ANALISIS USAHA TERNAK POTONG 1. Analisis Usaha Ternak Potong Suatu pemikiran yang wajar jika peternak/pengusaha/produsen peternakan ingin memperoleh keuntungan yang maksimal. Namun demikian tidak selamanya suatu usaha peternakan dapat memberikan keuntungan seperti yang diharapkan bahkan dapat mengalami suatu kerugian. Untuk itu diperlukan suatu analisis yang matang tentang kelayakan suatu usaha yang akan dibangun. Hasil analisis usaha ternak sangat bervariasi antar lokasi dan waktu sesuai dengan tingkat fluktuasi biaya input produksi dan harga jual produk di lokasi/daerah bersangkutan. Hanya dengan kerja keras, strategi budidaya, dan pemasaran yang baik dan benar, segala sesuatu yang diharapkan dapat berjalan sesuai rencana. 1.1.Faktor-Faktor Analisis Usaha Ketepatan dalam menentukan parameter yang ikut berpengaruh pada kinerja usaha akan menentukan hasil akhir suatu studi kelayakan usaha. Pada usaha ternak potong, terdapat beberapa segmen usaha yang dapat dilakoni, yaitu pembesaran/penggemukan dan pembibitan. Analisis dari masing-masing segmen usaha akan menjadi acuan dalam menentukan pilihan usaha yang akan dijalankan. Faktor finansial menjadi tolok ukur utama dari suatu analisis usaha, terutama cash flow yang terjadi selama kegiatan usaha berjalan. Perhitungan besarnya biaya, keuntungan yang diperoleh dan harga jual pokok penjualan dilakukan untuk mengetahui indikator kelayakan suatu usaha. Indikator yang sering dipergunakan untuk melihat tingkat kelayakan suatu usaha adalah analisis rasio B/C, payback period (PBP), dan analisis titik impas atau break even point (BEP), selain itu, akan lebih baik jika dilengkapi dengan perhitungan net present value (NPV), internal rate of return (IRR), dan return on investment (ROI). Biaya Biaya adalah segala sesuatu yang diinvestasikan, baik berupa uang, tanah dan bangunan, tenaga kerja, serta aset-aset lainnya yang diperlukan dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Biaya tersebut dikeluarkan secara kontan (cash) atau kredit. Besaran biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi akan menjadi acuan dalam penentuan harga pokok penjualan dan akan mempengaruhi kelayakan usaha. Biaya yang diperlukan dalam setiap segmen usaha ternak potong sudah tentu akan berbeda-beda dan dipengaruhi oleh hal-hal, sebagai berikut :
Jenis ternak potong yang diusahakan (sapi, kerbau, kambing/domba, dan babi)
Jenis usaha yang akan dipilih (pembibitan dan pembesaran, penggemukan)
Skala usaha yang dikelola (keseimbangan antara faktor produksi yang dimiliki dengan omset produksi yang dapat dicapai)
Sistem produksi yang dipilih (intensif, semi intensif, atau ekstensif)
Kemampuan manajerial yang dimiliki dalam mengelola usahanya. Dalam hal ini efisiensi usaha akan menjadi target untuk mencapai keuntungan yang maksimal. Terdapat dua jenis biaya dalam suatu usaha, yaitu biaya investasi dan biaya operasional.
a) Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memulai suatu usaha , misalnya biaya beli lahan, pembuatan kandang, peralatan/mesin, dan izin usaha. Biaya investasi ini diperhitungkan sebagai penyusutan. b) Biaya Operasional Biaya operasional dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost). Biaya tetap adalah semua biaya yang besarannya tetap sampai batas tertentu walaupun hasil produksinya berubah. Beberapa komponen biaya yang termasuk biaya tetap ini, diantaranya sewa lahan dan tenaga kerja. Sementara itu, biaya variabel (tidak tetap) adalah biaya yang jumlahnya berubah sesuai dengan perubahan tingkat produksi, misalnya biaya pembelian ternak bakalan, pakan, suplemen, obat-obatan, dan peralatan kandang pakai habis termasuk biaya tidak tetap. Pendapatan Pendapatan adalah seluruh penerimaan uang yang diperoleh dari penjualan produk suatu kegiatan usaha. Penjualan ternak hidup, karkas, pupuk, dan produk lainnya merupakan komponen pendapatan. Keuntungan Keuntungan adalah selisih antara pendapatan dengan total biaya yang diperlukan dari proses produksi pemasaran suatu produk. Analisis Kelayakan Layak tidaknya suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat dilihat dari analisis kelayakannya. Beberapa parameter yang dapat dipergunakan untuk melihat kelayakan suatu usaha umumnya adalah analisis rasio B/C, payback period (PBP), dan analisis titik impas atau break even point (BEP), selain itu, akan lebih baik jika dilengkapi dengan perhitungan net present value (NPV), internal rate of return (IRR), dan return on investment (ROI).
Analisis benefit cost ratio (B/C) dan revenue cost ratio (R/C) digunakan untuk melihat tingkat keuntungan atau penerimaan relatif suatu usaha dalam setahun terhadap total biaya yang dipergunakan dalam kegiatan tersebut, dengan rumus sebagai berikut. Total penerimaan – Total biaya B/C ratio = Total Biaya Total penerimaan B/C ratio = Total Biaya
Payback period (PBP) Analisis payback period (PBP) dipergunakan untuk mengetahui lamanya pengembalian modal yang telah diinvestasikan dalam suatu usaha. Total investasi x 1 tahun PBP = keuntungan
Break even point (BEP) Analisis break even point (BEP) dipergunakan untuk melihat batas nilai atau volume produksi dari suatu usaha. BEP bisa dihitung berdasarkan jumlah produksi (BEP produksi) atau harga (BEP harga) dengan perhitungan sebagai berikut. Total biaya BEP produksi = Harga penjualam Total biaya BEP harga = Total Produksi
Return on investment (ROI) Analisis Return on investment (ROI) digunakan untuk mengukur profitabilitas suatu kegiatan usaha atas seluruh aset atau nilai investasi yang digunakan. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut. Keuntungan ROI = Total investasi
Net present value (NPV) dan internal rate of return (IRR)
Analisis IRR dan sangat terkait dengan konsep NPV, yaitu sama-sama memperhitungkan nilai waktu dari uang. Pada analisis NPV, seluruh aliran cash (inflow maupun outflow) dikalikan dengan discount factor pada tahun dan tingkat bunga yang telah ditentukan untuk tahun mendatang. Artinya, nilai penerimaan dan pengeluaran yang akan terjadi di masa yang akan datang dinilai pada saat sekarang. Hal ini disebabkan adanya penghargaan nilai uang yang diterima pada saat sekarang lebih berharga dibandingkan dengan uang diterima di masa yang akan datang. Kaitannya dengan IRR, yaitu bahwa perhitungannya dengan menggunakan nilai NPV suatu arus kas , IRR lebih banyak digunakan untuk membandingkan berbagai alternatif peluang investasi yang ada. Nilai IRR suatu investasi adalah tingkat bunga yang total nilai NPV-nya sama dengan 0 (nol). Apabila nilai NPV positif, tingkat bunga yang digunakan untuk mendiskon nilai arus kas suatu proyek bukanlah nilai IRR. Begitu pula apabila nilai NPV negatif, tingkat bunga yang digunakan mendiskon nilai NPV bukan nilai IRR. 1.2.Analisis Usaha Penggemukan (contoh kasus ternak kambing) Penggemukan merupakan segmen usaha yang paling diminati dalam bidang usaha peternakan karena perputaran uang lebih cepat sehingga diharapkan dapat memberikan keuntungan yang lebih cepat dan lebih besar persatuan modal usaha yang dipergunakan. Kualitas kambing bakalan yang akan digemukkan dan pakan yang diberikan akan menentukan besarnya tingkat pertumbuhan yang diperoleh. Penggemukan umumnya dilakukan secara pemeliharaan intensif dengan menggunakan kandang sistem baterai. Asumsi Dalam analisis usaha penggemukan kambing ini digunakan asumsi seperti tercantum pada Tabel 1. Jumlah ternak yang digemukkan adalah sebanyak 480 ekor per periode penggemukan (4 bulan) untuk menyuplai pasar sebanyak 4 ekor per hari. Tabel 1. Asumsi Usaha Penggemukan Kambing No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Parameter Jumlah ternak penggemukan per periode (ekor) Berat awal (kg) Pertumbuhan (kg/ekor/hari) Lama penggemukan (hari) Kemampuan pemeliharaan (ekor/orang) Frekuensi penggemukan Pasar reguler Pasar khusus Harga ternak bakalan (Rp/kg berat badan) Konsumsi rumput (kg/ekor/hari) Harga rumput (Rp/kg)
Jumlah 480 22 0,1 120 80 3 2 1 22,500 4 150
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Konsumsi konsentrat (kg/ekor/hari) Harga konsentrat (Rp/kg) Obat/periode penggemukan (Rp/ekor) Bahan habis pakai per periode penggemukan (Rp/ekor) Mortalitas (%) Harga ternak penggemukan pasar reguler (Rp/kg) Harga ternak penggemukan pasar khusus (Rp/kg) Depresiasi Bank (%) Upah tenaga kerja kandang (Rp/bulan) Gaji manajer (Rp/bulan) Biaya tak terduga (% dari total biaya) Biaya transportasi (Rp/bulan) Biaya listrik dan telepon(Rp/bulan)
0,4 2,750 5,000 2,500 1 22,500 33,500 2 600,000 1,200,000 1,5 500,000 300,000
Biaya Investasi Investasi yang dibutuhkan untuk usaha penggemukan kambing dengan pola pemeliharaan secara intensif adalah 327,950,000,- dengan rincian pada Tabel 2. Berdasarkan perkiraan umur teknis dari masing-masing alat tersebut, setiap tahun dikenakan biaya penyusutan sebesar Rp 41,811,666,- dengan komponen terbesar pada penyusutan kandang.
Tabel 2. Biaya Investasi Unit Kandang (m2) Kantor (m2) Perumahan karyawan (m2) Gudang pakan (m2) Tower, pompa, dam sumur (set) Kendaraan roda 4 (unit) Sepeda motor (unit) Chopper (buah) Refrigerator (buah) Alat kesehatan (set) Lahan
Harga Total (Rp) Umur Satuan Ekonomis (Rp) (tahun) 480 400,000 192,000,000 10 15 750,000 11,250,000 10 36 700,000 25,200,000 10
Penyusutan (Rp) 19,200,000 1,125,000 2,520,000
20 300,000 1 10,000,000
6,000,000 10,000,000
5 5
1,200,000 2,000,000
1 50,000,000
50,000,000
10
5,000,000
1 15,000,000 1 15,000,000 1 3,000,000 1 500,000 1 10,000,000
15,000,000 15,000,000 3,000,000 500,000 10,000,000
5 3 5 3 5
3,000,000 5,000,000 600,000 166,666 2,000,000
Analisis Sumber dan Penggunaan Dana Agar usaha penggemukan ini dengan skala yang direncanakan (480) ekor per periode diperlukan modal awal sekitar Rp. 547,950,000, - yang dipergunakan untuk investasi sebesar
Rp. 327,950,000,- dan sebagai modal usaha sebesar Rp. 220,000,000,-. Hasil analisis sumber dan penggunaan dana selama 5 tahun ditunjukkan pada Tabel 3.
Analisis Rugi Laba dan Cash Flow Pada Tabel 4 dan 5 menunjukkan analisis rugi laba dan analisis cash flow usaha penggemukan kambing. Dari Tabel tersebut terlihat bahwa perusahaan memperoleh laba sebelum pajak sekitar Rp. 72 juta – 81 juta per tahun selama periode 5 tahun operasional. Dari analisis cash flow (Tabel 5) diketahui bahwa pada tahun pertama perusahaan sebenarnya masih mengalami defisit, sementara itu, pada tahun berikutnya telah memperoleh keuntungan. Tabel 4. Analisis Rugi Laba Keterangan
Tahun keJumlah 1 2 3 4 5 1,268,308,800 1,293,674,976 1,319,548,476 1,345,939,445 1,372,858,234 6,600,329,9
Penjualan (Rp) Biaya Biaya 1,017,360,000 1,037,707,200 1,058,461,344 1,079, 1,101,223,182 5,294,382,2 variabel 630,571 (Rp) Biaya tetap 109,011,667 111,191,900 113,415,738 115,684,053 117,997,734 567,301,0 (Rp) Biaya tak 28,159,292 28,722,478 29,296,927 29,882,866 30,480,523 146,542,0 terduga (Rp) Total 1,154,530,958 1,117,621,578 1,201,174,009 1,225,197,489 1,249,701,439 6,008,225,4 Biaya (Rp) Laba Kotor 113,777,842 116,053,399 118, 374,466 120,741,956 123,156,795 592,104,4 (Rp) Depresiasi 41,811,667 41,811,667 41,811,667 41,811,667 41,811,667 209,058,3 (Rp) Laba 71,966,175 74,241,732 76,562,800 78,930,289 81,345,128 383,046,1 sebelum pajak (Rp)
Tabel 5. Analisis Cash Flow Keterangan
Tahun ke-
Jumlah
1 2 3 4 5 Investasi 327,950,000 (Rp) Biaya tetap 1,154,530,958 1,117,621,578 1,201,174,009 1,225,197,489 1,249,701,439 6,008,225, dan variabel (Rp) Total 1,482,480,958 1,117,621,578 1,201,174,009 1,225,197,489 1,249,701,439 6,336,175,
Pengeluaran (Rp) Penerimaan 1,268,308,800 1,293,674,976 1,319,548,476 1,345,939,445 1,372,858,234 6,600,329, (Rp) Proceeds -214,172,158 116,053,399 118,374,466 120,741,956 123,156,795 264,154, (Rp) Laba Kotor 113,777,842 116,053,399 118, 374,466 120,741,956 123,156,795 592,104, (Rp) Depresiasi 41,811,667 41,811,667 41,811,667 41,811,667 41,811,667 209,058, (Rp) Laba 71,966,175 74,241,732 76,562,800 78,930,289 81,345,128 383,046, sebelum pajak (Rp) Payback -98,118,760 234,427,865 239,116,422 243,898,751 period (Rp) Analisis Kelayakan Usaha a.
R/C atau B/C Berdasarkan analisis sumber dan penggunaan dana (Tabel 3), nilai (penerimaan) penjualan ternak kambing yaitu :
Nilai penjualan pada pasar reguler Rp. 3,783,628,623
Nilai penjualan ternak untuk pasar khusus Rp. 2,816,701,308
Total penerimaan penjualan ternak kambing Rp. 6,600,329,930
Total biaya selama 5 tahun sebesar Rp. 6,008,225,473
Total penerimaan R/C ratio = Total Biaya 6,600,329,930 = 6,008,225,473 R/C ratio = 1,098 Nilai R/C tersebut mengindikasikan bahwa setiap Rp 1 yang dikeluarkan
menghasilkan
keuntungan Rp. 0,98 b. Net present value (NPV) Pada perhitungan NPV, semua proyeksi cash flow dikonversi menjadi suatu nilai ekuivalen pada tahun ke nol dengan menggunakan teknik discounting. Proceeds 1
proceeds 2 proceeds n NPV =
+
....
(1+r)2
(1+r)
(1+r)n
Suatu proyek layak atau tidak: NPV >0, proyek diterima/layak NPV <0, proyek ditolak/tidak layak
Analisis NPV menggunakan asumsi tingkat bunga bank yang berlaku di pasaran sebesar 21 %, sehingga nilai NPV-nya sebagai berikut : -214,172,158 +
16,053,399
118,374,463 NPV
120,741,956 =
+
+ (1,21)
(1,21)2
(1,21)3
(1,21)4
123,156,795 + (1,21)5 NPV = 72,892,838 Artinnya, nilai sekarang dari proyek penggemukan kambing yang berumur 5 tahun sebesar Rp 72,892,838. Nilai NPV ini akan lebih rendah apabila tingkat bunga yang digunakan untuk mendiskon arus kas ini lebih tinggi. Demikian juga sebaliknya. Berdasarkan rumus NPV, terlihat bahwa lebih tinggi dan lebih awal diterimanya income, semakin tinggi NPV. Nilai NPV = 0 mengisyaratkan bahwa segala pengeluaran yang terjadi selama umur proyek telah dapat dikembalikan/diterima. Dengan demikian, kriteria diterima atau ditolaknya proyek apabila nilai NPV = 0 atau NPV >0. NPV positif berarti proyek tersebut menghasilkan lebih banyak kas dari yang dibutuhkan untuk menutup utang dan memberikan pengembalian yang diperlukan kepada pemodal. c.
Internal Rate of Return IRR didefinisikan sebagai discount rate yang menghasilkan nilai NPV sama dengan nol. Hasil perhitungan analisis IRR pada penggemukan kambing ditunjukkan pada Tabel 6. Dengan menggunakan tingkat bunga sebesar 21 % dan 43 %, nilai sekarang (present value) arus kas (proceeds), yaitu berturut-turut sebesar Rp. 72,892,839 dan minus (Rp.-3,067,009). Tabel 6. Perhitungan Nilai IRR Usaha Penggemukan Kambing Tahun Proceeds 1 -214,172,158.33 2 116,053,399 3 118,374,466
DF 21% 0,8264463 0,6830135 0,5644739
PV Proceeds DF 43% PV Proceeds (177,001,784) 0,6993007 (149,770,740) 79,266,033 0,4890215 56,752,603 66,819300 0,3419731 40,480,878
4 5
120,741,956 0,4665074 123,156,795 0,3855433 PV Proceeds
56,327,013 47,482,276 72,892,839
0,2391420 0,1672322
28,874,472 20,595,777 (3,067,009)
Berdasarkan Tabel 6, diperoleh nilai-nilai sebagai berikut:
P1 = tingkat bunga pada nilai NPV positif , yaitu 21%
P2 = tingkat bunga pada nilai NPV negatif. Yaitu 43%
C1 = Nilai NPV pada tingkat bungan P1
C2 = nilai NPV pada tingkat bunga P2 Hasil analisis tersebut diperoleh IRR sebesar 42,11%. Nilai IRR tersebut berarti bahwa pada tingkat bunga tersebut (42,11%) nilai NPV sama dengan nol. Tingkat bunga yang menjadikan nilai NPV=0 tersebut mengindikasikan bahwa nilai ekspektasi investor akan tingkat pengembalian investasinya. Jika nilai IRR tinggi, artinya ruang untuk ekspektasi terhadap tingkat pengembalian investasinya cukup lebar. Namun, jika IRR rendah rentang tersebut sempit.
P2-P1 IRR = P1- C1 C2-C1
43-21 IRR = 21- 72,892,839 -3,067,009-72,892,839
IRR = 42,11%
Nilai IRRnya, yaitu 42%. Jika dikenakan tingkat ekspektasi pengembalian investasi pada tingkat bungan 42 %, investasi tersebut hanya bisa impas (NPV=0). Oleh karena itu, lebih baik jika IRR bernilai 21%. Jika dikenakan tingkat ekspektasi lebih rendah dari 42%,
misalnya 21%, NPV proyek tersebut adalah positif. Sebaliknya, jika dikenakan tingkat ekspektasi pengembalian investasi sebesar 44%, NPV-nya menjadi negatif. Berdasarkan uraian tersebut investor hanya boleh memasang tingkat ekspektasi maksimal 42% (untuk menjadi impas saja) d. Payback period (PBP) Pada usaha penggemukan kambing ini, perhitungan PBP-nya adalah sebagai berikut: Proceeds tahun 1 = -214,172,158 Proceeds tahun 2 = 116,053,399 ------------------- (-) Saldo proceeds = -98,118,759 Saldo investasi yang belum kembali dan harus ditutupi pada tahun ke 3, yaitu sebesar Rp. 98,118,759. Nilai investasi yang belum tertutupi tersebut akan dapat ditutupi dalam waktu sebagai berikut. Rp. 98,118,759 = ---------------------- x 12 bulan = 9,9 bulan atau 10 bulan. Rp. 118,374,466 Jadi lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan semua investasi adalah 2 tahun 10 bulan. e.
Break Even Point (BEP) Berdasarkan analisis rugi laba, nilai break even point (BEP) dapat dihitung sebagai berikut: Total Biaya BEP produksi = --------------------------------Harga penjualan per ekor Total Biaya + Biaya penyusutan = --------------------------------Bobot badan penjualan x harga ternak Rp. 6,008,225,473 + Rp. 209,508,333 = ---------------------------------------------34 kg x Rp. 28,000 Rp. 6,217,283,806 = -------------------------- = 6,531 ekor Rp. 952,000/ekor Total Biaya BEP Harga = ----------------------Total Produksi
Total Biaya + Biaya penyusutan = ---------------------------------------------------------------------(nilai penjualan ternak pasar reguler/harga jual pasar reguler) ternak pasar khusus/harga pasar khusus)
+ (nilai penjualan
Rp. 6,217,283,806 = ----------------------- = Rp. 24,648/kg. 252,242 kg BEP terjadi pada saat perusahaan dapat menjual ternak sebanyak 6,531 ekor. Jika dilihat dari harga BEP terjadi pada harga penjualan Rp. 24,648/kg f.
Return of Investment (ROI) ROI menunjukkan produktivitas dari seluruh aktiva yang dikendalikannya dengan mengabaikan sumber pendanaan, ROI dinyatakan dalam prosen. Semakin tinggi nilai ROI, semakin baik kelayakan usaha. Total laba sebelum pajak ROI = -------------------------------------- x Turn over investment (%) Total penjualan 383,046,124 = ----------------- x (6,600,329,930/327,950,000) x 100 % 6,600,329,930 ROI = 116,8 % Artinya setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.100, akan dihasilkan keuntungan sebesar Rp. 16,8