Anatomi Fisiologi Paru.docx

  • Uploaded by: andrian
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Anatomi Fisiologi Paru.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,348
  • Pages: 29
1.1 Anatomi Fisiologi Paru A. Anatomi Paru Paru-paru terletak pada rongga dadayang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paruparu kiri mempunyai dua lobus. Kelima lobus tersebut dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa subbagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments. Paru-paru dibungkus oleh selaput tipis yaitu pleura. Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum (Sherwood, 2001).

Bagian paru paru terdiri dari beberapa organ sebagai berikut : 1. Trakea Trakea atau tenggorokan merupakan bagian paru-paru yang berfungsi menghubungkan larynk dengan bronkus. Trakea pada manusia teridiri dari jaringan tulang rawan yang dilapisi oleh sel bersilia. Silia yang terdapat pada trakea ini berguna untuk menyaring udara yang akan masuk ke dalam paru-paru. 2. Bronkus Bronkus merupakan saluran yang terdapat pada rongga dada, hasil dari percabangan trakeayang menghubungkan paru-paru bagian kiri dengan paru-paru bagian kanan.Bronkus bagian sebelah kanan bentuknya lebih lebar, pendek serta

lebih lurus, sedangkan bronkus bagian sebelah kiri memiliki ukuran lebih besar yang panjangnya sekitar 5cm. Jika dilihat dari asalnya bronkus dibagi menjadi dua, yaitu bronkus premier dan bronkus sekunder. 3. Bronkiolus Bronkiolus merupakan bagian dari percabangan saluran udara dari bronkus. Letaknya tepat di ujung bronkus.Bronkiolus mempunyai diameter kurang

lebih

1mm

atau

bisa

lebih

kecil.Bronkiolus

berfungsi

untuk

menghantarkan udara dari bronkus masuk menuju ke alveoli serta juga sebagai pengontrol jumlah udara yang akan nantinya akan di distribusikan melalui paruparu oleh konstriksi dan dilatasi 4. Alveolus Alveolus merupakan kantung kecil yang terletak di dalam paru-paru yang memungkinkan oksigen dan karbondioksida untuk bisa bergerak di antara paruparu dan aliran darah.Di dalam tubuh manusia terdapat kurang lebih hampir 300 juta alveoli untuk menyerap oksigen yang berasal dari udara. Alveolus berfungsi untuk pertukaran karbon dioksida (CO2) dengan oksigen (O2). 5. Pleura Pleura adalah selaput yang fungsinya membungkus paru-paru serta melindungi paru-paru dari gesekan-gesekan yang ada selama proses terjadinya respirasi. Ada dua lapisan pada Pleura paru-paru manusia diantarnya adalah: a. Pleura visceraladalah bagian dalam yang membungkus langsungparu b. Pleura parietaladalah pleura bagian luar yang menempel di rongga dada. B. Fisiologi Paru Paru-paru berfungsi sebagai pertukaran gas antara darah dan atmosfer dengan tujuan untuk menyuplai oksigen bagi jaringan dan mengeluargkan karbondioksida. Pertukaran gas melalui beberapa proses udara masuk ke paruparu melalui sistem berupa pipa yang menyempit yaitu bronkus dan bronkiolus yang merupakan cabang dari trakea atau tenggorokan. Udara tersebut menuju ke alveolus yang merupakan gelembung udara tempat pertukaran antara oksigen dankarbondioksida (Mc. Ardle, 2006). Terdapat empat mekanisme kerja paruparu, antara lain sebagai berikut :

a. Ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara alveoli dan atmosfer b. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah c. Transport dari oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh d. Pengaturan ventilasi (Guyton, 2007). C. Etiologi Penyebab tuberkulosis adalah bakteri mycrobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um (Amin dan Asril, 2007). Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri yang bersifat aerob sehingga sebagian besar kuman menyerang jaringan yang memiliki konsentrasi tinggi oksigen seperti paru-paru. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis rentan atau cepat mati terhadap paparan sinar matahari langsung, namun dapat bertahan hidup sampai beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini bisa mengalami dorman atau inaktif (tertidur lama) selama beberapa tahun. Penyebaran mycobacterium tuberculosis yaitu melalui droplet nukles, kemudian dihirup oleh manusia melalui udara dan menginfeksi organ tubuh terutama paru-paru. Diperkirakan, satu orang menderita TB paru BTA positif yang tidak diobati akan menulari 10-15 orang setiap tahunnya. (Depkes RI, 2002; Aditama, 2002). D. Patofisiologi/Patologi Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.Daya penularan seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya.Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan

dahak, makin menular penderita tersebut. Faktor yang kemungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Virus masuk melalui saluran pernapasan dan berada pada alveolus. Basil ini langsung membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit memfagosit bakteri namun tidak membunuh, sesudah hari-hari pertama leukosit diganti dengan makrofag. Alveoli yang terserang mengalami konsolidasi. Makrofag yang mengadakan infiltrasi bersatu menjadi sel tuberkel epiteloid. Jaringan mengalami nekrosis keseosa dan jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa dan membentuk jaringan parut kolagenosa, Respon radang lainnya adalah pelepasan bahan tuberkel ke trakeobronkiale sehingga menyebabkan penumpukan sekret. Tuberkulosis sekunder muncul bila kuman yang dorman aktif kembali dikarenakan imunitas yang menurun (Price dan Lorraine, 2007; Amin dan Asril, 2007). E. Manifestasi Klinis Menurut Alsagaff dan Mukty (2006) tanda dan gejala tuberkulosis dibagi atas 2 (dua) golongan yaitu gejala sistemik dan gejala respiratorik. a. Gejala Sistemik adalah: 1) Badan Panas Panas badan merupakan gejala pertama dari tuberkulosis paru, sering kali panas badan sedikit meningkat pada siang maupun sore hari. Panas badan meningkat atau menjadi lebih tinggi bila proses berkembang menjadi progresif sehingga penderita merasakan badannya hangat atau muka terasa panas. 2) Menggigil Menggigil dapat terjadi bila panas badan naik dengan cepat, tetapi tidak diikuti pengeluaran panas dengan kecepatan yang sama atau dapat terjadi sebagai suatu reaksi umum yang lebih hebat. 3) Keringat Malam

Keringat malam bukanlah gejala yang patognomonis untuk penyakit tuberkulosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut, kecuali pada orang-orang dengan vasomotor labil, keringat malam dapat timbul lebih dini. Nausea, takikardi dan sakit kepala timbul bila ada panas. 4) Malaise Karena tuberkulosis bersifat radang menahun, maka dapat terjadi rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan makin kurus, sakit kepala, mudah lelah. b. Gejala Respiratorik 1) Batuk Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronchus. Batuk mula-mula terjadi oleh karena iritasi bronchus, selanjutnya akibat adanya peradangan pada bronchus, batuk akan menjadi produktif. Batuk produktif ini berguna untuk membuang produk-produk ekskresi peradangan. Dahak dapat bersifat mukoid atau purulen. 2) Sekret Suatu bahan yang keluar dari paru sifatnya mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah menjadi mukopurulen/kuning atau kuning hujau sampai purulen dan kemudian berubah menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan dan perlunakan. 3) Nyeri Dada Gejala ini timbul apabila sistem persyarafan yang terdapat di pleura terkena, gejala ini dapat bersifat lokal atau pleuritik. 4) Ronchi suatu bunyi tambahan yang terdengar gaduh terutama terdengar selama ekspirasi disertai adanya sekret. a. Pemeriksaan Penunjang 1. Anamnesis pada pemeriksaan fisik 2. Laboratorium darah rutin ( LED normal atau meningkat,limfositosis)

3. Foto thoraks PA dan lateral.gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis TB, yaitu : a. Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus bawah. b. Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular) c. Adanya kavitas, tunggal atau ganda d. Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru e. Adanya klasifikasi f. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian g. Bayangan milier 4. Pemeriksaan sputum BTA pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30-70 persen pasien TB yang dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini 5. Tes PAP (peroksidase anti peroksidase) merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen imunoperoksidase staning untuk menentukan adanyan IgG spesifik terhadap basil TB 6. Tes mantoux / tuberkulin 7. Teknik polymerase chain reaction deteksi DNA kuman secara spesifik melalui aplifikasi dalam berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme dalam spesimen. Juga dapat mendeteksi adanya retensi 8. Becton Dickinson Diagnostik Instrumen System (BACTEC) deteksi grouth index berdasarkan CO2 yang di hasilkan dari metabolisme asam lemak oleh M. Tuberculosis 9. Enzyme Linked Immunosorbent Assay deteksi

respon

humoral

memakai

antigen-antibody yang terjadi.

Pelaksanaannya rumit dan antibody dapat menetap dalam waktu lama sehingga menimbulkan masalah b. Penatalaksanaan

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.Obat utama yang dipakai dalam terapi Tuberculosis Paru antara lain sebagai berikut : F. Pengkajian Tujuan dari pengkajian atau anamnesa merupakan kumpulan informasi subyektif yang diperoleh dari apa yang dipaparkan oleh pasien terkait dengan masalah kesehatan yang menyebabkan pasien melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan (Niman, 2013). Identitas pasien yang perlu untuk dikaji meliputi: a. Meliputi nama dan alamat b. Jenis kelamin : TB paru bisa terjadi pada pria dan wanita c. Umur: paling sering menyerang orang yang berusia antara 15 – 35 tahun. d. Pekerjaan:

Tidak

didapatkan

hubungan

bermakna

antara

tingkat

pendapatan, jenis pekerjaan 2.1.1 Pengkajian Riwayat Keperawatan a. Riwayat Kesehatan Sekarang: pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Lakukan pertanyaan yang bersifat ringkas sehingga jawaban yang diberikan klien hanya kata “ya” atau “tidak” atau hanya dengan anggukan kepala atau gelengan. b. Riwayat Kesehatan Sebelumnya: pengkajian yang mendukung

adalah mengkaji apakah sebelumnya

klien pernah menderita TB paru atau penyakit lain yang memperberat TB Paru. c. Riwayat Kesehatan Keluarga: secara patologi TB Paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi penularan di dalam rumah. d. Riwayat Tumbuh Kembang:

Kelainan-kelainan fisik atau kematangan dari perkembangan dan pertumbuhan seseorang yang dapat mempengaruhi keadaan penyakit seperti gizi buruk. e. Riwayat Sosial Ekonomi: Apakah pasien suka berkumpul dengan orang-orang yang likungan atau tempat tinggalnya padat dan kumuh karena kebanyakan orang yang terkena TB Paru berasal dari likungan atau tempat tinggalnya padat dan kumuh itu. f. Riwayat Psikologi: Bagaimana pasien menghadapi penyakitnya saat ini apakah pasien dapat menerima, ada tekanan psikologis berhubungan dengan sakitnya itu. Kita kaji tingkah laku dan kepribadian, karena pada pasien dengan TB Paru dimungkinkan terjadi perubahan tingkah laku seperti halnya berhubungan dengan aib dan rasa malu dan juga ada rasa kekhawatiran akan dikucilkan dari keluarga dan lingkungan akibat penyakitnya sehingga dapat mengakibatkan orang tersebut menjauhkan diri dari semua orang. 1.1.2

Pengkajian Berdasarkan NANDA a. Domain Promosi Kesehatan 1) Arti sehat dan sakit bagi pasien. 2) Pengetahuan status kesehatan pasien saat ini. 3) Perlindungan terhadap kesehatan: program skrining, kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan, diet, latihan dn olahraga, manajemen stress, faktor ekonomi. 4) Pemeriksan diri sendiri: riwayat medis keluarga, pengobatan yang sudah dilakukan. 5) Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan. 6) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan. b. Domain Nutrisi 1) Kebiasaan jumlah makanan. 2) Jenis dan jumlah (makanan dan minuman)

3) Pola makan 3 hari terakhir/ 24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan, nafsu makan. 4) Kepuasaan akan berat badan. 5) Persepsi akan kebutuhan metabolic 6)

Faktor pencernaan: nafsu makan, ketidaknyamanan, rasa dan bau, gigi, mukosa mulut, mual atau muntah, pembatasan makanan, alergi makanan.

7)

Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (berat badan saat ini dan SMRS) c. Domain Eliminasi dan Pertukaran

1) Kebiasaan pola buang air kecil: frekuensi, jumlah (cc), wana, bau, nyeri, mokturia, kemampuan menontrol BAK, adanya perubahan lain. 2) Kebiasaan pola buang air besar: frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol BAK, adanya perubhana lain. 3) Keyakinan budaya dan kesehatan. 4) Kemampuan perawatan diri: ke kamar mandi, kebersihan diri. 5) Penggunaan bantuan untuk ekskresi 6) Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (abdmen, genetalia, rectum, prostat) d. Domain Aktivitas / Istirahat 1) Aktivitas kehidupan sehari-hari 2) Olahraga: tipe, frekuensi, durasi, da inetensitas. 3) Aktivitas menyenangkan 4) Keyakinan tentang latihan dan olahraga 5) Kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian, mandi, makan, kamar mandi) 6) Mandiri, bergantung atau perlu bantuan. 7) Penggunaan alat bantu (kruk, kaki tiga)

8) Data

pemeriksaan

fisik

(pernapasan,

kardiovaskular,

muskoloskeletal, neurologi) 9) Kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu tidur, jam tidur dan bangun, ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat kesegaran setelah tidur) 10) Penggunaan alat mempermudah tidur (obat-obatan) 11) Jadwal istirahat dan relaksasi 12) Gejala gangguan pola tidur 13) Faktor yang berhubungan (nyeri, suhu, proses penuaan dll) 14) Data pemeriksaan fisik (lesu, kantung mata, keadaan umum, mengantuk) e. Domain Persepsi / Kognisi 1) Gambaran tentang indra khusus (penglihatan, penciuman, pendengar, perasa, peraba) 2) Penggunaan ketidaknyaman nyeri (pengkajian nyeri secara komprehensif) 3) Keyakinan budaya terhadap nyeri 4) Tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengetahuan untuk mengontrol dan mengatasi nyeri 5) Data

pemeriksaan

fisik

yang

berhubungan

(neurologis,

ketidaknyamanan) f. Domain Persepsi Diri 1) Keadan sosial: pekerjaan, situasi keluarga, kelompok sosial. 2) Identitas Personal: penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki 3) Keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh (yang disukai dan tidak) 4) Harga diri: perasaan mengenai diri sendiri. 5) Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran). 6) Riwayat berhubungan denan masalah fisik dan tau psikologi.

7) Data meneriksaan fisik yang berkaitan (mengurung diri, murung, gidak mau berintaksi) g. Domain Hubungan Peran 1) Gambaran tentang peran berkaitan degan keluarga, teman, kerja 2) Kepuasan/ ketidak puasaan menjalankan peran 3) Efek terhadap status kesehatan 4) Petingnya keluarga 5) Struktur dan dukungan keluarga 6) Proses pengambilan keputusan keluarga 7) Pola membesarkan anak 8) Hubungan dengan orang lain 9) Orang terdekat dengan klien 10) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan h. Domain seksualitas 1) Masalah atau perhatian seksual 2) Menstruasi, jumlah anak, jumlah suami/istri 3) Gambaran perilaku seksual (perilaku seksual yang aman, peukan, sentuhan, dll) 4) Pengetahuan

yang

berhubungan

dengan

seksualitas

dan

reprosuksi 5) Efek terhadap kesehatan 6) Riwayat yang berhubungan dengan masalah fisik dan psikologi 7) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU, genetalia, payudara, rektum) i. Domain Koping / Toleransi Stress 1) Sifat pencetus stress yang dirasakan baru-baru ini 2) Tingkat stress yang dirasakan 3) Gambaran respons umum dan khusus terhadap stress 4) Strategi

mengatsai

stress

yang

keefektifannya. 5) Strategi koping yang biasa digunakan

biasa

digunakan

dan

6) Pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen stress 7) Hubungan antara manajemen stress dengan keluarga. j. Domain Prinsip Hidup 1) Latar belakang budaya/ etnik 2) Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok budaya/ etnik 3) Tujuan kehidupan bagi pasien 4) Pentingnya agama/ spiritualitas 5) Dmapak masalah kesehatan terhadap spiritualitas 6) Keyakinan dalam budaya (mitos, kepercayaan, larangan, adat) yang dpat mempengaruhi kesehatan k. Domain Keamanan / Perlindungan 1) Infeksi 2) Cedera fisik 3) Perilaku kekerasan 4) Bahaya lingkungan 5) Proses pertahanan tubuh 6) Temoregulasi l. Domain Kenyamanan 1) Berisikan Kenyamanan fisik, lingkungan dan sosial pasien m. Domain Pertumbuhan / Perkembangan 1) Berisi tentang pertumbuhan dan perkembangan klien 2.1.3 Pemeriksaan Fisik 1. Keadaaan umum Keadaan umum pada klien dengan TB Paru dapat dilakukan secara selintas pandang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu dinilai secara umum tentang kesadaran klien yang terdiri dari compos mentis, apatis, somnolen, sopo, soporokoma, atau koma. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan TB Paru biasanya di dapatkan peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat apabila disertai sesak nafas, denyut nadi biasanya meningkat seirama

dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernafasan dan tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit seperti hipertensi. 2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik pada klien TB Paru meliputi pemeriksaan fisik umum per sistem dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), B6 (Bone) serta pemeriksaan yang fokus pada B2 dengan pemeriksaan menyeluruh sistem pernafasan. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System ) 1.

B1 (Breathing) : pemeriksaan fisik pada klien TB Paru merupakan pemeriksaan fokus yang terdiri atas inspeksi, palpasi,perkusi dan auskultasi.

Inspeksi Bentuk dada dan gerakan pernafasan. Sekilas pandang klien dengan TB Paru biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya penurunan proporsi diameter bentuk dada antero-posterior dibandingkan proporsi diameter lateral. Apabila ada penyulit dari Tb Paru seperti adanya efusi pleura yang masif, maka terlihat adanya ketidaksimetrisan rongga dada, pelebaran intercostal space (ICS) pada sisi yang sakit. TB Paru yang disertai etelektasis paru membuat bentuk dada menjadi tidak simetris, yang membuat penderitanya mengalami penyempitan intercostal space (ICS) pada sisi yang sakit. Palpasi Palpasi

trakhea.

Adanya

pergeseran

trakhea

menunjukan-

meskipun tetapi tidak spesifik-penyakit dari lobus atau paru. Pada TB Paru yang disertai adanya efusi pleura masif dan pneumothoraks akan mendorong posisi trakhea kearah berlawanan dari sisi sakit. Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernafasan. TB Paru tanpa komplikasi pada saat dilakukanpalpasi, gerakan dada saat bernafas biasanya normal dan seimbang antara kiri dan kanan.

Getaran suara (fremitus vokal). Getaran yang terasa ketika perawat meletakkan tangannya di dada klien saat klien berbicara adalah bunyi yang dibangkitkan oleh penjalaran dalam laring arah distal sepanjang pohon bronkhial untuk membuat dinding dada dalam gerakan resonan, terutama pada bunyi konsonan.

Perkusi Pada klien dengan TB Paru minimal tanpa komplikasi, biasanya akan didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Pada klien TB Paru yang disertai komplikasi seperti efusi pleura akan didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai banyaknya akumulasi cairan di rongga pleura. Auskultasi Pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi nafas tambahan (ronkhi) pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat pemeriksaan untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana didapatkan adanya ronkhi. Bunyi yang terdengar melalui stetoskop ketika klien berbicara disebut sebagai resonan vokal.

2.

B2 (Blood) : pada klien dengan TB paru pengkajian yang didapat meliputi : Inspeksi

: inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan

fisik Palpasi

: denyut nadi perifer melemah

Perkusi

: batas jantung mengalami pergeseran pada TB Paru

dengan efusi pleura masif mendorong ke sisi sehat. Auskultasi : tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak didapatkan. 3.

B3 (Brain) : kesadaran biasanya compos mentis, ditemukan adanya sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pada pengkajian

objektif,

klien

tampak

dengan

wajah

mringis,

menangis,merintih, meregang, dan menggeliat. Saat dilakukan pengkajian pada mata, biasanya didapatkan adanya konjungtiva anemis pada TB Paru dengan hemoptoe masif dan kronis, dan sklera ikterik pada TB paru dengan gangguan fungsi hati. 4.

B4 (Bladder): pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Olek karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok. Klien diinformasikan agar terbiasa dengan urine yang berwarna jingga pekat dan berbau yang menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai ekskresi karena meminum OBAT terutama rifampisin.

5.

B5 (Bowel) : klien biasanya mengalami mual,muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan.

6.

B6 (Bone) : aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan TB Paru. Gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga menjadi tak teratur.

2.1.4 Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan Rontgen Thoraks 2. Pemeriksaan CT Scan 3. Radiologi TB paru militer a. TB paru militer akut b. TB paru militer subakut (kronis) 4. Pemeriksaan Laboratorium

2.1.5 Analisa Data Tabel 2.1 Konsep Analisa Data No 1.

Data DO : 1. pasien tampak batuk 2. suara terdengar serak DS

:

Masalah

Etiologi

Paraf

Ketidakefektif

Ketidakefektifanb

IS

anbersihan

ersihan jalan

jalan nafas

nafas

1. pasien mengatakan batuk

Spasme jalan

berdahak

nafas

2. pasien mengatakan dahak tidak bisa keluar.

Perubahan

3. Pasien mengatakan sesak

frekuensi nafas

nafas 4. Auskultasi paru :Terdengarsuararonkhipadapa rukanan

2.

DO :

Nyeri akut

Nyeri akut

1. Pasien meringis kesakitan Agen cedera biologis

2. TTV : TD : 110/70 mmHg, suhu: 36C, Nadi: 84x/menit, RR: 28x/menit. DS

Mengekspresikan prilaku

:

1. pasien mengatakan nyeri pada dada saat batuk. 2. Pengkajian nyeri P: batuk menetap Q: menusuk R: dada, S: 5, T: timbul kadangkadang saat batuk. 3.

DO : 1. Pasien mengalami penurunan berat badan 2. Pasien tampak lemah 3. Makan tampak tidak habis 1

Ketidakseimba

Ketidakseimbang

ngan : kurang

an : kurang dari

dari kebutuhan

kebutuhan tubuh

tubuh. Kurang asupan makanan

porsi 4. Pasienmengalamipenurunnbe ratbadan ± 6 kg

Berat badan 20%

IS

atau lebih dibawah rentang DS :

berat badan ideal.

1. Pasien mengatakan nafsu makan menurun 2. Pasien mengeluh mual 3. Pasien mengatakan badan terasa lemas

4.

DO:

Risiko tinggi

Risiko tinggi

1. Pasien sering batuk di depan

penyebaran

penyebaran infeksi

orang lain tanpa menutup

infeksi

mulut.

Kurangnya

2. BTA positif

pengetahuan

DS:

untuk

1. Pasien mengatakan sering

menghindari

kontak dengan orang lain

pemajanan

2. Pasien mengatakan bahwa

patogen

saat batuk di depan orang lain tidak menutup mulut 3. Membuang dahak pada plastik yang diikat dan dibuang ketempat sampah 5.

DO:

GangguanPe

GangguanPertu

1. klien terlihat sesak,

rtukaran Gas

karan Gas

pernafasan takipnea danortopnoe,menggunakan

Perubahan

otot bantu pernafasan ,

membran

retraksi dinding dada, batuk berdahak dankental,menggun

alveolar-kapiler.

IS

akannafas cuping hidung

Pola pernafasan

DS:

abnormal.

1. klien mengatakan nafasnya terasa sesak 2. Klien mengeluh susah tidur. 3. Klien mengatakan anaknya batuk-batuk , berdahak. 6.

DO :

Gangguan pola

1. Kantong mata bawah hitam.

tidur

2. Konjungtiva anemis.

Gangguan pola tidur

IS

imobilisasi

3. Pasien tampak lemas. 4. Pasien sering terbangun pada penurunan

malam hari.

kemampuan

DS : 1. Pasien dapat sering

mengatakan tidur

nyenyak

terbangun

berfungsi

tidak dan

karena

batuk. 2. Pasien tidur ± 6-7 jam sehari dan tidur siang ± 1-2 jam 7.

DO: 1. Klien

tampak

memanggil

keluarga saat butuh sesuatu

IntoleransiAk tivitas

IntoleransiAktivi tas

2. Klien tampak lemas imobilisasi

DS : 1. Klien mengatakan badannya lemas

sehingga

susah

beraktivitas. 2. Pasien

mengatakan

kepalanya pusing. 3. Pasien

mengatakan

sesak

keletihan

IS

nafas

G. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons manusia terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau kerentanan respons dari seorang individu, keluarga, kelompok, atau komunitas (Herdman, 2015). Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan TB Paru, yaitu: 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi mukus yang kental, hemoptisis, kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema trakheal/faringeal. 2. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan menurunnya ekspresi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura. 3. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler. 4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan

keletihan,

anoreksia,

dispnea,

peningkatan

metabolisme tubuh. 5. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan adanya batuk, sesak nafas, dan nyeri dada. 6. Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan keletihan (keadaan fisik yang lemah) 7. Cemas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas) dan prognosis penyakit yang belum jelas. 8. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah.

H. Intervensi Tabel 3.2 Konsep Intervensi Keperawatan Diagnosa : Domain 11 : Keamanan/perlindungan. Kelas 2. Cedera fisik (00031) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Definisi: ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk mempertahankan jalan nafas. NOC Kriteria Hasil : Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam masalah ketidakefektifan bersihahan jalan nafas dapat teratasi. (0410) status pernafasan : kepatenan jalan nafas Definisi : saluran trakeobronkial yang terbuka dan lancar untuk pertukaran gas. 1. Frekuensi pernafasan dari skala 1(deviasi berat dari kisaran normal) ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal) 2. kedalaman inspirasi dari skala 1(deviasi berat dari kisaran normal) ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal) 3. Kemampuan untuk mengeluarkan sekret dari skala 1 (deviasi berat dari kisaran normal) ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal) NIC (3160) penghisapan lendir pada jalan nafas Definisi : membuang sekret dengan memasukkan kateter suksion kedalam mulut, nasofaring atau trakhea pasien 1. Lakukan tindakan cuci tangan. 2. Lakukan tindakan pencegahan umum.

3. Gunakan alat pelindung diri sesuai dengan kebutuhan. 4. Tentukan perlunya suktion mulut atau trakhea. 5. Aukultasi suara nafas sebelum dan setelah tindakan suction. 6. Aspirasi nasopharingeal dengan kanul suction sesuai dengan kebutuhan 7. Berikan sedatif sebagaimana mestinya. 8. Masukan nasopharingeal airway untuk melakukan suction nasotracheal sesuai kebutuhan 9. Instruksikan pada pasien untuk menarik nafas dalam sebelum dilakukan suction nasotracheal dan gunakan oksigen sesuiai kebutuhan. Diagnosa : Domain 4:Aktivitas/ Istirahat Kelas 4. Respons Kardiovaskuler/ Pulmonal(00032)Ketidakefektifan pola nafas. Definisi: Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat. NOC Kriteria Hasil : setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam masalah ketidakefektifan pola nafas dapat teratasi. (0403) status pernafasan : ventilasi. Definisi : keluar masuknya udara dari dan kedalam paru. 1. Frekuensi pernafasan dari sekala 1 (deviasi berat dari kisaran normal) ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal) 2. Irama pernafasan dari sekala 1 (deviasi berat dari kisaran normal) ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal) 3. Kedalaman inspirasi dari sekala 1 (deviasi berat dari kisaran normal) ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal)

NIC Diagnosa : Domain 3: Eliminasi dan pertukaran Kelas 4. Fungsi respirasi (00030) Gangguan pertukaran gas Definisi: kelebihan atau defisit oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada membran alveolar-kapiler NOC Kriteria Hasil: Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam gangguan pertukaran gas kembali normal. (0402) status pernafasan : pertukaran gas Definisi: pertukaran karbondioksida dan oksigen di alveoli untuk mempertahankan konsentrasi darah arteri. 1. Tekanan parsial oksigen didarah arteri dari skala 1 (deviasi berat dari kisaran normal) ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal). 2. Tekanan parsial karbondioksida didarah arteri dari skala 1 (deviasi berat dari kisaran normal) ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal). 3. PH arteri dari skala 1 (deviasi berat dari kisaran normal) ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal). 4. Saturasi oksigen dari skala 1 (deviasi berat dari kisaran normal) ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal). NIC (3140) Manajemen jalan nafas Definsi:fasilitas kepatenan jalan nafas. Aktivitas-aktivitas: 1.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 2.Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar, dan batuk 3.Posisikan untuk meringankan sesak nafas

4.Monitor status pernafasan dan oksigenasi sebagaimana mestinya. Diagnosa : Domain 2: Nutrisi Kelas 1. Makan (00002) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh Definisi:asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. NOC Kriteria Hasil: Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam intake nutrisi klien terpenuhi. (1009) status nutrisi : asupan nutrisi. Definisi: asupan gizi untuk memenuhi kebutuhan - kebutuhan metabolik 1.Asupan protein dari skala 1 (tidak adekuat) ditingkatkan menjadi skala 4 (sebagian besar adekuat) 2.Asupan lemak dari skala 1 (tidak adekuat) ditingkatkan menjadi skala 4 (sebagian besar adekuat) 3.Asupan karbohidrat dari skala 1 (tidak adekuat) ditingkatkan menjadi skala 4 (sebagian besar adekuat) 4.Asupan vitamin dari skala 1 (tidak adekuat) ditingkatkan menjadi skala 4 (sebagian besar adekuat) 5.Asupan mineral dari skala 1 (tidak adekuat) ditingkatkan menjadi skala 4 (sebagian besar adekuat) 6.Asupan zat besi dari skala 1 (tidak adekuat) ditingkatkan menjadi skala 4 (sebagian besar adekuat) 7.Asupan kalsium dari skala 1 (tidak adekuat)ditingkatkan menjadi skala 4 (sebagian besar adekuat) NIC (1100) manajemen nutrisi

Definisi:menyediakan dan meningkatkan intake nurisi yang seimbang. akvifitas-aktivitas: 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi 2. Identifikasi adanya elergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien. 3. Tentukan apa yang menjadi prefensi makanan bagi pasien. 4. Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi. 5. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi. 6. Berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan yang lebih sehat. Diagnosa : Domain 4: aktivitas/istirahat Kelas 1. Tidur/istirahat (000198) Gangguan pola tidur Definisi:interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat faktor eksternal. NOC Kriteria Hasil: Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam masalah gangguan pola tidur dapat teratasi. (0003) istirahat Definisi:berkurangnya kuantitas dan pola aktifitas untuk memulihkan mental dan fisik. 1. Pola istirahat dari skala 1 (sangat terganggu) ditingkatkan menjadi skala 5 (tidak terganggu) 2. kualitas istirahat dari skala 1 (sangat terganggu) ditingkatkan menjadi skala 5 (tidak terganggu) 3. beristirahat secara fisik dari skala 1 (sangat terganggu) ditingkatkan menjadi skala 5 (tidak terganggu) 4. beristirahat secara mental dari skala 1 (sangat terganggu) ditingkatkan menjadi skala 5 (tidak terganggu)

NIC (1850) peningkatan tidur Definisi:memfasilitasi tidur/siklus bangun teratur. Aktivitas-aktivitas: 1. tentukan pola tidur pasien 2. jelaskan pentingnya tidur yang cukup selama penyakit dan lain-lain 3. monitor pola tidur pasien dan catat kondisi fisik. 4. Sesuaikan lingkungan untuk meningkatkan tidur. 5. Mulai/terapkan langkah-langkah kenyamanan seperti pijat,pemberian posisi dan sentuhan efektif. 6. Bantu meningkatkan jumlah jam tidur. 7. Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai teknik untuk meningkatkan tidur. Diagnosa : Domain 4: aktifitas/istirahat Kelas 4. Respon kardiovaskular/pulmonal (00092) Intoleran aktivitas Definisi:ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. NOC Kriteria Hasil: Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam masalah

intoleransi aktifitas

tercapai. (0002) konservasi energi Definisi:tindakan individu dalam mengelola energi untuk memulai dan mempertahankan aktivitas. 1. Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat dari skala 1 (tidak pernah menunjukan) ditingkatkan menjadi skala 4 (sering menunjukan) 2.Menyadari keterbatasan energi dari skala 1 (tidak pernah menunjukan) ditingkatkan menjadi skala 4 (sering menunjukan)

3.Menggunakan teknik konservasi energi dari skala 1(tidak pernah menunjukan) ditingkatkan menjadi skala 4 (sering menunjukan) 4.Mengatur aktivitas untuk konservasi energi dari skala 1(tidak pernah menunjukan) ditingkatkan menjadi skala 4 (sering menunjukan) NIC (4310) terapi aktivitas Definisi:peresepan terkait dengan menggunakan bantuan aktivitas fisik, kognisi, sosial dan spiritual untuk meningkatkan frekuensi dan durasi aktivitas kelompok. 1.

Pertimbangkan kemampuan klien dalam berpartisipasi melalui aktivitas spesifik.

2.

Pertimbangkan komitmen klien untuk meningkatkan frekuensi dan jarak aktifitas.

3.

Bantu klien untuk tetap fokus pada kekuatan (yang dimilikinya) dibandingkan dengan kelemahan (yang dimilikinya)

4.

Dorong aktivitas kreatif yang tepat.

5.

Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan.

6.

Bantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi kelemahan dalam level aktivitas tertentu.

7.

Sarankan metode-metode untuk meningkatkan aktivitas fisik yang tepat.

8.

Bantu klien dan keluarga memantau perkembangan klien terhadap pencapaian tujuan

Diagnosa : Domain 9 : koping/toleransi stres Kelas 2. Respons koping (00147) Ansietas Kematian Definisi: perasaan tidak nyaman atau gelisah yang samar atau yang ditimbulkan oleh persepsi tentang ancaman nyata atau imajinasi terhadap eksistensi seseorang. NOC Kriteria Hasil: Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam klien mampu memahami dan menerima keadaannya sehingga tidak terjadi kecemasan.

Ansietas Definisi: perasaan tidak nyaman atau gelisah yang samar yang ditimbulkan oleh persepsi ancaman nyawa atau imajinasi terhadap eksistensi seseorang. 1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas 2. Klien mampu mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukan teknik untuk mengontrol cemas. 3. Postur tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukan berkurangnya kecemasan. NIC (5820) pengurangan kecemasan Definisi: mengurangi tekanan, kekuatan, firasat, maupun ketidaknyamanan terkait dengan sumber-sumber bahaya yang tidak teridentifikasi. Aktivitas-aktivitas: 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap prilaku klien. 3. Berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan 4. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat. 5. Dengarkan klien 6. Identifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat kecemasan. 7. Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan. 8. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi. Diagnosa : Domain 5: Persepsi/kognisi Kelas 4. Kognisi (00126)defisiensi pengetahuan Definisi:ketidaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu. NOC Kriteria Hasil: Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam klien mampu melaksanakan apa yang telah diinformasikan.

(1803) pengetahuan : proses penyakit Definisi:tingkat pemahaman yang disampaikan tentang proses penyakit tertentu dan komplikasinya. 1. Karakter spesifik penyakit dari skala 1 (tidak ada pengetahuan) ditingkatkan menjadi skala 4 (pengetahuan banyak) 2. Faktor-faktor penyebab dan faktor yang berkontribusi dari skala 1 (tidak ada pengetahuan) ditingkatkan menjadi skala 4 (pengetahuan banyak) 3. Faktor resiko dari skala 1 (tidak ada pengetahuan) ditingkatkan menjadi skala 4 (pengetahuan banyak) 4. Tanda dan gejala dari skala 1 (tidak ada pengetahuan) ditingkatkan menjadi skala 4 (pengetahuan banyak) 5. Proses perjalanan penyakit biasanya dari skala 1 (tidak ada pengetahuan) ditingkatkan menjadi skala 4 (pengetahuan banyak) 6. Strategi untuk meminimalkan Perkembangan penyakit dari skala 1 (tidak ada pengetahuan) ditingkatkan menjadi skala 4 (pengetahuan banyak) NIC (5602) pengajaran: proses penyakit Definisi: membantu pasien untuk memahami informasi yang berhubungan dengan proses penyakit secara spesifik. Aktivitas-aktivitas: 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan proses penyakit yang spesifik. 2. Review pengetahuan pasien mengenai kondisinya. 3. Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit, sesuai kebutuhan. 4. Jelaskan mengenai proses penyakit, sesuai kebutuhan 5. Berikan informasi pada pasien mengenai kondisi, sesuai kebutuhan. 6. Berikan informasi kepada keluarga yang penting bagi pasien mengenai perkembangan pasien sesuai kebutuhan. 7. Edukasi pasien mengenai tindakan untuk mengontrol/meminimalkan gejala sesuai kebutuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, TY. (2005). Tuberkulosis Paru: Masalah dan penanggulangannya. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Alpers. Alsagaff, H dan Mukty, A. (2006). Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press Bulechek, G.M., Butcher, H., Dochterman, J.M. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). 6th Edition. Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh Nurjannah, I.,Tumanggor,R.D. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC). Edisi Indonesia Keenam. Yogyakarta: CV. Mocomedia. Depkes RI. (2011). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan 2011. [Serial Online] Diunduh dari http://www.dokternida.rekansejawat.com/dokumen/DEPKES-PedomanNasional-Penanggulangan-TBC-2011-Dokternida.com.pdf Diakses tanggal 12 Oktober 2017. Departemen Kesehatan. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta Depkes RI. 2006. Pedoman Jakarta:Depkes RI.

Nasional

Penanggulangan

Tuberculosis.

Depkes RI. 2007. Pedoman Jakarta:Depkes RI.

Nasional

Penanggulangan

Tuberculosis.

Doenges E Marilyn.1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta: EGC. Evelyn CP, 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta. Gramedia Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.Jakarta: EGC. 74,76,80-81, 244, 248, 606,636,1070,1340. Hiswani. 2009. Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi Masalah Kesehatan Masyarakat. http://library.usu.ac.id/download/fkmhiswani-6.pdf 2009. Irman Somantri, S,Kp. M. Kep. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan pada Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Related Documents


More Documents from "Sinta Huwa"