Anatomi Dan Fisiologi Reproduksi Tugas Mam Asma.docx

  • Uploaded by: 1a D3keperawatan
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Anatomi Dan Fisiologi Reproduksi Tugas Mam Asma.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,600
  • Pages: 23
ANATOMI FISIOLOGI REPRODUKSI WANITA

Pada awalnya, organ reproduksi laki-laki dan perempuan adalah sama. Setelah usia kehamilan sekitar 8 minggu, terjadi diferensiasi atau perbedaan bentuk dan fungsi, sesuai dengan kromosom yang bersatu. Perempuan memiliki dua kromosom X dan tanpa kromosom Y. Oleh karena tidak terdapat gen Y dan tidak terdapat hormone testosteron, maka pertumbuhan organ reproduksi perempuan mengalami perkembangan menjadi clitoris, labia, vagina, uterus (rahim), tuba falopii dan ovarium (indung telur).

Organ reproduksi perempuan terdiri dari organ genetalia internal dan genetalia eksternal.Organ genetalia internal adalah ovarium, tuba fallopii, uterus dan vagina.Sedangkan organ genetalia eksternal terdiri dari mons veneris, labia mayora, labia minora, vestibulum dan selaput dara.

Gambar 2.2. Organ reproduksi perempuan (Solomon dkk, 2002)

Organ Reproduksi Bagian Dalam (Genetalia Interna)

a. Ovarium (indung telur)

Perempuan

memiliki

satu

pasang ovarium,

terletak

di

dinding

perut

bagian

belakang(peritoneum) dengan alat penggantung mesovarium.Pada manusia ukuran ovarium tidak sebanding dengan ukuran tubuh, mempunyai struktur padat (compacta), berbentuk pipih bila dalam keadaan istirahat (tidak masa subur) dan berbentuk bulat dengan permukaan tidak rata seperti bisul bila masa subur.Ovarium berfungsi sebagai produksi sel telur (ovum) dan sekresi hormon yaitu hormon estrogen dan progesteron. Proses pembentukan sel telur di dalam ovarium disebut oogenesis, yang terdiri dari 3 tahap, yaitu proliferasi, tumbuh dan masak (Yatim, 2001).

Tahap proliferasi; pada tahap ini calon sel telur membagi diri secara mitosis. Hasil proliferasi berupa oogoniadengan kromosom diploid (2n). Proses proliferasi terjadi pada prenatal (sebelum kelahiran) sampai beberapa saat setelah fetus dilahirkan. Sejak fetus dilahirkan sampai menginjak dewasa oogonia yang telah dihasilkan seolah-olah istirahat.Tahap tumbuh; tahap ini baru dimulai setelah individu menginjak usia dewasa.

Tahap tumbuh ditandai dengan isi sitoplasma dari calon sel telur (ovum) bertambah banyak, membran sel (zona pelusida) berkembang dan terjadi proliferasi sel-sel folikel yang

mengelilingi calon sel telur.Sel-sel folikel berfungsi sebagai pelindung dan pemberi makan calon sel telur. Hasil pada tahap tumbuh ini berupa oosit primer dengan kromosom diploid (2n).

Tahap menjadi masak; pada tahap ini terjadi pembelahan miosis dari oosit primer yang mengalami perubahan menjadi sel telur dengan Jumlah kromosom setengah dari jumlah kromosom oosit primer (haploid). Proses tersebut melalui tahapan-tahapan yaitu pembelahan oosit primer menjadi oosit skunder dengan kromosom haploid (n), terjadi pembagian sitoplasma yang tidak merata, sel anak yang satu (oosit skunder) mendapat lebih banyak sitoplasma, sedangkan sel anak yang lain jumlah sitoplasmanya sedikit disebut benda kutub (polosit I). Pada pembelahan berikutnya, oosit skunder menghasilkan dua sel anak yang pembagian jumlah sitoplasmanya juga tidak merata. Sel yang banyak mengandung sitoplasma disebut ootid(n), sedangkan sel anak yang sitoplasmanya sedikit disebut benda kutub II (polosit II). Kemudian dari ootid mengalami perubahan menjadi sel telur atau ovum dengan jumlah kromosom haploid (n)(Yatim, 2001 dan Junquiera, 2007).

Perkembangan sel telur tersebut terjadi di dalam kortek ovarium. Sel telur dikelilingi oleh sel-sel folikel yang merupakan hasil diferensiasi dari epithelium germinativum (dinding ovarium). Sel telur yang masih muda dikelilingi oleh satu lapis sel-sel folikel disebutfolikel primer. Sel telur yang dikelilingi oleh 2 sampai 5 lapis sel-sel folikel disebut folikel sekunder,yang akan berubah menjadifolikel tertier dan ditandai dengan adanya rongga diantara sel-sel folikel yang disebutantrum folliculi. Rongga tersebut berisi cairan folikel (liquor folliculi) yang mengandung hormon estrogen. Folikel tertier akan berkembang menjadi folikel de Graafditandai denganrongga folikel yang semakin membesar mendesak sel telur ke tepi. Pada tingkat ini sel telur sudah matang dan siap mengalami ovulasi (lepasnya sel telur dari ovarium). Pada tingkat folikel de Graaf ini sel telur dikelilingi oleh lapisan bening yang disebut zona pellusida,sedangkan lapisan sel-sel folikel yang berdekatan dengan zona pellusida disebut corona radiata.Selain itu juga terdapat bangunan sel-sel folikel yang membentuk tangkai sel telur disebut cumulus oophorus (Yatim, 2001 dan Junquiera, 2007). Ovulasi adalah proses keluarnya sel telur dari ovarium, yang terjadi pada saat telur berada pada fase folikel de Graaf.Ada dua aspek penyebab ovulasi yaitu tekanan turgor dan pengaruh hormon. Ovarium yang mengandung folikel sudah matang (folikel de Graaf), terjadi penonjolan

seperti abses. Di permukaan penonjolan terjadi penipisan lapisan, dan adanya cairan folikel yang semakin banyak menyebabkan tekanan hidrostatik, sehingga tekanan turgor naik. Menjelang ovulasi cumulus oophorus disintegrasi, sehingga sel telur bebas dalam liquor folliculi. Tegangan memuncak diikuti oleh pecahnya selaput tipis, kemudian sel telur keluar bersama liquor folliculi. Hormon hipofis yang mengotrol proses ovulasi adalah LH (luteinizing hormone). Sedangkan hormon estrogen menyebabkan kontraksi theca externa, membantu pecahnya folikel, sehingga sel telur keluar (Yatim, 2001 dan Junquiera, 2007). b. Tuba fallopii (saluran telur)

Tuba fallopii merupakan saluran yang menghubungkan ovarium dengan rahim (uterus), terdapat satu pasang di dalam tubuh perempuan dengan alat penggantung mesosalpinx.Bentuk berkelok-kelok yang disebut juga tuba uterina. Ujung kranial (bagian kepala) terbuka dengan lubang yang disebut osteum tuba abdominale, dan pada bibirnya terdapat juluran seperti jari-jari dikenal sebagaifimbriaeyang berfungsi untuk membantu masuknya telur dari indung telur ke dalam saluran telur. Ke arah kaudal (bagian ekor) dari mulut saluran telur menyempit sehingga berbentuk seperti corong yang disebutinfundibulum. Bagian-bagian lain dari saluran telur adalahampula yang meliputi kira-kira setengah dari panjang saluran telur, dan isthmus merupakan bagian menyempit yang berhubungan dengan rahim.Fungsi saluran telur adalah memindahkan sel telur dan spermatozoa ke tempat pembuahan, sebagai tempat pembuahan, pengaktifan (kapasitasi) spermatozoa, dan tempat pembelahan zigot (Ganonget al, 2015). c. Uterus (rahim)

Rahim adalah suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa). Tipe rahim pada manusia adalah tunggal (simpleks).Pada wanita yang belum pernah melahirkan, ukuran rahim biasanya memiliki panjang sekitar 7 cm dan lebar 4–5 cm. Rahim bagian bawah menyempit disebut serviks uteri (leher rahim), sedangkan bagian tengah yang berukuran lebar disebut corpus uteri (badan rahim). Dindingnya dibedakan menjadi 3 lapian yaituperimetrium (lapisan paling luar) disusun oleh jaringan ikat, miometrium (lapisan bagian tengah) disusun oleh otot polos yang mempunyai kemampuan untuk kontraksi dan relaksasi,endometrium(lapisan bagian dalam) disusun oleh sel epitel berbentuk kubus atau silindris, lapisan kelenjar dan jaringan ikat.Lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum

uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus menstruasi (siklus haid) akibat pengaruh hormon-hormon ovarium (Yatim, 1996). Selama kehamilan rahim berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus, yaitu sebagai tempat berkembangnya janin selama kehamilan dan memberikan makanan ke janin melalui plasenta yang melekat pada dinding rahim.Leher Rahim (serviks uterus)merupakan bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan/ menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Kelenjar mukosa leher rahim menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir leher rahim dipengaruhi siklus haid(Ganonget al, 2015). d. Vagina

Vagina adalah rongga muskulomembranosa berbentuk tabung yang menghubungkan uterus dengan bagian luar tubuh perempuan. Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri dan bagian bawah dari sinus urogenitalis. Vagina merupakan alat reproduksi yang berada paling luar, sebagaimana penis pada pria, vagina dapat menghasilkan berbagai macam sekresi. Sekresi dari vulva, cairan endometrial, oviductal, serviks uterus dan lain-lain.Sekresi pada dinding vagina itu sendiri adalah sesuatu yang dapat meningkatkan gairah seksual pada perempuan(Yatim, 1996). Vagina memiliki dinding yang elastis dilapisi epitel skuamosa berlapis yang berubah mengikuti siklus haid. Fungsi vagina untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada saat haid (Ganonget al, 2015). Organ Reproduksi Bagian Luar (Genetalia Eksterna)

Merupakan organ reproduksi yang tampak dari luar, terdiri dari:

1. Mons veneris

Mons veneris atau mons pubis adalah bagian yang sedikit menonjol dan menutupi tulang kemaluan (simfisis pubis). Bagian ini disusun oleh jaringan lemak dengan sedikit jaringan ikat. Ketika dewasa bagian mons veneris akan ditutupi oleh rambut – rambut kemaluan dan membentuk pola seperti segitiga terbalik.

Fungsi mons veneris • melindungi tulang dan jaringan yang ada di bagian bawah kemaluan • melindungi kemaluan pada saat melakukun hubungan seksual • membantu merangsang dan menambah daya seksualitas pada pasangan. • menghasilkan bau yang dapat merangsang seksual 2. Labia mayora atau bibir besar kemaluan

Merupakan bagian paling luar dari kemaluan wanita. Seperti namanya, bagian ini berbentuk seperti bibir, merupakan bagian lanjutan dari mons veneris yang berbentuk lonjong, menuju ke bawah dan bersatu membentuk perineum. Bagian Luar dari Labia Mayor disusun oleh jaringan lemak, kelenjar keringat, dan saat dewasa biasanya ditutupi oleh rambut – rambut kemaluan yang merupakan rambut dari mons veneris. Sedangkan selaput lemak yang tidak berambut, memiliki ujung – ujung saraf yang sensitif saat melakukan hubungan seksual.

3. Labia minora

Labia Minora merupakan organ berbentuk lipatan yang tersembunyi di balik Labia Mayora. Organ ini tersusun atas jaringan lemak, dan memiliki banyak pembuluh darah sehingga dapat membesar saat gairah seks bertambah. Bibir Kecil Kemaluan ini mengelilingi Orifisium Vagina (lubang Kemaluan)

4. Vestibulum

Vestibulum adalah daerah dengan batas atas klitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora, dan berasal dari sinus urogenital.Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae bartholinii kanan-kiri dan duktus skene kanan-kiri 5. Klitoris

Klitoris adalah area erotis utama pada wanita yang akan membesar dan mengeras ketika mendapatkan rangsangan seksual. Klitoris terdiri dari kelenjar clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan korpus clitoridis tertanam di dalam dinding anterior vagina. Pada klitoris terdapat reseptor androgen, banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sehingga sangat sensitif terhadap rangsangan seksual. Bagian ini homolog embriologik dengan penis pada pria (Ganong, 2015).Klitoris berfungsi untuk mengeluarkan cairan jika ada rangsangan seksual yang berguna untuk melumasi vagina selama hubungan seksual. 6. Hymen

Hymen dikenal dengan sebutan selaput dara, merupakan sebuah lipatan yang berada di depan introitus (mulut) vagina. Bentuk yang paling umum dari hymen adalah bulat seperti cincin yang mengitari sisi vagina bagian dalam. Bentuk lain yang cukup sering adalah bulan sabit dan sekat di tengah. Konsistensinya juga bervariasi, ada yang lunak dan ada pula yang kaku.

Selaput dara ini hanya dapat dilalui oleh jari kelingking, bila selaput dara ini masih utuh dan belum terluka. Hubungan seksual memberikan robekan khas pada selaput dara, di sisi jam 10 atau jam 2, namun robekan ini tidak selalu menimbulkan pendarahan, karena pembuluh darah di selaput hymen sedikit. Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita

1. Hormon Reproduksi pada wanita a. Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel sekitar sel ovum. b. Hormon Estrogen yang berfungsi merangsang sekresi hormone LH. c. Hormon LH yang berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu proses pematangan sel ovum). d. Hormon progesteron yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH dan LH

ANATOMI FISIOLOGI REPRODUKSI WANITA

1. Struktur luar dari sistem reproduksi pria terdiri dari : penis, skrotum (kantung zakar) dan testis (buah zakar). 1. Penis Penis terdiri dari:  Akar (menempel pada didnding perut)  Badan (merupakan bagian tengah dari penis)  Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut).Lubang uretra (saluran tempat keluarnya semen dan air kemih) terdapat di umung glans penis. Dasar glans penis disebut korona. Pada pria yang tidak disunat (sirkumsisi), kulit depan (preputium) membentang mulai dari korona menutupi glans penis. Badan penis terdiri dari 3 rongga silindris (sinus) jaringan erektil:  2 rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus, terletak bersebelahan.  Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi uretra. Jika rongga tersebut terisi darah, maka penis menjadi lebih besar, kaku dan tegak (mengalami ereksi).

2. Skrotum Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan melindungi testis. Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu untuk testis, karena agar sperma terbentuk secara normal, testis harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh. Otot kremaster pada dinding skrotum akan mengendur atau mengencang sehinnga testis menggantung lebih jauh dari tubuh (dan suhunya menjadi lebih dingin) atau lebih dekat ke tubuh (dan suhunya menjadi lebih hangat).

3. Testis Testis berbentuk lonjong dengan ukuran sebesar buah zaitun dan terletak di dalam skrotum. Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari testis kanan. Testis menghasilkan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) juga hormon testosterone. Fungsi testis, terdiri dari : a) Membentuk gamet-gamet baru yaitu spermatozoa, dilakukan di Tubulus seminiferus. b) Menghasilkan hormon testosteron, dilakukan oleh sel interstial (sel leydig).

2. Struktur dalamnya terdiri dari : vas deferens, uretra, kelenjar prostat dan vesikula seminalis.

Sumber : http://medicastore.com/images/anatomi_pria.jpg Gambar Anatomi Sistem Reproduksi Pria

1. Vas deferens Vas deferens merupakan saluran yang membawa sperma dari epididimis. Saluran ini berjalan ke bagian belakang prostat lalu masuk ke dalam uretra dan membentuk duktus ejakulatorius. Struktur lainnya (misalnya pembuluh darah dan saraf) berjalan bersama-sama vas deferens dan membentuk korda spermatika.

2. Uretra Uretra memiliki 2 fungsi, yaitu sebagai bagian dari sistem kemih yang mengalirkan air kemih dari kandung kemih dan bagian dari sistem reproduksi yang mengalirkan semen.

3. Kelenjar Prostat Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih di dalam pinggul dan mengelilingi bagian tengah dari uretra. Biasanya ukurannya sebesar walnut dan akan membesar sejalan dengan pertambahan usia. Prostat mengeluarkan sekeret cairan yang bercampur secret dari testis, perbesaran prostate akan membendung uretra dan menyebabkan retensi urin. Kelenjar prostat, merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30-50 kelenjar yang terbagi atas 4 lobus yaitu: • Lobus posterior

• Lobus lateral • Lobus anterior • Lobus medial Fungsi Prostat: Menambah cairan alkalis pada cairan seminalis yang berguna untuk menlindungi spermatozoa terhadap sifat asam yang terapat pada uretra dan vagina. Di bawah kelenjar ini terdapat Kelenjar Bulbo Uretralis yang memilki panjang 2-5 cm. fungsi hampir sama dengan kelenjar prostat.

4. Vesikula seminalis. Prostat dan vesikula seminalis menghasilkan cairan yang merupakan sumber makanan bagi sperma. Cairan ini merupakan bagian terbesar dari semen. Cairan lainnya yang membentuk semen berasal dari vas deferens dan dari kelenjar lendir di dalam kepala penis. Fungsi Vesika seminalis adalah mensekresi cairan basa yang mengandung nutrisi yang membentuk sebagian besar cairan semen.

5. Epididimis Merupakan saluran halus yang panjangnya ± 6 cm terletak sepanjang atas tepi dan belakang dari testis. Epididimis terdiri dari kepala yang terletak di atas katup kutup testis, badan dan ekor epididimis sebagian ditutupi oleh lapisan visceral, lapisan ini pada mediastinum menjadi lapisan parietal. Saluran epididimis dikelilingi oleh jaringan ikat, spermatozoa melalui duktuli eferentis merupakan bagian dari kaput (kepala) epididimis. Duktus eferentis panjangnya ± 20 cm, berbelok-belok dan membentuk kerucut kecil dan bermuara di duktus epididimis tempat spermatozoa disimpan, masuk ke dalam vas deferens Fungsi dari epididimis yaitu sebagai saluran penhantar testis, mengatur sperma sebelum di ejakulasi, dan memproduksi semen.

6. Duktus Deferens Merupakan kelanjutan dari epididimis ke kanalis inguinalis, kemudian duktus ini berjalan masuk ke dalam rongga perut terus ke kandung kemih, di belakang kandung kemih akhirnya bergabung

dengan saluran vesika seminalis dan selanjtnya membentuk ejakulatorius dan bermuara di prostate. Panjang duktus deferens 50-60 cm.

Bangunan Penyokong atau Penyambung Funikulus Spermatikus: Bagian penyambung yang berisi duktus seminalis, pembuluh limfe, dan serabut-serabut saraf.

Struktur Sperma Sperma diproduksi di testis, organ reproduksi pria. Pria mulai memproduksi sperma saat pubertas (kurang lebih usia 15 tahun), dan sebagian besar pria mempunyai sperma dewasa sampai usia tua. Sperma diproduksi sebanyak 300 juta per hari, dan mampu bertahan hidup selama 48 jam setelah ditempatkan di dalam vagina sang wanita. Rata-rata volume air mani untuk setiap ejakulasi adalah 2.5 sampai 6 ml, dan rata-rata jumlah sperma yang diejakulasikan adalah 40-100 juta per ml. Spermatozoa masak terdiri dari : 1. Kepala (caput), terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma, mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya. Pada bagian membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum. 2. Leher (cervix), menghubungkan kepala dengan badan. 3. Badan (corpus), banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi untuk pergerakan sperma. 4. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas deferen dan ductus ejakulotoris.

B. Fisiologi Sistem Reproduksi Pria

1. Hormon pada Laki-laki a. FSH : Menstimulir spematogenesis. b. LH : Menstimulir Sel Interstial Leydig untuk memproduksi Testosteron. c. Testosteron : Bertanggung jawab dalam perubahan fisik laki-laki terutama organ seks sekundernya.

Efek hormon testoteron pada pria: Sebelum lahir: a. Maskulinasi saluran reproduksi dan genital eksterna b. Mendorong penurunan testis ke skrotum

Efek reproduksi : untuk pertumbuhan dan pematangan organ reproduksi, penting dalam spermatogenesis, serta untuk pertumbuhan tanda kelamin sekunder

Spermatogenesis Spermatogenesis adalah perkembangan spermatogonia menjadi spermatozoa. Berlangsung 64 hari. Spermatogonia berkembang menjadi spermatozit primer. Spermatozit primer menjadi spermatozit sekunder. Spermatozit sekunder berkembang menjadi spermatid. Tahap akhir spermatogenesis adalah pematangan spermatid menjadi spermatozoa. Ukuran spermatozoa adalah 60 mikron. Spermatozoa terdiri dari kepala, badan dan ekor.

Sumber : http://sandurezu.files.wordpress.com/2010/06/spermatogenesis.jpg Gambar Proses Spermatogenesis dalam Tubulus Seminiferus

Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis. Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma. Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.

Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu: • LH (Luteinizing Hormone) merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder. • FSH (Folicle Stimulating Hormone) merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2 hari.

Proses Spermatogenesis : Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu : 1. Spermatocytogenesis Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit primer. Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder. 2. Tahapan Meiois Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n kromosom (haploid). Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk empat buah spermatid yang haploid juga. Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap. 3. Tahapan Spermiogenesis

Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa (sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor. Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen Binding Protein Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik kepada hipofisis agar menghentikan sekresi FSH dan LH. Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper. Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 – 400 juta sel spermatozoa.

B. Proses Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan periodik dari rahim yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Bobak, 2004).Kondisi ini terjadi karena tidak ada pembuahan sel telur oleh sperma, sehingga lapisan dinding rahim (endometrium) yang sudah menebal untuk persiapan kehamilan menjadi luruh. Jika seorang wanita tidak mengalami kehamilan, maka siklus menstruasi akan terjadi setiap bulannya. Umumnya siklus menstruasi pada wanita yang normal adalah 28-35 hari dan lama haid antara 37 hari. Siklus menstruasi pada wanita dikatakan tidak normal jika siklus haidnya kurang dari 21 hari atau lebih dari 40 hari siklusmenstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya, sedangkan panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya.

Fase-fase pada siklus menstruasi

1)

Siklus Endomentrium (Bobak, 2004), •

Fase menstruasi



Fase ini adalah fase yang harus dialami oleh seorang wanita dewasa setiap bulannya. Sebab melalui fase ini wanita baru dikatakan produktif. Oleh karena itu fase menstruasi selalu dinanti oleh para wanita, walaupun kedatangannya membuat para wanita merasa tidak nyaman untuk beraktifitas. Biasanya ketidaknyamanan ini terjadi hanya 1-2 hari, dimana pada awal haid pendarahan yang keluar lebih banyak dan gumpalan darah lebih sering keluar.Pada fase menstruasi, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon)menurun atau pada kadar terendahnya, sedangkan siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat Fase proliferasi

Pada fase ini ovarium sedang melakukan proses pembentukan dan pematangan ovum. Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Permukaan endometriumsecara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi tebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Pada fase proliferasi terjadi peningkatan kadar hormon estrogen, karena fase ini tergantung pada stimulasi estrogenyang berasal dari folikel ovarium.



Fase sekresi/luteal •

Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasisampai sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. Umumnya pada fase pasca ovulasi wanita akan lebih sensitif. Sebab pada fase ini hormon reproduksi (FSH, LH, estrogen dan progesteron)mengalami peningkatan. Jadi pada fase ini wanita mengalami yang namanya Pre Menstrual Syndrome (PMS). Beberapa hari kemudian

setelah gejala PMS maka lapisan dinding rahim akan luruh kembali. Fase iskemi/premenstrual

Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus Luteum yang mensekresi estrogen dan progesterone menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesterone yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.

C.PROSES KEHAMILAN

Untuk terjadi suatu kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi. Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen-mikrofilamen fimbria infundibulum tuba kearah ostium tuba abdominalis, dan disalurkan terus kearah medial. Kemudian jutaan spermatozoa ditumpahkan diforniks vagina dan disekitar porsio pada waktu koitus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat terus ke kavum uteri dan tuba, dan hanya beberapa ratus spermatozoa dapat sampai ke bagian ampula tuba dimana spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah siap untuk dibuahi, dan hanya satu spermatozoa yang mempunyai kemampuan (kapasitasi) untuk membuahi. Pada spermatozoa ditemukan peningkatan konsentrasi DNA dinukleus, dan kaputnya lebih mudah menembus dinding ovum oleh karena diduga dapat melepaskan hialuronidase (Sarwono, 2008).

Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan spermatozoa yang biasanya berlangsung diampula tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetik. Hanya satu spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi membran sel ovum. Untuk mencapai ovum, sperma harus melewati korona radiata (lapisan sel diluar ovum) dan zona pelusida (suatu bentuk glikoprotein ekstraselular), yaitu lapisan yang menutupi dan mencegah ovum mengalami fertilisasi lebih dari satu spermatozoa. Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus kehilangan membran nukleusnya, yang tinggal hanya pronukleusnya, sedangkan ekor spermatozoa dan mitokondrianya berdegenerasi. Itulah

sebabnya seluruh mitokondria pada manusia berasal dari ibu (maternal). Masuknya spermatozoa kedalam vitelus membangkitkan nukleus ovum yang masih dalam metafase untuk proses pembelahan selanjutnya (pembelahan mieosis kedua) sesudah anafase kemudian timbul telofase dan benda kutub (polar body) kedua menuju ruang perivitelina. Ovum sekarang hanya mempunyai pronukleus yang haploid. Pronukleus spermatozoa juga telah mengandung jumlah kromosom yang haploid (Sarwono, 2008).

Kedua pronukleus saling mendekati dan bersatu membentuk zigot yang terdiri atas bahan genetik dari perempuan dan laki-laki. Pada manusia terdapat 46 kromosom, ialah 44 kromosom otosom dan 2 kromosom kelamin; pada seorang laki-laki satu X dan satu Y. sesudah pembelahan kematangan, maka ovum matang mempunyai 22 kromosom otosom serta 1 kromosom X. Zigot sebagai hasil pembuahan yang memiliki 44 kromosom otosom serta 2 kromosom X akan tumbuh sebagai janin perempuan, sedangkan yang memiliki 44 kromosom otosom serta 1 kromosom X dan 1 kromosom Y akan tumbuh sebagai janin laki-laki.

Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Hal ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Segera setelah pembelahan ini terjadi, pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan dengan lancar, dan selama tiga hari terbentuk suatu kelompok sel yang sama besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Energi untuk pembelahan ini diperoleh dari vitelus, sehingga volume vitelus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demikian, zona pelisida tetap utuh, atau dengan kata lain, besarnya hasil konsepsi tetap utuh. Dalam ukuran yang sama ini hasil konsepsi disalurkan terus ke pars ismika dan pars interstisial tuba (bagia-bagian tuba yang sempit) dan terus disalurkan kearah kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba.

Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula yang disebut blastokista, suatu bentuk yang dibagian luarnya adalah trofoblas dan dibagian dalamnya disebut massa inner cell ini berkembang menjadi janin dan trofoblas akan berkembang menjadi plasenta. Dengan demikian, blastokista diselubungi oleh suatu simpai yang disebut

trofoblas. Trofoblas ini sangat kritis untuk keberhasilan kehamilan terkait dengan keberhasilan nidasi (implantasi), produksi hormon kehamilan, proteksi imunitas bagi janin, peningkatan aliran darah maternal ke dalam plasenta, dan kelahiran bayi. Sejak tropoblas terbentuk, produksi hormon human chorionic gonadotropin (hCG) dimulai, suatu hormon yang memastikan bahwa endometrium akan menerima (resesif) dalam proses implantasi embrio (Sarwono, 2008).

Setelah proses implantasi selesai, maka pada tahap selanjutnya akan terbentuk amnion dan cairan amnion. Amnion pada kehamilan aterm berupa sebuah membran yang kuat dan ulet tetapi lentur. Amnion adalah membran janin paling dalam dan berdampingan dengan cairan amnion. Amnion manusia pertama kali dapat diidentifikasi sekitar hari ke-7 atau ke-8 perkembangan mudigah. Secara jelas telah diketahui bahwa amnion tidak sekedar membran avaskular yang berfungsi menampung cairan amnion. Membran ini aktif secara metabolis, terlihat dalam transpor air dan zat terlarut untuk mempertahankan homeostatis cairan amnion, dan menghasilkan berbagai senyawa bioaktif menarik, termasuk peptida vasoaktif, faktor pertumbuhan dan sitoin (Cunningham, 2006).

Pada awal kehamilan, cairan amnion adalah suatu ultrafiltrat plasma ibu. Pada awal trimester kedua, cairan ini terutama terdiri dari cairan ekstrasel yang berdifusi melalui kulit janin sehingga mencerminkan komposisi plasma janin. Volume cairan amnion pada setiap minggu gestasi cukup berbeda-beda. Secara umum, volume cairan meningkat 10 ml perminggu pada minggu ke-8 dan meningkat sampai 60 ml perminggu pada minggu ke-21, dan kemudian berkurang secara bertahap hingga kembali ke kondisi mantap pada minggu ke33. Dengan demikian, volume cairan biasanya meningkat dari 50 ml pada minggu ke-12 menjadi 400 ml pada pertengahan kehamilan dan 1000 ml pada kehamilan aterm (Cunningham, 2006).

Cairan yang normalnya jernih dan menumpuk di dalam rongga amnion ini akan meningkat jumlahnya seiring dengan perkembangan kehamilan sampai menjelang aterm, saat terjadi penurunan volume cairan amnion pada banyak kehamilan normal. Cairan amnion ini berfungsi sebagai bantalan bagi janin, yang kemungkinan perkembangan sistem

muskuloskletal dan melindungi pertahanan suhu dan memiliki fungsi nutrisi yang minimal (Cunningham, 2006).

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, I.M. 2004. Keperawatan Maternitas. Alih Bahasa Maria A. Wijaya Rini.Edisi 4.Jakarta : EGC. Clayton, S.G. 2008.Menstruation. Encyclopædia Britannica, Inc. Ganong. Kim E. Barrett, Susan M. Barman. 2015. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi 24). Scott Boitano:Heddwen L. Brooks. Junquiera, C. L, dan Carneiro, J. 2007. Histologi Dasar Edisi Ke10. Jakarta, EGC:

Proverawati A., & Misaroh S. 2009. Menarche: Menstruasi pertama penuh makna.. Yogyakarta: Nuha Medika. Solomon E.P., Berg L.R., Martin D.W. 2002. Biology.6th ed, USA. Suzanne, C. S. 2001. Keperawatan medikal bedah, edisi 8.. Jakarta :EGC Yatim, W. 2001. Reproduksi dan Embryologi. Bandung: Tarsito

MATERNITAS

“ANATOMI DAN FISIOLOGI REPRODUKSI, PROSES KEHAMILAN & PROSES MENSTRUASI”

Dosen Pembimbing :

Disusun oleh: Nama: INTAN PUTRI ANDRIANI Nim : P05120217008

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKKES KEMENKES BENGKULU PRODI DIII KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2017/2018

Related Documents


More Documents from ""