Analisis_pengendalian_kualitas_bahan_bak.doc

  • Uploaded by: Doah Didong
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Analisis_pengendalian_kualitas_bahan_bak.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 10,685
  • Pages: 56
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah Hutabarat (2003) menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara agraris yang kaya sumberdaya alamnya.

Sumberdaya alam yang luas, semakin

mendukung penduduk Indonesia untuk memanfaatkan sumberdaya alam yang ada dengan berbagai kegiatan dalam bidang pertanian. Di Indonesia, pertanian terbagi menjadi beberapa subsektor antara lain subsektor tanaman pangan, subsektor tanaman perkebunan dan subsektor hortikultura. Subsektor hortikultura sama dengan subsektor pertanian yang lain, yakni subsektor yang sangat perlu dibudidayakan, karena setiap tahunnya jumlah permintaan buah dan sayuran di Indonesia cenderung mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Buah dan sayuran banyak mengandung serat dan vitamin yang diperlukan oleh tubuh. Buah dan sayuran dapat ditemui dengan mudah di pasar tradisional, pasar modern dan pada penjual buah dan sayur keliling. Buah lebih disukai dibandingkan dengan sayuran, karena buah memiliki rasa yang manis, sedikit rasa asam dan dapat langsung dikonsumsi dalam kondisi segar. Salah satu buah yang memiliki rasa manis, sedikit asam dan dapat langsung dikonsumsi dalam kondisi segar adalah buah nanas. Buah yang dapat hidup di musim panas dan musim penghujan ini, lezat dikonsumsi langsung, dibuat menjadi jus atau dijadikan sebagai campuran salad.

Buah nanas perlu dikonsumsi secara rutin karena

mengandung vitamin C, mineral, bromelain dan mangan untuk menjaga kesehatan

2

tulang. Produksi dan konsumsi buah nanas tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Produksi dan konsumsi buah nanas tahun 2008-2012 Produksi Konsumsi Tahun Ton Pertumbuhan (%) Ton Pertumbuhan (%) 2008

1,433,133

-

66,383

-

2009 1,558,196 0.09 67,412 0.02 2010 1,408,445 (0.10) 68,438 0.02 2011 1,540,626 0.09 69,463 0.01 2012 1,749,814 (1.00) 70,489 0.01 Jumlah 7,690,214 342,185 Rata-rata 1,538,043 0.23 68,437 0,02 Sumber: BPS dan Direktorat Jenderal Hortikultura, 2013 (Data Diolah) Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah produksi buah nanas di Indonesia selama lima tahun terakhir meningkat sebesar 0,23% sehingga terjadi peningkatan konsumsi buah nanas sebesar 0,02%.

Jumlah produksi buah nanas terus

mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir karena buah nanas merupakan buah yang dapat dengan mudah hidup di musim panas dan musim penghujan, sehingga kegiatan budidaya tetap dapat berjalan dengan lancar meskipun cuaca tidak stabil. Jumlah konsumsi buah nanas terus mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir karena jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan sebesar 1,5% setiap tahunnya.

Jumlah konsumsi buah nanas tersebut masih

rendah dibandingkan dengan jumlah produksi buah nanas dalam lima tahun terakhir, hal ini karena masih sedikit masyarakat Indonesia yang menyukai nanas segar untuk dikonsumsi langsung serta dipengaruhi rendahnya pengetahuan penduduk Indonesia akan pentingnya mengkonsumsi buah nanas. Badan Pusat Statistik (BPS) dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2013) menyatakan bahwa nilai (US$) ekspor buah nanas terus menurun selama lima

3

tahun terakhir. Hal ini ditunjukkan dengan nilai (US$) ekspor buah nanas tahun 2008 sebesar 204.552.168 dan nilai (US$) ekspor buah nanas tahun 2012 hanya sebesar 132.015.559, sehingga terjadi penurunan nilai (US$) ekspor buah nanas sebesar

-0,35%. Peningkatan jumlah produksi buah nanas tidak diiringi dengan

peningkatan permintaan buah nanas baik permintaan buah nanas di dalam negeri maupun di luar negeri, sehingga menyebabkan jumlah penawaran buah nanas lebih besar dibandingkan dengan jumlah permintaannya. Jumlah ekspor buah nanas yang rendah menyebabkan kelebihan penawaran buah nanas di Indonesia, sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan jumlah permintaan ekspor terhadap buah nanas di Indonesia.

Salah satu cara untuk

meningkatkan jumlah permintaan ekspor buah nanas adalah menghasilkan produk olahan buah nanas.

Salah satu perusahaan agribisnis di Indonesia yang

menghasilkan produk olahan buah nanas adalah PT Great Giant Pineapple. Jumlah penjualan nanas kaleng PT Great Giant Pineapple tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah penjualan nanas kaleng PT Great Giant Pineapple tahun 2008-2012 Jumlah Penjualan Tahun Penjualan (kaleng) Pertumbuhan (%) 2008 957.255.840 2009 929.361.360 (2.91) 2010 1.052.505.960 13.25 2011 1.177.983.132 11.92 2012 612.890.040 (47.97) Jumlah Rata-Rata 945.999.266 (6.43) Sumber: Departemen Cannery PT Great Giant Pineapple, 2013 Tabel 2 menunjukkan bahwa pada tahun 2012 PT Great Giant Pineapple mengalami penurunan jumlah penjualan sebanyak 47,97%.

Bank Indonesia

(2012) menyatakan bahwa jumlah ekspor bahan pangan menurun seiring dengan

4

menurunnya perekonomian dunia tahun 2012. Kondisi tersebut menyebabkan penjualan nanas kaleng PT Great Giant Pineapple menurun sebesar 6,43% selama lima tahun terakhir. PT Great Giant Pineapple membutuhkan 65.000 ton nanas segar pada tahun 2012 untuk diolah menjadi nanas slice sebesar 25.350 ton dan sebanyak 39.650 ton diolah menjadi nanas chunk (potongan besar) dan nanas tidbit (potongan kecil). PT Great Giant Pineapple telah mengekspor nanas ke lebih dari 50 negara dengan data yang dapat berubah setiap tahunnya. PT Great Giant Pineapple mampu memasok lebih dari 15% total kebutuhan nanas dunia, 40% di antaranya ke Eropa, 35% ke Amerika Utara dan 25% lainnya ke Asia Pasifik (Tim Penulis Gema Lampung, 2013). PT Great Giant Pineapple sebagai produsen yang menghasilkan produk ekspor, selalu berupaya agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas terbaik. Cara yang dilakukan untuk menghasilkan produk yang berkualitas adalah dengan melakukan pengendalian kualitas secara berkelanjutan pada masing-masing proses mulai dari penerimaan nanas segar dari kebun sampai pada tahap pemberian label nanas kaleng. Pengendalian kualitas pada masing-masing proses tersebut semakin mempermudah perusahaan untuk melakukan pengontrolan bila terdapat cacat produk, sehingga konsumen benar-benar memperoleh produk yang berkualitas. Pengendalian kualitas yang dilakukan PT Great Giant Pineapple dalam proses pengalengan nanas adalah pengendalian kualitas bahan baku (Quality Control Raw Material), pengendalian kualitas pengalengan produk (Quality Control Inplan Cannery), pengendalian kualitas pemanasan dan pendinginan produk (Quality Control Cook Room) dan pengendalian kualitas produk akhir (Quality

5

Control Final Product). Pengendalian kualitas bahan baku (Quality Control Raw Material) merupakan pengendalian kualitas yang dilakukan diawal proses sebelum nanas segar masuk ke line preparasi (area proses) untuk melalui proses pengolahan lebih lanjut.

Salah satu faktor

yang perlu diperhatikan dalam

pengendalian kualitas bahan baku adalah tingkat kerusakan bahan baku nanas segar.

Cara menentukan tingkat kerusakan bahan baku nanas segar adalah

menentukan batas kendali dari cacat produk yang dihasilkan. Selanjutnya dilakukan analisis pengendalian kualitas menggunakan alat bantu statistik berupa checksheet.

Checksheet merupakan alat bantu statistik untuk

mengetahui jenis dan jumlah cacat dengan format tabel yang disusun secara rapi dan terstruktur. Hasil checksheet data pengendalian kualitas bahan baku tersebut akan dikirim ke plantation department untuk memberikan informasi mengenai kualitas fisik buah segar yang sudah dikirim ke pabrik dan sebagai data bahan laporan pengamatan kualitas nanas segar pada pengendalian kualitas pengalengan produk (Quality Control Inplan Cannery). Laporan pengamatan kualitas nanas segar pada pengendalian kualitas pengalengan produk (Quality Control Inplan Cannery) tersebut akan masuk ke data perencanaan produksi dan diolah menjadi laporan produksi harian cannery, sehingga dapat diketahui style produksi dalam bentuk persentase. Selain checksheet, terdapat enam alat bantu statistik yang lain dalam Statistical Quality Control (SQC) antara lain diagram pareto, diagram sebab akibat, histogram, scatter diagram, stratifikasi dan peta kendali. Semua alat bantu statistik memiliki fungsi yang sama yakni untuk mengetahui jenis dan jumlah cacat kemudian menampilkan data hasil dalam bentuk gambar atau grafik yang

6

jelas, sehingga lebih memudahkan dalam membaca dan melakukan pengolahan data lebih lanjut. Peta kendali merupakan alat bantu statistik yang terbagi menjadi dua bagian yakni peta kendali variabel dan peta kendali atribut. Kedua jenis peta kendali tersebut dikelompokkan menjadi beberapa bagian untuk melakukan analisis data secara lebih spesifik berdasarkan jumlah cacat dan jumlah subgroup. Peta kendali C merupakan alat bantu statistik jenis peta kendali atribut. Pengendalian kualitas menggunakan alat bantu statistik berupa peta kendali C bermanfaat sebagai alat untuk memperoleh gambaran tentang produk yang dihasilkan secara populasi umum dengan jumlah pengambilan sampel yang sama. Gambaran yang baik menunjukkan bahwa bahan baku yang digunakan merupakan bahan baku berkualitas sehingga proses produksi harus tetap dilaksanakan untuk menghasilkan produk dengan kualitas terbaik untuk konsumen. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk menulis laporan tugas akhir mengenai “Analisis Pengendalian Kualitas Bahan Baku Proses Pengalengan Nanas Slice PT Great Giant Pineapple”. 1.2 Tujuan Tujuan Laporan Tugas Akhir ini adalah: 1.

Mengidentifikasi proses pengalengan nanas slice PT Great Giant Pineapple

2.

Menganalisis data hasil pelaksanaan pengendalian kualitas bahan baku (Quality Control Raw Material) PT Great Giant Pineapple

3.

Mengidentifikasi faktor penyebab cacat bahan baku pada pengendalian kualitas bahan baku (Quality Control Raw Material) PT Great Giant Pineapple

4.

Menganalisis pengendalian kualitas bahan baku menggunakan peta kendali C

7

1.3 Kerangka Pemikiran Peningkatan jumlah produksi buah nanas dalam lima tahun terakhir tidak diiringi dengan peningkatan permintaan buah nanas, baik permintaan buah nanas di dalam negeri maupun di luar negeri. Hal ini menyebabkan jumlah penawaran buah nanas lebih besar dibandingkan dengan jumlah permintaannya.

Jumlah

ekspor buah nanas masih rendah dan menyebabkan kelebihan penawaran buah di Indonesia, sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan permintaan ekspor terhadap buah nanas di Indonesia.

Salah satu cara untuk meningkatkan

permintaan konsumen terhadap buah nanas dan untuk mengurangi kelebihan jumlah penawaran buah nanas adalah dengan menghasilkan produk olahan nanas dalam bentuk slice (potongan) yang dikemas dalam kaleng. PT Great Giant Pineapple merupakan salah satu perusahaan agribisnis di Indonesia yang menghasilkan produk olahan nanas. PT Great Giant Pineapple memiliki standar kualitas produk yakni kesamaan sifat varietas, tingkat kematangan, kekerasan, ukuran, kerusakan (%), kadar total padatan terlarut serta kontaminasi atau kotoran.

PT Great Giant Pineapple

melakukan empat tahapan pengendalian kualitas dalam menghasilkan nanas slice yang berkualitas, yaitu pengendalian kualitas bahan baku (Quality Control Raw Material), pengendalian kualitas pengalengan produk (Quality Control Inplan cannery), pengendalian kualitas pemanasan dan pendinginan produk (Quality Control Cook Room) dan pengendalian kualitas produk akhir (Quality Control Final Product). Pengendalian kualitas bahan baku (Quality Control Raw Material) merupakan pengendalian kualitas yang dilakukan diawal proses sebelum nanas segar masuk

8

ke line preparasi (area proses) untuk melalui proses pengolahan lebih lanjut. Pengendalian kualitas bahan baku bertujuan untuk menginspeksi cacat penyakit, cacat porositas, cacat memar dan cacat busuk. Pengendalian kualitas bahan baku (Quality Control Raw Material) dilakukan dengan menggunakan metode sampling dan menghitung data hasil kegiatan sampel menggunakan alat bantu statistik berupa checksheet. Hasil checksheet data pengendalian kualitas bahan baku tersebut akan dikirim ke plantation department untuk memberikan informasi mengenai kualitas fisik buah segar yang sudah dikirim ke pabrik dan sebagai data bahan laporan pengamatan kualitas nanas segar pada pengendalian kualitas pengalengan produk (Quality Control Inplan Cannery). Laporan pengamatan kualitas nanas segar pada pengendalian kualitas pengalengan produk (Quality Control Inplan Cannery) tersebut akan masuk ke data perencanaan produksi dan diolah menjadi laporan produksi harian cannery, sehingga dapat diketahui style produksi dalam bentuk persentase. Selain checksheet, terdapat enam alat bantu statistik yang lain dalam Statistical Quality Control (SQC) antara lain diagram pareto, diagram sebab akibat, histogram, scatter diagram, stratifikasi dan peta kendali. Semua alat bantu statistik memiliki fungsi yang sama yakni untuk mengetahui jenis dan jumlah cacat kemudian menampilkan data hasil dalam bentuk gambar atau grafik yang jelas, sehingga lebih memudahkan dalam membaca dan melakukan pengolahan data lebih lanjut. Peta kendali merupakan alat bantu statistik yang terbagi menjadi dua bagian yakni peta kendali variabel dan peta kendali atribut. Kedua jenis peta kendali tersebut dikelompokkan menjadi beberapa bagian untuk melakukan analisis data secara lebih spesifik berdasarkan jumlah cacat dan jumlah subgroup.

9

Peta kendali C merupakan alat bantu statistik jenis peta kendali atribut. Pengendalian kualitas menggunakan alat bantu statistik berupa peta kendali C bermanfaat sebagai alat untuk memperoleh gambaran tentang produk yang dihasilkan secara populasi umum dengan jumlah pengambilan sampel yang sama. Gambaran yang baik menunjukkan bahwa bahan baku yang digunakan merupakan bahan baku berkualitas sehingga proses produksi harus tetap dilaksanakan untuk menghasilkan produk dengan kualitas baik untuk konsumen.

Peta kendali C

merupakan salah satu alat bantu statistik untuk menganalisis jumlah kerusakan yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah produk yang baik. PT Great Giant Pineapple dalam menghasilkan nanas slice yang berkualitas dengan metode pengendalian kualitas yang tepat akan meningkatkan permintaan ekspor nanas kaleng sehingga terjadi peningkatan jumlah penjualan produk di PT Great Giant Pineapple.

Kerangka pemikiran Analisis Pengendalian Kualitas Bahan Baku

Proses Pengalengan Nanas Slice PT Great Giant Pineapple dapat dilihat pada Gambar 1.

10

Penawaran buah nanas lebih besar dibandingkan permintaan buah nanas

Pengolahan nanas untuk mengurangi kelebihan penawaran nanas

PT Great Giant Pineapple

Standar kualitas produk PT GGP yaitu: kesamaan sifat varietas, tingkat kematangan, kekerasan, ukuran, kerusakan (%), kadar total padatan terlarut serta kontminasi atau kotoran.

Nanas slice berkualitas

Pengendalian kualitas PT GGP (Pengendalian kualitas bahan baku, pengalengan produk, pemanasan dan pendinginan produk dan produk akhir.

Peningkatan permintaan ekspor nanas kaleng

Peningkatan Jumlah penjualan produk PT GGP

Pengendalian kualitas bahan baku secara tepat untuk menginspeksi cacat penyakit, porositas, memar dan busuk

Reject (Menjadi Jus)

Not OK

Pengendalian kualitas bahan baku menggunakan metode sampling

OK

Analisis pengendalian kualitas bahan baku menggunakan peta kendali C

Gambar 1. Kerangka pemikiran analisis pengendalian kualitas bahan baku proses pengalengan nanas slice PT Great Giant Pineapple

11

1.4 Kontribusi Kontribusi laporan tugas akhir sebagai berikut: 1.

Bagi PT Great Giant Pineapple diharapkan dapat memberikan salah satu alternatif pemecahan masalah dalam pengendalian kualitas bahan baku.

2.

Bagi Politeknik Negeri Lampung diharapkan dapat dijadikan bahan referensi bagi adik-adik tingkat dalam masa pendidikan di Politeknik Negeri Lampung.

3.

Bagi Pembaca diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai ilmu bidang kajian pengendalian kualitas produk agribisnis.

12

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat dan Karakteristik Buah Nanas (Ananas comosus) Hutabarat (2003) menyatakan bahwa nanas memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Sifat buah nanas sama seperti buah yang lainnya yakni cenderung mudah busuk apabila didiamkan pada suhu tertentu. Buah nanas adalah buah tropis dan subtropis berbentuk bulat panjang, kulit buah bersusun sisik, berbiji mata banyak, berdaun panjang, berserat serta memiliki panjang buah berkisar antara 130-160 cm.

Nanas memiliki nama daerah danas (Sunda) dan neneh

(Sumatera). Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) dan pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nanas ini ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, kemudian masuk ke Indonesia pada abad ke-15, tahun 1599. Rukmana (1996) menyatakan bahwa buah nanas selain dapat dikonsumsi segar juga dapat diolah menjadi berbagai macam makanan atau minuman yakni selai, sirup dan lain-lain. Tanaman buah nanas berbentuk semak dan hidupnya bersifat tahunan. Susunan tubuh dari bagian nanas meliputi akar, batang, daun, bunga, buah dan tunas-tunas. Sistem perakaran buah nanas sebagian tumbuh di dalam tanah dan sebagian menyebar di permukaan tanah. Akar-akar melekat pada pangkal batang dan termasuk ke dalam jenis tanaman akar serabut (monocotlyedonae) serta mempunyai biji berkeping tunggal.

Seluruh bagian

tanaman buah nanas terdapat tunas, yaitu tunas akar, tunas batang, tunas tangkai, tunas dasar buah dan tunas mahkota atau tunas puncak buah. Tunas-tunas tersebut dapat digunakan sebagai bibit tanaman secara vegetatif, yaitu proses reproduksi

13

makhluk hidup secara aseksual atau tanpa adanya peleburan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina. Ada empat jenis atau varietas buah nanas, yaitu Cayenne, Queen, Spanyol dan Abacaxi.

Jenis atau varietas buah nanas yang banyak

ditanam di Indonesia adalah jenis Cayenne dan Queen. Jenis Spanyol banyak dikembangkan dikepulauan India Barat, Meksiko dan Malaysia. Jenis Abacaxi banyak dikembangkan di Brasilia. Buah nanas di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan dan meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara. Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik dan sub tropis. PT Great Giant Pineapple sebagai produsen eksportir nanas kaleng terbesar ketiga di dunia, menjadikan nanas segar sebagai bahan baku utama seluruh kegiatan produksinya. Nanas segar yang dikirim dari kebun ke pabrik selanjutnya akan diolah menjadi nanas kaleng, jus dan salad dengan berbagai bentuk dan ukuran serta mengolah kulit nanas menjadi makanan ternak. PT Great Giant Pineapple menanam buah nanas dengan varietas Cayenne atau biasa disebut dengan nanas si madu atau nanas subang. Rukmana (1996) menyatakan bahwa ciri-ciri buah nanas varietas Cayenne adalah memiliki daun halus, tidak berduri, buah berukuran besar, berbentuk silindris, mata buah sedikit datar atau rata, berwarna hijau kekuning-kuningan dan memiliki rasa yang sedikit asam sehingga sangat cocok untuk dijadikan bahan baku buah kalengan. Hama yang sering menyerang buah nanas varietas Canneye diantaranya adalah ulat penggerek buah, kumbang dan lalat buah. Penyakit yang sering menyerang buah nanas jenis Cayenne diantaranya adalah busuk hati dan busuk akar, busuk pangkal dan busuk buah yang disebabkan oleh adanya hama

14

ulat penggerek buah, kumbang dan lalat buah yang menyerang tanaman buah nanas. Rukmana (1996) menyatakan bahwa hama ulat penggerek disebabkan karena kupu-kupu betina yang meletakkan telurnya pada permukaan buah nanas kemudian menetas menjadi larva. Bentuk larva pada bagian tubuh atas tampak cembung, sedangkan bagian bawahnya datar dan tubuhnya tertutup oleh bulu-bulu halus yang pendek. Larva ini sangat merugikan tanaman nanas karena menyerang buah dengan cara menggerek dan melubangi daging buah, sehingga buah nanas mengalami cacat penyakit. Hama kumbang disebabkan karena serangan kumbang terhadap tanaman nanas yang mengalami luka atau retak, sehingga menyebabkan bagian yang terserang bergetah dan sehingga buah nanas mengalami cacat busuk. Hama lalat buah disebabkan karena terdapat larva yang merusak dan memakan daging buah sehingga buah nanas mengalami cacat porositas. 2.2 Kualitas Feigenbaum (1992) menyatakan bahwa kualitas adalah suatu keputusan yang ditetapkan oleh konsumen. Ada sembilan faktor yang mempengaruhi kualitas, yaitu keadaan pasar, biaya-biaya pemenuhan kualitas, manajemen yang baik dan benar, tenaga kerja manusia yang dapat bekerja dengan baik seiring dengan semakin berkembangnya kemajuan teknologi, motivasi bagi tenaga kerja manusia untuk menghasilkan produk berkualitas, bahan baku yang unggul, mesin dan mekanisasi yang mendukung berjalannya pemrosesan bahan baku, kemajuan teknologi dan standar kualitas produk. Tindakan pengendalian sembilan faktor yang mempengaruhi kualitas tersebut adalah tanggungjawab karyawan proses, karyawan pembuat perencaaan dan metode dalam pemilihan proses, karyawan

15

pemilihan bahan, karyawan laboraturium dan karyawan pemeriksa mekanisme alat dan bahan proses produksi secara keseluruhan. Nasution (2005) menyatakan bahwa produk berkualitas adalah produk yang dihasilkan oleh perusahaan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan oleh perusahaan. Kualitas yang tidak baik adalah apabila produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan spesifikasi standar yang telah ditentukan serta menghasilkan produk rusak.

Perusahaan dalam menentukan spesifikasi produk juga harus

memperhatikan keinginan dari konsumen, karena tanpa memperhatikan hal tersebut produk yang dihasilkan oleh perusahaan tidak akan dapat bersaing dengan perusahaan lain yang lebih memperhatikan kebutuhan konsumen. Kualitas yang baik menurut sudut pandang konsumen adalah jika produk yang dibeli tersebut sesuai dengan keinginan konsumen, memiliki manfaat yang sesuai dengan kebutuhan dan setara dengan pengorbanan yang dikeluarkan oleh konsumen. Kualitas produk yang tidak dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen akan dianggap sebagai produk yang berkualitas tidak baik oleh konsumen. Assauri (1998) menyatakan bahwa pengendalian kualitas merupakan salah satu teknik yang perlu dilakukan mulai dari sebelum proses produksi berjalan, saat proses produksi dan proses produksi berakhir dengan menghasilkan produk akhir. Secara garis besar, pengendalian kualitas adalah suatu tindakan yang terencana yang dilakukan untuk mencapai, mempertahankan dan meningkatkan kualitas suatu produk dan jasa agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat memenuhi kepuasan konsumen.

Tujuan utama pengendalian kualitas adalah

untuk mendapatkan jaminan bahwa kualitas produk atau jasa yang dihasilkan

16

sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan dengan mengeluarkan biaya yang ekonomis atau serendah mungkin.

Pengendalian kualitas tidak dapat

dilepaskan dari standar kualitas produk dan pengendalian produksi, karena pengendalian kualitas merupakan bagian dari pengendalian produksi yang harus sesuai dengan standar kualitas produk. Departemen Cannery PT Great Giant Pineapple menyatakan bahwa standar kualitas produk terdiri dari kesamaan sifat varietas, tingkat kematangan, kekerasan, ukuran, kerusakan (%), kadar total padatan terlarut dan kontaminasi atau kotoran dengan kriteria sebagai berikut: kesamaan sifat varientas: kualitas I=seragam; kualitas II=seragam, tingkat kematangan: kualitas I= tidak terlalu matang dan tidak lunak; kualitas II= sedikit matang dan tidak lunak, kekerasan: kualitas I=keras, kualitas II= lunak, ukuran: kualitas I=seragam; kualitas II=kurang

seragam,

kerusakan

(%):

kualitas

I=maksimum

5;

kualitas

II=maksimum 10, busuk (%): kualitas I=maksimum 1; kualitas II=maksimum 2, kadar total padatan terlarut (%): kualitas I=minimum 12; kualitas II=minimum 12, kontaminasi atau kotoran: kualitas I=bebas kotoran; kualitas II=bebas kotoran. 2.3 Statistical Quality Control (SQC) Feigenbaum (1992) menyatakan bahwa statistik dapat digunakan dalam analisis pengendalian kualitas. Ada empat alat bantu statistik untuk pengendalian kualitas yang dapat digunakan secara terpisah dan dalam suatu bentuk gabungan atau satu kesatuan yang utuh. Empat alat bantu statistik tersebut, yaitu distribusi frekuensi, bagan kendali, tabel pengambilan sampel dan metode khusus. Distribusi frekuensi merupakan sebuah tabel dari seluruh jumlah frekuensi yang muncul dalam pengambilan sampel yang diperiksa, alat bantu statistik ini

17

dipergunakan dalam analisis pengendalian mutu terhadap suatu proses. Bagan kendali merupakan suatu alat bantu statistik dalam bentuk grafik untuk mengetahui proses terkendali atau tidak terkendali. Tabel pengambilan sampel merupakan serangkaian prosedur kegiatan pengendalian kualitas menggunakan alat bantu statistik secara spesifik dengan mencantumkan ukuran sampel dan kriteria penerimaan sampel pada tabel, alat bantu statistik ini dipergunakan untuk menjamin kualitas bahan baku yang sudah diterima oleh perusahaan untuk diproses lebih lanjut. Metode khusus merupakan metode dengan menyertakan teknik-teknik analisis toleransi, kolerasi dan analisis varian, alat bantu statistik ini dipergunakan khusus untuk perencanaan proses dan kendala pelaksanaan proses. Messina (1987) menyatakan bahwa awal mula terbentuknya Statistical Quality Control adalah pada berawal dari laporan yang dirancang oleh Dr. Walter Shewhat pada tanggal 16 Mei 1924 kepada Kepala Departemen Inspeksi, tempat Dr. Walter Shewhat bekerja. Laporan tersebut menunjukkan pengamatan sampel mengenai cacat produk yang dilakukan terhadap suatu produk tergolong terkendali atau tidak terkendali, sehingga menunjukkan kondisi produk yang memuaskan atau tidak memuaskan bagi konsumen. Dajan (1995) menyatakan bahwa metode pengendalian kualitas dilakukan dengan menggunakan alat bantu statistik yang terdapat pada SQC (Statistical Quality Control) merupakan teknik penyelesaian masalah yang digunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola dan memperbaiki produk dan proses menggunakan metode-metode statistik. Pengendalian kualitas mencakup usaha-usaha pengembangan, pemeliharaan, perbaikkan kualitas yang melibatkan berbagai unsur dalam organisasi sehingga memungkinkan pemuasan

18

permintaan langganan dengan produksi dengan pelayanan yang paling ekonomis. Pengendalian kualitas secara statistik dengan menggunakan SQC (Statistical Quality Control) mempunyai tujuh alat statistik utama yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mengendalikan kualitas antara lain checksheet, diagram pareto, histogram, diagram sebab akibat, scatter diagram, stratifikasi dan control chart atau peta kendali. a. Checksheet Checksheet merupakan alat bantu statistik untuk mengetahui jenis dan jumlah cacat dan disajikan dalam bentuk form atau tabel yang rapi dan terstruktur. Checksheet juga disebut sebagai tempat menulis catatan mengenai jumlah suatu barang atau produk yang dihitung satu persatu, sehingga jumlah barang atau produk tersebut dapat diketahui totalnya. Kelebihan checksheet dalam perhitungan analisis pengendalian kualitas antara lain yaitu dapat mengumpulkan data berdasarkan kategori masing-masing serta dapat memfasilitasi pengumpulan analisis data tersebut. Kekurangan checksheet dalam perhitungan analisis pengendalian kualitas yaitu tidak dapat mengukur batas toleransi produk cacat. b. Diagram Pareto Diagram pareto merupakan alat bantu statistik yang fokus pada sejumlah masalah kecil, namun masalah tersebut mampu memberikan dampak yang besar bagi proses produksi yang sedang berlangsung.

c. Histogram

19

Histogram merupakan alat bantu statistik dalam bentuk diagram batang untuk memudahkan membaca data yang sebelumnya sudah ditulis secara terstruktur menggunakan form tabel. d. Diagram Sebab Akibat Diagram sebab akibat merupakan alat bantu statistik untuk mengetahui sebab akibat terjadinya cacat produk atau penyimpangan kualitas dan dijelaskan secara kualitatif. e. Scatter Plot Scatter plot merupakan alat bantu statistik dalam bentuk diagram pencar. Scatter plot digunakan untuk menyatukan hubungan antara sebab dan akibat terjadinya cacat produk atau penyimpangan kualitas. f. Startifikasi Stratifikasi merupakan alat bantu statistik yang digunakan untuk mengelompokkan data menjadi data tunggal. g. Peta kendali Peta kendali merupakan teknik membuat grafik statistik yang nilainya diukur berdasarkan hasil plot karakteristik kualitas tertentu yang menjelaskan tentang kondisi proses.

Peta kendali digunakan untuk

mengetahui proses berada dalam kendali atau tidak. Kelebihan peta kendali dalam perhitungan analisis pengendalian kualitas antara lain yaitu untuk menentukan batas toleransi produk cacat, menentukan pengendalian kualitas secara statistik dan mengetahui tanggung jawab untuk perbaikan dengan menghilangkan penyebab khusus.

Kekurangan peta kendali dalam

perhitungan analisis pengendalian kualitas antara lain tidak cepat mendeteksi

20

perubahan-perubahan kecil pada proses yang sedang berlangsung. Dajan (1995) menyatakan bahwa peta kendali merupakan salah satu alat statistik yang memiliki banyak sub bagian didalamnya. Alur pemilihan peta kendali dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Alur pemilihan peta kendali

Gambar 2 menunjukkan bahwa dengan menggunakan alat bantu statistik dapat dilakukan dengan lebih mudah sesuai dengan jenis data yang diperoleh. Peta kendali terdiri dari dua jenis yaitu peta kendali variabel dan peta kendali atribut. Peta kendali variabel terdiri dari peta kendali X-bar dan S, peta kendali X-bar dan R dan peta kendali IMR. a. Peta kendali X-bar dan S Peta kendali X-bar dan S merupakan peta kendali yang menggambarkan letak nilai rata-rata suatu subgrup (sampel) relatif terhadap batas kontrol atas dan bawahnya. b. Peta kendali X-bar dan R Peta kendali X-bar dan R merupakan peta kendali yang menggambarkan nilai-nilai jangkauan atau range anggota subgrup atau sampel relatif terhadap batas kontrolnya.

21

c.

Peta kendali IMR Peta kendali IMR digunakan untuk membantu menentukan nilai-nilai data dari proses dalam keadaan normal atau tidak, sehingga dapat diambil kesimpulan atau tindakan. Peta kendali atribut terdiri dari peta kendali np, peta kendali P, peta

kendali U dan peta kendali C. a.

Peta kendali np Peta kendali np merupakan peta kendali untuk menentukan jumlah cacat subgrup berdasarkan proporsi cacat dengan n adalah tetap dan n>30.

b. Peta kendali P Peta kendali P merupakan peta kendali untuk menentukan proporsi cacat secara keseluruhan dan mengendalikan cacat disetiap subgrup. c.

Peta kendali U Peta kendali U merupakan peta kendali untuk menentukan jumlah cacat disetiap subgrup dengan jumlah subgrup yang sama.

d. Peta kendali C Peta kendali C merupakan peta kendali untuk menentukan jumlah cacat dari beberapa jenis cacat perunit sampel disetiap subgrup. Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo (1992) menyatakan bahwa jumlah kerusakan yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah produk yang baik, memerlukan peta kendali C dalam melakukan penyelesaian analisis data. Umumnya kualitas produk yang diukur berdasarkan peta atribut dilakukan dengan melihat buah cacat atau buah baik menggunakan peta

22

kendali P, namun pada kasus pengambilan sampel suatu produk yang memiliki jenis cacat lebih dari satu menggunakan peta kendali C dalam kegiatan analisis pengendalian kualitas. Peta kendali C merupakan peta kendali yang efektif dalam kasus pengambilan sampel dengan jumlah cacat yang diamati dalam satu satuan inspeksi, antara lain satu gulungan kain, 1 gulungan kabel, 1 buku, 1 lokasi pemanenan dan lain-lain. Langkah-langkah analisis pengendalian kualitas menggunakan peta kendali C. 1. Tentukan jumlah sub kelompok yang akan diinspeksi dengan jumlah sub kelompok antara 20 sampai 25 sub kelompok. 2. Hitung: a.

c

= ∑c / N c = jumlah cacat per sub kelompok

b. N = banyaknya pengamatan/jumlah sub kelompok c. UCL = Upper Control Limit atau batas kendali atas d. LCL = Lower Control Limit atau batas kendali bawah Rumus: c

= jumlah kerusakan jumlah sub kelompok

UCL =

c

+ 3 √c

LCL =

c

- 3 √c

2. Lakukan pemeriksaan dan amati hasil analisis data tersebut berada dalam pengendalian atau di luar kendali.

23

III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Laporan tugas akhir disusun berdasarkan hasil pengamatan di PT Great Giant Pineapple Jalan Raya Arah Menggala KM. 77 Terbanggi Besar Lampung Tengah pada Bulan Mei-Juli 2013. Jadwal pelaksanaan tugas akhir dapat dilihat pada Lampiran 1. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang dipergunakan dalam laporan tugas akhir antara lain Minitab 16, buku dan peta kendali C. Bahan yang dipergunakan dalam laporan tugas akhir antara lain data hasil pengambilan sampel pada pengendalian kualitas bahan baku dan dokumen perusahaan. 3.3 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi secara lisan maupun tertulis mengenai sejarah perusahaan, struktur organisasi, lokasi, ruang lingkup kegiatan perusahaan serta kegiatan proses produksi. Jenis data yang digunakan dalam laporan tugas akhir berupa data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan dengan cara pengamatan dan berdiskusi secara langsung dengan beberapa karyawan/i di PT Great Giant Pineapple.

Data primer yang digunakan adalah instruksi kerja pengendalian

kualitas bahan baku (Quality Control Raw Material) PT Great Giant Pineapple. Data sekunder adalah data penunjang yang dikumpulkan dengan cara pengamatan dan mencatat data atau dokumen PT Great Giant Pineapple terkait

24

pengendalian kualitas bahan baku nanas segar.

Pengumpulan data sekunder

dilakukan dengan menyelaraskan beberapa literatur di PT Great Giant Pineapple dengan dasar teori yang diperoleh selama kegiatan perkuliahan terhadap kondisi nyata di lapangan.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan

metode kualitatif (deskriptif) dan metode kuantitatif (analisis peta kendali C). 3.4 Metode Analisis Data Data

primer

dan

sekunder

tesebut

dianalisis

secara

tabulasi

dan

diinterpretasikan secara deskriptif terkait pengendalian kualitas nanas segar PT Great Giant Pineapple. Berikut metode analisis data yang digunakan dalam laporan tugas akhir. 1.

Mengidentifikasi proses pengalengan nanas slice PT Great Giant Pineapple dapat

dicapai

dengan

cara

mengamati

kemudian,

mencatat

dan

mendokumentasikan dalam bentuk foto dan video proses produksi pengalengan nanas di PT Great Giant Pineapple. 2.

Menganalisis data hasil pelaksanaan pengendalian kualitas bahan baku (Quality Control Raw Material) di PT Great Giant Pineapple dapat dicapai dengan cara mengumpulkan data sampel dari kegiatan pelaksanaan pengendalian kualitas bahan baku (Quality Control Raw Material) di PT Great Giant Pineapple. Data yang diperoleh dari perusahaan berdasarkan kegiatan pengambilan sampel kemudian disajikan dalam bentuk tabel secara rapi dan terstruktur. Hal ini bertujuan untuk mempermudah mengidentifikasi dan menganalisis data lebih lanjut.

25

3.

Mengidentifikasi faktor penyebab cacat bahan baku PT Great Giant Pineapple dapat dicapai dengan melakukan diskusi secara langsung dengan karyawan/I PT Great Giant Pinepple.

4.

Menganalisis pengendalian kualitas bahan baku dapat dilakukan dengan cara analisis data menggunakan peta kendali C (peta kendali untuk memetakan jumlah cacat pada setiap sub kelompok dengan jumlah setiap sub kelompok sama) sebagai alat pengendalian kualitas secara statistik. Rumus: = jumlah kerusakan jumlah sub kelompok

c

UCL

=

c

+ 3 √c

LCL

=

c

- 3 √c

Keterangan: a.

c

= ∑c / N c = jumlah cacat per sub kelompok

b. N = banyaknya pengamatan/jumlah sub kelompok c. UCL = Upper Control Limit atau batas kendali atas d. LCL = Lower Control Limit atau batas kendali bawah

26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Great Giant Pineapple didirikan pada tanggal 14 Mei 1979 di Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung.

Awal berdirinya

perusahaan yang bergerak di bidang pengalengan nanas ini dipelopori PT Umas Jaya Farm, kini di bawah naungan PT Sewu Segar Group. Tahun 1984 PT Great Giant Pineapple telah mampu mengekspor produk nanas kaleng sebanyak empat kontainer. Tahun 1989 perusahaan mengembangkan usaha dengan membangun pabrik untuk produksi konsentrat sari buah nanas (pineapple juice concentrate). Produksi nanas kaleng saat ini telah mencapai 10.000 kontainer per tahun. PT Great Giant Pineapple merupakan perusahaan pengalengan nanas ketiga terbesar di dunia setelah Dole dan Del Monteserta dan telah membangun suatu reputasi pasar yang cukup kuat. a.

Lokasi PT Great Giant Pineapple secara administratif terletak di Terbanggi besar,

Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Perkebunan PT Great Giant Pineapple memiliki luas sekitar 70.000 ha dengan budidaya utama nanas varietas Cayenne atau Smooth Cayenne. Perkebunan nanas PT Great Giant Pineapple terletak 77 Km dari Kota Bandar Lampung yang dapat ditempuh melalui jalur darat selama kurang lebih 2 jam.

b. Struktur Organisasi

27

Susunan yang terdiri dari fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan yang menyatakan keseluruhan kegiatan untuk mencapai suatu sasaran disebut dengan struktur organisasi.

Struktur organisasi secara fisik dapat dinyatakan dalam

bentuk gambar grafik atau bagan yang

memperlihatkan hubungan unit-unit

organisasi dan garis wewenang yang ada. Struktur organisasi PT Great Giant Pineapple Factory Departement dapat dilihat pada Lampiran 2. c. Produksi Produk olahan dengan bahan baku buah nanas yang diproduksi oleh PT Great Giant Pineapple antara lain nanas kaleng slice, tidbit dan chunk, coocktail, concentrate, juice nanas. Produksi PT Great Giant Pineapple sampai sekarang ini sudah terjual ke-33 negara diantaranya Amerika Serikat, negara-negara Eropa, Australia, Jepang, Kanada, Timur Tengah, Korea dan Taiwan. 4.2

Proses Produksi Pengalengan Nanas PT Great Giant Pineapple sebagai produsen penghasil produk ekspor selalu

berupaya agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang terbaik. Alur proses produksi PT Great Giant Pineapple dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 menunjukkan bahwa proses pengalengan nanas terdiri dari kegiatan penumpahan buah nanas dari bin, pengupasa buah, pencucian dan pemotongan, pemasukan slice ke dalam kaleng, pemasukan sirup ke dalam kaleng, penutupan dan pemberian kode kaleng, sterilisasi produk, seleksi dan pengepakan produk, pemberian label pada produk, pengangkutan produk ke kontainer dan pengiriman produk menggunakan kontainer.

28

Central Tidbit

Cristal Sugar

Thermoscrew

Syrup Preparation

Critic Acid

QC Cookroom and Sterilization (7)

Cooking & Cooling

Can Drying

Not OK Reject

Stop

OK

Gambar 3. Alur proses produksi PT Great Giant Pineapple

1.

Penumpahan buah nanas dari bin (Dumping)

29

Buah nanas segar dalam bin yang datang dari kebun dengan alat transportasi sebuah truk besar masuk ke area pabrik dan kemudian dilakukan weighing atau penimbangan secara keseluruhan dari berat buah dalam bin, bin dan truk besar dengan menggunakan Mesin Timbangan Digital. Setelah melewati tahapan penimbangan tahapan selanjutnya yaitu penyimpanan sementara buah nanas segar dalam bin sebelum diproses lebih lanjut. Selanjutnya dilakukan inspeksi oleh pengendalian kualitas bahan baku (Quality Control Raw Material) dengan metode pengambilan sampel. Inspeksi dilakukan dengan pengecekan cacat produk pada sampel sebelum dan sesudah dikupas. Pengambilan sampel pada bin dilakukan dengan mengambil 20 buah pada lima titik yang berbeda. Kegiatan dumping merupakan kegiatan penumpahan buah nanas dari bin menggunakan dumper. Selanjutnya dilakukan pencucian buah menggunakan can sprying dengan cara disemprotkan dan dilanjutkan dengan proses size grading atau tahapan control board pineapple grade yakni pemisahan ukuran-ukuran diameter buah nanas dengan ketentuan yang telah ditetapkan perusahaan yakni ukuran 2,5T, 2T, 1,375T, 1T dan <1T (T=Tall, merupakan istilah manufaktur pengalengan nanas untuk mengklarifikasi ukuran buah nanas) secara terus-menerus kemudian buah akan jatuh di jalur masingmasing ukuran yang telah ditetapkan. 2.

Pengupasan buah (Peeling) Buah nanas segar yang telah berada pada jalur masing-masing ukuran akan masuk ke dalam mesin pengupas atau Machine Peeling yang biasa disebut dengan Mesin Ginaca. Ada 5 tipe ukuran Mesin Ginaca berdasarkan

30

ukurannya masing-masing dengan total sebanyak 28 buah Mesin Ginaca. Buah nanas yang telah dikupas (slugh) akan dilakukan inspeksi kembali oleh pengendalian kualitas pengalengan produk (Quality Control Inplan Cannery). Inspeksi dilakukan secara visual dan meraba yakni melakukan pengambilan produk yang bermasalah sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan. Parameter pengendalian kualitas di pengendalian kualitas pengalengan produk (Quality Control Inplan Cannery) meliputi pengecekan cacat penyakit, cacat porositas, cacat memar dan cacat busuk pada slugh. Slugh atau nanas yang telah dikupas yang telah dikategorikan baik akan lolos dan masuk ke dalam proses yang berikutnya. Buah nanas yang telah dikupas menggunakan Mesin Ginaca menjadi nanas kupas (slugh) akan dilakukan penghilangan kembali kulit atas dan kulit bawah yang terdapat pada slugh yang tidak terkupas oleh Mesin Ginaca. 3.

Pencucian dan pemotongan (Washing and Slicing) Pencucian slugh dilakukan secara otomatis menggunakan mesin. Selanjutnya dilakukan pemotongan slugh dengan menggunakan mesin pemotong otomatis untuk menghasilkan potongan yang terbaik untuk konsumen dan selanjutnya dilakukan kegiatan penghilangan mata nanas dengan menggunakan pinset (pocking process). Tahapan selanjutnya adalah seleksi mengenai warna slugh dan kerusakan slugh akibat terdapat tingkat kematangan yang terlalu tinggi cacat penyakit yang terlalu tinggi, porositas, memar dan busuk sehingga tidak layak untuk diproses lebih lanjut dan akan dialihkan menjadi jus. Proses selanjutnya adalah menghilangkan core (decoring) menggunakan Can Loader Machine.

31

4.

Pemasukan slice ke dalam kaleng (Filling) Setelah slice lolos dari tahapan seleksi maka slice akan masuk ke dalam kaleng menggunakan mesin secara sistem otomatis (filling process). Kaleng yang digunakan berasal dari area can making dan sebelumnya sudah dilakukan pencucian kaleng.

Pengendalian kualitas pemanasan dan

pedinginan produk (Quality Control Cookroom) mencakup kegiatan pemasukan slice ke dalam kaleng dan proses pemasukan sirup ke dalam kaleng.

Inspeksi dilakukan secara visual dengan melakukan pengecekan

chuck kasar, body penyok, cincin penyok, tutup penyok, tergores serta kode kaleng yang terlalu tebal dan kembung. 5.

Pemasukan sirup ke dalam kaleng (Pre Vaccum Syruping) Pre vaccum syruping merupakan proses memasukkan syrup (larutan gula dengan aroma nanas) ke dalam kaleng berisi slice.

6.

Penutupan dan pemberian kode kaleng (Seaming and Coding) Setelah sirup dan slice dimasukkan ke dalam kaleng proses selanjutnya yaitu

penutupan

produk

yang

sebelumnya

dilakukan

penghilangan

gelembung udara yang dihasilkan nanas menggunakan steam injeksi untuk meminimalisir adanya kaleng kembung dan potensi terjadinya kaleng karat. Kaleng yang sudah dalam kondisi tertutup rapat dan sudah diberi kode produksi menunjukkan bahwa produk siap untuk dimasak.

7.

Sterilisasi produk (Sterilization)

32

Proses sterilisasi dilakukan dengan menggunakan mesin steam. Proses sterilisasi dilakukan dengan 3 (tiga) tahapan yakni cooking and cooling dan can drying.

Cooking merupakan tahapan memasak kaleng yang sudah

tertutup rapat setelah melalui proses pencucian dan kemudian dimasak dengan menggunakan mesin cooker dengan suhu yang sudah diatur oleh pengendalian kualitas pemanasan dan pendinginan produk (Quality Control CookRoom) dengan suhu mencapai 92-98o celcius selama kurang lebih 15 menit dan belum termasuk waktu tambahan jika terjadi masalah. Tujuan dari penggunaan suhu mencapai 92-98o celcius Mesin Cooker adalah untuk membunuh kuman yang dapat berkembangbiak di dalam kaleng. Setelah melewati proses pemanasan kaleng berisi slice dan syrup yang sudah tertutup rapat menggunakan

Mesin Cooker akan dilakukan

pendinginan (cooling) menggunakan Mesin Cooler dengan suhu mencapai 40o celcius selama kurang lebih 20 menit dan belum termasuk waktu tambahan jika terjadi masalah. Tujuan dari penggunaan suhu suhu mencapai 40o celcius adalah untuk menghilangkan panas akibat suhu panas Mesin Cooker. Selanjutnya proses pengeringan kaleng menggunakan can dryer dengan tujuan menghilangkan air yang masih terdapat pada badan kaleng. 8.

Seleksi dan pengepakan produk (Selection and Palletizing) Setelah semua tahapan sudah dilaksanakan dan produk telah diseleksi dengan baik maka akan dilakukan proses pengepakan produk menjadi satu bagian berdasarkan ukuran masing-masing kaleng agar memudahkan dalam upaya pengangkutan produk ke departemen pelabelan. Beberapa dari produk yang sudah dikemas kemudian dibawa ke pengendalian kualitas produk akhir

33

(Quality Control Final Product) untuk menginspeksi masalah kontaminasi (rambut, koran dll), brix (tingkat kemanisan), blemish (terdapat mata nanas pada slice), PH kurang, pink disease (kondisi buah overripe). Produk yang telah dibuka dan di uji kualitasnya oleh pengendalian kualitas produk akhir (Quality Control Final Product) akan di produksi kembali menjadi jus. 9.

Pemberian label pada produk (Labelling) Kegiatan pelabelan dilakukan pada area departemen pelabelan Kegiatan pelabelan dilakukan dengan menggunakan Mesin Mateer Burt.

10. Pengangkutan produk ke kontainer (Stuffing) Proses pengangkutan produk yang sudah dilabel ke dalam kontainer menggunakan forklif dibantu dengan tenaga kerja manusia. 11. Pengiriman produk menggunakan container Produk yang telah diproses akan dikirim ke pelabuhan panjang menggunakan transportasi berupa mobil kontainer kemudian akan dikirim ke negara tujuan dengan menggunakan jalur laut. 4.3 Pengendalian Kualitas Bahan Baku (Quality Control Raw Material) Pengendalian kualitas bahan baku (Quality Control Raw Material) merupakan pengendalian kualitas yang pertama kali dilakukan setelah nanas segar dari kebun tiba di pabrik dan sebelum nanas segar masuk ke line preparasi untuk melalui proses pengolahan lebih lanjut. Tindakan inspeksi pada pengendalian kualitas bahan baku (Quality Control Raw Material) dilakukan dengan metode pengambilan sampel berdasarkan instruksi kerja.

Pelaksanaan pengendalian

kualitas bahan baku (Quality Control Raw Material) dilakukan berdasarkan instruksi kerja PT Great Giant Pineapple.

34

1.

Ambil sampel sebanyak 20 buah pada lima titik bin sebagai berikut: X

X X

X

2.

X

Kelompokkan sampel tersebut sesui dengan size masing-masing (2.5T, 2T, 1,375T, 1T dan <1T dengan alat ukur (mal) yang sudah disiapkan.

3.

Angkut sampel ke mesin pengupas (Ginaca)

4.

Cek kualitas buah meliputi: a. Cacat penyakit: Buah penyakit yaitu buah yang memiliki penyakit dengan ukuran spot >3 mm dan buah baik dari penyakit yaitu buah yang memiliki penyakit dengan ukuran spot <3 mm. b. Cacat porositas: Buah porositas yaitu buah yang memiliki poros >25% dari panjang buah atau diameter buah dan buah baik dari porositas yaitu buah yang memiliki poros <25% dari panjang buah atau diameter buah. c. Cacat Memar Buah memar yaitu buah yang memiliki >25% daru diameter buah atau panjang buah dan buah baik dari kememaran yaitu buah yang memiliki memar <25% dari diameter atau panjang. d. Cacat busuk Buah busuk yaitu buah yang memiliki kulit berwarna kuning, berbau alkohol dan apabila ditekan dengan jari terasa lunak. Buah yang tidak busuk yaitu buah yang mempunyai persentase warna hijau lebih tinggi dibandingkan dengan wana kuning dari seluruh badan buah, tidak berpenyakit dan tidak memar.

35

Data hasil pengambilan sampel pada pengendalian kualitas bahan baku PT Great Giant Pineapple dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Data hasil pengambilan sampel pada pengendalian kualitas bahan baku PT. Great Giant Pineapple (Dalam satuan buah) Rata-rata

20

3,96

16,04

9,88

10,12

3,48

16,52

0,52

19,48

Tabel 3 menunjukkan kegiatan pengambilan sampel sebanyak 25 kali tertanggal 26-28 Maret 2013.

Tindakan inspeksi pada pengendalian kualitas

bahan baku (Quality Control Raw Material) dilakukan dengan metode sampling yakni melakukan pengambilan sampel sebanyak 20 buah setiap bin. Parameter pengendalian kualitas pada pengendalian kualitas bahan baku (Quality Control Raw Material) meliputi pengecekan cacat penyakit, cacat porositas, cacat memar dan cacat busuk. Produk dengan kategori tidak baik dalam tahapan inspeksi pada Quality Control Raw Material akan dilakukan reject buah atau dialihkan menjadi jus.

Data tersebut menunjukkan bahwa cacat porositas menjadi penyebab

kecacatan bahan baku nanas segar tertinggi sebesar 9,88 buah dan cacat busuk terendah sebesar 0,52 buah dalam setiap satu kali pengambilan sampel sebanyak 20 buah. Pengendalian kualitas bahan baku (Quality Control Raw Material) merupakan pengendalian kualitas yang dilakukan diawal proses sebelum nanas segar masuk ke line preparasi (area proses) untuk melalui proses pengolahan lebih lanjut. Selanjutnya dilakukan analisis pengendalian kualitas menggunakan alat bantu statistik berupa checksheet.

Checksheet merupakan alat bantu statistik untuk

mengetahui jenis dan jumlah cacat dengan format tabel yang disusun secara rapi dan terstruktur. Hasil checksheet data pengendalian kualitas bahan baku tersebut akan memberikan informasi kepada plantation departement mengenai kualitas

36

fisik buah segar yang sudah dikirim ke pabrik.

Hasil checksheet data

pengendalian kualitas bahan baku tersebut akan dikirim ke plantation department untuk memberikan informasi mengenai kualitas fisik buah segar yang sudah dikirim ke pabrik dan sebagai data bahan laporan pengamatan kualitas nanas segar pada pengendalian kualitas pengalengan produk (Quality Control Inplan Cannery). Laporan pengamatan kualitas nanas segar pada pengendalian kualitas pengalengan produk (Quality Control Inplan Cannery) tersebut akan masuk ke data perencanaan produksi dan diolah menjadi laporan produksi harian cannery, sehingga dapat diketahui style produksi dalam bentuk persentase. Informasi untuk plantation departement berdasarkan data hasil pengambilan sampel pengendalian kualitas bahan baku bertujuan untuk mengetahui jenis dan jumlah cacat yang terdapat pada bahan baku nanas segar. Berdasarkan data hasil pengambilan sampel pengendalian kualitas bahan baku tersebut plantation department akan mencari faktor penyebab cacat kemudian melakukan kegiatan pengendalian cacat. Cacat penyakit dan cacat porositas disebabkan oleh faktor karakter buah, sehingga plantation department melakukan pengendalian pada kegiatan budidaya nanas dengan cara memperbaiki teknik budidaya nanas secara baik dan benar.

Informasi untuk pengendalian kualitas pengalengan produk

(Quality Control Inplan Cannery) berdasarkan data hasil pengambilan sampel pengendalian kualitas bahan baku digunakan sebagai data bahan untuk menginspeksi seluruh bahan baku nanas segar yang masuk ke proses produksi berdasarkan jenis dan tipe cacat penyakit, cacat porositas, cacat memar dan cacat busuk.

37

Setelah kegiatan inspeksi pengendalian kualitas pengalengan produk selesai, selanjutnya pengawas akan membuat laporan pengamatan kualitas nanas segar pada pengendalian kualitas pengalengan produk. Laporan pengamatan kualitas nanas segar pada pengendalian kualitas pengalengan produk tersebut akan masuk sebagai data bahan pada laporan harian perencanaan produksi. Laporan harian perencanaan produksi bertujuan untuk mengetahui jumlah bahan baku yang masuk ke proses produksi, sehingga dapat diketahui jumlah output yang akan dihasilkan dari banyaknya bahan baku yang telah masuk ke proses produksi atau line preparasi. Laporan harian perencanaan produksi berisi mengenai jumlah style produk dalam satuan persentase. Style produk PT Great Giant Pineapple terdiri dari slice, tidbit dan chunk.

Berdasarkan laporan pengamatan nanas segar

pengendalian kualitas pengalengan nanas tersebut dapat diketahui persentase dari seluruh bahan baku nanas segar yang masuk ke line preparasi berdasarkan style produksi masing-masing. Rata-rata setiap harinya jumlah style produksi slice dapat diproduksi sebanyak 39%, style produksi tidbit dapat diproduksi sebanyak 13% dan style produksi chunk dapat diproduksi sebanyak 48% dari seluruh bahan baku nanas segar yang masuk ke line preparasi. Berdasarkan penjelasan tersebut menunjukkan bahwa data hasil pengambilan sampel pada pengendalian kualitas bahan baku bertujuan untuk memberikan informasi untuk plantation department dalam upaya pengendalian faktor penyebab cacat dan memberikan informasi untuk tahapan pengendalian kualitas selanjutnya, yakni pengendalian kualitas pengalengan produk. Pengendalian kualitas pengalengan produk bertujuan untuk mengetahui kualitas bahan baku nanas segar secara keseluruhan berdasarkan jenis dan tipe cacat, kemudian

38

menjadi data bahan laporan harian perencanaan produksi yang akan dibuat oleh Manager PPIC (Production Planning Inventory Control) PT Great Giant Pineapple, sehingga berdasarkan laporan kualitas nanas segar pengendalian kualias pengalengan tersebut dapat diketahui jumlah bahan baku yang akan diproduksi berdasarkan masing-masing style produksi. Parameter Pengendalian Kualitas Bahan Baku PT Great Giant Pineapple Parameter merupakan masalah atau penyimpangan yang ditemukan dalam kegiatan pengendalian kualitas di suatu perusahaan. Masalah atau penyimpangan tersebut kemudian dijadikan sebagai standar masalah atau penyimpangan yang ditetapkan oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan pengambilan sampel yang selanjutnya. Parameter pengendalian kualitas pada pengendalian kualitas bahan baku (Quality Control Raw Material) meliputi pengecekan cacat penyakit, cacat porositas, cacat memar dan cacat busuk. a. Cacat Penyakit Cacat penyakit dapat diketahui dengan melakukan pengamatan secara visual setelah kulit buah dikupas yakni dengan melihat jumlah spot (titik penyakit) yang terdapat di bagian badan slugh. Buah yang memiliki lebih dari 2 spot besar atau 4 spot kecil dikategorikan sebagai buah berpenyakit.

Buah yang bersih tanpa

bercak penyakit atau maksimal 2 spot bercak (± 1 cm) atau 4 spot bercak kecil dikategorikan sebagai buah baik tanpa penyakit. Jumlah cacat penyakit dalam pengambilan sampel sebanyak 25 kali pada pengendalian kualitas bahan baku (Quality Control Raw Material) adalah sebanyak 99 buah dan jumlah baik tanpa penyakit adalah sebanyak 401 buah. Bahan baku nanas segar yang mengalami cacat penyakit dapat dilihat pada Lampiran 3.

39

b. Cacat Porositas Cacat porositas dapat diketahui dengan melakukan pengamatan secara visual sebelum kulit buah dikupas dan setelah kulit buah dikupas yakni dengan melihat jumlah persentase porous yang terdapat di bagian badan luar dan slugh. Buah yang memiliki porous lebih dari 25% dikategorikan sebagai buah porositas. Buah yang memiliki porous kurang dari 25% dari panjang atau keliling buah dikategorikan sebagai buah baik tanpa porositas. Jumlah cacat porositas dalam pengambilan sampel sebanyak 25 kali pada pengendalian kualitas bahan baku (Quality Control Raw Material) adalah sebanyak 247 buah dan jumlah baik tanpa porositas adalah sebanyak 253 buah. Bahan baku nanas segar yang mengalami cacat porositas dapat dilihat pada Lampiran 3. c. Cacat Memar Cacat memar dapat diketahui dengan melakukan pengamatan secara visual sebelum kulit buah dikupas dan setelah kulit buah dikupas. Pengamatan cacat memar sebelum kulit buah dikupas dapat diketahui dengan kondisi kulit yang lunak setelah ditekan dengan jari. Pengamatan cacat memar setelah kulit buah dikupas dilakukan dengan melihat jumlah persentase memar yang terdapat di bagian badan slugh.

Buah yang memiliki tingkat memar lebih dari 25%

dikategorikan sebagai buah memar. Buah yang memiliki memar kurang dari 25% dari panjang atau keliling buah dikategorikan sebagai buah baik tanpa memar. Jumlah cacat memar dalam pengambilan sampel sebanyak 25 kali pada pengendalian kualitas bahan baku (Quality Control Raw Material) adalah sebanyak 87 buah dan jumlah baik tanpa memar adalah sebanyak 413 buah.

40

Bahan baku nanas segar yang mengalami cacat memar dapat dilihat pada Lampiran 3. d. Cacat Busuk Cacat busuk dapat diketahui dengan melakukan pengamatan secara visual sebelum kulit buah dikupas dan setelah kulit buah dikupas. Pengamatan cacat busuk sebelum kulit buah dikupas dapat diketahui dengan kondisi kulit buah yang berwarna kuning, tekstur lunak serta kondisi buah mempunyai aroma asam atau amoniak yang berbau menyengat. Pengamatan cacat busuk setelah kulit buah dikupas dilakukan dengan melihat jumlah banyaknya penyakit serta kondisi buah memiki aroma asam atau amoniak yang berbau menyengat. Jumlah cacat busuk dalam pengambilan sampel sebanyak 25 kali pada pengendalian kualitas bahan baku (Quality Control Raw Material) adalah sebanyak 13 buah dan jumlah baik tidak busuk adalah sebanyak 487 buah. Bahan baku nanas segar yang mengalami cacat busuk dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan penjelasan tersebut menunjukkan bahwa jenis cacat terbanyak yang terdapat dalam pengambilan sampel sebanyak 25 kali adalah cacat porositas sebanyak 247 buah dan terendah adalah cacat busuk sebanyak 13 buah. 4.4 Faktor Penyebab Cacat Bahan Baku Penyebab cacat merupakan alasan terjadinya cacat atau kerusakan pada produk. Berikut faktor-faktor penyebab cacat nanas segar dalam pengambilan sampel pada pengendalian kualitas bahan baku (Quality Control Raw Material) PT Great Giant Pineapple meliputi tenaga kerja, karakter buah, mesin dan sarana transportasi. a. Tenaga kerja

41

Perlakuan buah nanas saat panen oleh tenaga kerja sangat berpengaruh kondisi buah. Perlakuan buah nanas saat panen dengan cara yang baik adalah tidak terjadinya benturan-benturan keras dengan alat dan benda keras lainnya, sehingga dapat menghasilkan buah yang baik untuk dikirim ke pabrik. Faktor tenaga kerja saat perlakuan panen buah nanas menjadi salah satu penyebab adanya cacat kememaran buah.

Buah yang memiliki tingkat kememaran lebih dari 25%

dikategorikan sebagai buah memar. Buah yang memiliki memar kurang dari 25% dari panjang atau keliling buah dikategorikan sebagai buah baik tanpa memar. Buah nanas yang memiliki tingkat kememaran sangat tinggi akan dilakukan reject buah dengan mengalihkan buah dari produksi area line preparasi ke bagian jus. b. Karakter buah nanas Kondisi alami buah nanas umur nol bulan sampai dengan 12, 18 dan 24 bulan disebut dengan karakter buah. Penyakit dan porositas merupakan salah satu dari karakter buah nanas yang sudah dapat terlihat saat nanas berumur 10, 12 dan 14 bulan. Semakin bertambah umur buah nanas maka semakin terlihat penyakit pada bagian kulit buah nanas. Karakter buah juga terjadi karena keadaan musim pada saat penanaman sampai dengan panen.

Gambar kualitas buah internal Raw

Material (RM) tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 5.

Cacat Penyakit Cacat Porositas Cacat Memar Cacat Busuk

42

Sumber: Quality Control System PT Great Giant Pineapple, 2013 Gambar 5. Kualitas buah internal RM tahun 2012 Gambar 5 menunjukkan bahwa pada tahun 2012 cacat porositas menjadi cacat tertinggi disetiap bulan mulai dari Bulan Januari sampai dengan Bulan Desember dan cacat memar menjadi cacat terendah yang terjadi pada tahun 2012. Hal ini dikarenakan kondisi musim sepanjang tahun 2012 cenderung berada pada musim kemarau, sehingga karakter buah cenderung mengalami sun burn atau terbakar matahari dan mengakibatkan terjadinya cacat porositas tinggi. Cacat yang disebabkan karena faktor karakter buah antara lain yakni cacat penyakit dan cacat porositas. Kriteria buah nanas berpenyakit yakni buah yang memiliki lebih dari dua spot besar atau empat spot kecil dikategorikan sebagai buah berpenyakit. Buah nanas yang bersih tanpa bercak penyakit atau maksimal dua spot bercak (± 1 cm) atau empat spot bercak kecil dikategorikan sebagai buah baik tanpa penyakit. Buah nanas yang memilik banyak spot besar dan banyak spot kecil dikategorikan busuk dan akan dilakukan reject buah dengan mengalihkan buah yang berpenyakit dari produksi area line preparasi ke bagian jus. Kriteria buah nanas yang memiliki porous lebih dari 25% dikategorikan sebagai buah nanas porositas. Buah nanas yang memiliki porous kurang dari 25% dari panjang atau keliling buah dikategorikan sebgai buah baik tanpa porositas.

Buah nanas yang memiliki

banyak porous akan dilakukan reject buah dengan mengalihkan buah yang memiliki banyak porous dari produksi area line preparasi ke bagian jus. c. Mesin Mesin pengupas kulit nanas (Mesin Ginaca) menjadi salah satu penyebab terjadinya cacat memar. Hal ini karena terjadinya dorongan yang kencang dan

43

kuat dari salah satu bagian mesin ginaca (push bar) terhadap buah nanas yang terlalu kuat dan kencang, sehingga mengakibatkan buah nanas yang berkarakter lunak dan mudah hancur bila mengalami benturan atau tekanan yang terlalu kuat. Buah yang memiliki tingkat kememaran lebih dari 25% dikategorikan sebagai buah memar. Buah yang memiliki memar kurang dari 25% dari panjang atau keliling buah dikategorikan sebagai buah baik tanpa memar. Buah nanas yang memiliki tingkat kememaran sangat tinggi akibat faktor mesin akan dilakukan reject buah dengan mengalihkan buah dari produksi area line preparasi ke bagian jus. d. Sarana Transportasi Sarana transportasi buah nanas dari kebun menuju pabrik menggunakan alat transportasi berupa truk besar yang mampu mengangkut nanas segar paling sedikit dua buah bin (delapan ton) dan paling banyak enam bin (24 ton).

Hal ini

menyebabkan banyak buah nanas yang saling berbenturan saat dalam perjalanan karena alat transportasi truk besar dalam keadaan bergerak. Kondisi infrastruktur jalan yang cendurung kurang baik karena meskipun jalan utama dari kebun menuju pabrik yang dilalui truk besar merupakan jalan tanah yang sudah baik dan rata, namun masih ditemukan lubang dibeberapa titik jalan di wilayah kebun sekitar lokasi panen. Ketidakseragaman kondisi jalan transportasi dari kebun menuju pabrik ini dapat mengakibatkan goncangan yang kencang saat buah nanas dalam bin diangkut menggunakan truk besar, sehingga mengakibatkan buah nanas saling berbenturan dan menyebabkan kememaran pada buah. Buah nanas yang memiliki tingkat kememaran sangat tinggi akan dilakukan reject buah dengan mengalihkan buah dari produksi area line preparasi ke bagian jus.

44

Berdasarkan penjelasan tersebut menunjukkan bahwa jenis cacat terbanyak yang terdapat dalam pengambilan sampel sebanyak 25 kali adalah cacat porositas sebanyak 247 buah disebabkan oleh faktor karakter buah nanas dan terendah adalah cacat busuk sebanyak 13 buah disebabkan oleh faktor tenaga kerja, karakter buah, mesin dan sarana transportasi dan menjadi dalah satu penyebab terjadinya cacat memar dan cacat busuk. 4.5 Analisis Pengendalian Kualitas Bahan Baku menggunakan Peta Kendali C Analisis pengendalian kualitas bahan baku menggunakan peta kendali C dilakukan dengan menggunakan perhitungan manual dan bantuan aplikasi Minitab 16 pada setiap masing-masing cacat yaitu cacat penyakit, cacat porositas, cacat memar dan cacat busuk.

Poerwanto (2012) menyatakan bahwa peta kendali

atribut C adalah peta kendali untuk ketidaksesuaian (kecacatan) barang dan besarnya sub kelompok sama. Berikut penentuan batas-batas kendali dalam peta kendali C. CL UCL LCL

= = =

c c c

+ 3 √c - 3 √c

Keterangan: a. c = ∑c / N c = jumlah cacat per sub kelompok b. N = banyaknya pengamatan/jumlah sub kelompok c. UCL= Upper Control Limit atau batas kendali atas d. LCL = Lower Control Limit atau batas kendali bawah 4.5.1

Analisis Pengendalian Kualitas Bahan Baku menggunakan Peta Kendali C Berdasarkan Cacat Penyakit

Analisis pengendalian kualitas bahan baku menggunakan peta kendali C berdasarkan cacat penyakit dilakukan dengan menggunakan perhitungan manual dan bantuan aplikasi minitab 16.

45

Perhitungan manual: CL

= c = 99/25 = 3,96

Control Limit (CL) analisis pengendalian kualitas nanas segar berdasarkan cacat penyakit adalah sebesar 3,96. UCL

= c + 3 √c = 3,96 + 3 √3,96 = 3,96 + 3 (1,9899) = 3,96 + 5,96 = 9,92

Upper Control Limit (UCL) analisis pengendalian kualitas nanas segar berdasarkan cacat penyakit adalah sebesar 9,92. LCL

= c - 3 √c = 3,96 - 3 √3,96 = 3,96 - 3 (1,98) = 3,96 - 5,96 =0

Lower Control Limit (LCL) atau batas kendali bawah analisis pengendalian nanas segar berdasarkan cacat penyakit adalah sebesar 0 (nol). menunjukkan angka nol karena hasil pengurangan dari

c

Hasil LCL

- 3 √ c menghasilkan

angka minus sebesar -2, sehingga dalam penulisannya dibulatkan menjadi nol. Gambar peta kendali C pada analisis pengendalian kualitas bahan baku berdasarkan cacat penyakit dapat dilihat pada Gambar 5. C Chart of Penyakit 25

Sample Count

20

15

10

UCL=9.93 _ C=3.96

5

0

LCL=0 1

3

5

7

9

11

13 15 Sample

17

19

21

23

25

Gambar 5. Peta kendali C pada analisis pengendalian kualitas bahan baku berdasarkan cacat penyakit

46

Gambar 5 menunjukkan bahwa nilai UCL sebesar 9,93 dan nilai LCL sebesar 0. Hal ini menunjukkan jenis cacat penyakit berada pada kisaran 0 sampai dengan 9,93. Gambar tersebut juga menunjukkan kondisi nanas segar dalam 25 kali pengambilan sampel terkendali. Kondisi demikian merupakan kondisi yang baik, meskipun perusahaan mengharapkan tidak ada lagi buah nanas yang mengalami cacat penyakit, dengan kata lain jumlah buah nanas dengan cacat penyakit yang diinginkan perusahaan adalah sebanyak nol buah dan semua buah nanas merupakan buah baik tanpa cacat penyakit. Faktor penyebab terjadinya buah nanas dengan cacat penyakit adalah pelaksanaan kegiatan penanaman buah nanas dilakukan saat musim kemarau, sehingga banyak buah nanas yang tumbuh dalam kondisi terbakar sinar matahari dan menyebabkan meningkatnya peluang buah nanas mengalami cacat penyakit. Kriteria buah nanas berpenyakit yakni buah yang memiliki lebih dari dua spot besar atau empat spot kecil dikategorikan sebagai buah berpenyakit. Buah nanas yang bersih tanpa bercak penyakit atau maksimal dua spot bercak (± 1 cm) atau empat spot bercak kecil dikategorikan sebagai buah baik tanpa penyakit. Buah nanas yang memiliki banyak spot besar dan banyak spot kecil dikategorikan busuk dan akan dilakukan reject buah dengan mengalihkan buah yang berpenyakit dari produksi area line preparasi ke bagian jus. 4.5.2

Analisis Pengendalian Kualitas Bahan Baku menggunakan Peta Kendali C Berdasarkan Cacat Porositas

Analisis pengendalian kualitas bahan baku menggunakan peta kendali C berdasarkan cacat porositas dilakukan dengan menggunakan perhitungan manual dan bantuan aplikasi minitab 16.

47

Perhitungan manual: CL

= c = 247/25 = 9,88 Control Limit (CL) analisis pengendalian kualitas nanas segar berdasarkan

cacat porositas adalah sebesar 9,88. UCL

= c + 3 √c = 9,88 + 3 √9,88 = 9,88 + 3 (3,14) = 9,88 + 9,42 = 19,30

Upper Control Limit (UCL) analisis pengendalian kualitas nanas segar berdasarkan cacat porositas adalah sebesar 19,30. LCL

= c - 3 √c = 9,88 - 3 √9,88 = 9,88 - 3 (3,14) = 9,88 - 9,42 = 0,45

Lower Control Limit (LCL) atau batas kendali bawah analisis pengendalian nanas segar berdasarkan cacat porositas adalah sebesar 0,45. Gambar peta kendali C pada analisis pengendalian kualitas bahan baku berdasarkan cacat porositas dapat dilihat pada Gambar 6. C Chart of Porositas 25

Sample Count

20

UCL=19.31

15 _ C=9.88

10

5 LCL=0.45

0 1

3

5

7

9

11

13 15 Sample

17

19

21

23

25

Gambar 6. Peta kendali C pada analisis pengendalian kualitas bahan baku berdasarkan cacat porositas

48

Gambar 6 menunjukkan bahwa nilai UCL sebesar 19,31 dan nilai LCL sebesar 0,45. Hal ini menunjukkan jenis cacat porositas berada pada kisaran 0,45 sampai dengan 19,31. Gambar tersebut juga menunjukkan kondisi nanas segar dalam 25 kali pengambilan sampel terkendali. Kondisi demikian merupakan kondisi yang baik, meskipun perusahaan mengharapkan tidak ada lagi buah nanas yang mengalami cacat porositas, dengan kata lain jumlah buah nanas dengan cacat porositas yang diinginkan perusahaan adalah sebanyak nol buah dan semua buah nanas merupakan buah baik tanpa cacat porositas. Faktor penyebab terjadinya buah nanas dengan cacat porositas adalah pelaksanaan kegiatan penanaman buah nanas dilakukan saat musim kemarau, sehingga banyak buah nanas yang tumbuh dalam kondisi terbakar sinar matahari dan menyebabkan meningkatnya peluang buah nanas mengalami cacat porositas. Kriteria buah nanas yang memiliki porous lebih dari 25% dikategorikan sebagai buah nanas porositas. Buah nanas yang memiliki porous kurang dari 25% dari panjang atau keliling buah dikategorikan sebgai buah baik tanpa porositas. Buah nanas yang memiliki banyak porous akan dilakukan reject buah dengan mengalihkan buah yang memiliki banyak porous dari produksi area line preparasi ke bagian jus. 4.5.3

Analisis Pengendalian Kualitas Bahan Baku menggunakan Peta Kendali C Berdasarkan Cacat Memar

Analisis pengendalian kualitas bahan baku menggunakan peta kendali C berdasarkan cacat memar dilakukan dengan menggunakan perhitungan manual dan bantuan aplikasi minitab 16. Perhitungan manual: CL

=

c

49

= 87/25 = 3,48 Control Limit (CL) analisis pengendalian kualitas nanas segar berdasarkan cacat memar adalah sebesar 3,48. UCL

= c + 3 √c = 3,48 + 3 √3,48 = 3,48 + 3 (1,86) = 3,48 + 5,595 = 9,07

Upper Control Limit (UCL) analisis pengendalian kualitas nanas segar berdasarkan cacat memar adalah sebesar 9,07. LCL

= c - 3 √c = 3,48 - 3 √3,48 = 3,48 - 3 (1,86) = 3,48 - 5,595 =0

Lower Control Limit (LCL) atau batas kendali bawah analisis pengendalian nanas segar berdasarkan cacat memar adalah sebesar nol. menunjukkan angka 0 (nol) karena hasil pengurangan dari

Hasil LCL c

- 3 √c

menghasilkan angka minus sebesar -2,11, sehingga dalam penulisannya dibulatkan menjadi nol. Gambar peta kendali C pada analisis pengendalian kualitas bahan baku berdasarkan cacat memar dapat dilihat pada Gambar 7. C Chart of Memar 25

Sample Count

20

15 1 1

10

UCL=9.08

5

_ C=3.48

0

LCL=0 1

3

5

7

9

11

13 15 Sample

17

19

21

23

25

Gambar 7. Peta kendali C pada analisis pengendalian kualitas bahan baku berdasarkan cacat memar

50

Gambar 7 menunjukkan nilai UCL sebesar 9,08 dan nilai LCL sebesar 0. Hal ini menunjukkan jenis cacat memar berada pada kisaran 0 sampai dengan 9,08. Gambar tersebut juga menunjukkan kondisi nanas segar dalam 25 kali pengambilan sampel tidak terkendali. Kondisi tersebut terlihat pada dua titik pengambilan sampel, yakni pengambilan sampel ke-11 dan ke-12.

Faktor

penyebab terjadinya buah nanas dengan cacat memar tidak terkendali adalah tenaga kerja, karakter buah, mesin dan sarana transportasi yang tidak stabil setiap harinya. Buah yang memiliki tingkat kememaran lebih dari 25% dikategorikan sebagai buah memar. Buah yang memiliki memar kurang dari 25% dari panjang atau keliling buah dikategorikan sebagai buah baik tanpa memar. Buah nanas yang memiliki tingkat kememaran sangat tinggi akibat faktor mesin akan dilakukan reject buah dengan mengalihkan buah dari produksi area line preparasi ke bagian jus. 4.5.4

Analisis Pengendalian Kualitas Bahan Baku menggunakan Peta Kendali C Berdasarkan Cacat Busuk

Analisis pengendalian kualitas bahan baku menggunakan peta kendali C berdasarkan cacat busuk dilakukan dengan menggunakan perhitungan manual dan bantuan aplikasi minitab 16. Perhitungan manual: CL

= c = 13/25 = 0,52 Control Limit (CL) analisis pengendalian kualitas nanas segar berdasarkan

cacat busuk adalah sebesar 0,52. UCL

= c + 3 √c = 0,52 + 3 √0,52 = 0,52 + 3 (0,72)

51

= 0,52 + 2,16 = 2,68 Upper Control Limit (UCL) analisis pengendalian kualitas nanas segar berdasarkan cacat busuk adalah sebesar 2,68. LCL

= c - 3 √c = 0,52 - 3 √0,52 = 0,52 - 3 (0,72) = 0,52 - 2,16 =0

Lower Control Limit (LCL) atau batas kendali bawah analisis pengendalian nanas segar berdasarkan cacat busuk adalah sebesar 0 (nol). menunjukkan angka 0 (nol) karena hasil pengurangan dari

Hasil LCL c

- 3 √c

menghasilkan angka minus sebesar -1,64, sehingga dalam penulisannya dibulatkan menjadi 0 (nol). Gambar peta kendali C pada analisis pengendalian kualitas bahan baku berdasarkan cacat busuk dapat dilihat pada Gambar 8. C Chart of Busuk 25

Sample Count

20

15

10 1

5

1

UCL=2.68 _ C=0.52 LCL=0

0 1

3

5

7

9

11

13 15 Sample

17

19

21

23

25

Gambar 8. Peta kendali C pada analisis pengendalian kualitas bahan baku berdasarkan cacat busuk Gambar 8 menunjukkan nilai UCL sebesar 2,68 dan nilai LCL sebesar 0. Hal ini menunjukkan jenis cacat busuk berada pada kisaran 0 sampai dengan 9,08. Gambar tersebut juga menunjukkan kondisi nanas segar dalam 25 kali pengambilan sampel tidak terkendali.

Kondisi tersebut terlihat pada 2 titik

pengambilan sampel, yakni pengambilan sampel ke-12 dan ke-14 sejumlah 5 buah

52

dan 4 buah. Faktor penyebab terjadinya buah nanas dengan cacat busuk tidak terkendali adalah tenaga kerja, karakter buah, mesin dan sarana transportasi yang tidak stabil setiap harinya.

Kriteria cacat busuk dapat diketahui dengan

melakukan pengamatan secara visual sebelum kulit buah dikupas dan setelah kulit buah dikupas. Pengamatan cacat busuk sebelum dan setelah kulit buah dikupas dapat diketahui dengan kondisi kulit buah yang berwarna kuning, tekstur lunak serta kondisi buah mempunyai aroma asam yang berbau menyengat. Berdasarkan penjelasan tersebut menunjukkan bahwa terdapat 2 (dua) jenis cacat yang terkendali yaitu cacat penyakit dan cacat porositas. Terdapat pula 2 (dua) jenis cacat yang tidak terkendali yaitu cacat memar dan cacat busuk.

53

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Proses pengalengan nanas PT Great Giant Pineapple terdiri dari proses penumpahan buah nanas, pengupasan buah, pencucian dan pemotongan, pemasukan slice ke dalam kaleng, pemasukan sirup ke dalam kaleng, penutupan dan pemberian kode kaleng, sterilisasi produk, seleksi dan pengepakan produk, pemberian label produk, pengangkutan produk ke kontainer dan pengiriman produk. 2. Pelaksanaan pengendalian kualitas pada pengendalian kualitas bahan baku (Quality Control Raw Material) PT Great Giant Pineapple adalah berdasarkan instruksi kerja (Work Intruction). Parameter pengendalian kualitas pada pengendalian kualitas bahan baku (Quality Control Raw material) PT Great Giant Pineapple meliputi pengecekan cacat penyakit, cacat porositas, cacat memar dan cacat busuk. 3. Faktor penyebab cacat bahan baku adalah tenaga kerja, karakter buah nanas, mesin dan sarana transportasi. Jenis cacat terbanyak yang terdapat dalam pengambilan sampel sebanyak 25 kali adalah cacat porositas sebanyak 247 buah dan terendah adalah cacat busuk sebanyak 13 buah. 4. Analisis pengendalian kualitas bahan baku menggunakan peta kendali C di PT Great Giant Pineapple menunjukkan bahwa terdapat 2 (dua) jenis cacat yang terkendali yaitu cacat penyakit dan cacat porositas serta terdapat 2 (dua) jenis cacat yang tidak terkendali yaitu cacat memar dan cacat busuk. 5.2 Saran

54

Pengendalian kualitas bahan baku dalam proses pengalengan nanas slice di PT Great Giant Pineapple sudah berjalan dengan baik dan benar, namun masih terdapat cacat memar dan cacat busuk pada bahan baku nanas segar yang tidak terkendali, karena faktor tenaga kerja, mesin, karakter buah dan sarana transportasi yang tidak stabil setiap harinya. Jumlah cacat memar dan cacat busuk dapat dikurangi atau diminimalisir dengan melakukan pengendalian bahan baku secara terpadu yakni penggunaan bibit yang sehat, perbaikan teknik budidaya secara baik dan benar, pemotongan atau pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit, pengelolaan lahan secara baik dan benar, penanganan panen dan pasca panen yang baik dan benar dan penggunaan pestisida sesuai kebutuhan tanaman.

55

DAFTAR PUSTAKA Assauri, Sofjan. 1998. Manajemen Operasi dan Produksi. Jakarta. LPFEUI Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013. Ekspor Buah Nanas Tahun 2008-2012. http://www.deptan.go.id/ekspor-buah-nanas.pdf [21 Mei 2013]. Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013. Produksi dan Konsumsi Buah Nanas Tahun 2008-2012. http://www.deptan.go.id/prodkonsumsi-buah.pdf [4 Juni 2013]. Bank Indonesia. 2012. Perkembangan Perekonomian http://www.bi.go.id/TKM-0114.pdf [25 Juli 2013]

Dunia

2012.

Dajan, Anto. 1995. Pengantar Metode Statistik Jilid I. Jakarta. LP3S. Feigenbaum, A. V. 1992. Kendali Mutu Terpadu Edisi Ketiga. Jakarta. Penerbit Erlangga. Hutabarat, Rapolo. 2003. Agribisnis dan Budidaya Tanaman Nanas. Jakarta. PT Atalya Rileni Sudeco. Messina. W. S. 1987. Statistical Quality Control For Manufacturing Managers. USA. Wiley Series In Engineering Management. Nasution, M. N. 2005. Manajemen Mutu Terpadu. Bogor. Ghalia Indonesia. Poerwanto, Hendra. 2012. Konsep Peta Kendali https://sites.google.com/site/kelolakualitas/konsep-peta-kendali-c [28 2013].

C. Mei

Reksohadiprodjo, S dan I. Gitosudarmo. 1992. Manajemen Produksi. Yogyakarta. BPFE-Yogyakarta. Rukmana, R. 1996. Yogyakarta

Budidaya dan pascapanen Nenas.

Penerbit Kansius.

Tim penulis Gema Lampung. 2013. Gema Lampung. Lampung. Agri-Group.

56

LAMPIRAN

More Documents from "Doah Didong"