ANALISIS USAHA PENANGKAPAN IKAN OLEH NELAYAN TRADISIONAL (NELAYAN KELOMPOK DAN NELAYAN BEKARANG) DI PERAIRAN SUNGAI DAN RAWA BANJIRAN DI SUMATERA SELATAN (STUDI KASUS DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR) Oleh a
Maulana Firdaus dan Sonny Koeshendrajanaa ABSTRAK Penelitian mengenai analisis usaha penangkapan ikan oleh nelayan tradisional di perairan sungai dan rawa banjiran ini bertujuan untuk mengetahui gambaran struktur biaya, penerimaan, keuntungan, nilai R/C ratio dan waktu pengembalian investasinya (Payback Period). Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Data yang digunakan adalah berupa data sekunder dan data primer. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif dengan pendekatan metode analisis finansial (tanpa memperhatikan nilai uang karena faktor waktu). Hasil penelitian menunjukkan bahwa total biaya yang dikeluarkan oleh nelayan kelompok dalam kurun waktu satu tahun adalah Rp. 53.798.268,40, keuntungan yang diperoleh adalah Rp. 21.535.064,93. Rasio antara penerimaan dengan biaya (R/C) adalah 1,40 dan lamanya waktu untuk pengembalian investasi adalah 2,22 tahun. Total biaya yang dikeluarkan oleh nelayan bekarang dalam kurun waktu satu tahun adalah Rp. 6.820.000, keuntungan yang diperoleh adalah Rp. 530.000. Rasio antara penerimaan dengan biaya (R/C) adalah 1,08 dan lamanya waktu untuk pengembalian investasi adalah 2,39 tahun. Perbedaan keuntungan yang diperoleh antara nelayan kelompok dengan nelayan bekarang disebabkan oleh perbedaan alat tangkap yang digunakannya. Kata Kunci : Analisis Usaha Penangkapan Ikan, Nelayan Tradisional, Sungai dan Rawa Banjiran
Abstract : Fish Catching Effort Analysis By Traditional Fisherman (Collective Fisherman and Individual Fisherman) At FloodPlain Rivers At South Sumatra (A Case Study At Ogan Komering Ilir Regency) By Maulana Firdaus and Sonny Koeshendrajana. This research about fish- catching effort analysis by traditional fisherman at floodplain rivers is aiming at describing the cost structure, revenue, benefit, R/C ratio value and payback period. The method used in this research is a case study, using secondary data and primary data. Data were analyzed descriptively and quantitatively with financial analysis method approach (regardless of money value because of time factor). Result showed that total cost taken by collective fisherman in one year is about Rp. 53.798.268,40, the benefit is Rp. 21.535.064,93. revenue cost ratio (R/C) value is 1,40 and the payback period is 2,22 years. Total cost taken by individual fisherman in one year is about Rp. 6.820.000, the benefit is Rp. 530.000, revenue cost ratio (R/C) value is 1,08 and payback periode is 2,39 years. The difference benefit between collective fisherman and individual fisherman is caused by the difference in gears that is used. Key Words : Fish Catching Effort Analysis, Traditional Fisherman, Floodplain Rivers
aa
Peneliti Pada Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, BRKP-DKP. JL.KS Tubun Petamburan VI Slipi Jakarta 10260.Telp. (021) 53650157-58.
PENDAHULUAN Kabupaten OKI merupakan salah satu wilayah yang berada di Provinsi Sumatera Selatan yang dimana 60% wilayahnya adalah perairan (Bahri, 2007). Perairan di Kabupaten OKI terdiri dari perairan laut dan perairan umum (daratan). Perairan umum ini meliputi lebak lebung, sungai, rawa, danau, waduk dan arisan. Usaha penangkapan ikan pada perairan sungai dan rawa banjiran di Kabupaten OKI dicirikan dengan perikanan rakyat berskala kecil yang dilakukan oleh nelayan tradisional dengan menggunakan peralatan yang relatif belum berkembang. Sektor perikanan di Kabupaten OKI mempunyai peranan penting bagi masyarakatnya, karena kawasan sungai dan rawa banjiran yang banyak terdapat di wilayah Kabupaten OKI sepanjang tahun mampu memberikan penghidupan kepada masyarakat yang berdiam atau bertempat tinggal di sekitarnya. Di musim penghujan kawasan tersebut berwujud kolam dan danau. Masyarakat pun dengan leluasa memancing berbagai jenis ikan air tawar seperti seluang, sepat, gabus, patin dan tembakang. Memasuki musim kemarau dimana kawasan penampungan air tersebut menjadi surut dan fungsinya pun berubah menjadi sawah lebak. Bersamaan dengan surutnya air, penduduk yang berada di tepian sungai pun menuai rejeki dari panen ikan di kawasan yang di sebut lebung. Pada waktu air mulai surut, hasil penangkapan di perairan lebak menunjukkan hasil yang memuaskan karena ikan terjebak sehingga dengan mudah dilakukan aktivitas penangkapan. Pengaturan alokasi hak penangkapan ikan pada sumberdaya perairan umum diatur dalam peraturan daerah Kabupaten OKI. Dalam peraturan tersebut siapapun yang memanfaatkan lebak lebung harus melalui mekanisme lelang yang dilakukan oleh pemerintah dan dikenal dengan istilah lelang lebak lebung (Nasution, 2004). Hasil dari lelang menyumbang besaran uang yang cukup besar ke kas pemerintah daerah. Hasil produksi dari usaha penangkapan ikan, khususnya pada perairan umum daratan di Kabupaten OKI telah mengalami penurunan, hal tersebut diduga karena semakin berkurangnya stok ikan pada perairan tersebut akibat usaha penangkapan yang terus dilakukan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan hasil produksi ikan di periran umum pada tiga tahun terakhir sampai dengan tahun 2007. Penurunan hasil produksi ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan nelayan, sehingga diperlukannya pengkajian yang intensif terhadap keuntungan yang diterima oleh nelayan dan biaya yang harus dikorbankan untuk melakukan usaha penangkapan ini. Tabel.1 Perkembangan Nilai Ikan Hasil Tangkapan di Perairan Umum Tahun 2003 -2007. Produksi Ikan Perairan Umum Wilayah
Tahun 2005 (ton)
(%)
Tahun 2006 (ton)
(%)
Tahun 2007 (ton)
(%)
Kab. Ogan Komering Ilir
11.290,9
26,2 3
11.313,4
26,5 9
5.710,6
13,26
(Prov) Sumatera Selatan
43.050,6
100
42.534
100
43.044,5
100
Sumber : Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2006 – 2007. Penelitian mengenai analisis usaha penangkapan ikan oleh nelayan tradisional (nelayan kelompok dan nelayan bekarang) di perairan sungai dan rawa banjiran bertujuan untuk mengetahui gambaran struktur biaya, penerimaan, keuntungan, nilai R/C ratio dan waktu pengembalian investasinya (Payback Period). METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan studi kasus (Nasir, 1998), namun persoalan yang dihadapi oleh nelayan didaerah penelitian juga merupakan persoalan yang sama bagi sebagian besar nelayan tradisional pada perairan sungai dan rawa banjiran di Indonesia pada umumnya.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perairan sungai dan rawa banjiran (sungai lempuing) di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. Kabupaten OKI merupakan salah satu wilayah Kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Selatan yang dimana 60% wilayahnya adalah perairan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli tahun 2008. Metoda Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan nelayan yang mencakup identitas, jenis alat tangkap, peralatan penangkapan, volume penangkapan dan harga serta jenis ikan yang tertangkap. Data sekunder yang diperoleh berupa data produksi perikanan, letak geografis, demografi dan data-data lain yang terkait dengan penelitian yang diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Selatan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten OKI dan Badan Pusat Statistik. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik snowball sampling (Nasir, 1998). Jumlah nelayan yang dijadikan sampel adalah sebanyak 18 orang, yang terdiri dari 10 orang dari nelayan kelompok dan 8 orang dari nelayang bekarang. Metoda Analisis Data Proses pengolahan data dilakukan secara tabulasi dengan menggunakan program aplikasi Microsoft Excel. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif, dengan pendekatan metode analisis finansial (tanpa memperhatikan nilai uang karena faktor waktu) berupa cost-benefit analysis, revenue-cost ratio (R/C) dan periode pengembalian investasi (Payback Period).
HASIL DAN PEMBAHASAN Perairan tipe sungai dan rawa banjiran mempunyai ciri khas, yaitu dimana fluktuasi air yang sangat berbeda antara musim penghujan dan musim kemarau (Arifin dan Ondara, 1982). Pada musim penghujan air sungai meluap hingga menggenangi sebagian besar arealnya kecuali bagian tanah yang tinggi (talang), sebaliknya pada musim kemarau air sungai menjadi surut dan sebagian besar arealnya kering kecuali bagian yang dalam meliputi sungai utama dan lebung (Welcome, 1985). Menurut Welcome (1985), perairan ini dihuni berbagai jenis ikan dan pada umumnya produktivitasnya tinggi. Jenis ikan tersebut secara garis besar dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok, yakni kelompok ikan hitam (black fish) seperti gabus (Channa striata), sepat siam (Trichogaster pectoralis), betok (Anabas testudineus) dan lain-lain. Kelompok yang kedua adalah ikan putih (white fish) seperti lais (Cryptopterus spp), baung (Mystus nemurus), lampam (Puntius schwanefeldi) dan lain-lain. Pada musim kemarau kelompok ikan hitam umumnya menghuni perairan lebak yang tanahnya cekung dan dalam (lebung), sedangkan ikan putih terdapat pada perairan sungai. Hasil tangkapan pada tipe perairan sungai dan rawa banjiran sangat dipengaruhi oleh musim. Pada musim penghujan, air banjir sehingga pada perairan lebak, rawang dan sungai tertutupi oleh air, dan pada saat inilah ikan menyebar sehingga sulit untuk ditangkap menyebabkan hasil tangkapan kurang baik pada perairan lebak, rawang dan sungai. Pada waktu air mulai surut kegiatan penangkapan di perairan lebak dan sungai menunjukkan hasil yang memuaskan, karena pada saat ini ikan bergerak mengikuti arus menuju daerah cekungan yang lebih dalam, sehingga ikan ini mudah untuk dihadang. Jenis ikan yang tertangkap oleh nelayan pada daerah penelitian sangat bervariasi sesuai dengan alat tangkap yang digunakannya. Untuk alat tangkap tajur dan rawai jenis ikan yang tertangkap antara lain adalah lele (Clariass sp), baung (Macrones nemurus), gabus (Channa striata) dan toman (Channa sp), alat tangkap kilung jenis ikan yang tertangkap yaitu semua jenis ikan yang mengikuti gerak arus dan terjebak dalam kantong kilung yang terdiri dari sepat siam, tawes, toman, gabus, lele, tambakan dan lain-lain, untuk alat tangkap bengkirai yang tertangkap adalah jenis-jenis ikan yang hidupnya didasar perairan seperti lele (Clariass sp), gabus dan udang galah, namun pada saat ini udang galah sangat sulit dijumpai dikarenakan oleh jumlahnya yang sedikit . Kegiatan perikanan yang dilakukan di perairan sungai dan rawa banjiran, khususnya kegiatan penangkapan ikan di daerah penelitian ini dibedakan atas penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan kelompok (collective fisheries) dan nelayan bekarang (individual fisherman). Nelayan kelompok (collective
fisherman) adalah nelayan yang melakukan kegiatan perikanan baik penangkapan maupun budidaya pada suatu objek lelang yang terdiri lebih dari satu orang (berkelompok) sedangkan nelayan bekarang (individual fisheries) adalah nelayan yang melakukan penangkapan seorang diri, yang melakukan kegiatan penangkapan pada suatu objek lelang yang mereka sewa kepada nelayan kelompok dan hasilnya pun dijual kepada yang memberi sewa. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan tradisional di perairan sungai dan rawa banjiran menggunakan banyak alat tangkap atau bersifat multi gears, yang antara lain terdiri dari tajur, rawai, kilung, sengkirai/bengkirai,kerakat, jala langgian, tuguk dan empang. Namun pada saat ini, alat tangkap dengan menggunakan tuguk sudah jarang dioperasikan lagi karena hasil tangkapan yang diperoleh tidak sebanding dengan biaya operasional alat tangkap tuguk tersebut dan juga alat tangkap tuguk dapat merusak ekosistem dan kelestarian sumberdaya perikanan yang ada. Pada umumnya alat tangkap yang digunakan oleh nelayan kelompok adalah kilung dan kerakat, sedangkan alat tangkap yang digunakan oleh nelayan perorangan adalah tajur, rawai dan bengkirai. Musim sangat berpengaruh terhadap aktivitas penangkapan dan hasil tangkapan. Pada waktu air mulai surut alat tangkap yang paling efektif yaitu alat tangkap jenis alat perangkap, contohnya seperti bengkirai (pot traps) dan kilung (filtering net). Pada waktu musim kemarau air menjadi surut sehingga ikan-ikan banyak terkumpul cekungan tanah yang lebih dalam dan di sungai utama. Pada waktu musim kemarau inilah merupakan puncak musim penangkapan ikan, alat tangkap yang efektif yaitu jenis alat tangkap yang aktif (active gear), contohnya jala (dalam kegiatan ngubek lubuk) dan kerakat (dalam kegiatan ngesar). Pada waktu air mulai naik yaitu terjadi pada waktu awal musim hujan, pada saat ini ikan bergerak mengikuti arah gerak air dari daerah cekungan yang dalam menuju daerah lebak, sehingga hal ini dimanfaatkan oleh para nelayan dengan memasang perangkap untuk menjebak dan menangkap ikan tersebut. Pemasaran ikan-ikan hasil tangkapan nelayan tradisional pada daerah penelitian ini adalah sekitar Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Palembang saja. Analisis usaha yang dilakukan pada usaha penangkapan ikan di perairan sungai dan rawa banjiran oleh nelayan tradisional dilakukan dalam kurun waktu satu tahun, yang terdiri dari total penerimaan dan total biaya. Analisis usaha ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu analisis usaha terhadap nelayan kelompok (collective fisherman) dan analisis usaha terhadap nelayan bekarang (individual fisherman). Total penerimaan yang diperoleh merupakan total jenis ikan yang ditangkap dengan seluruh alat tangkap yang digunakan, antara lain menggunakan alat tangkap kilung, krakat, rawai, sengkirai dan tajur dengan hasil tangkapannya yaitu ikan sepat siam, ikan tawes, ikan tambakan, ikan lele, ikan betok dan beberapa jenis ikan lainnya yang dikelompokkan dalam ikan campur atau rucah. Harga yang digunakan dalam analisis usaha ini adalah harga nominal yang diperoleh pada saat dilakukan penelitian. Harga per kg ikan sepat siam adalah Rp. 4.000, ikan tawes adalah Rp. 7.000, ikan tambakan Rp. 3.000, ikan betok adalah Rp. 6.000, ikan gabus adalah 10.000, ikan lele adalah 5.000, ikan rucah adalah Rp. 1.500. Total penerimaan pada usaha penangkapan yang dilakukan oleh nelayan kelompok adalah Rp. 75.333.333,33 dan nelayan bekarang adalah Rp. 7.350.000,Komponen biaya yang dihitung dibedakan menjadi tiga yaitu biaya investasi, biaya variabel dan biaya tetap. Pada usaha penangkapan yang dilakukan oleh nelayan kelompok, biaya investasi terdiri dari biaya untuk pembuatan saung (tempat tinggal), pembuatan alat dukung penangkapan berupa tuguk dan empang, pembelian jukung (perahu tanpa motor), alat tangkap berupa kilung dan krakat, genset, lampu dan lain-lain, biaya variabel terdiri dari biaya hidup berupa perbekalan (konsumsi) dan upah ngesar, biaya tetap yang terdiri dari harga sewa lelang dan penyusutan barang-barang investasi. Pada usaha penangkapan yang dilakukan oleh nelayan bekarang (individu) biaya investasi terdiri biaya pembelian alat tangkap berupa tajur, sengkirai, rawai dan pembelian jukung (perahu tanpa motor), biaya variabel terdiri dari biaya perbekalan konsumsi, dan biaya tetap terdiri dari biaya sewa areal penangkapan dan penyusutan barang-barang investasi. Biaya-biaya tersebut diperoleh dari harga rata-rata dari seluruh jumlah responden baik nelayan kelompok maupun nelayan bekarang (individu). Total biaya yang dikeluarkan oleh nelayan bekarang dalam kurun waktu satu tahun adalah Rp. 6.820.000, dengan jumlah biaya tetap sebesar Rp. 2.070.000 dan biaya variabel Rp. 4.750.000, keuntungan yang diperoleh adalah Rp. 530.000. Rasio antara penerimaan dengan biaya (R/C) adalah 1,08 dan lamanya waktu untuk pengembalian investasi adalah 2,39 tahun.Total biaya yang dikeluarkan oleh nelayan kelompok dalam kurun waktu satu tahun adalah Rp. 53.798.268,40, dengan jumlah biaya tetap sebesar Rp. 34.081.601,73 dan biaya variabel Rp. 19.716.666,67. keuntungan yang diperoleh adalah Rp. 21.535.064,93. Rasio antara penerimaan dengan biaya (R/C) adalah 1,40 dan lamanya waktu untuk pengembalian investasi adalah 2,22 tahun. Besarnya investasi, biaya, penerimaan, keuntungan, R/C ratio dan PP (Payback Period)
usaha penangkapan di perairan sungai dan rawa banjiran oleh nelayan kelompok dan bekarang dapat dilihat pada Tabel 2. Usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan kelompok dan nelayan bekarang di perairan sungai dan rawa banjiran di Kabupaten OKI masih layak dilakukan, karena nilai masing-masing nilai R/C ratio > 1. Menurut Kadariah jika nilai R/C ratio > 1 maka suatu usaha dapat dilanjutkan. Pada usaha penangkapan yang dilakukan oleh nelayan bekarang memperoleh keuntungan yang lebih kecil dibandingkan usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan kelompok, hal ini disebabkan oleh perbedaan jenis alat tangkap yang digunakan, sehingga mempengaruhi besarnya volume ikan yang dapat ditangkap. Tabel 2. Analisis Usaha Penangkapan Ikan Oleh Nelayan Tradisional di Perairan Sungai dan Rawa Banjiran
No
Uraian
1
Investasi (Rp)
2
Biaya Tetap
Nelayan Kelompok
1.267.500
47.800.000
a. Sewa Areal/Lelang (Rp)
1.000.000
28.000.000
b. Penyusutan (Rp)
1.070.000
6.081.601,73
2.070.000
34.081.601,73
Total (Rp) 3
Nelayan Tradisional Nelayan Bekarang
Biaya Variabel a. Perbekalan (Rp)
4.750.000
17.250.000
b. Upah Ngesar (Rp)
-
2.466.666,67
Total (Rp)
4.750.000
19.716.666,67
4
Biaya Total (Rp)
6.820.000
53.798.268,40
5
Penerimaan (Rp)
7.350.000
75.333.333,33
6
Keuntungan (Rp)
530.000
21.535.064,93
7
Jumlah Nelayan (Orang)
1
7
8
Keuntungan/Nelayan (Rp)
530.000
3.076.437,85
9
R/C
1,08
1,40
10
PP
2,39
2,22
Sumber : Data Diolah, 2008.
KESIMPULAN Hasil analisis menunjukkan bahwa usaha penangkapan yang dilakukan oleh nelayan kelompok memberikan keuntungan sebesar Rp. 21.535.064,93, dengan penerimaan sebesar Rp. 75.333.333,33. total biaya Rp. 53.798.268,40. Rasio penerimaan dengan biaya (R/C) adalah 1,40 dan waktu pengembalian investasi selama 2,22 tahun, sedangkan usaha penangkapan yang dilakukan oleh nelayan bekarang memberikan keuntungan sebesar Rp. 530.000, dengan penerimaan sebesar Rp. 7.350.000, total biaya Rp. 6.820.000. Perbedaan keuntungan yang diperoleh disebabkan oleh perbedaan jenis alat tangkap yang digunakan, sehingga mempengaruhi volume tangkapan ikan.Rasio penerimaan dengan biaya (R/C) adalah 1,08 dan waktu pengembalian investasi selama 2,39 tahun. Usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan kelompok dan nelayan bekarang, masih layak dijalankan karena mempunyai nilai R/C ratio > 1, namun perlu diperhatikan penggunaan alat tangkap yang efektif dan efisien sehingga dapat memperoleh hasil tangkapan yang optimal dengan tetap memperhatikan kelestariannya.
DAFTAR PUSTAKA ---------. 2007. Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Selatan. Palembang ---------. 2008. Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Selatan. Palembang Arifin, Z. dan Ondara, 1982. Pengelolaan Perikanan Di Perairan Lubuk Lampam. Pros. SPPU Puslitbang Perikanan Jakarta. Bahri. R, 2007. Kebijakan Perencanaan Dan Penganggaran Dalam Mengatasi Kemiskinan Di Kabupaten OKI. Bappeda. Palembang. Kadariah, K dan Gray. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. LPFE UI. Jakarta Nasir, 1998. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta Nasution, Z. 2004. Rekayasa Kelembagaan Dalam Alokasi Dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Perairan Umum (Studi Kasus Perairan Umum Lebak Lebung Di Sumatera Selatan). Sainsteks Vol. XII No 1. Desember 2004. Semarang. Welcome, R.L. 1985. River Fisheries. FAO Teknical paper 262. FAO. Rome.
LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel Analisis Perhitungan Investasi, Biaya Tetap dan Biaya Variabel. Keterangan/Informasi No
Uraian
Nelayan Bekarang
Nelayan Kelompok
rata – rata
rata - rata
Nilai (Rp) 1
INVESTASI
UE (tahun)
3666666.667
4.666666667
Tuguk
8333333.333
7.333333333
Kilung
5333333.333
4
8000000
3.333333333
Krakat
20333333.33
4.666666667
Jukung
1133333.333
4
1000000
7
Genset, Lampu, lain-lain Tajur
505000
1
Sengkirai
360000
1
Rawai
27500
0.5
Jukung
375000
2.5
Total Investasi BIAYA TETAP
1267500
785714.2857
Penyusutan Jukung
283333.3333
Penyusutan Tuguk
1136363.636
Penyusutan Kilung
1333333.333 2400000
Penyusutan Genset, Lampu, dll Sewa Areal/Lelang
BIAYA VARIABEL
142857.1429 1000000
Penyusutan Tajur
505000
Penyusutan Sengkirai
360000
Penyusutan Rawai
55000
Penyusutan Jukung
150000
28000000
Total Biaya Tetap
2070000
34081601.73
Ransum
4750000
17250000
Upah Ngesar Total Biaya Variabel Total Biaya (FC+VC)
47800000
Penyusutan Saung
Penyusutan Empang
3
UE (tahun)
Saung
Empang
2
Nilai (Rp)
2466666.667 4750000
19716666.67
6820000
53798268.4
Lampiran 2. Tabel Analisis Perhitungan Penerimaan, Keuntungan, R/C Ratio dan Payback Period. Nelayan Bekarang Uraian 1
PENERIMAAN
Produksi (Kg)
Nilai (Rp)
Produksi (kg)
Nilai (Rp)
4166.67
4000
16666666.67
Tawes
833.333
7000
5833333.333
Betok
833.333
6000
5000000
Gabus
450
10000
4500000
566.667
10000
5666666.667
Lele
315
5000
1575000
3333.33
5000
16666666.67
Tambakan
135
6000
810000
4333.33
3000
13000000
Lain-lain
310
1500
465000
8333.33
1500
12500000
7350000
22400
4
KEUNTUNGAN JUMLAH NELAYAN KEUNTUNGAN NELAYAN
530000
3076438
5
R/C
1.08
1.40
6
PP
2.39
2.22
3
Harga (Rp/kg)
Sepat siam
Total Penerimaan 2
Harga (Rp)
Nelayan Kelompok
530000
75333333.33 21535064.93
1
7