Analisis Semua Ceunah.docx

  • Uploaded by: Uciha ITachi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Analisis Semua Ceunah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,576
  • Pages: 5
Analisis 1. Specific gravity Berat jenis Berat jenis (specific gravity) tanah adalah perbandingan antara massa total fase padat tanah Ms dengan massa total tanah sebelum dilakukannya proses pengeringan dengan faktor suhu yang sama. Pada percobaan, dilakukan 3 kali percobaan atau 3 sampel yang berbeda untuk mendaatkan nilai berat jenis (specific gravity) yang lebih akurat. Percobaan dilakukan dengan menghabiskan kandungan udara pada sampel dengan perlakuan pemanasan hingga mencapai titik didih sampel dan dilakukan peralakuan berupa pendinginan untuk mengubah fase gas bulir udara menjadi fase cair pada proses pengukuran sampel. Didapatkan suhu sebesar 20 derajar celcius pada saat pengukuran dan menghasilkan nilai sebesar 2.93 pada Gs1, 2.1 pada Gs2,

dan nilai berat jenis sebesar 2.61 pada Gs3. Pada perhitungan digunakan nilai Gs sebesar 2.93 pada saat nilai Gs optimum. 2. 2. kadar air Kadar air tanah merupakan perbandingan antara massa kering tanah dengan massa tanah saat keadaan basah berbanding dengan massa tanah dalam keadaan basah. Cara penetapan kadar air dapat

dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 1000 C – 1100 C untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah. Kadar air tanah dalam praktikum mekanika tanah ini dinyatakan dalam persen. Berarti banyaknya kandungan air dalam tanah berbanding dengan 100%. Semakin besar kadar air tanah berarti tanak bersifat jenuh. Pada praktikum didapatkan nilai kadar air tanah sampel sebesar

2,5641%.

3. 3. dcp DCP atau Dynamic Cone Penetrometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur daya dukung tanah dasar langsung di tempat (in situ) dilangsungkannya pengambilan sampel. Daya dukung tanah dasar tersebut diperhitungkan berdasarkan pengolahan atas hasil test DCP yang dilakukan dengan cara mengukur berapa dalam (mm) ujung konus (dalam praktikum digunakan konus 60 derajat) yang masuk ke dalam tanah dasar setelah mendapat tumbukan palu atau beban pemberat pada landasan batang utamanya. Hubungan antara banyaknya tumbukan dan penetrasi ujung conus dari alat DCP ke dalam tanah akan memberikan gambaran kekuatan tanah dasar pada titik-titik tertentu. Maka, semakin dalam konus yang masuk untuk setiap tumbukan artinya makin lunak tanah dasar tersebut. Pengujian dengan menggunakan alat DCP akan menghasilkan data yang setelah diolah akan menghasilkan CBR lapangan tanah dasar pada titik yang dilakukannya pengambilan sampel yaitu lokasi kebun raya itera. Pada praktikum didapatkan nilai DCP sebesar 3.48 mm/tumbukan yang didapatkan melalui hasil perbandingan antara penetrasi yang didapatkan dengan banyaknya jumlah tumbukan yang dihasilkan dalam satu kali percobaan. Dikarenakan nilai dcp berpengaruh dengan CBR, maka perbandingan atau selisih antara DCP dan CBR tidaklah

terlalu jauh. Akan tertapi untuk nilai yang lebih pasti dapat dilakukan dengan percobaan CBR laboratorium.

4. 4. cbb

CBR (California Bearing Ratio) adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu lapisan tanah atau perkerasan terhadap bahan standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama. Prinsip pengujian ini adalah pengujian penetrasi dengan menusukkan benda ke dalam benda uji. Dengan cara ini dapat dinilai kekuatan tanah dasar atau bahan lain yang dipergunakan untuk membuat perkerasan. Nilai cbr dan dcp pada modul sebelumnya sangatlah berpengaruh. Dikarenakan DCP merupakan niali CBR lapangan yang dilangsungkan secara langsung ditempat pengambilan sampel. Sedangkan CBR diangsungkan dilaboratorium menggunakan sampel tanah yang telah diambil dari pengambilan sampel tanah. Nilai CBR digunakan untuk menilai kekuatan dari tanah yang dilakukan sampling dan juga dipakai sebagai dasar untuk penentuan tebal lapisan darai suatu perkerasan. Kekuatan tanah dasar sangat bergantung pada kadar air dari tanah. Semakin tinggi kadar air dari tanah tersebut, maka semakin kecil kekuatan CBR dari tanah yang dilakukan pengujian tersebut. Pada praktikum CBR didapatkan nilai CBR laboratorium sebesar 1,43% dengan pembanding besar nilai DCP (CBR lapangan) sebesar 2.1024%.

5. 5. Proctor

1. Poctor test merupakan proses pemadatan yang dilakukan dengan memberikan perlakuan pembebanan pada sampel tanah yang akan dilakukan pengujian. Pemadatan tersebut berfungsi untuk meningkatkan kekuatan tanah, sehingga dengan demikian meningkatkan daya dukung pondasi di atasnya. Pemadatan juga dapat mengurangi besarnya penurunan tanah yang tidak diinginkan. Pada praktikum, pengujian proctor ini untuk mengetahui nilai berat kering maksimum dan kadar air optimum suatu jenis tanah dengan pemadatan didalam laboratorium. Percobaan dilakukan dengan 5 percobaan dengan OMC (Kadar air optimum) yang berbeda disetiap percobaan hal ini dimaksudkan pada pemdatan dengan kadar air yang berbeda – beda akan dipadatkan nilai kepadatan yang berbeda pula. Sehingga kadar air tertentu akan didapat keadaan yang paling padat (angka pori yagn paling rendah). Kadar air dimana tanah mencapai keadaan yang paling padat disebut kadar air optimum. Pada percobaan didapatkan nilai kepadatan ZAVL pada OMC Estimasi -10% sebesar 21,67801, OMC

Estimasi -5% sebesar 19,56959, OMC Estimasi sebesar 17,90520, OMC Estimasi +5%

sebesar 16,46506, OMC Estimasi +10% sebesar 15,40042 dengan kaar air yang baik saat proctor test ini adalah pada sampel ke-3 saat OMC estimasi.

6. sand cone Sand cone test adalah pemeriksaan kepadatan tanah dilapangan dengan menggunakan pasir Ottawa sebagai parameter kepadatan tanah yang mempunyai sifat kering,bersih,keras,tidak memiliki bahan pengikat sehingga dapat mengalir bebas. Pasir Ottawa yang digunakan adalah lolos saringan no.10 dan tertahan di saringan no.200. pada metode sand cone ini hanya terbatas untuk lapisan atas tanah (top soil) yaitu antara 10 – 15 cm. Tes sand cone pada tanah dilakukan untuk menentukan kepadatan di tempat dari lapisan tanah atau perkerasan yang telah dipadatkan. Pada praktikum didapatkan dua pengujian, yaitu sand cone secara lapangan dan secara laboratorium. Berdasarkan praktikum yang telah dilangsungkan didapatkan data……………….

7. 7. atterberg Atterberg limit merupakan perhitungan dasar dari tanah butir halus. Apabila tanah butir halus mengandung mineral lempung, maka tanah tersebut dapat di remas-remas (remolded) tanpa menimbulkan retakan. Sifat kohesif ini disebabkan karena adanya air yang terserap di sekeliling permukaannya. Dilakukannya percobaan atterberg limit dengan perlakuan pemberian pengaruh berupa ketukan terhadap tanah yang dijadikan sampel uji. Tanah yang baik adalah tanah yang saat diberikan ketukan ke-25 menghasilkan pendekatan berjarak 1cm sebagai tanda berakhirnya perlakuan tumbukan terhadap sampel uji. Hasil akhir dari atterberg limit adalah didapatkannya nilai LL dan PL dari sampel tanah yang dilakukan uji. Pada praktikum didapatkan data PL sebesar 25.21% dan nilai dari ketiga LL sebesar 22.85% pada saat 33 ketukan, 69.32% pada saat 23 ketukan , dan 69.32% pada saat 15 ketukan. Berdasarkan nilai PL dan LL yang didapatkan, dihasilkan PI (Plastic Indeks) sebesar 19.27%.

8. 8. permea Permeabilitas tanah adalah kecepatan air menembus tanah pada periode tertentu dan dinyatakan dalam cm/s permeabilitas tanah menyatakan kemampuan tanah melalukan air yang bisa diukur dengan menggunakan air dalam waktu tertentu. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat menaikkan laju

infiltrasi sehingga menurunkan laju air larian. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi permeabilitas tanah antara lain tekstur tanah, porositas distribusi ukuran pori, stabilitas agregat, stabilitas struktur tanah serta kadar bahan organik yang terkandung pada sampel tanah yang dilakukan pengujian. Pada praktikum didapatkan nilai koefisien permeabilitas sebesar 0.665926 cm/s. Yang didapatkan berdasarkan perhitungan laboratorium dengan debit aliran pada pipa sebesar 6.9783 cm/s.

9. 9. bv Berat volume tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang paling sering ditentukan, karena keterkaitannya yang erat dengan kemudahan penetrasi di dalam tanah. Nilai berat volume, bervariasi antara satu titik dengan titik yang lain disebabkan oleh variasi kandungan bahan organik, tekstur tanah, maupun struktur tanah yang berada di lokasi pengambilan sampel, pada praktikum ini pengambilan sampel pada titik lokasi saluran air embung kebun raya ITERA.Nilai berat volume tanah sangat dipengaruhi oleh pengelolaan yang dilakukan terhadap tanah tersebut. Nilai berat volume terendah biasanya didapatkan di permukaan tanah sesudah pengolahan tanah. Pada praktikum berat volume tanah didapatkan nilai sebesar 2,13998 gr/cm3. Berarti, perbandingan antara berat sampel (tanah) pada saat kondisi sampel kering dengan volume sampel (tanah) termasuk volume pori-pori sampel sebesar 2.13998 gram per satuan ruang volume. Berat volume tanah yang baik berkisar antara 1,1 gr/cm3 – 1,6 gr/cm3 akan tetapi ada juga berat volume tanah yang lebih dari 0,85 gr/cm3 . Jika tanah memiliki berat volume tinggi bahkan dapat mencapai lebih dari 1,6 gr/cm3 artinya tanah tersebut sangat keras sehingga sulit untuk meneruskan air kedalam tanah. Pada praktikum didapatkan nilai yang lebih besar dari 1.6 gr/cm3 dimungkinkan oleh kondisi tanah sedimentasi yang berada pada daerah aliran air yang mengarah keembung.

10. 10. analisis saringan a) Analisa saringan merupakan analisis yang dilakukan untuk menentukan gradasi

butir (distribusi ukuran butir dari sampel tanah yang dilakukan pengujian), dengan menggetarkan sampel tanah kering melalui satu set ayakan dimana diameterdiameter ayakan tersebut semakin kebawah akan semakin mengecil secara berurutan sebagai pemisah atau sekat antara nomor saringan. Analisa saringan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu analisa ayakan dan analisa hidrometer. Pada modul ini, dilangsungkan analisis saringan secara ayakan dengan bantuan alat sieve shaker (penggetar) untuk memisahkan antara butir agregat. Pada praktikum didapatkan data berupa pola gradasi dari butir agregat. Dengan persenan lolos berupa Persen lolos 1 = 100 – 0 = 100%, Persen lolos 2 = 100 – 8,25 = 91,75%, Persen lolos 3 = 100 – 13,21 = 86,79%, Persen lolos 4 = 100 – 25,6 = 74,4%, Persen lolos 5 = 100 – 39,48 = 60,52%, Persen lolos 6 = 100 – 72,08 = 27,92%, Persen lolos 7 = 100 – 93,63 = 6,37% dengan nilai Cu (koefiseien keseragaman) sebesar 2,770 dan Cc (Koefisien Gradasi) sebesar 1,141.

11. 11. hidro Analisis hydrometer merupakan cara yang didasarkan atas kecepatan pengendapan untuk menganalisa distribusi ukuran butiran tanah berbutir halus, dengan ukuran butir 0,075 mm sampai 0,001 mm ( lolos saringan No.200). Modul ini merupakan lanjutan dari analisis saringan dimana terdapat pembatas butir tanah antara yang tertahan pada saringan 200 (pasir, kerikil, tanah) dengan butir tanah yang lolos pada saringan 200 (lempung dan lanau). Pada praktikum dilakukan pembacaan hydrometer dengan melihat jarak antara muka air cekung dan cembung pada bacaan hydrometer. Pada praktikum hydrometer didapatkan data berupa………………………..

Related Documents

Semua
November 2019 38
Keciciran Semua
December 2019 46
Semua Cover
October 2019 30

More Documents from "Erna Nur Hasanah"

November 2019 12
Latihan Lcc.docx
June 2020 8
Osn Bioma.docx
June 2020 17
December 2019 13