LAPORAN ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN ANAK
DISUSUN OLEH:
NOVI ISNAINI HIDAYAH
(1811040109)
VINA NATHANIA
(1811040063)
WARISKA PRIYANTIKA
(1811040072)
LISA DWI MULYANI
(1811040024)
AGUG SUSILO
(1811040034)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2018/2019
BAB I A. Pendahuluan Metode Kanguru adalah metode perawatan dini dengan sentuhan kulit ke kulit antara ibu dan bayi baru lahir dalam posisi seperti kanguru. Dengan metode ini mampu memenuhi kebutuhan asasi bayi baru lahir premature dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan kangguru. Metode kangguru memberi peluang untuk dapat beradaptasi baik dengan dunia luar. Perawatan kanguru ini telah terbukti dapat menghasilkan pengaturan suhu tubuh yang efektif dan lama serta denyut jantung dan pernafasan yang stabil pada bayi prematur. Perawatan kulit ke kulit mendorong bayi untuk mencari puting dan mengisapnya, hal ini mempererat ikatan antara ibu dan bayi serta membantu keberhasilan pemberian ASI (Henderson, 2006). Perawatan metode kangguru (PMK) atau kangguru mother care merupakan suatu cara perawatan untuk bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dengan meniru binatang kangguru yang yang meletakkan bayinya yang selalu lahir premature (kurang bulan) dalam kantongnya hingga siap untuk hidup di dunia luar. Bayi premature dan bayi berat lahir rendah sangat rentah terhadap berbagai hal terutama dalam mempertahankan kestabilan suhu tubuh sengga berisiko hipotermia (kedinginan) dan kematian. Untuk mencegah hipotermia pada bayi kecil di bawah 2.500 gram, dapat di lakukan perawatan metode kangguru yaitu melakukan 1 2 kontak kulit bayi dengan kulit ibu sehingga suhu tubuh ibu akan mempertahankan kasetabilan suhu tubuh bayi dan berfungsi sebagai termoregulator (Sekartini, 2007). Berdasarkan World Health Organization (WHO) pada tahun 2007, di negara berkembang hampir 70% dari 5 juta kematian neonatal dan 17 dari 25 juta persalinan per tahun melahirkan bayi dengan BBLR (kurang dari 2500 gr) (Imral, 2007). Negara-negara berkembang seperti di Amerika Serikat dan Kanada sangat mendukung keefektifan dan keamanan dari perawatan kulit per kulit (seperti kanguru) untuk bayi prematur karena bayi dapat merasakan kenikmatan kebahagiaan dan perasaan yang sangat luar biasa. Mengingat
terbatasnya fasilitas pelayanan kesehatan terutama di pedesaan, maka metode kanguru sangat dianjurkan. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial telah mengembangkan kebijakan pelayanan neonatal esensial dan metode kanguru sebagai salah satu cara dalam penerapan kebijakan tersebut yang bertujuan untuk mencegah hipotermi (Widyastuti, 2004). Sebuah studi penerapan metode kanguru di rumah sakit di Ethopia terdapat 67% bayi lahir prematur dan BBLR yang beresiko tinggi dapat teratasi. Begitu juga dengan India yang menerapkan metode ini lebih menurunkan angka kematian bayi. Misalnya kemampuan bayi meminum ASI (kira-kira 180-200 ml/kg/hr) lalu kenaikan berat badan perlahan paling tidak 2030 gr atau 1 minggu sekitar 2 ons (Rahmi, 2008). Perkumpulan Perinatolog Indonesia (Perinasia) dalam seminar orientasi metode kanguru yang diselenggarakan pada Forum Promosi Kesehatan Indonesia, 3 bayi prematur maupun BBLR terutama terancam kematian yang diakibatkan hipotermi (suhu badan dibawah 36,5°C), di samping asfiksia (kesulitan bernafas) dan infeksi. Diperkirakan kejadian prematur dan BBLR di Indonesia memang makin menurun tetapi masih cukup tinggi yaitu 52% per 100 kelahiran hidup. Penelitian dari Fakultas Kedokteran UNPAD serta Depkes dan Kesos telah meneliti secara umum, bahwa wanita pedesaan menerima metode kanguru. Hampir semua ibu yang melaksanakannya mendapat dukungan dari keluarga. Mereka berpendapat, metode kanguru membuat bayi tenang dan banyak menyusui. Secara tradisional sebagian tindakan dalam metode kanguru telah dikenal masyarakat dengan istilah lokal Bedako (Kabupaten OKU), Makaleppe (Makasar), Kadukui (Bugis) dan Pulau Seram Barat (Maluku). Propinsi Bali merupakan daerah yang memiliki angka kematian bayi yang rendah dibandingkan dengan provinsi di Indonesia. Berdasarkan hasil survey yang dilaksanakan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) yang berkejasama dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Propinsi Bali, angka kematian bayi pada thun 2009 sebesar 4,1 per 1000 kelahiran hidup. Kabupaten Klungkung yang merupakan salah satu kabupaten di Bali dengan angka kematian bayi sebesar 2,6 per 1000 kelahiran
hidup di mana sekitar 0,5% kematian bayi di sebabkan karena Hipotermi (Dinkes Propinsi Bali, 2009). Berdasarkan survei yang telah dilakukan pada bulan Januari-April di Klinik Bersalin Heri Ternalem Jln. Pintu Air No 4 Simalingkar B diperoleh sebanyak 30 orang ibu hamil yang melakukan kunjungan kehamilan. Pada saat dilakukan 4 wawancara pada bulan April kepada 10 orang ibu hamil yang melakukan kunjungan kehamilan sebanyak 5 orang ibu hamil tidak mengetahui tentang metode kangguru sedangkan 5 orang ibu hamil mengetahui tentang metode kangguru. Berbagai macam penelitian tentang metode kangguru yang telah dilakukan memunculkan berbagai hasil dan semakin berkembang dari waktu kewaktu sehingga membuat penulis untuk melakukan sebuah analisis jurnal untuk membandingkan isi jurnal.
B. Tujuan
BAB II KAJIAN JURNAL UTAMA
A. Resum isi jurnal utama 1. Judul jurnal Penelitian ini berjudul “PENGARUH KANGAROO MOTHER CARE (KMC) DUA JAM DAN EMPAT JAM PER HARI TERHADAP KENAIKAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH BAYI PRETERM DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA” 2. Nama peneliti Nama peneliti pada penelitian ini adalah Siti Arifah dan Sri Wahyuni. 3. Tempat dan tahun penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang NICU Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2010. 4. Tujuan penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode kangguru pada dua jam dan empat jam perhari terhadap kenaikan berat badan lahir rendah bayi pretem di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. 5. Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian ini adalah Quasi eksperimental studi dengan rancangan pre test and post test control group Design. Penelitian ini dilakukan pada 2 kelompok perlakuan, yaitu kelompok bayi BBLR yang dilakukan KMC dengan durasi 2 jam dan 4 jam sehari selama 2 minggu. Berat badan bayi dimonitor setiap hari dimulai dari awal sebelum dilakukan KMC sampai KMC berakhir. 6. Hasil penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Berat badan bayi secara umum mengalami peningkatan, bayi BBLR yang diberikan KMC selama 2 jam meningkat dengan rata-rata 32,14 gram, sedangkan bayi dengan pemberian KMC 4 jam sehari meningkat rata-rata 167,86 gram. Pengujian
normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov test diperoleh hasil nilai p adalah 0,087 untuk kelompok KMC 4 jam dan p = 0,084 untuk kelompok KMC 2 jam, sehingga dinyatakan data terdistribusi normal. Pengujian homogenitas dilakukan menggunakan teknik Levene test, dengan hasil p = 0,091, sehingga semua sampel dinyatakan homogen. Uji Anova dilakukan untuk menguji pengaruh perawatan KMC terhadap peningkatan berat badan bayi dengan berat badan lahir rendah. Hasil uji anova pengaruh KMC terhadap peningkatan berat badan bayi diperoleh nilai Fhitung sebesar 50,400 dengan nilai signifikansi (pvalue) sebesar 0,000. dengan demikian kesimpulan uji adalah menolak H0, artinya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan perawatan bayi lekat terhadap peningkatan berat badan bayi. 7. Analisa Bayi yang diberikan tindakan KMC selama 2 jam dan 4 jam mengalami peningkatan berat badan, namun peningkatan berat badan lebih banyak terjadi pada kelompok KMC selama 4 jam ( 167,86 ) dibanding kelompok KMC 2 jam (31,32 gram). Berdasarkan uji statistik diperoleh bahwa terdapat hubungan antara KMC selama 2 jam dan KMC selama 4 jam terhadap peningkatan berat badan bayi lahir rendah. Dari hasil ini diperoleh bahwa semakin lama dilakukan KMC maka berat badannya semakin meningkat. Peningkatan berat badan bayi yang dilakukan KMC lebih lama menunjukkan hasil lebih baik, hal ini disebabkan metode KMC setelah lahir mempunyai efek positif terhadap lama menyusui dan suhu bayi dalam rentang normal ( Anderson et al,2003). B. Bahasan konsep teori Bayi yang diberikan KMC mempunyai suhu tubuh relatif normal, denyut jantung dan pernafasan teratur, tidur lebih lama dan sedikit menangis (Anderson, 1991). KMC pada bayi baru lahir menyebabkan peningkatan kadar glukosa lebih tinggi pada bayi (Cristensson et al, 1995). Peningkatan kadar glukosa akan menyebabkan sel melakukan metabolisme dengan baik sehingga proses pertumbuhan sel menjadi lebih baik.
Bayi yang menerima KMC juga mempunyai suhu tubuh lebih tinggi dibanding dengan bayi didalam inkubator, hal ini mencegah stres dingin pada bayi (Bauer et al, 1997). Stres dingin merupakan kejadian yang fatal bagi bayi yang menyebabkan suhu tubuh turun dan mengalami hipotermia, sehingga energi yang diperlukan untuk pertumbuhan akan jauh berkurang karena dipergunakan untuk memproduksi panas yang berakibat hilangnya lemak dibawah kulit. Walaupun menurut Robert et al (2000), KMC tidak secara nyata menurunkan lama tinggal di rumahsakit dan mempromosi pertahanan suhu, namun KMC disini terbukti meningkatkan berat badan bayi. Peningkatan berat badan disebabkan oleh meningkatnya hubungan bayi dan ibu, dimana bayi mempunyai waktu yang lebih lama untuk menyusu. Hal ini sesuai dengan penelitian Smith (1996), yang menyatakan bahwa KMC meningkatkan bonding ibu-bayi (Curry, 1892). Selain itu Dodd (2005) juga melaporkan bahwa KMC merupakan intervensi terapeutik untuk meningkatkan kedekatan ibu, mempromosi perilaku alami untuk stimulai pertumbuhan dan perkembangan. C. Analisis kritik kelompok terkait jurnal utama dengan pembanding menggunakan model PICO (population, intervention comparison, outcome) 1. Population Penelitian kuasi eksperimental pretest and posttest one group design dilaksanakan di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Subjek penelitian adalah bayi berat lahir rendah dan bayi berat lahir sangat rendah usia 0-28 hari, telah stabil, dan belum pernah dilakukan KMC sebelumnya. Sampel pada penelitian ini berjumlah 19 bayi dengan BBLR. 2. Intervention comparisson Subjek kemudian dilakukan KMC selama 2 jam dan diukur tanda vitalnya sebelum, setelah 1 jam KMC, dan setelah 2 jam KMC. Analisis statistik yang digunakan adalah uji Repeated ANOVA posthoc Bonferroni dan uji Friedman.
3. Outcome Penelitian menggunakan 22 bayi dengan 3 bayi dropout. Analisis data menggunakan 19 bayi. Terdapat perbedaan yang signifikan pada rerata suhu (p<0,001 vs p<001), denyut jantung (p=0,054 vs p<0,001), laju pernapasan (p=0,058 vs p<0,001), dan saturasi oksigen (p=0,004 vs p=0,001) antara KMC 1 jam dan KMC 2 jam. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada median tekanan sistolik (p=0,159) dan tekanan diastolic (p=727) antara KMC 1 jam dan KMC 2 jam.
BAB III PEMBAHASAN
A. Perbandingan antara jurnal utama dan jurnal pembanding pembanding Judul jurnal
Tujuan penelitian
Jurnal utama
Jurnal pembanding
Pengaruh Kangaroo Mother Care (Kmc) Dua Jam Dan Empat Jam Per Hari Terhadap Kenaikan Berat Badan Lahir Rendah Bayi Preterm Di Rs Pku Muhammadiyah Surakarta Mengetahui pengaruh
Pengaruh Durasi Kanggoro Mother Care Terhadap Perubahan Tanda Vital Bayi
Mengetahui
pengaruh
durasi
pemberian KMC pada 2 jam kanggoro mother care pada 1 jam dan 4 jam perhari.
dan 2 jam perhari terhadap perubahan tanda vital bayi
Metode penelitian
Quasi
eksperimental
studi kuasi eksperimental pretest and
dengan rancangan pre test and posttest one group design post
test
control
group
Design. Variabel yang diteliti
1 variabel
1 variabel
intervensi
Sampel yang terlibat dalam Subjek penelitian adalah bayi penelitian ini adalah ibu dan berat lahir rendah dan bayi berat bayi BBLR yang berada di lahir sangat rendah usia 0-28 ruang
NICU
RS
Muhammadiyah
PKU hari, telah stabil, dan belum
Surakarta pernah
dilakukan
KMC
berjumlah 14 (7 orang per sebelumnya. Subjek kemudian kelompok).
Bayi
yang dilakukan KMC selama 2 jam
dijadikan responden memiliki dan
diukur
tanda
vitalnya
berat badan 1500-2500 gram, sebelum, setelah 1 jam KMC, dan reflek
menghisap
dan setelah 2 jam KMC. Analisis
menelan baik, dan memiliki statistik yang digunakan adalah tanda vital stabil. Bayi BBLR
yang mengalami gangguan uji Repeated ANOVA posthoc pernafasan
dan
dikeluarkan
dari
Kelompok
infeksi Bonferroni dan uji Friedman. sampel.
pertama
bayi
BBLR usia 1-2 hari mulai dilakukan KMC selama 2 jam sehari
di
NICU
ruangan RS
Muhammadiyah
laktasi PKU
Surakarta.
Sedangkan kelompok kedua bayi BBLR usia 1-2 hari dilakukan KMC selama 4 jam sehari di ruangan yang sama. KMC dilakukan dengan cara menempatkan bayi pada baju khusus yang dipakai ibu, bayi diletakkan diantara payudara ibu, tegak lurus menghadap keatas, bagian kepala ditutup dengan topi. Berat badan bayi ditimbang
setiap
hari
menggunakan timbangan bayi dan hasil
yang diperoleh
dicatat pada lembar observasi berat badan. Jumlah pembanding
2 dan 4 jam
1 dan 2 jam
B. Kelebihan dan kekurangan jurnal 1. Jurnal utama a) Kelebihan Judul jurnal sudah mewakili isi penelitian, abstrak sudah mengandung ringkasan dan hasil utama dari laporan, literatur yang digunakan sudah sesuai dengan pustaka. b) Kekurangan Pernyataan masalah tidak dicantumkan dalam jurnal, teori konseptual sudah terlalu lama. 2. Jurnal pembanding a) Kelebihan Abstrak sudah mengandung ringkasan ringkasan dan hasil utama dari laporan, literatur yang digunakan sudah sesuai dengan pustaka. b) Kekurangan Judul jurnal kurang mewakili isi penelitian dan variabel kurang jelas. C. Implikasi keperawatan 1. S (strength) 2. W (weakness) 3. O (opportunity) 4. T (threats)
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis jurnal diatas adalah dari kedua jurnal tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masig-masing tetapi hasil dari penelitian memiliki keefektifan yang lebih baik dari jurnal yang lainnya, bahwa durasi KMC yang baik untuk meningkatkan berat badan bayi BBLR adalah 4 jam/ hari. B. Saran Untuk pengkaji jurnal selanjutnya dapat menganalisis jurnal Kanggoro mother care terhadap BBLR terkait suhu yang diberikan, dan frekuensi peeberian atau metode lain yang dapat mengatasi BBLR.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson GC. 1991. Current knowledge about skin-to-skin care for preterm infants. J Perinatol.(3):216-226 Anderson GC, Moor E, Hepworth J, Bergman N. 2003. Early skin-to-skin contact for mothers and their healthy newborn infants(review). Coch-rane Database Syst Rev.(2):CD003519 Bauer K, Uhrig C, Sperling P, Pasel K, Wieland C, Versmold HT. 1997. Body temperatures and oxigen consumption during skin-to-skin care in stable preterm infants weighing less than 1500 grams. Journal of Pediatrics. February (130);2:240-244. Brunssen SH, Miles SM. 1996. Sources of environmental stress experienced by mothers
of
hospitalized
medically
fragile
infants.
Neonatal
Network,15(3),88-89. Charpak N, Ruiz JG, Zupan J, Cattaneo A, Figueroa Z, etc. 2005. Kangaroo mother care : 25 years after. Acta Paediatr. May;94(5):514-522. Christensson K, Cabrera T, Christensson E, Uvnas MK, Winberg J. 1995. Separation distress call in the human neonate in the absence of maternal body contact. Acta Paediatr.84:468-473 Cooper R, Goldenberg R. 1990. Catecholamine secretion in fetal adaptation to stress. J Obstet Gynecol Neonatal Nurs. 19:223-226 Dudek-Shriber L.2004. Parent stress in the neonatal intensive care unit and the influence of parent and infant characteristics. American Journal of Occupational Therapy, September (58);5: 509-520 Feldman R, Eidelman AI. 2003.Skin-to-skin contact accelerates autonomic and neurobehavioral maturation in premature infants. Dev Med Child Neurol; 45:1-8