Anatomi 1 Revisi.docx

  • Uploaded by: Hastya Andini
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Anatomi 1 Revisi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,873
  • Pages: 14
Ⅰ. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaian besar wilayah Indonesia berupa perairan, sehingga banyak berbagai macam hewan perairan. Salah satunya

adalah ikan, ikan merupakan

organisme akuatik yang memiliki organ yang kompleks dan terdiri atas beberapa sistem organ yang saling bekerja sama melakukan aktivitas hidup. Organ dalam sitem organ tersebut memiliki fungsi berbeda, bernafas dengan menggunakan insang yang ada di kanan – kiri bagian kepala, tetapi juga beberapa jenis ikan yang bernafas menggunakan paru – paru. Ikan ditempatkan pada phylum Chordata karena mempunyai tulang belakang (vertebrae) dalam perkembangan hidupnya (Jasin, 1989). Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia juga termasuk anggota vertebrata poikilotemik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernafas dengan insang. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan, biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lampreydan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya ikan bertulang keras kelas Osteichthyes). Ikan juga mempunyai peredaran darah tunggal, pada peredaran ini darah beredar hanya satu kali melalui jantung. Jenis ikan dapat dibagi dalam dua bagian besar, yaitu ikan bertulang rawan dan ikan bertulang keras. Ikan dapat hidup di berbagai perairan bergantung jenis ikannya, terdapat ikan yang hidup di air laut, dan ikan yang dapat hidup di air tawar. Ikan berkembang biak secara ovipar. Ikan dalam berbagai bahasa dapat disebut iwak. Ikan juga merupakan organisme akuatik yang memiliki organ yang kompleks dan terdiri atas beberapa sistem organ yang saling bekerja sama melakukan aktivitas hidup (Jasin, 1989). Secara garis besar ikan yang terdapat di alam terbagi atas dua gruop yaitu Agnatha (ikan yang tidak memiliki rahang) dan Gnathostomata (ikan yang memilki rahang). Kedua group ikan tersebut dikelompokkan kedalam tiga kelas yaitu Kelas Cephalaspidomophi, Chondrochthyes, dan Osteichthyes. Menurut Radiopoetro (1977), menyatakan bahwa ikan apabila ditinjau dari morfologinya dapat dibagi menjadi tujuh bagian yaitu bentuk tubuh, bentuk mulut, linnea lateralis, sirip, sungut,

sisik, dan ciri-ciri lainnya. Ikan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu kepala (caput), badan (truncus), dan ekor (cauda) (Radiopoetro, 1977). Ikan peres (Osteochilus vittatus) adalah salah satu ikan air tawar yang hidup dan tersebar luas di perairan Aceh. Ikan ini juga hidup perairan Danau Laut Tawar dan Sungai Peusangan, Aceh Tengah. Peres merupakan nama sebutan dalam Bahasa Gayo, sedangkan masyarakat Aceh menyebut dengan ikan seurukan, dan masyarakat Indonesia umumnya menyebutnya nilem. Ikan ini memiliki potensi untuk dijadikan salah satu target ikan budidaya air tawar . Ikan peres merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang bernilai ekonomis tinggi dan disukai oleh masyarakat (Faziel, 2017). Ikan nilem (Osteochilus vittatus) hidup dilingkungan perairan tawar. Ikan ini memiliki bentuk tubuh serupa dengan ikan mas, bedanya kepala ikan nilem relatif lebih kecil. Pada sudut-sudut mulutnya terdapat dua pasang sungut peraba. Warna tubuhnya hjau abu-abu. Sirip punggung memiliki 3 jari-jari keras dan 12-18 jari-jari lunak. Sirip ekor berbentuk cagak dan simetris. Sirip dubur disokong oleh 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Sirip perut disokong oleh 1 jari-jari keras dan 8 jari-jari lunak. Jumlah sisik pada gurat sisi ada 33-36 keping. Dekat sudut rahang atas ada 2 pasang sungut peraba. Ikan ini terdapat di Jawa, Sumatera dan Kalimantan, serta pada negara lain seperti Malaysia dan Thailand. Ikan nilem dapat dipelihara pada daerah dengan ketiggian 150-800 mdpl (Sumantadinata, 1981). Lele dumbo merupakan hasil kawin silang antara betina lele Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan pejantan Clarias mossambicus (dengan nama sinonim Clarias gariepinus) yang berasal dari Afrika dan pertumbuhannya begitu cepat (Hernowo dalam Rosalina 2014). Ikan lele (Clarias gariepinus) adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Ikan ini memiliki permukaan tubuh yang licin, tidak bersisik, agak pipih memanjang, kepalanya keras dibagian atas, dengan mata yang kecil dan mulut yang lebar yang terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba (barbels) yang amat berguna untuk bergerak di air yang gelap. Lele juga memiliki alat pernafasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya. Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecual lele laut yang tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda (Ariidae). Habitatnya di sungai dengan arus air perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele dapat hidup pada air yang tercemar, misalnya di got-got dan selokan pembuangan. Pada ikan lele terdapat patil yang beracun (Suyanto, 1991).

Penggunaan ikan nilem (Osteochilus vittatus) dan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) sebagai preparat dalam praktikum ini untuk mewakili kelas pisces karena populasi ikan nilem dan ikan lele yang besar sehingga kedua spesies ikan ini mudah untuk didapat. Selain itu, harga yang cukup terjangkau untuk membeli preparat ini (Jasin, 1989). B. Tujuan Tujuan praktikum Anatomi ikan nilem (Osteochilus vittatus) dan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) untuk mengetahui morfologi dan anatomi ikan nilem (Osteochilus vittatus) dan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus).

Ⅱ. MATERI DAN CARA KERJA A. Materi Bahan yang digunakan dalam pratikum kali ini adalah ikan nilem (Osteochilus vittatus), ikan lele dumbo (Clarias gariepinus), air keran dan tissue. Alat yang diguakan dalam praktikum kali ini adalah pinset, gunting bedah, pisau, jarum penusuk, dan baki preparat. B. Cara Kerja Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Ikan dimatikan dengan jarum penusuk dengan dihancurkan otaknya. 2. Ikan dibedah dimulai dari lubang porus, kearah anterior sepanjang medioventral tubuh kearah depan sirip dada (dilakukan dengan hati-hati sehingga tidak mengenai organ-organ yang ada didalamnya). 3. Bagian yang telah dibedah dibuka dengan pinset sehingga terlihat bagian belahan daging atas. 4. Pengguntingan dilakukan dari porus urogenitalis ke arah tubuh bagian dorsal yang diteruskan ke arah anterior hingga ke tutup insang. 5. Penggutingan pada bagian kepala dilakukan pada tutup insang bagian dorsal dan ventral sampai ke ujung moncong pada pengguntingan di bagian sebelah ventral dari insang pengguntingan pada bagian ini harus diperhatikan, karena pada bagian ventral dari insang terdapat jantung, sehingga pengguntingan harus dilakukan dengan hati-hati. Langkah yang dilakukan adalah dengan merentangkan saluran pencernaan (intestine) dengan hati-hati, sedikit demi sedikit ke luar tubuh dan jangan sampai putus kemudian dikenali organorgannya. Bagian-bagian dari insang dipelajari dengan cara membuat potongan melintang pada insang. 6. Terakhir pemotongan melintang di bagian ekor dengan pengamatan pada bagian otot-otot dan tulang-tulang penyusun.

B. Pembahasan Klasifikasi ikan nilem (Osteochilus vittatus) menurut Jasin (1989), adalah sebagai berikut: Phylum

: Chordata

Subphylum

: Vertebrata

Clasiss

: Pisces

Subclasiss

: Teleostei

Ordo

: Ostariopshy

Subordo

: Cyprinoideae

Familia

: Cyprinidae

Genus

: Osteochilus

Spesies

: Osteochilus vittatus

Hasil pengamatan ikan nilem (Osteochilus vittatus), didapatkan bahwa tubuh ikan nilem (Osteochilus vittatus) dibagi menjadi tiga bagian yaitu kepala (caput), badan (truncus), dan ekor (cauda) dimana tidak ada batas nyata antara caput dan trunchus. Bagian kepala ikan terdapat cavum oris dan organon visus. Cavum oris atau mulut berfungsi untuk memasukkan air pada saat melakukan pernafasan. Organon visus atau mata pada ikan ini dilapisi oleh selaput yang sangat tipis yang berguna untuki mencegah masuknya air pada saat berenang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Radiopoetro (1977), bahwa tubuh ikan terdiri atas caput, trunchus dan cauda. Bagian caput dibatasi dari

moncong sampai dengan batas tutup insang,

sedangkan bagian trunchus mulai dari belakang tutup insang sampai dengan porus urogenitalis, dan bagian cauda dibatasi dar porus urogenitalis sampai dengan ujung sirip ekor. Bagian luar Truncus Osteochilus vittatus terdapat linea lateralis (gurat sisi), porus urogenitalis, pinnae dorsalis (sirip punggung), pinna pectoralis (sirip dada), pinna abdominalis (sirip perut), dan pinnae analis (sirip dubur). Linea lateralis berfungsi sebagai indera keenam untuk mengetahui besar arus dalam air. Porus urogenitalis merupakan lubang pengeluaran yang merupakan gabungan dari sistem eksresi (berupa urine) dengan sistem genitalia (reproduksi). Tempat bermuaranya dua system tersebut dinamakan sinus urogenitalis. Sirip pada Osteochilus vittatus ada yang sepasang dan ada yang tunggal. Sirip yang sepasang dinamakan pinna, sedangkan jika tunggal dinamakan pinnae. Fungsi sirip secara umum adalah untuk mempermudah ikan berenang dalam air dan menjaga keseimbangan serta kecepatan

ikan bergerak di dalam air. Bagian cauda yang dapat teramati, antara lain pinnae dorsalis dan rangka ekor Ikan Nilem yaitu urostyle, hyporalia, taju haemal, taju neural, centrum vertebrae (Radiopoetro, 1977). Menurut Kimball (1991), Ikan nilem mempunyai gelembung renang (Vesica metatoria) yang berfungsi sebagai alat keseimbangan naik turun dalam air. Ginjal (Ren) sebagai tempat penyimpanan urin. Usus (intestine) sebagai saluran pencernaan, tempat penyerapan sari-sari makanan. Ureter untuk menyalurkan urin (air seni) dari ginjal ke vesica urinaria. Menurut Djuhanda (1981), lengkung insang pada ikan nilem berupa tulang rawan yang sedikit membulat dan merupakan tempat melekatnya fliamen-filamen insang. Arteri branchialis dan arter epibranchialis terdapat pada lengkung insang di bagian basal pada kedua filamen pada bagian basalnya. Tapis insang berupa sepasang deretan batang-batang rawan yang endek dan sedikit bergerigi, melenjat pada bagian depan dari lengkung insang. Ikan nilem memiliki gelmbung renang untuk menjaga keseimbangan di dalam air. Sirip adalah suatu perluasan integument (pembungkus tubuh) yang tipis yang disokong oleh jari-jari sirip. Fungsi sirip adalah untuk mempertahankan kesetimbangan dalam air dan untuk berenang. Sirip-sirip pada ikan umumnya ada yang berpasangan dan ada yang tidak. Sirip punggung (dorsal fin), sirip ekor (caudal fin), dan sirip dubur (anal fin) disebut sirip tunggal atau sirip tidak berpasangan. Sirip dada (pectoral fin) dan sirip perut (abdominal fin) disebut sirip berpasangan (Jasin, 1989). Ikan nilem jantan dan ikan nilem betina dapat dibedakan dengan cara memijit bagian perut ke arah anus. Ikan jantan akan mengeluarkan cairan putih susu dari lubang genitalnya. Induk betina yang sudah matang telurnya dicirikan dengan perut yang relatif besar dan lunak bila diraba (Sumantadinata, 1981). Pembedahan (Disectio) pada ikan nilem diawali dengan mematikan ikan dengan menusuk bagian otaknya dengan menggunakan jarum. Setelah ikan dipastikan sudah mati, ikan dibedah dimulai dari lubang porus, kearah anterior sepanjang medio-ventral tubuh kearah depan sirip dada (dilakukan dengan hati-hati sehingga tidak mengenai organ-organ yang ada didalamnya). Kemudian bagian yang telah dibedah dibuka dengan pinset sehingga terlihat bagian belahan daging atas. Perlu diingat pengguntingan dilakukan dari porus urogenitalis ke arah tubuh bagian dorsal yang diteruskan ke arah anterior hingga ke tutup insang. Penggutingan pada

bagian kepala dilakukan pada tutup insang bagian dorsal dan ventral sampai ke ujung moncong pada pengguntingan di bagian sebelah ventral dari insang pengguntingan pada bagian ini harus diperhatikan, karena pada bagian ventral dari insang terdapat jantung, sehingga pengguntingan harus dilakukan dengan hati-hati. Langkah yang dilakukan adalah dengan merentangkan saluran pencernaan (intestine) dengan hatihati, sedikit demi sedikit ke luar tubuh dan jangan sampai putus kemudian dikenali organ-organnya. Bagian-bagian dari insang dipelajari dengan cara membuat potongan melintang pada insang. Langkah selanjutnya adalah pemotongan melintang di bagian ekor dengan pengamatan pada bagian otot-otot dan tulang-tulang penyusun (Faziel, 2017). Ikan nilem memiliki sistem pencernaan yang dimulai dari cavum oris, esofagus, kantung empedu, ductus pneumaticus dan limfa. Dalam tubuhnya dapat terlihat organ pencernaan yaitu usus yang panjang, hal ini dikarenakan ikan ini termasuk tipe herbivora. Kantung emedu (vesica felea) yang terletak pada usus bagian depan, berupa kantung hijau kebiru-biruan. Kantung empedu ini berhubungan dengan usus melalui ductus choledochus, lalu saluran akhir pencernaan yaitu anus atau porus urogenitalis, hal ini sesuai dengan yang diugkapkan oleh Radiopoetra (1977). Menurut Hildebrand (1995) ikan nilem memiliki organ-organ pencernaan berupa intestine, hepar dan vesica felea. Lien dan vesica felea terdapat disebelah dalam intestine, dan akan tampak setelah intestine direntangkan. Ductus choledochus merupakan saluran pada empedu yang menghubungkan kantung empedu dengan usus melalui saluran empedu pendek. Sistem pencernaan pada ikan dimulai dari oesophagus yang sangat pendek, karena hampir ronga mulut langsung menuju ke lambung atau intestine ventriculus melengkung seperti huruf U, dan dibedakan menjadi 2 yaitu pars cardiaca yang lebar dan pars pylorica yang sempit, sangat berliku dan hampir memenuhi rongga perut, dan bermuara ke anus. Hepar terdiri atas dua lobi, vesca fellea dari hepar menuju ductus hepaicus kemudian bersatu dengan ductus cyticus menjadi ductus choledochus yang bermuara ke duodenum. Adapun yang dihubungkan dengan peritoneum ke tundus ventriculli (Radiopoetro, 1991). Ikan Nilem (Osteochilus vittatus ) mempunyai hati dan pankreas yang sulit dibedakan sehingga disebut hepatopankreas. Ginjal yang gilik yang terletak antara vesica pneumatica dengan tulang vertebrae. Cairan yang mengandung sisa-sisa

persenyawaan nitrogen dan hidrogen diambil dari darah dalam ginjal akan ditampung ke dalam vesica urinaria melalui ureter (Jasin, 1989). Sistem pernapasan dilakukan oleh insang yang terdapat dalam 4 pasang kantong insang yang terletak disebelah pharynk di bawah operculum. Waktu bernapas operculum menutup melekat pada dinding tubuh, arcus branchialis mengembang ke arah lateral. Air masuk melalui mulut kemudian kelep mulut menutup, sedangkan arcus branchialis berkontraksi, dengan demikian operculum terangkat terbuka. Air mengalir keluar filamen sehingga darah mengambil oksigen dan mengeluarkan karbondioksida (Jasin, 1989). Hildebrand (1995), menyatakan sistem ekskresi ikan yaitu sepanjang ginjal (ren) yang memanjang sepanjang dinding dorsal abdomen, kanan kiri dari linea mediana. Ureter iala saluran yang keluar dari ren. Pada suatu tempat ia membesar dan membentuk vesca urinaria. Ureter bermuara kedalam sinus urogenitalis. Sinus urogenitalis bermuara keluar melalui porus urogenitalis yang terdapat caudal anus, cranial dari pangkal pinnae analis. Hal ini sama dengan ikan nilem yaitu memiliki organ ren (ginjal) beserta ureter yang berperan menyalurkan urine dari ginjal ke kantung urine, vesica urinaria yang berupa kantung pelebaran dari muara kedua ureter dan porus urogenitalis yang akan mengeluarkan sisa metabolisme ke luar tubuh. Organ reproduksi pada Ikan Nilem ini terdiri dari gonad dengan saluran kelenjar asesorisnya. Ada dua macam gonad, yaitu gonad yang menghasilkan sel kelamin betina (ovum) yang disebut ovarium dan gonad yang menghasilkan sel kelamin jantan (spermatozoa) yang disebut dengan testis. Ovarium terdapat dalam hewan

betina

yang

ditambatkan

oleh

mesentrium

khusus

pada

dinding

tubuh (mesovarium). Ovarium selain sebagai gonad, juga sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Testis terdapat pada hewan jantan. Letak testis pada vertebrata rendah tersimpan dalam rongga perut dengan ditambatkan ke dinding tubuh oleh mesentrium khusus (mesorchium). Testis pada vertebrata tingkat tinggi terletak diluar rongga perut, tersimpan dalam bangunan khusus yang disebut skrotum. Testis selain sebagai gonad juga sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon testosteron (Radiopoetro, 1991). Ovarium tersusun dari jaringan ikat fibrosa sebagai membrana basalis yang di sebelah dalamnya terdapat banyak sarang-sarang telur yang berisi sel gamet primordial (oogonia atau oosit) dan dibagikan tengahnya berisi jaringan ikat stroma.

Umumnya setiap individu mempunyai sepasang ovarium yang secara simetris berada pada sisi kanan dan kiri tubuh. Oogonia atau oosit terkandung di dalam sarang telur dan masing-masing terbungkus oleh selapis sel granulosa disebut sel folikel. Testis sebagai organ kelamin jantan berupa organ yang jumlahnya sepasang dan dilengkapi dengan saluran spermatozoa dan organ asesoria. Saluran testis pada vertebrata tinggi dan rendah berhubungan langsung dengan testisnya. Sel-sel yang berkembang menjadi gamet berada di bagian medulla sehingga gamet-gamet yang diproduksi akan terkumpul di dalam lumen tubulus dan kemudian disalurkan ke saluran-saluran dari tubulus atau testis yang kemudian bergabung menjadi epididmis. Ikan Nilem jantan dan ikan nilem betina dapat dibedakan setelah ikan masak kelamin. Permukaan luar operkulum (tutup insang) ikan jantan apabila diraba terasa kasar sedangkan ikan betina terasa halus. Ikan jantan apabila diurut perutnya dari operkulum ke papilla genital maka akan keluar cairan seperti santan (milt) sedangkan ikan betina tidak. Perut ikan jantan langsing sedangkan ikan betina membuncit dan lunak. Ikan betina biasanya lebih jinak daripada ikan jantan (Radiopoetro, 1991). Berikut ini klasifikasi Ikan Lele menurut Jasin (1989) sebagai berikut : Regnum

: Animalia

Phyllum

: chordata

SubPhyllum

: Vertebrata

Classis

: Pisces

Ordo

: Ostariophysi

Family

: Claridae

Genus

: Clarias

Spesies

: Clarias gariepinus

Ikan lele (Clarias gariepinus) berdasarkan habitusnya dibagi menjadi 3 bagian, yaitu caput (kepala) dimulai dari moncong hingga batas tutup insang. Truncus (badan) mulai dari belakang tutup insang hingga anus. Cauda (ekor) mulai dari anus hingga ujung sirip ekor. Bagian caput pada ikan ikan lele (Clarias gariepinus) terdapat mulut dengan sepasang sungut yang terdiri dari sungut anterior (barbels superior)dan sepasang sungut bawah (barbels inferior), nostril, rahang atas, rahang bawah. Bagian truncus (badan) ikan lele (Clarias gariepinus) berbentuk memanjang dengan kepala pipih dibawah. Badannya tidak diselubungi dengan sisik melainkan licin pada permukaan tubuhnya dan sedikit berlendir. Ikan lele mempunyai senjata yang sangat ampuh dan berbisa berupa sepasang patil yang

berada pada pectoral fin (sirip dada), selain itu patil juga beguna untuk melompat atau berjalan di atas tanah. Tipe ekor pada ikan lele berbentuk membulat dan agak ramping seperti kipas (Radiopoetro, 1991). Sirip pada ikan lele (Clarias gariepinus) terdiri dari sirip yang sepasang dan sirip tunggal. Sirip yang sepasang dinamakan pinna sedagkan yang tunggal dinamakan pinnae. Macam-macam sirip pada ikan lele antara lain : Pinna pectoralis (sepasang sirip dada), Pinna abdominalis (sepasang sirip perut), Pinnae analis (sirip dubur), Pinnae dorsalis (sirip punggung) dan Pinnae caudalis (sirip ekor) (Radiopoetro, 1991). Organ dalam ikan lele secara umum memiliki perbedaan dengan ikan nilem diantaranya ikan lele tidak memiliki gelembung renang (vesica metatoria) yang merupakan alat keseimbangan naik turun dalam air, hal ini dikarenakan ikan lele lebih sering berada di dasar peraian (lumpur). Jantung ikan lele terletak di bagian ventro caudal insang. Berbeda dengan ikan nilem, ikan lele sudah memiliki lambung yang dapat dibedakan dengan ususnya, hal ini berkaitan dengan makanan ikan lele karena berbeda dengan ikan nilem, ikan lele merupakan carnivora dan hal ini pula mengapa ikan lele memiliki usus yang pendek. Terdapat sepasang hati (hepar) berwarna merah yang terletak menempel pada bagian tulang vertebrae. Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Djuhanda (1981), yang mengatakan bahwa organ bagian dalam lele terdiri dari jantung (cor), lambung, usus, ginja, pankreas, limfa, dan organ genitalia. Ikan lele jantan cenderung memiliki bentuk tubuh yang lebih langsing dibandingkan dengan bentuk tubuh ikan lele betina, tetapi biasanya bagi para pemula merupakan suatu hal yang sulit untuk membedakan melalui bentuk tubuhnya apabila tidak hanya menggunakan satu ekor saja. untuk itu sebaiknya harus ada beberapa ekor ikan lele agar bisa bisa menjadi perbandingan. Ikan lele jantan memiliki bentuk kelamin (urogenital papilla) yang cenderung memanjang atau menonjol kearah belakang terletak pada bagian bawah anus dan memiliki warna yang agak kemerahan sedangkan pada ikan lele betina memiliki bentuk kelamin (urogenital papilla) serupa oval atau menyerupai daun serta terdapat lubang yang agak lebar. dan berwarna agak kemerahan. Apabila dibandingkan dengan lele betina, ikan lele jantan memiliki kepala yang lebih kecil dari ikan lele betina. Gerakan iken lele jantan cenderung lebih lincah dari lele betina . Hal itu disebabkan karena bentuk tubuh ikan lele jantan lebih langsing dan juga bersifat lebih agresif dari ikan lele betina. Apabila

diperhatikan, ikan lele jantan memilikai warna kulit dada yang lebih gelap dibanding dengan lele betina (Efendi, 2015) Pembedahan (Disectio) pada ikan lele diawali dengan mematikan ikan dengan menusuk bagian otaknya dengan menggunakan jarum. Setelah ikan dipastikan sudah mati, ikan dibedah dimulai dari lubang porus, kearah anterior sepanjang medio-ventral tubuh kearah depan sirip dada (dilakukan dengan hati-hati sehingga tidak mengenai organ-organ yang ada didalamnya). Kemudian bagian yang telah dibedah dibuka dengan pinset sehingga terlihat bagian belahan daging atas. Perlu diingat pengguntingan dilakukan dari porus urogenitalis ke arah tubuh bagian dorsal yang diteruskan ke arah anterior hingga ke tutup insang. Penggutingan pada bagian kepala dilakukan pada tutup insang bagian dorsal dan ventral sampai ke ujung moncong pada pengguntingan di bagian sebelah ventral dari insang pengguntingan pada bagian ini harus diperhatikan, karena pada bagian ventral dari insang terdapat jantung, sehingga pengguntingan harus dilakukan dengan hati-hati. Langkah yang dilakukan adalah dengan merentangkan saluran pencernaan (intestine) dengan hatihati, sedikit demi sedikit ke luar tubuh dan jangan sampai putus kemudian dikenali organ-organnya. Bagian-bagian dari insang dipelajari dengan cara membuat potongan melintang pada insang. Langkah selanjutnya adalah pemotongan melintang di bagian ekor dengan pengamatan pada bagian otot-otot dan tulang-tulang penyusun (Faziel, 2017). Sistem pencernan pada ikan lele (Clarias gariepinus) dimulai dari mulut, rongga mulut, faring, oesophagus, lambung, pilrus, usus, rectum dan anus. Struktur anatomi mulut ikan lele erat kaitannya dengan caranya mendapatkan makanan. Sungut terdapat disekitar mulut lele yang berperan sebagai alat peraba atau pendeteksi makanan dan ini terdapat pada ikan yang aktif mencari makan pada malam hari (nokturnal). Rongga mulut pada ikan lele diselaputi oleh sel-sel penghasil lendir yang mempermudah jalannya makanan ke segmen berikutnya. Rongga mulut ikan lele juga terdapat organ pengecap yang berfungsi untuk menyeleksi makanan. Faring pada ikan berfungsi untuk menyaring makanan yang masuk, karena insang mengarah pada faring maka material bukan makanan akan dibuang melalui celah insang (Djuhanda, 1984). Sistem respirasi utama pada ikan lele (Clarias gariepinus) menggunakan insang yang berada di bagian kepala ikan, sedangkan Ikan Lele juga memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut arborescent, organ yang merupakan membran

yang berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah. Alat ini terletak di dalam ruang sebelah atas insang dan mempunyai fungsi untuk mengikat oksigen ketika Ikan Lele berada di tempat yang memiliki konsentrasi air yang sedikit, misalnya pada saat di dalam lumpur (Suyanto, 1991). Organ utama pada sistem ekskresi ikan lele (Clarias gariepinus)adalah ginjal. Urin yang dihasilkan ginjal disalirkan melalui ureter yang berjalan di pinggiran rongga-rongga abdomen sebelah dorsal menuju ke belakang. Ureter yang kiri dan yang kanan bertemu di bagian belakang menjadi kantong urin (vesica urinaria) dan dari urin dikeluarkan melalui uretra yang bermuara di anus (Radiopoetro, 1991). Ikan lele (Clarias gariepinus) memiliki sistem reproduksi berupa gonad. Gonad ikan lele jantan dapat dibedakan dari ciri-cirinya yang memiliki gerigi pada salah satu sisi gonadnya, warna lebih gelap, dan memiliki ukuran gonad lebih kecil daripada betinanya, selain itu ikan lele juga memiliki sebuah organ yang disebut dengan klasper, dimana organ ini memiliki fungsi yang sama persis dengan penis yaitu sebagai organ ovulasi yang terletak di bagian bawah tubuh dekat dengan anus. Gonad betina ikan lele berwarna lebih kuning, terlihat bintik-bintik telur yang terdapat di dalamnya dan kedua bagian sisinyameluas tidak bergerigi (Radiopoetro, 1991).

Ⅳ. KESIMPULAN Berdasarkan tujuan dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Morfologi ikan nilem (Osteochilus vittatus) terdiri dari kepala (caput), badan (truncus), dan ekor (cauda) dan morfologi ikan lele (Clarias gariepinus) terdiri dari kepala (caput), badan (truncus), dan ekor (cauda). 2. Anatomi ikan nilem (Osteochilus vittatus) meliputi, Anatomi viscera in-situ ikan nilem terdiri darimoncong, organon visus, tapis insang, cor, ponephros, mesonephros, gonad, vesca metatoria, intensine, hepatopancreas, anus, porus urogentalis. Anatomi viscera in-situ diurai ikan nilem terdiri dari vena hepatica, ductus cuveri, sinus venosus, antrium, ventricle, intestine, vesica felea, ductus pneumaticus, hepatopancreas, bulus arteriosis, insang, arteri branchialis, ponephros, mesorephros, ureter, esofagus, gonad, ductus spermatus, porus urogenitalis, vesica metatoria dan anus. Anatomi sirip ikan nilem terdiri dari garis sirkuler dan garis radier. Anatomi penampang melintang otot ikan nilem terdiri dari taju neuralis, septum transversalis, archus neuralis, septum horizontal, otot hypaxial, taju haemalis, archus haemalis, vetebrae dan otot epaxial. Anatomi insang ikan nilem terdiri dari filamen insang, setrum branchialis, epibranchialis, branchialis, arcus dan tapis insang. Anatomi tulang ekor ikan nilem terdiri dari taju neuralis, vertebrae, taju haemalis, urostyle dan hyporalia. Anatomi ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) meliputi, Anatomi insang ikan lele terdiri dari arborecent dan insang. Anatomi viscera in-situ ikan lele terdiri dari esofagus, hepar, cor, gastrum, pylorus, intestine, gonad, ren, anus, porus orugenitalis dan clasper.

DAFTAR PUSTAKA Djuanda, T. 1984. Analisa Struktur Vertebratae Jilid I. Bandung: Americo. Djuanda, T. 1981. Anatomi dari Empat Spesies Hewan Vertebra. Bandung: Americo. Efendi, M., Sitamggang, M. 2015. Lele Organik Hemat Pakan. Jakarta: AgroMedia. Faziel, M., Yulvizar, C., Hasri, I. 2017. Pengaruh Suplemen dan Probiotik Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Peres ( Osteochilus vittatus). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah Volume 2, Nomor 1: 158-168. Hildebrand, M. 1995. Analysis of Vertebrate Structure. New York: John Willey and Sons, Inc. Jasin. 1989. Sistematika Hewan vertebrata dan invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya. Kimball, J.W. 1991. Biologi Jilid II. Jakarta: Erlangga. Radiopoetro. 1997. Zoologi. Jakarta: Erlangga. Rosalina, D. 2014. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal di Desa Namang Kabupaten Bangka Tengah. Maspari Journal Volume 6, Nomor 1 : 20-24. Sumantadinata, K. 1981. Pengembangan Ikan-Ikan Peliharaan Di Indonesia. Jakarta: Sastra Hudaya. Suyanto, SR. 1991. Budidaya Ikan Lele. Jakarta: Penebar Swadaya.

Related Documents

Anatomi
June 2020 30
Anatomi 1 Revisi.docx
July 2020 8
Anatomi 1.docx
December 2019 7
Anatomi Fisiologi(1).docx
November 2019 26

More Documents from "nndls"