TUGAS TERSTRUKTUR BIONOMIKA TERNAK ANALISIS EKONOMI PENERAPAN TEKNOLOGI KANDANG CLOSED HOUSE PADA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN MODEL BISNIS KEMITRAAN
Oleh : NAMA
: SALVIAN SETYO PRAYITNO
NIM
: D2A018001
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI MAGISTER ILMU PETERNAKAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2018
Sumber Jurnal : Santoso S. I., T. A. Sarjana dan A. Setiadi. 2018. Income Analysis of Closed house Broiler Farm with Partnership Business Model. Buletin Peternakan. 42 (2): 164-169. PENDAHULUAN Industrialisasi peternakan unggas di Indonesia mengalami perkembangan pesat yang dapat dilihat dari bisnisnya yang berkelanjutan. Perkembangan industri ayam pedaging sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Meningkatnya permintaan daging unggas di Indonesia mendesak sistem pertanian berorientasi industri untuk mencapai produksi daging unggas yang lebih efisien dan optimal. Hambatan yang sering dialami oleh petani dalam mengembangkan bisnis mereka adalah keterbatasan kepemilikan tanah dan kurangnya teknologi perumahan unggas di daerah tropis. Model bisnis kemitraan adalah solusinya dan sekaligus salah satu pemicu pertumbuhan cepat di industri unggas. Model bisnis ini membantu para peternak meningkatkan skala bisnis mereka hanya dengan rumah unggas dan peralatan pemeliharaan sebagai modal mereka. Data statistik dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2017) menunjukkan peningkatan populasi ayam pedaging, dengan 1.592 juta ayam pedaging meningkat pada tahun 2016, yang meningkat sebesar 4.3% dari tahun 2015. Peningkatan populasi ayam pedaging saat ini dipengaruhi oleh peningkatan skala pertanian, yang dipicu oleh aplikasi teknologi sistem kandang closed house oleh petani untuk meningkatkan pendapatan mereka. Sistem kandang closed house telah diperkenalkan kepada para petani sekitar 20-23 tahun yang lalu di Amerika, dan sistem itu menyebar ke Asia Tenggara yang sebagian besar wilayahnya beriklim tropis. Sistem kandang closed house diyakini dapat meminimalkan risiko lingkungan sehingga produktivitas ayam dapat ditingkatkan, selain itu sistem kandang closed house dapat menghasilkan ukuran ayam yang lebih seragam dibandingkan dengan sistem kandang open house. Sistem kandang closed house cocok untuk diterapkan di Indonesia berkenaan dengan kondisi iklim yang berfluktuasi saat ini sehingga pertumbuhan yang optimal dan angka kematian yang rendah dapat dicapai. Tujuan dari jurnal ini
adalah untuk mengetahui kinerja dan pendapatan usaha peternakan ayam ras pedaging dengan model bisnis kemitraan. ISI JURNAL Performa Broiler Sistem kandang closed house mampu mengendalikan lingkungan seperti kelembaban, suhu udara, dan bahkan konsentrasi amonia di dalam kandang broiler. Dalam penelitian ini, suhu pada kandang closed house FPP Undip ditetapkan pada 31,5˚C dengan kelembaban relatif 62%. Hasil penelitian menunjukan sistem kandang closed house menghasilkan 0,37% dalam persentase deplesi. Hal tersebut menunjukan bahwa sistem kandang closed house tidak mudah terkontaminasi dengan lingkungan luar yang dapat menyebabkan stres dan kematian. Tingkat kematian ayam pedaging dapat mempengaruhi pendapatan yang dihasilkan karena akan mengurangi total populasi ayam pedaging dan volume penjualan. Nilai rasio konversi pakan (FCR) menggunakan sistem kandang closed house yaitu rata-rata 1,49. Menurut Sujana et al. (2011), rata-rata FCR untuk ayam pedaging yang dipelihara di rumah semi tertutup adalah 1,56. Skor FCR untuk ayam pedaging yang dipelihara dalam sistem kandang closed house lebih rendah dari pada di kandang semi tertutup atau pada open house. Majid dan Hassan (2013) menyatakan bahwa FCR memiliki pengaruh signifikan terhadap harga jual ayam pedaging, sehingga mempengaruhi pendapatan petani. Pengukuran indeks kinerja (PI) rata-rata untuk sistem kandang closed house pada penelitian ini adalah 398,46. Menurut Sujana et al. (2011) PI standar untuk ayam pedaging yang dipelihara dalam manajemen peternakan yang baik adalah 300, di mana PI yang lebih tinggi menunjukkan manajemen peternakan yang lebih baik. Biaya Biaya produksi di peternakan broiler dengan sistem kandang closed house dibagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Pada penelitian ini Rata-rata total biaya
produksi
untuk
membesarkan
11.000
ayam
pedaging
adalah
Rp292.668.800,00 untuk setiap periode pemeliharaan, yang terdiri dari pembelian ayam hari tua (DOC), biaya pakan, biaya pengobatan dan vaksin, pembayaran untuk pekerja, biaya sampah, dan biaya operasi seperti gas dan listrik. Biaya tetap rata-rata untuk setiap periode adalah Rp2.000.000,00 untuk penyusutan perumahan dan peralatan. Pendapatan Pendapatan dengan sistem kandang closed house dihasilkan dari penjualan ayam broiler hidup, insentif mortalitas, insentif FCR, dan bonus harga. Pendapatan tertinggi dihasilkan dari penjualan ayam pedaging. Volume ayam pedaging yang dipanen akan mempengaruhi pendapatan, karena 97,89% dari total pendapatan dihasilkan dari penjualan ayam pedaging (Maliton et al., 2015). FCR yang lebih rendah dan tingkat kematian akan menghasilkan insentif yang lebih tinggi. Prawira et al. (2017) menyatakan bahwa hadiah bonus akan diberikan oleh mitra inti jika ada surplus dari harga yang disepakati dengan harga pasar, jumlah insentif harga bonus akan sekitar 15% -30%. Penghasilan Penghasilan rata-rata untuk sistem kandang closed house dengan kapasitas 11.000 ayam pedaging adalah Rp34.631.978,00 untuk setiap periode. Keuntungan yang diperoleh dalam sistem rumah tertutup memiliki nilai positif, meskipun berfluktuasi. Pemanfaatan sistem kandang closed house memiliki keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem rumah terbuka. NPV dan BCR Berdasarkan hasil penelitian, NPV yang diperoleh adalah Rp183.055.535 sedangkan rasio BC adalah 1,24. Hal tersebut menunjukkan bahwa sistem kandang closed house menghasilkan pendapatan yang lebih baik dibandingkan dengan sistem open house yang BCR-nya sekitar 1,04-1,1. Tingkat deplesi dalam sistem kandang closed house adalah 0,37%, sehingga menghasilkan hasil panen yang tinggi dan pendapatan bersih yang tinggi, sehingga menghasilkan NPV dan BCR yang tinggi dibandingkan dengan sistem open house.
PENDAPAT Berdasarkan isi jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa sistem kandang closed house dapat menjamin keamanan dan kenyamanan bagi ayam yang dipelihara didalamnya. Dengan pengaturan ventilasi yang baik mampu menciptakan temperature dan kelembapan kandang yang sesuai dengan kebutuhan ayam broiler sehingga lebih sedikit stress yang terjadi pada ternak. Sistem kandang closed house diyakini dapat meminimalkan risiko lingkungan sehingga produktivitas ayam dapat ditingkatkan dan menghasilkan ukuran ayam yang lebih seragam dibandingkan dengan sistem kandang open house. Sistem kandang closed house cocok untuk diterapkan di Indonesia, karena Indonesia memiliki iklim tropis dengan kelembaban yang tinggi, sehingga dengan penerapan sistem teknologi kandang closed house diharapkan mampu menghasilkan pertumbuhan ayam yang lebih optimal dan menekan angka kematian. Angka kematian yang kecil pada ayam pedaging dapat mempengaruhi pendapatan yang dihasilkan karena akan meningkatkan total populasi ayam pedaging dan volume penjualan, sehingga meningkatkan keuntungan peternak. Kandang closed house tentunya sangat bermanfaat untuk daerah tropis karena mampu mengurangi dampak buruk dari tingginya temperature dan kelembaban lingkungan. Adanya aliran udara di dalam kandang yang mengenai tubuh ayam akan memberikan “rasa lebih dingin dari suhu udara yang terukur”, karena proses pengeluaran panas tubuh ayam dalam kondisi normal (tidak panting) adalah melalui kulit tubuhnya, sehingga pada kondisi kandang yang disertai adanya aliran udara maka ayam akan “merasa suhu tidak panas sehingga tidak perlu panting”. Namun menurut saya pembangunan kandang untuk ayam perlu disesuaikan dengan kebutuhan ayam dan sesuai pula dengan kondisi keuangan yang dimiliki oleh peternak. Salah satu kelemahan pembuatan kandang closed house yaitu biaya pembuatan. Pembuatan kandang closed house memiliki biaya yang cukup mahal, hal tersebut sebanding dengan teknologi yang ada didalamnya seperti adanya blower, ventilasi dengan penyaring, dan lain-lain, hal tersebut yang membuat kondisi lingkungan didalam kandang menjadi lebih nyaman dan sesuai dengan
kebutuhan ayam. Menurut saya pemilihan model dan sistem konstruksi kandang sebenarnya bukan hanya disesuaikan dengan keinginan peternak namun juga harus dipertimbangkan dari segi kenyamanan ayam yang dipelihara, yang secara nyata akan memberikan hasilnya. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2017. Buku Statistik Peternakan 2017. Direktorat Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Jakarta. Majid, R. and S. Hassan. 2013. Performance of broiler contract farmers: a case study in Perak, Malaysia. UMK Procedia 1: 18 – 25. Sujana, Endang, S. Darana, dan I. Setiawan. 2011. Implementasi teknologi semi closed-house system pada performan ayam broiler di test farm sustainable livestock techno park, Kampus Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner 2011 pp.: 362-366. Maliton, G., H. D. Utami, dan B. Hartono. 2015. Analisis kinerja finansial usaha peternakan broiler sistem closed house pola kemitraan di Kabupaten Tuban (Studi Kasus PT. Semesta Mitra Sejahtera). Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 21: 10-15. Prawira, I. G. I. K., I. G. Mahardika, dan I. W. Sukanata. 2017. Analisis pendapatan peternak ayam broiler dengan sistem pemeliharaan closed house pada pola kemitraan (studi kasus di peternakan plasma Sri Budi Ratini, Desa Candikusuma Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana. Jurnal Peternakan Tropika 5: 238– 250.