengukuran cairan amnion Terdapat 3 cara yang sering dipakai untuk mengetahui jumlah cairan amnion, dengan teknik single pocket ,dengan memakai Indeks Cairan Amnion (ICA), dan secara subjektif pemeriksa. Pemeriksaan dengan metode single pocket pertama kali diperkenalkan oleh Manning dan Platt pada tahun 1981 sebagai bagian dari pemeriksaan biofisik, dimana 2ccm dianggap sebagai batas minimal dan 8 cm dianggap sebagai polihidramnion Metode single pocket telah dibandingkan dengan AFI menggunakan amniosintesis sebagai gold standar. Tiga penelitian telah menunjukkan bahwa metode pengukuran cairan ketuban dengan teknik Indeks Cairan Amnion (ICA) memiliki korelasi yang lemah dengan volume amnion sebenarnya (R2 dari 0.55,
0.30 dan 0.24) dan dua dari tiga penelitian ini menunjukkan bahwa teknik single pocket memiliki kemampuan yang lebih baik. Kelebihan cairan amnion seperti polihidramnion, tidak mempengaruhi fetus secara langsung, namun dapat mengakibatkan kelahiran prematur. Secara garis besar, kekurangan cairan amnion dapat berefek negatif terhadap perkembangan paru-paru dan tungkai janin, dimana keduanya memerlukan cairan amnion untuk berkembang