I.
Analisis dan Pembahasan Pada percobaan ini berjudul inversi gula yang bertujuan untuk menentukan orde reaksi inversi gula menggunakan polarimeter. Inversi gula adalah proses hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa dengan bantuan katalis asam atau enzim invertase. Gula hasil invertasi yang mengandung glukosa dan fruktosa dalam jumlah yang sama dinamakan gula invert (Razak, 2012). Sukrosa dengan rumus molekul C12H22O11 merupakan disakarida yang akan terhidrolisis dengan bantuan asam menghasilkan dua monosakarida (C6H12O6) yaitu glukosa dan fruktosa. Reaksi penguraian/hidrolisis sukrosa ini merupakan reaksi orde pertama. (Siddiqui, 2010).
Sukrosa atau yang lebih dikenal dengan gula tebu dapat terhidrolisis dengan bantuan asam atau enzim menghasilkan fruktosa dan glukosa yang sama banyaknya jumlahnya. Proses hidrolisis ini disebut inversi. Campuran fruktosa dan glukosa yang sama banyak disebut gula inversi (Keenan, 1996). Pada percobaan ini terdapat tiga percobaan yaitu, penentuan titik nol pelarut, pengukuran sudut putar jenis sampel dan pengukuran sudut putar jenis sampel dari waktu ke waktu. Akan tetapi sebelum dilakukan percobaan, alat polarimeter disiapkan terlebih dahulu. Polarimeter berfungsi untuk mengukur sudut putar sampel. 1. Persiapan Alat Polarimeter Polarimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besarnya putaran optik yang dihasilkan oleh suatu zat yang bersifat optis aktif yang terdapat dalam larutan (Wibowo, 2016). Jadi polarimeter ini merupakan alat yang didesain khusus untuk mempolarisasi cahaya oleh suatu senyawa optis aktif. Alat ini digunakan untuk mengetahui sudut putar dari sukrosa. Dalam mempersiapkan polarimeter, tabung atau kuvet dalam bak polarimeter dikeluarkan terlebih dahulu. Kemudian kuvet dibersihkan dengan dicuci dengan aquades dan dikeringkan, lalu dibilas dengan pelarut 16
yang akan digunakan. Hal ini dilakukan untuk memperkecil kemungkinan kesalahan terjadi dalam pengamatan. Setelah itu kuvet dikeringkan dan alat polarimeter siap digunakan. 2. Penentuan Titik Nol Pelarut Dalam percobaan menentukan titik nol pelarut, hal pertama yang dilakukan adalah mengisi kuvet dengan aquades dan diusahakan tidak ada gelembung udara dalam kuvet polarimeter yang berisi aquades tersebut, agar hasil pengamatan yang diperoleh lebih akurat. Kemudian kuvet yang telah diisi aquades dimasukkan ke dalam bak polarimeter dan ditutup. Setelah itu dilakukan pengaturan cahaya dengan cara memutar-mutar alat pemutar pada polarimeter hingga menemukan 3 tahap cahaya gelap terang. Cahaya yang tampak yakni, terang-gelap-terang, gelap-terang-gelap, terang-terang-terang. Tahapan cahaya tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
1
2
3
Setelah ditemukan tahap ketiga yaitu cahaya terang penuh, dimana obyek yang diamati tidak ada perbedaan warna terangnya. kemudian dicatat angka pada skala polarimeter. Pada pengamatan ini skala polarimeter menunjukkan angka 5,52o. 3. Pengukuran Sudut Putar Jenis Sampel Pada percobaan ini dilakukan dengan membuat larutan gula 10% dengan mencampurkan 100 gram gula dengan 100 mL air. Hal ini dikarenakan gula dapat larut dalam pelarut air. Pembuatan larutan ini dilakukan dalam labu ukur 100 mL dengan memasukkan 100 gram gula dalam 100 mL air. Kemudian dikocok untuk mempercepat pelarutan terhadap gula tersebut. Dalam hal ini akan dihasilkan larutan gula 10%. Larutan gula yang dihasilkan kotor dan berwarna kuning keruh sehingga harus disaring terlebih dahulu dengan kertas saring, sehingga larutan gula menjadi tidak berwarna. Setelah disaring larutan gula dimasukkan ke dalam kuvet dan tidak boleh terdapat gelembung. Lalu kuvet yang telah berisi larutan gula 10%
17
dimasukkan ke dalam polarimeter dan diamati 3 tahap cahaya gelap terangnya. Setelah ditemukan cahaya terang penuh maka dicatat skala pada polarimeter. Skala polarimeter yang diamati sebesar 71,6o. Kemudian menghitung sudut putar jenis sampel (α) dengan menggunakan rumus sebagai berikut. 𝑆𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟 [𝛼] =
𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑑𝑚 𝑥 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 (
𝑔 ) 𝑚𝑙
Dengan menggunakan rumus tersebut maka didapatkan sudut putar larutan gula 10% sebesar 340,95o. Sedangkan sudut putar sukrosa secara teori yaitu sebesar 66,5o. 4. Pengukuran Sudut Putar Jenis Sampel dari waktu ke waktu Pada percobaan pengukuran sudut putar jenis sampel dari waktu ke waktu hal pertama yang dilakukan adalah membuat campuran 25 mL larutan gula dengan 10 mL HCl 2 N. Kemudian mengosongkan kuvet yang telah digunakan sebelumnya dan mencuci bersih kuvet tersebut serta dikeringkan. Lalu kuvet tersebut dibilas dengan larutan yang akan digunakan yaitu dengan campuran larutan gula dengan HCl yang telah dibuat sebelumnya. HCl berfungsi sebagai katalis yaitu dapat mempercepat reaksi. Asam klorida dapat mempercepat reaksi terurainya sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa, dimana pada akhir reaksi akan terbentuk kembali. Jadi, tujuannya adalah untuk mengetahui reaksi hidrolisis yang terjadi pada gula dengan menggunakan asam sebagai katalis. Kemudian mengisi kuvet dengan campuran larutan gula dan HCl, lalu kuvet dimasukkan ke dalam polarimeter. Selanjutnya dilakukan pengamatan pada skala polarimeter dari waktu ke waktu yaitu pada waktu 5, 10, 15, 20, 25 dan 30 menit. Akan tetapi waktu yang dicatat adalah waktu real nya, yaitu saat setelah ditemukannya 3 tahap cahaya gelap terang. Terjadinya reaksi hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa ditandai dengan semakin turunnya nilai putaran optik dari waktu ke waktu. Hal ini dikarenakan semakin lama bereaksi maka semakin banyak sukrosa yang telah terhidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa yang menyebabkan sukrosa menjadi semakin sedikit.
18
Setelah dilakukan pengamatan pada skala polarimeter dengan variasi waktu, maka diperoleh data sebagai berikut.
Waktu (menit)
Waktu (s)
Skala yang diamati
5.44
344
69o
11.03
663
68,3o
16.22
982
65,7o
21.41
1301
61,4o
27.03
1623
59,85o
32.17
1937
56,95o
Dari data diatas dapat diketahui bahwa skala yang diamati dari waktu ke waktu semakin kecil. Hal ini dikarenakan sukrosa mulai terhidrolisis menjadi fruktosa. Reaksinya sebagai berikut.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan orde reaksi dari inversi sukrosa. Orde reaksi dari inversi gula merupakan orde ke satu. Pada percobaan ini penentuan orde reaksi digunakan dengan metode integral yaitu metode grafik dan non grafik. Untuk membuktikan orde yang tepat pada reaksi, maka digunakan uji coba perhitungan pada orde satu dan orde dua agar dapat dibandingkan dan diketahui orde mana yang paling tepat. Pada metode grafik orde reaksi ditentukan dengan melihat nilai R2 (Regresi) yang paling mendekati satu. Sedangkan pada metode non grafik orde reaksi dilihat dari nilai k yang konstan atau yang paling mendekati satu sama lain. Pada pengujian orde 1 dengan menggunakan metode grafik, maka diperlukan data ln (a-x) dan waktu (s). Sedangkan data (a-x) ini dapat diperoleh dari nilai sudut putar pada tiap waktu. Rumus yang digunakan untuk menghitung sudut putar adalah sebagai berikut :
19
𝑆𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟 [𝛼] =
𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖
𝑔 ) 𝑚𝑙 Setelah dihitung, maka dapat diperoleh data sudut putar pada tiap 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑑𝑚 𝑥 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 (
waktu adalah sebagai berikut. Waktu (s)
Skala yang diamati
Sudut Putar [α]
0
71,6o
340,95o
344
69o
328,57 o
663
68,3o
325,23 o
982
65,7o
312,85 o
1301
61,4o
292,38 o
1623
59,85o
285 o
1937
56,95o
271,19 o
Sehingga dapat dihitung nilai ln (a-x) dan diperoleh data sebagai berikut. t (s)
α
[α-x]
ln [α-x]
0
340,95
-
-
344
340,95
328,57
5,794
663
340,95
325,23
5,784
982
340,95
312,85
5,745
1301
340,95
292,38
5,678
1623
340,95
285
5,652
1937
340,95
271,19
5,602
Dari data tabel diatas, maka dapat diperoleh grafik sebagai berikut dengan ln (a-x) terhadap waktu (s).
20
ln (a-x)
Grafik Inversi Gula Orde Satu 5,9 5,85 5,8 5,75 5,7 5,65 5,6 5,55
y = -0,0001x + 5,8441 R² = 0,9723 0
300
600
900
1200
1500
1800
2100
time/s
Sedangkan pada pengujian orde 2 dengan menggunakan metode grafik, maka diperlukan data ln 1/(a-x) dan waktu (s). Sehingga dapat diperoleh data sebagai berikut.
t (s)
α
[α-x]
1/[α-x]
0
340,95
-
-
344
340,95
328,57
3,04 x 10-3
663
340,95
325,23
3,07 x 10-3
982
340,95
312,85
3,19 x 10-3
1301
340,95
292,38
3,42 x 10-3
1623
340,95
285
3,50 x 10-3
1937
340,95
271,19
3,68 x 10-3
Dari data tabel diatas, maka diperoleh grafik sebagai berikut dengan 1/(a-x) terhadap waktu (s).
21
1/(a-x)
Grafik Inversi Orde Dua 0,004 0,0035 0,003 0,0025 0,002 0,0015 0,001 0,0005 0
y = 4E-07x + 0,0029 R² = 0,9459
0
300
600
900
1200
1500
1800
time/s
Berdasarkan grafik orde 1 dan 2, maka dapat dibandingkan nilai regresinya. Pada orde 1 diperoleh regresi (R2) sebesar 0,9723 sedangkan pada orde 2 diperoleh regresi (R2) sebesar 0,9459. Pada metode grafik orde reaksi dapat ditentukan dengan melihat nilai regresinya. Regresi merupakan cara untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung dan memprediksi variabel tergantung dengan menggunakan variabel bebas. Keselerasan model regresi dapat diterangkan dengan menggunakan nilai R2, semakin besar nilai tersebut maka model semakin baik. Jika nilai mendekati 1 maka model regresi semakin baik. Nilai R2 mempunyai karakteristik diantaranya: selalu positif, dan nilai R2 maksimal sebesar 1. Jika Nilai R2 sebesar 1 akan mempunyai arti kesesuaian yang sempurna. Maksudnya seluruh variasi dalam variabel Y dapat diterangkan oleh model regresi. Sebaliknya jika R2 sama dengan 0, maka tidak ada hubungan linier antara X dan Y (Ryan dan Porth, 2007). Dengan demikian dapat diartikan bahwa orde reaksi yang paling tepat adalah dimana orde yang memiliki nilai regresi paling mendekati 1 yaitu pada orde satu sebesar 0,9723. Jadi dapat disimpulkan bahwa orde reaksi dari sampel gula berdasarkan metode grafik adalah orde 1. Sedangkan secara teori orde reaksi laju inversi gula juga merupakan orde satu (Siddiqui, 2010). Hal ini membuktikan bahwa orde reaksi yang didapatkan dengan cara integral dengan metode grafik pada percobaan ini sudah benar adanya. Pada pengujian orde reaksi dengan menggunakan metode non grafik digunakan data sebagai berikut.
22
a
1/a
ln a
(a-x)
1/(a-x)
ln (a-x)
340,95
2,93 x 10-3
5,831
328,57
3,04 x 10-3
5,794
340,95
2,93 x 10-3
5,831
325,23
3,07 x 10-3
5,784
340,95
2,93 x 10-3
5,831
312,85
3,19 x 10-3
5,745
340,95
2,93 x 10-3
5,831
292,38
3,42 x 10-3
5,678
340,95
2,93 x 10-3
5,831
285
3,50 x 10-3
5,652
340,95
2,93 x 10-3
5,831
271,19
3,68 x 10-3
5,602
Dimana ln a diperoleh dari ln sudut putar sukrosa. Dari data tabel di atas, kemudian dapat dihitung pengujian orde reaksi satu dan dua. Penentuan orde reaksi yang paling tepat adalah jika harga k nya konstan atau yang paling mendekati satu dengan yang lain. Orde reaksi satu dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut. kt = ln a – ln (a-x) Sedangkan orde reaksi dua menggunakan persamaan sebagai berikut. 1
kt = (𝑎−𝑥) −
1 𝑎
Setelah dihitung menggunakan kedua persamaan diatas maka diperoleh data harga k orde satu dan dua sebagai berikut. Orde satu
Orde dua
1,0 x 10-4
3,21 x 10-7
7,0 x 10-5
2,11 x 10-7
8,7 x 10-5
2,64 x 10-7
1,1 x 10-4
3,76 x 10-7
1,1 x 10-4
3,51 x 10 -7
1,1 x 10-4
3,87 x 10-7
Harga k pada orde satu nilainya saling berdekatan dengan 3 kali k konstan. Sedangkan harga k pada orde dua saling berdekatan tetapi tidak ada yang konstan. Penentuan orde reaksi yang paling tepat adalah jika harga k nya konstan. Dengan demikian maka orde reaksi yang paling tepat untuk inversi gula dengan metode non grafik adalah orde satu. Sedangkan secara teori orde reaksi laju inversi gula juga merupakan orde satu (Siddiqui, 2010). 23
Dengan ini membuktikan bahwa orde reaksi yang didapatkan dengan cara integral metode non grafik pada percobaan ini sudah benar adanya. J.
Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1.Orde reaksi laju inversi gula yaitu berorde reaksi 1 dengan data metode grafik diperoleh R2 sebesar 0,9723. 2.Orde reaksi laju inversi gula yaitu berorde reaksi 1 dengan data metode non grafik dengan nilai k konstan sebesar 1,1 x 10-4. 3.Reaksi inversi gula merupakan reaksi hidrolisis sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa
L. Daftar Pustaka Achmad, H. 2001. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bandung: Citra Aditya Bakti. Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid I. Jakarta: Erlangga. Connors, P.L. and Rozell, S.B. 1990. Using a Visual Plate Waste Study to Monitor Menu Performance. J. Am. Dietetic Assoc. 94-96. Fessenden, Ralp J., & Fessenden Joan S. 1986. Kimia Organik Edisi III. Aloysius Hadyana Pujaatmaka, Penerjemah. Jakarta: Erlangga. Gilles, Ranald. 1984. Mekanika Fluida dan Hidalulika. Jakarta: Erlangga. Hart, H., Craine, L.E. and Hart. D.J. 2003. Kimia Organik Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga. Keenan, Charles W., dkk. 1986. Ilmu Kimia untuk Universitas Edisi Keenam Jilid I. Jakarta: Erlangga. 24
Mulyani, Sri dan Hendrawan. 2003. Kimia Fisika III. Indonesia: MIPA UI. Oxtoby, P. W. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Partana. 2003. Kimia Dasar II. Yogyakarta: UNY Press. Petrucci. 1987. Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga. Razak, A. R. 2012. Optimasi Hidrolisis Sukrosa Menggunakan Resin Penukar Ion Tipe Sulfonat. Jurnal Natural Science. 119-131. Ryan, S.E dan Porth, L.S. 2007. A Tutorial on The Piecewise Regression Approach Applied to Bedload Transport Data.Rocky Mountain Research Station. Amerika Serikat. Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM Press. Siddiqui, I. 2010. Polarographic Investigation of Kinetics of Inersion of Sucrose. Jurnal Chemistry Rayasan. 225-259 Syilfi. 2012. Analisis Regresi Linier Piecewise Dua Segmen. Jurnal Gaussian. Volume 1, Nomor Halaman 219-228. Syukri, S. 1999. Kimia Dasar. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Wibowo, Bagus Arief. 2016. Alat Uji Kualitas Madu Menggunakan Polarimeter dan Sensor Warna. Jurnal Teknik ITS. 28-33. M. Lampiran 1. Jawaban Pertanyaan 1. Apa fungsi penambahan HCl? Jawab: Larutan HCl sebagai katalis yang digunakan untuk mempercepat reaksi inversi gula (perputaran kekiri) dan juga untuk menghidrolisis sukrosa. Penambahan larutan HCl ini berfungsi sebagai pemberi suasana asam dan katalis yang dapat mempercepat reaksi hidrolisis atau terurainya sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Di mana pada akhir reaksi akan terbentuk kembali (tidak ikut bereaksi). 2. Berikan sedikitnya 3 contoh zat optis selain gula dan berapa sudut putarnya berdasarkan kajian pustaka dan pengamatan anda? Jawab: -
Kloroform, sudut putarnya: +52,00
25
-
Calciferol dalam aseton: + 82,60
-
Calciferil dalam kloroform: + 52,00
3. Berapa sudut putar larutan sukrosa, larutan glukosa, dan larutan fruktosa berdasarkan kajian pustaka anda? Jawab: Berdasarkan teori yang ada bahwa mayoritas gula adalah fruktosa di mana fruktosa membelokkan cahaya ke kiri. Gula yang terdiri dari sukrosa maupun glukosa memutar cahaya ke kanan. Sukrosa memiliki rotasi jenis +66,5° (positif). Campuran produk yang dihasilkan glukosa [α]= +52,7° dan fruktosa [α] = -92,4° mempunyai rotasi netto negatif (Fessenden & Fessenden, 1986). 2. Dokumentasi No. 1.
Sistem Kerja
Gambar
Keterangan
Penentuan skala pada aquades Aquades dimasukkan
Kuvet terisi aquades dalam
kuvet hingga tidak terdapat gelembung
Kuvet berisi aquades
Kuvet
dimasukkan
polarimeter
dalam
dalam
polarimeter
26
Setelah
ditemukan
skala
dengan
tahapan-tahapan
Dihasilkan
skala
sudut putar sebesar 71.6
pada prosedur
2.
Penentuan skala pada air gula gula
ditimbang
Gula seberat 5 gram
menggunakan neraca analitik gram,
sebetar
5
sebanyak
2
kali.
5
gram
gula
dimasukkan
dalam
Kristal gula dalam labu ukur
labu ukur 50 mL untuk
membuat
larutan gula 10 %
Ditambahkan aquades batas,
Lautan gula 10% sampai gula
dilarutkan.
27
Larutan
gula
disaring
Laritan gula yang bersih daro pengotor
menggunakan kertas saring
Larutan
gula
dimasukkan kedalam
Larutan
gula
didalam kuvet
kuvet
Kuvet
dimasukkan
Kuvet
didalam
kedalam polarimeter
polarimeter
Diukur skala pada
Didapatkan
larutan
skala pada larutan
dengan
gula
10%
patokan
hasil
gula 71.6⁰
skala aquades
28
3.
Pengukuran skala pada larutan gula dengan HCl Larutan gula 10%
Larutan
sebanyak
dari larutan gula +
25
mL
ditambahkan 10 mL
campuran
HCl
HCl
Larutan
campuran
dimasukkan kedalam
Kuvet berisi larutan gula + HCl
kuvet
Kuvet
dimasukkan
Kuvet
kedalam polarimeter
polarimeter
Ditentukan
Didapatkan
sudut
skala putarnya
didalam
sudut
putaran sebesar 69°,
dalam selang waktu 5, 10,15,20,25 dan
68.3°,65.7°,
61.4°,
30 menit.
59.85°, dan 56.95°.
29
Lampiran perhitungan Pengukuran sudut jenis sampel Diketahui : sudut putar gula (awal) 71.6⁰ Ditanya : sudut putar jenis (∝) ? Jawab : [∝] = =
putaran yang diamati panjang tabung (dm)x kadar (
g ) mL
71.6° 2.1 (dm)x 0.1 (
g ) mL
= 340.95⁰ Pengukuran jenis sampel waktu ke waktu Diketahui: panjang kuvet = 2.1 dm Kadar gula = 10 % Sudut putar pada t = 5, 10, 15, 20, 25, 30 t (menit) t (sekon) Skala putar 5.44 344 69⁰ 11.03 663 68.3⁰ 16.22 982 65.7⁰ 21.41 1301 61.4⁰ 27.03 1623 59.85⁰ 32.17 1937 56.95⁰ Pada t1 = 344 sekon skala putar = 69⁰ [∝] =
t4 = 1301 sekon skala putar = 61.4⁰
69⁰ 2.1 (dm)x 0.1
g ( ) mL
= 328.57⁰
6968.3⁰⁰ g ) mL
2.1 (dm)x 0.1 (
[∝] =
59.85⁰ g ) mL
2.1 (dm)x 0.1 (
= 285⁰
t3 = 982 sekon skala putar = 65.7⁰
t6 = 1937 sekon skala putar = 56.95⁰
65.7⁰ g ) mL
2.1 (dm)x 0.1 (
= 312.85⁰
g ) mL
2.1 (dm)x 0.1 (
t5 = 1623 sekon skala putar = 59.85⁰
= 325.23⁰
[∝] =
61.4⁰
= 292.38⁰
t2 = 663 sekon skala putar = 68.3⁰ [∝] =
[∝] =
[∝] = =
56.95⁰ g ) mL
2.1 (dm)x 0.1 (
271.19⁰
30
Perhitungan nilai k 1. Orde 1 kt = ln a- in (a-x) Pada t1 = 344 344k = ln 340.95⁰ - ln 328.57 344k = 5,831 – 5,794 k
=
0.037 344
= 1,0 x 10−4
t2 = 663 663k = ln 340.95⁰ - ln 385,23 663k = 5,831 – 5,784 k
=
0.047 663
= 7,0 x 10−5
t3 = 982 982k = ln 340.95⁰ - ln 312,85 982k = 5,831 – 5,745 k
=
0.056 982
= 8,7 x 10−5
t4 = 1301 1301k = ln 340.95⁰ - ln 292,38 1301k = 5,831 – 5,678 k
=
0.153 1301
= 1.17 x 10−4
t5 = 1623 1623k = ln 340.95⁰ - ln 285 1623k = 5,831 – 5,652 k
=
0.047 1623
= 1,1 x 10−4
t6 = 1937 1937k = ln 340.95⁰ - ln 271,19 1937k = 5,831 – 5,602 k
=
0.047 1937
= 1,8 x 10−4
31
2. Orde 2 1
1
kt = (a−x) − a Pada t1 = 344 1
1
344k = (328,57) − 340,95 344k = 3,0435 x 10-3 – 2,9329 x 10-3 k
=
0,1106 x 10−3 344
= 3,21 x 10−7
t2 = 663 1
1
663k = (325,23) − 340,95 663k = 3,07 x 10-3 – 2,93 x 10-3 k
=
0,14 x 10−3 663
= 2,11 x 10−7
t3 = 982 1
1
982k = (312,85) − 340,95 982k = 3,07 x 10-3 – 2,93 x 10-3 k
=
0,26 x 10−3 982
= 2,64 x 10−7
t4 = 1301 1
1
1301k = (292,38) − 340,95 1301k = 3,42 x 10-3 – 2,93 x 10-3 k
=
0,26 x 10−3 1301
= 3,76 x 10−7
t5 = 1623 1
1
1623k = (285) − 340,95 1623k = 3,50 x 10-3 – 2,93 x 10-3 k
=
0,57 x 10−3 1623
= 3,51 x 10−7
t6 = 1937 1
1
1937k = (271,19) − 340,95 1937k = 3,68 x 10-3 – 2,93 x 10-3
32
k
=
0,75 x 10−3 1937
= 3,87 x 10−7
t
a
a-x
ln (a-x)
0 344 563 982 1301 1623 1937
340,95⁰ 340,95⁰ 340,95⁰ 340,95⁰ 340,95⁰ 340,95⁰ 340,95⁰
328,57⁰ 325,23⁰ 312,85⁰ 295,38⁰ 285⁰ 271,19⁰
5,794 5,784 5,745 5,671 5,652 5,602
k (orde 1) 1,0 x 10-4 7,0 x 10-5 8,7 x 10-5 1,17 x 10-4 1,1 x 10-4 1,18 x 10-4
1 (a − x) 3,0435 x 10-3 3,07 x 10-3 3,19 x 10-3 3,42 x 10-3 3,52 x 10-3 3,68 x 10-3
ln a
5,831 5,831 5,831 5,831 5,831 5,831
1 a 2,93 x 10-3 2,93 x 10-3 2,93 x 10-3 2,93 x 10-3 2,93 x 10-3 2,93 x 10-3
k (orde 2) 3,21 x 10-7 2,11 x 10-7 2,64 x 10-7 3,76 x 10-7 3,51 x 10-7 3,87 x 10-7
33