LaporanPraktikum Kimia OrganikDasar
ANALISIS SIFAT KARBOHIDRAT
FEBRIYANTI PRATIWI H031181306
LABORATORIUM KIMIA ORGANIK DASAR DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2019
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Karbohidrat terdapat dalam semua tumbuhan dan hewan dan sangat penting
bagi kehidupan. Melalui fotosintesis, tumbuhan mengonversi karbon dioksida atmosfer menjadi karbohidrat, terutama selulosa, pati, dan gula. Selulosa ialah blok pembangun pada dinding sel yang kaku dan jaringan kayu pada tumbuhan, sedangkan pati ialah bentuk cadangan utama dari karbohidrat yang nantinya akan digunakan sebagai makanan atau sumber energi. Beberapa tumbuhan, misalnya tebu dan bit gula menghasilkan sukrosa, yaitu gula pasir. Gula lain, yakni glukosa, merupakan komponen penting dalam darah. Dua gula lainnya, ribosa dan 2-deoksiribosa, ialah komponen material genetik RNA dan DNA. Karbohidrat lain, sangat penting sebagai komponen koenzim, antibiotic, tulang rawan, cangkang krustasea, dinding sel bakteri, dan membran sel mamalia (Hart dkk, 2003). Karbohidrat terbentuk pada proses fotosintesis sebagai senyawa perantara awal dalam penyatuan gas karbon dioksida, hidrogen, dan oksigen dengan bantuan sinar matahari ke dalam bentuk hayati. Pengubahan energi matahari menjadi energi kimia dalam reaksi biomolekul menjadikan karbohidrat sebagai sumber utama energi metabolit untuk organisme hidup (Sunarya, 2012). Berdasarkan uraian tersebut,
dapat
disimpulkan bahwa
karbohidrat
merupakan bagian yang sangat penting bagi kehidupan, sehingga sangatlah penting untuk mengenal, mempelajari, dan menganalisis sifat dari karbohidrat. Atas dasar pertimbangan itulah, laboratorium kimia dasar mengadakan praktikum analisis sifat karbohidrat.
1.2
Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1
Maksud Percobaan Maksud dari percobaan ini yaitu mempelajari beberapa sifat golongan
karbohidrat berdasarkan reaksi kimia.
1.2.2
Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini yaitu:
1. mengetahui beberapa sifat monosakarida melalui sifat reaksinya dengan beberapa larutan, seperti perak beramoniak, larutan fehling, dan larutan benedict. 2. mempelajari sifat disakarida melalui reaksi sukrosa dengan larutan perak beramoniak dan uji benedict. 3. mengetahui sifat polisakarida melalui reaksi amilum dengan yodium dan hidrolisis amilum.
1.3
Prinsip Percobaan Prinsip dari percobaan ini ialah menguji karakteristik monosakarida dengan
larutan perak beramoniak, larutan Fehling, dan larutan Benedict. Menguji karakteristik disakarida dengan larutan perak beramoniak dan larutan Benedict. Serta menguji karakteristik polisakarida dengan reaksi antara amilum dengan yodium dan hidrolisis amilum dengan penambahan HCl dan NaOH.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Karbohidrat Kata karbohidrat timbul karena rumus molekul senyawa karbohidrat dapat
dinyatakan sebagai hidrat dari karbon. Contohnya, glukosa memiliki rumus molekul C6H12O6 yang dapat ditulis sebagai C6(H2O)6. Meskipun jenis rumus ini tidak berguna dalam mempelajari kimia karbohidrat, penggunaan nama karbohidrat tetap bertahan. Berdasarkan segi struktur organik, karbohidrat didefinisikan sebagai polihidroksialdehida, polihidroksiketon, atau zat yang memberikan senyawa seperti aldehida dan keton jika dihidrolisis. Kimiawi karbohidrat pada dasarnya merupakan kimia gabungan dari dua gugus fungsi, yaitu gugus hidroksil dan gugus karbonil. Karbohidrat biasanya digolongkan berdasarkan strukturnya sebagai monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida (Hart dkk, 2003). 2.2
Amilum Amilum adalah senyawa yang memiliki berat molekul tinggi, terdiri atas
polimer glukosa yang bercabang-cabang yang diikat dengan ikatan glikosidik. Degradasi amilum membutuhkan enzim amylase yang akan memecah atau menghidrolisis menjadi polisakarida yang lebih pendek (dextrin), dan selanjutnya akan menjadi maltosa. Hidrolisis akhir maltosa menghasilkan glukosa terlarut yang dapat ditransport masuk ke dalam sel (Sutanto, 2011). Amilum adalah salah satu bahan penghancur berupa karbohidrat yang terdiri atas amilosa dan amilopektin, dan banyak terdapat pada umbi, daun, batang dan biji-bijian. Amilum adalah polisakarida dalam tanaman yang disimpan sebagai cadangan makanan (Rahayu dkk, 2017)
2.3
Sukrosa Disakarida komersial yang paling penting, ialah sukrosa atau gula pasir.
Sukrosa diproduksi lebih dari 100 juta ton setiap tahunnya di dunia. Sukrosa terjadi dalam semua tumbuhan fotosintetik, yang berfungsi sebagai sumber energi. Sukrosa diperoleh secara komersial dari batang tebu atau bit gula yang kadarnya 14 sampai 20% dari cairan tumbuhan tersebut (Hart dkk, 2003). Hidrolisis sukrosa memberikan
D-fruktosa
dengan jumlah mol yang
ekuivalen. Sukrosa berbeda dari disakrida lain, seperti maltose, selobiosa, dan laktosa karena karbon anomerik kedua unitnya terlibat dalam ikatan glikosidik. Oleh karena kedua karbon anomerik bertautan dalam ikatan glikosidik, tidak satu pun unit monosakrida yang memiliki gugus hemiasetal. Sukrosa tidak dapat bermutarotasi. Selain itu, karena tidak ada gugus aldehida bebas yang berpotensi, sukrosa tidak dapat mereduksi reagen Tollens, Fehling, atau Benedict. Oleh karena itu, sukrosa disebut sebagai gula non-pereduksi (Hart dkk, 2003). 2.4
Glukosa Glukosa sering disebut sebagai gula anggur ataupun dekstrosa. Glukosa
banyak dijumpai di alam, terutama pada buah-buahan, sayur-sayuran, sirup jagung, dan tetes tebu. Pada tubuh, glukosa didapat dari hasil akhir pencernaan amilum, sukrosa, maltosa, dan laktosa. Glukosa juga dijumpai didalam aliran darah yang disebut sebagai kadar gula darah dan berfungsi sebagai penyedia energi bagi seluruh sel dan jaringan tubuh (Studiawan dan Santosa, 2005). 2.5
Penggolongan Karbohidrat Secara Umum Karbohidrat digolongkan menurut strukturnya sebagai monosakarida,
oligosakarida, atau polisakarisda. Istilah sakarida berasal dari kata Latin “sakarum”
dan merujuk pada rasa manis dari beberapa karbohidrat sederhana. Ketiga golongan karbohidrat ini, berkaitan satu dengan lainnya lewat hidrolisis (Hart, 1991). Monosakarida merupakan sakarida sederhana yang tidak dapat dihidrolisis menjadi satuan terkecil walaupun dalam suasana lunak sekalipun. Monosakarida yang paling sederhana adalah gliseraldehid, yakni suatu aldosa dan isomerinya adalah dihidroksiaseton, yaitu suatu ketosa. Kedua senyawa tersebut merupakan suatu triosa karena mengandung tiga atom karbon. Jadi, suatu monosakarida tidak hanya dibedakan berdasarkan gugus-gugus fungsionalnya, tetapi juga dari jumlah atom karbonnya (Sunarya, 2012). Oligosakarida (dari kata Yunani oligos, beberapa) mengandung paliung sedikit dua dan biasanya tidak lebih dari beberapa unit monosakarida yang bertautan. Oligosakarida dapat disebut disakarida, trisakarida, dan seterusnya, bergantung pada jumlah unit, yang dapat sejenis atau tidak sejenis. Contohnya, maltosa ialah disakarida yang terbuat dari 2 unit glukosa, tetapi sukrosa, disakarida lainnya terbuat dari unit monosakarida yang berbeda, yaitu glukosa dan fruktosa (Hart dkk, 2003). Polisakarida adalah karbohidrat yang memiliki puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan gula sederhana yang dihubungkan melalui ikatan glikosida. Polisakarida tidak mereduksi gula dan tidak menunjukkan mutarotasi dikarenakan senyawa ini memiliki anomerik hidroksil bebas (kecuali satu diakhir rantai). Selulosa dan pati adalah dua bentuk polisakarida yang paling banyak digunakan (McMurry, 1994).
2.6
Uji Kualitatif Karbohidrat Sifat-sifat kimia karbohidrat berkaitan dengan gugus fungsional yang terdapat
dalam molekul, yaitu gugus hidroksi, gugus aldehid, dan keton. Beberapa sifat karbohidrat dapat digunakan untuk mengidentiifikasi dan membedakan senyawa
karbohidrat yang satu dengan yang lainnya. Beberapa pereaksi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menguji sifat karbohidrat, yaitu (Sunarya, 2012): a. pereaksi Fehling. Pereaksi Fehling terdiri dari dua jenis larutan, yaitu larutan Fehling A dan larutan Fehling B. Larutan Fehling A adalah larutan CuSO4 dalam air, sedangkan larutan Fehling B adalah larutan garam kalium-natrium-tartrat dan NaOH dalam air. Pada identifikasi karbohidrat, ion Cu2+ direduksi menjadi Cu+, yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O. Pada larutan glukosa 1%, pereaksi Fehling menghasilkan endapan merah bata, sedangkan jika larutannya lebih encer, misal glukosa 0,1%, terbentuk endapan yang berwarna hijau kuning. b. pereaksi Benedict. Pereaksi Benedict adalah larutan yang mengandung tembaga(II) sulfat, natrium karbonat, dan natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu2+ dari tembaga(II) sulfat menjadi ion Cu+, yang selanjutnya mengendap sebagai Cu2O. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning, atau merah bata, bergantung pada konsentrasi karbohidrat yang diuji. Pereaksi Iodine jika dicampur dengan amilum menghasilkan larutan berwarna biru pekat yang menandakan hasil positif terhadap kandungan polisakarida, tetapi untuk larutan monosakarida dan disakarida, tidak menghasilkan warna spesifik, oleh karena itu hasil yang ditunjukkan negatif. Terbentuknya warna biru disebabkan molekul amilosa dan amilopektin yang membentuk suatu molekul dengan molekul dari larutan Iodine (Ainun dan Suyati, 2018). Bemhard Tollens mengenalkan tes peraknya untuk aldehida ketika Bemhard mengerjakan karbohidrat pada akhir abad ke-19. Tes ini melibatkan pengurangan perak nitrat amoniak oleh aldehida untuk menghasilkan cermin perak. Jika beberapa tetes natrium hidroksida pada awalnya ditambahkan ke perak nitrat, tes menjadi jauh lebih sensitif (Benet dkk, 2011).
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Bahan Percobaan Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah .larutan glukosa 10%,
larutan amilum 2%, larutan AgNO3 0,1M, NH4OH, larutan fehling A dan B, larutan Benedict, larutan sukrosa 10%, larutan yodium 0,1M, HCl pekat, NaOH 10%, akuades, dan tissue roll. 3.2
Alat Percobaan Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung,
pipet tetes, gelas ukur, gelas kimia, kaki tiga, kasa, gegep, lampu spiritus, sarung tangan, masker dan sikat tabung. 3.3
Prosedur Percobaan
3.3.1 Monosakarida 3.3.1.1 Reaksi Glukosa dengan Larutan Perak Beramoniak Tabung reaksi diisi dengan 2 mL larutan AgNO3 0,1M. Kemudian ditambahkan dengan NH4OH sampai terbentuk endapan, kemudian ditambahkan kembali dengan NH4OH sampai endapan yang terbentuk melarut kembali. Kemudian dimasukkan 1 mL larutan glukosa 10% dan dikocok. Tabung reaksi dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi air panas (penangas) selama selama beberapa menit. Kemudian diamati perubahan yang terjadi. 3.3.1.2 Reaksi Glukosa dengan Larutan Fehling Tabung reaksi diisi dengan 1 mL larutan fehling A dan 1 mL larutan fehling B dan dikocok. Ditambahkan 1 mL larutan glukosa 10% dan dikocok. Kemudian
tabung reaksi dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi air panas (penangas) selama 1 menit. Diamati perubahan yang terjadi. 3.3.1.3 Uji Benedict Tabung reaksi diisi dengan 2 mL larutan Benedict. Ditambahkan 1 mL larutan glukosa 10%. Kemudian tabung reaksi dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air panas (penangas) selama 5 menit. Diamati perubahan yang terjadi. Kemudian setelah didinginkan diamati kembali perubahan yang terjadi.
3.3.2
Disakarida
3.3.2.1 Reaksi Sukrosa dengan Larutan Perak Beramoniak Tabung reaksi diisi dengan 2 mL larutan AgNO3 0,1 M. Kemudian ditambahkan dengan NH4OH sampai terbentuk endapan, kemudian ditambahkan kembali dengan NH4OH sampai endapan yang terbentuk melarut kembali. Kemudian dimasukkan 1 mL larutan sukrosa 10% dan dikocok. Tabung reaksi dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi air panas (penangas) selama selama beberapa menit. Kemudian diamati perubahan yang terjadi. 3.3.2.2 Uji Benedict Tabung reaksi diisi dengan 2 mL larutan Benedict. Ditambahkan 1 mL larutan sukrosa 10%. Kemudian tabung reaksi dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air panas (penangas) selama 5 menit. Diamati perubahan yang terjadi. Kemudian setelah didinginkan diamati kembali perubahan yang terjadi. 3.3.3
Polisakarida
3.3.3.1 Reaksi Amilum dengan Yodium Tabung reaksi diisi dengan 3 mL larutan amilum 2%. Kemudian ditambahkan
5 tetes larutan yodium 0,1 M dan dikocok. Diamati perubahan yang terjadi. Tabung reaksi dipanaskan selama beberapa menit, kemudian diamati perubahan yag terjadi. Tabung reaksi didinginkan dan diamati perubahan yang terjadi. 3.3.3.2 Hidrolisisi Amilum Tabung reaksi diisi dengan 5 mL larutan amilum 2%. Ditambahkan 10 tetes HCl pekat. Tabung reaksi dipanaskan sampai larutan mendidih. Ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH sampai larutan bersifat basa. Diambil larutan sebanyak 3 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi lain dan ditambahkan larutan benedict. Dipanaskan di atas air mendidih selama 5 menit. Diamati perubahan yang terjadi.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan A. Monosakarida Tabel 1. Reaksi Glukosa dengan Larutan Perak Beramoniak Zat-zat Yang Direaksikan Warna Endapan/Larutan AgNO3 + sedikit NH4OH
Endapan putih keruh
AgNO3 + kelebihan NH4OH
Bening (larutan tidak berwarna)
AgNO3 + NH4OH + glukosa
Hitam dan terdapat endapan cermin perak
Tabel 2. Reaksi Glukosa dengan Larutan Fehling Zat-zat Yang Direaksikan Warna Endapan/Larutan Fehling A + Fehling B
Larutan biru tua dan endapan biru
Fehling + glukosa
Endapan merah bata
Tabel 3. Uji Benedict Zat-zat Yang Direaksikan Benedict + glukosa
Warna Endapan/Larutan Biru kehijauan
B. Disakarida Tabel 1. Reaksi Sukrosa dengan Larutan Perak Beramoniak Zat-zat Yang Direaksikan Warna Endapan/Larutan AgNO3 + NH4OH + sukrosa
Bening dan endapan hitam
Tabel 2. Uji Benedict Zat-zat Yang Direaksikan Benedict + sukrosa
Warna Endapan/Larutan Biru
C. Polisakarida Tabel 1. Reaksi Amilum dengan Yodium Zat-zat Yang Direaksikan
Warna Endapan/Larutan
Larutan amilum
Bening
Amilum + I2
Ungu keruh
Amilum + I2 + pemanasan
Bening
Setelah didinginkan
Bening
Tabel 2. Hidrolisis Amilum Zat-zat Yang Direaksikan
Warna Endapan/Larutan
Larutan amilum
Bening
Amilum + HCl panas
Bening
Amilum + HCl + NaOH
Bening
Amilum + HCl + NaOH + Benedict
Toska
Setelah dipanaskan
Toska
4.1.2 Reaksi A. Monosakarida 1. Reaksi Glukosa dengan Perak Beramoniak O C
H H
H
C C
OH OH
C
C
C
C
H
OH H
H
OH
+ 2 Ag(NH3)2OH OH
OH H
O C
CH2OH
H
H
C
OH
H
C
OH
CH2OH
+ 2 Ag + 4NH3 + H2O Cermin perak
2. Reaksi Glukosa dengan Larutan Fehling
O C H O
OH H
C
OH OH
C
C
C
C
H
OH H
H
H OH + 2Cu2O + H2O
+ 2Cu2+ + 5OH + 2H2O CH2OH
H
C
OH
OH C
H
H
C
OH
H
C
OH
Merah bata
CH2OH 3. Reaksi Glukosa dengan Larutan Benedict
O
H O
C
OH H C
C
OH OH C
C
CH2OH
H OH H H + 2Cu( OH )2 + 2H2O
C
H
H
C
OH
OH
C
H
H
C
OH
H
C
OH
+ Cu2O Merah bata
CH2OH B. Disakarida 1. ReaksiSukrosa dengan Perak Beramoniak CH2OH H
C
O
H
CH2OH
C
H OH
H
C
C
OH C H
C OH
O
H2 C
CH2OH
OH
H
C
C
H
OH
CH
+ 2Ag(NH3)2OH
CH2OH H
C
O
H
CH2OH
C
H OH
H
C
C
OH
C
C
H
OH
O
H2 C
CH2OH
OH
H
C
C
H
OH
CH + 2Ag + 4NH3
2. Uji Benedict CH2OH H
C
O
H
CH2OH
C
H OH
H
C
C
OH C
O
C
H
OH
H2 C
CH2OH
OH
H
C
C
H
OH
CH
+ 2Cu(sitrat)22- + 2H2O
CH2OH H
C
O
H
C
H OH
CH2OH H2 C
H
C
C
OH
C
C
H
OH
O
CH2OH CH + Cu2O + 4NH3 + 4sitrat2- + 4H+
OH
H
C
C
H
OH
C. Polisakarida 1. Reaksi Amilum dengan Iodium CH2OH
CH2OH
O
O H
H
C
O
H
H OH
H C
C
H OH
H
C
C
C
C
C
H
OH
H
OH
H
C
C
O
+ I2 O
n
CH2OH
CH2OH O H
H
C
O
H
H OH
H C
C
H OH
H
C
C
C
C
C
H
OH
H
OH
H
C
C O
O
O
n
Biru CH2OH
CH2OH O H
H
C
O
H
H OH
H C
C
H OH
H
C
C
C
C
C
H
OH
H
OH
H
C
C O
O
O
n CH2OH
CH2OH O H
H
C
O
H
H OH
H C
C
H OH
H
C
C
C
C
C
H
OH
H
OH
H
C
C O
O
O
n
Bening CH2OH
CH2OH
O
H
C
O H
H
C
O
H
C
H OH
H C
C
H OH
H
C
C
C
C
C
H
OH
H
OH
O
Biru
O
n
2. Hidrolisis Amilum CH2OH
CH2OH H
C
O H
H
C
O
H
C
H OH
H C
C
H OH
H
C
C
C
C
C
H
OH
H
OH
O
n H2O O
n
CH2OH
CH2OH
CH2OH H
C
C
H OH
H C
C
C
H
OH
O H
O
H
H
C
O OH
H
C
C
H OH
H C
C
C
OH
OH C
H
OH
H
C
C
H OH
O
H
C OH OH
n
4.2 Pembahasan Percobaan analisis sifat karbohidrat dilakukan tiga percobaan untuk masing-masing golongan karbohidrat. Golongan monosakarida diuji dengan menggunakan tiga indikator, yaitu dengan larutan perak beramoniak, larutan Fehling, dan uji Benedict. Golongan disakarida dilakukan uji dengan perak beramoniak dan Uji Benedict. Sedangkan untuk golongan polisakarida dilakukan uji hidrolisis amilum dan uji amilum dengan yodium. Pada uji monosakarida dengan larutan perak beramoniak didapatkan hasil bahwa glukosa bereaksi positif dengan AgNO3, sehingga terbentuk endapan cermin perak berwarna hitam. Sebelumnya, ketika glukosa ditambah dengan sedikit NH4OH dan AgNO3, terbentuk endapan berwarna putih keruh, dan setelah NH4OH ditambah
lebih banyak, maka larutan tetap berwarna bening. Hal ini dikarenakan larutan kompleks beramoniak
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Kesimpulan dari percobaan ini adalah:
1. protein akan membentuk endapan berwarna putih yang akan berubah menjadi warna merah saat di uji dengan pereaksi Millon karena memiliki gugus fenol di dalamnya. 2. asam amino akan membentuk warna ungu apabila direaksikan dengan pereaksi ninhidrin karena memiliki gugus asam amino bebas. 3.mpada uji biuret, asam amino dan potein akan membentuk warna biru dan ungu karena bersifat basa. Perubahan warna menunjukkan adanya ikatan peptida.
5.2
Saran
5.2.1
Saran untuk percobaan Saran untuk percobaan adalah Sebaiknya pereaksi yang disediakan dicek
lebih lanjut kualitas pemakaiannya. Pereaksi tersebut dicek dari kemampuan bereaksi dengan zat lain agar hasil praktikum dapat relevan dengan teori dan hasil yang diberikan lebih akurat. Selain itu, buku sebagai sumber referensi tinjauan pustaka harus segera ditambah agar sumber informasi yang dapat digunakan oleh praktikan lebih bervariasi. 5.2.2
Saran untuk laboratorium
Saran untuk laboratorium adalah agar meningkatkan bahan-bahan yang ada dalam laboratorium, serta mengganti bahan-bahan yang sudah lama dengan yang baru agar kebenaran akan teori dengan praktek tidak saling bertentangan. DAFTAR PUSTAKA
Ainun, M., dan Suyati, L., 2018, Bioelectricity of Various Carbon Sources on Series Circuit From Microbial Fuel Cell System using Lactobacillus plantarum, Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, 21(2): 70-74. Benet, W.E., Lewis, G.S., Yang, L.Z., dan Hughes, D.E.P., 2011, The Mecanism Of The Reaction Of The Tollent Reagent, Journal Of Chemical Research, 4(2): 675-677. Hart, H., 1991, Organic Chemistry : A Short Course Eighth Edition, Houghton Mifflin Company, Boston. Hart, H., Crain, L. E., dan Hart, D. J., 2003, Kimia Organik : Suatu Kuliah Singkat, Erlangga, Jakarta. McMurry, J., 1994, Fundamentals of Organic Chemistry 3rd Edition, Brooks/Cole Publishing Company, California. Rahayu, S., Azhari, N., dan Ruslinawati, I., 2017, Penggunaan Amylum Manihot Sebagai Bahan Penghancur Dalam Formulasi Tablet Ibuprofen Secara Kombinasi Intragranular-Ekstragranular, Journal of Current Pharmaceutical Sciences, 1(1): 6-10. Sunarya, Y., 2012, Kimia Dasar 2, Yrama Widya, Bandung Sutanto, A., 2011, Degradasi Bahan Organik Limbah Cair Nanas Oleh Bakteri Indigen, Degradasi Bahan Organik, 1(4): 151-156. Studiawan, H., dan Santosa, M.H., 2006, Uji Aktivitas Penurun Kadar Glukosa Darah Ekstrak Daun Eugenia polyantha pada Mencil yang Diinduksi Aloksan, Jurnal Media Kedokteran Hewan, 21(2): 23-27.