Analisis Butir Soal Fix.doc

  • Uploaded by: Sofia
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Analisis Butir Soal Fix.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 1,777
  • Pages: 15
1.

Teknik Analisis Butir Soal Analisis soal dilakukan untuk mengetahui berfungsi atau tidaknya sebuah soal. Analisis pada umumnya dilakukan melalui dua cara, yaitu analisis kualitatif (qualitatif control) dan analisis kuantitatif (quantitatif control). A. Analisis Butir Soal Secara Kualitatif Pada prinsipnya analisis butir soal secara kualitatif dilaksanakan berdasarkan kaidah penulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap). Penelaahan ini biasanya dilakukan sebelum soal digunakan atau diujikan. Aspek yang diperhatikan dalam penelaahan secara kualitatif mencakup aspek materi, konstruksi, bahasa atau budaya, dan kunci jawaban. Ada beberapa teknik yang digunakan untuk menganalisis butir soal secara kualitatif, yaitu teknik moderator dan teknik panel. Teknik moderator merupakan teknik berdiskusi yang didalamnya terdapat satu orang sebagai penengah. Berdasarkan teknik ini, setiap butir soal didiskusikan secara bersama-sama dengan beberapa ahli. Sedangkan teknik panel adalah teknik menelaah butir soal berdasarkan kaidah penulisan butir soal. Kaidah itu diantaranya adalah materi, kontruksi, bahasa atau budaya, kebenaran kunci jawaban. Caranya beberapa penelaah diberikan beberapa butir soal yang akan ditelaah, format penelaahan, dan pedoman penelaahan. Dalam menganalisis butir soal secara kualitatif penggunaan format penelaahan

soal

akan

membantu

dan

mempermudah

prosedur

pelaksanaannya. Format penelaahan soal digunakan sebagai dasar untuk menganalisis setiap butir soal. B. Analisis Butir Soal Secara Kuantitatif

Penelaahan soal secara kuantitatif adalah penelaahan butir soal didasarkan pada bukti empirik. Salah satu tujuan utama pengujian butir-butir soal secara emperik adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal membedakan antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria dari mereka yang rendah kemampuannya.Data empirik ini diperoleh dari soal yang telah diujikan. Ada dua pendekatan dalam analisis secara kuantitatif yaitu pendekatan secara klasik dan modern. Analisis butir soal secara klasik adalah proses penelaahan butir soal melalui informasi dari jawaban peserta tes guna meningkatkan mutu butir soal yang bersangkutan dengan menggunakan teori tes klasik. Pada teori tes klasik, analisis item tes dilakukan dengan memperhitungkan kedudukan item dalam suatu kelas atau kelompok. Karakteristik atau kualitas item sangat tergantung pada kelompok dimana diujicobakan sehingga kualitas item terikat pada sampel responden atau peserta tes yang memberikan respons (sample bounded). Ada beberapa kelebihan analisis butir soal secara klasik adalah murah, sederhana,

familiar,

dapat

dilaksanakan

sehari-hari

dengan

cepat

menggunakan komputer dan dapat menggunakan beberapa data dari peserta tes. Analisis butir soal secara modern adalah penelaahan butir soal dengan menggunakan teori respon butir atau item response theory. Teori ini merupakan suatu teori yang menggunakan fungsi matematika untuk menghubungkan antara peluang menjawab benar suatu butir dengan kemampuan siswa. Teori ini muncul karena adanya beberapa keterbatasan pada analisis secara klasik, yaitu:

Tingkat kemampuan dalam teori klasik adalah true score. Artinya, jika suatu tes sulit maka tingkat kemampuan peserta tes akan rendah.sebaiknya, jika suatu tes mudah maka tingkat kemampuan peserta tes tinggi.Tingkat kesukaran butir soal didefinisikan sebagai proporsi peserta tes yang menjawab benar. Mudah atau sulitnya butir soal tergantung pada kemampuan peserta tes.Daya pembeda, reliabilitas, dan validitas tes tergantung pada kondisi peserta tes. 2.

Parameter Item Tes yang Baik Sebagaimana telah disebut sebelumnya, bahwa item tes yang baik adalah item yang memenuhi syarat sebagaimana kriteria atau karakteristik item tes yang baik. Karakteristik item yang dimaksud adalah tingkat kesulitan atau kesukaran, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh. A. Tingkat Kesulitan atau Kesukaran Tingkat kesukaran soal adalah peluang menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Tingkat kesukaran dinyatakan dalam indeks kesukaran (dificulty index), yaitu angka yang menunjukkan proporsi siswa yang menjawab benar soal tersebut. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dan hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Dalam hal ini, item yang baik adalah item yang tingkat kesukarannya dapat diketahui, tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Sebab, tingkat kesukaran item itu memiliki korelasi dengan daya pembeda. Bilamana item memiliki tingkat kesukaran yang maksimal, maka daya pembedanya akan rendah, demikian pula bila item itu terlalu mudah maka tidak akan memiliki daya pembeda. Oleh karena itu, sebaiknya tingkat kesukaran soal itu dipertahankan dalam batas yang mampu memberikan daya pembeda. Namun, jika terdapat tujuan

khusus

dalam

penyusunan

tes,

maka

tingkat

kesukaran

itu

bisa

dipertimbangkan. Misalnya, tingkat kesukaran item untuk tes sumatif berbeda dengan tingkat kesukaran pada tes diagnostik. Untuk menghitung taraf kesukaran soal dari suatu tes dipergunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: U

= jumlah siswa yang termasuk kelompok pandai (upper group) yang

menjawab benar untuk tiap soal. L

= jumlah siswa yang termasuk kurang (lower group) yang menjawab

benar untuk tiap soal. T

= jumlah siswa dari kelompok pandai dan kelompok kurang (jumlah

upper group dan lower group) Misalkan suatu tes yang terdiri atas N soal yang diberikan kepada 40 siswa. Dari hasil tes tersebut, tiap-tiap soal dianalisis taraf kesukarannya. mula-mula hasil tes itu kita susun kedalam peringkat, kemudian kita ambil 25% (10 lembar jawaban siswa kelompok pandai), dan 10 lembar jawaban siswa dari kelompok yang kurang pandai. Kemudian kita tabulasikan. Misalkan dari tabulasi soal kita peroleh hasil sebagai berikut: yang menjawab benar dari kelompok pandai ada 9 siswa, dan yang menjawab benar dari kelompok kurang pandai ada 4 siswa.

Dengan menggunakan rumus diatas, maka taraf kesukaran atau TK dari soal adalah:

= 0,65 atau 65%

Jadi, dapat disimpilkan bahwa nilai dari TK atau tingkat kesukarannya adalah 65%. Sedangkan dalam bukunya Drs. H. Daryanto, rumus untuk mencari taraf kesukaran atau indeks kesukaran adalah:

Keterangan: P

= indeks kesukaran.

B

= banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar.

JS

= jumlah seluruh siswa peserta tes.

Contoh: Jumlah siswa peserta tes dalam suatu kelas ada 40 siswa. Dari 40 siswa tersebut terdapat 12 siswa yang mampu mengerjakan soal no. 1 dengan benar. Maka berapa indeks kesukarannya? Jawab: P = B/Js

P = 0,30 Menurut

ketentuan

yang

sering

diikuti,

indeks

kesukaran

sering

diklasifikasikan sebagai berikut: a.

Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar.

b.

Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang.

c.

Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah.

B. Daya Pembeda Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum atau kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu. Semakin tinggi koofisien daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan antara peerta didik yang menguasai kompetensi dengan pesertan didik yang kurang menguasai kompetensi. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Daya pembeda suatu soal tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: DP = indeks DP atau daya pembeda yang dicari. U = jumlah siswa yang termasuk dalam kelompok pandai yang mampu menjawab benar untuk tiap soal. L

= jumlah siswa yang termasuk kurang yang menjawab benar untuk tiap

soal. T = jumlah siswa keseluruhan. Contoh: Dari hasil tes lomba olimpiade IPS, jumlah siswa yang dites adalah 40 siswa, sedangkan tes tersebut terdiri dari 20 soal. Setelah hasil tes tersebut diperiksa, kemudian disusun kedalam peringkat untuk menentukan 25% siswa yang termasuk kelompok pandai (upper group) dan 25% siswa yang termasuk kelompok kurang (lower group). Kemudian hasil tes tersebut ditabulasikan dengan menggunakan format tabulasi jawaban tes, kemudian hasil tabulasi dari kedua kelompok tersebut dimasukkan kedalam format analisis soal tes, sehingga kita dapat menghitung tingkat kesukaran dan daya pembeda tiap soal yang kita analisis. Misalkan dari tabulasi soal no. 1 kita peroleh hasil sebagai berikut: yang menjawab benar dari kelompok pandai ada 10 siswa, dan yang menjawab benar dari kelompok kurang ada 9 siswa. Maka daya pembedanya adalah:

DP =

0,10

Jadi dapat disimpulkan bahwa indeks pembedanya adalah 0,10. Dalam bukunya Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, dijelaskan mengenai klasifikasi daya pembeda, yaitu: D = 0,00 – 0,20 = jelek (poor). D = 0,20 – 0,40 = cukup (satisfactory). D = 0,40 – 0,70 = baik (good). D = 0,70 – 1,00 = baik sekali (excellent).

Contoh soal 1. Bilangan oksidasi unsur K, Cr, dan O dalam senyawa K 2Cr2O7 berturut ‐turut adalah…. A. +2 , +12 , -14 B. +2 , +12 , - 2 C. +2 , +6 , - 2 D. + 1 , +6 , - 2 E. +1 , +6 , - 1

2. Reaksi redoks berikut : aMnO2 (s) + bPbO2 (s) + 8 HCl → cKMnO4 (aq) + d PbCl2 (s)+ e H2O (l). Zat oksidator adalah …….. A. PbO2 B. MnO2 C. HCl D. KMnO4

E. PbCl2 3. Gas klorin dapat dibuat dengan mereaksikan asam klorida pekat dengan KMnO4.Dengan persamaan reaksi : a KMnO 4(aq) + b HCl (aq) → c MnCl2(aq) + d Cl2(g) + e KCl(aq) + f H2O(l) Nilai a dan d yang tepat adalah .... A. 2 dan 5 B. 2 dan 1 C. 2 dan 8 D. 2 dan 2 E. 2 dan 16

4. Reaksi redoks berlangsung karena serah terima elektron. Jumlah elektron yang diterima pada reaksi reduksi sama dengan jumlah elektron yang dibebaskan pada reaksi oksidasi. Diantara lima reaksi dibawah ini, yang merupakan reaksi redoks adalah …. A. B. C. D. E.

MnO2 (s) + 4 HCl (aq) → MnCl2(aq) + 2 H2O (l) + Cl2(g) NaCl (aq) + H2O (l) → NaOH (aq) + HCl (aq) CaSO4 (aq) + 2 NaOH (aq) → Na2SO4 (aq) + Ca(OH)2 (s) BaCl2 (aq) + H2SO4 (aq) → BaSO4 (s) + 2 HCl (aq) CaCO3 (s) + 2HCl (aq) → CaCl2 (aq) + H2O (l) + CO2 (g)

5. Yang bukan reaksi redoks di bawah ini adalah... a. SnCl2+ I2 + 2HCl →SnCl4 + 2HI

b. c. d. e.

H2 + Cl2 → 2HCl Cu2O + C → 2Cu + CO CuO + 2HCl → CuCl2 + H2O MnO2 + 4HCl → MnCl2 + 2H2O + Cl2

Berikut ini adalah jawaban dari 35 siswa :

Menghitung indeks kesukaran dan indeks daya beda, sebagai berikut : 1. Menghitung indeks kesukaran No butir soal

Jumlah siswa yang menjawab benar

1

35

2

29

3

32

4

27

5

24

Jumlah siswa

35

Menentukan indeks kesukaran

a. Butir soal 1

P=1 P = 100 % b. Butir soal 2

P = 0,82 P = 82 % c. Butir soal 3

P = 0,9 P = 90 % d. Butir soal 4

P= 0,7 P = 70 %

e. Butir soal 5

P = 0,6 P = 60 %

Dilihat dari klasifikasi indeks kesukaran bahwa butir soal 1 sampai 4 termasuk soal yang mudah sedangkan butir soal 5 termasuk soal sedang

2. Menghitung indeks daya beda No

Kel.

Atas

yang Kel. Bawah yang menjawab

butir

menjawab benar

benar

1

24

11

2

22

7

3

23

9

4

23

4

5

21

3

soal

Menentukan indeks

a. Butir soal 1

DP = 0,7

b. Butir soal 2

DP = 0,85 c. Butir soal 3

DP = 0,8

d. Butir soal 4

DP = 1,08 e. Butir soal 5

DP = 1,02 Dilihat dari klasifikasi indeks daya beda bahwa butir soal 1 memiliki dya beda yang baik sedangkan pada butir soal 2 sampai 5 memiliki daya beda yang sangat baik.

Related Documents


More Documents from "Eli Priyatna"

41-80
June 2020 30
Aithsh-seminario
June 2020 27
Pembahasan.docx
November 2019 41
June 2020 35
June 2020 27
Elefantes.docx
May 2020 27