1
ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN – PENGERINGAN. (LOKASI: DESA GOSARI KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR) Fandy Agus M, Dr. Ir. Ria Asih Aryani Soemitro, M.Eng, Trihanyndio Rendy, ST. MT
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
[email protected],
[email protected], Abstrak - Permasalahan stabilitas lereng mendapat perhatian meningkat akhir-akhir ini, dimana sebagian besar curah hujan yang tinggi merupakan penyebab terjadinya kelongsoran. Dalam penambangan terbuka, desain geometrik lereng dan kestabilannya telah dilakukan berdasarkan evaluasi karakteristik tipe batuan, struktur geologi, dan kondisi air tanah bawah permukaan. Penentuan kestabilan lereng ini menggunakan rerata dari keseluruhan informasi di atas tanpa mempertimbangkan kondisi geologi setempat dan pengaruh getaran dinamis seperti: operasi kendaraan berat, kendaraan angkut, peledakan, dan aktivitas regional kegempaan di lokasi penambangan. Ditinjau secara letak geografis, Kabupaten Gresik terletak dekat dengan pesisir pantai yang juga memiliki pegunungan kapur. Hal ini yang menyebabkan wilayah tersebut memiliki sumber daya alam yang cukup baik, dan semestinya hal ini harus ditunjang dengan pengelolaan yang baik pula. Penelitian akan meliputi uji karakteristik fisis, mekanis, dan dinamis batuan (Unconfined Compression Test, Tes Elemen Bender, dan Tes Point Load), dengan melakukan pengambilan benda uji batuan setiap kedalaman tertentu pada lereng galian pertambangan. Hasil karakteristik fisis, mekanis, dan dinamik batuan yang telah dimodelkan dengan variasi pembasahan-pengeringan ini akan digunakan untuk analisa kestabilan galian (perhitungan angka keamanan) dengan berbagai variasi beban dinamis (beban dinamis kendaraan dan beban dinamis gempa) dengan menggunakan bantuan program Plaxis. Lereng dimodelkan dengan kemiringan 30°, 50°, 70° dan 90°, dan untuk masing-masing kemiringan lereng dibuat beberapa variasi kedalaman galian lereng yaitu 5 meter, 15 meter, 20 meter, 25 meter, 30 meter, 35 meter, 40 meter dan 45 meter.
dalam kehidupan masyarakat sekitar, oleh karena itu banyak sekali dilakukan penambangan batu kapur di wilayah ini. Dalam penambangan terbuka, desain kestabilan lereng merupakan salah satu permasalahan dan tantangan utama dalam setiap perancangan dan operasi penambangan. Hal tersebut memerlukan pengetahuan yang khusus tentang parameter atau karakteristik batuan yang seringkali sangat komplek dan bervariasi. Pemahaman aspek praktis dalam implementasi desain juga dibutuhkan.(Wyllie, D.C., and Christopher W. Mah, 2004.) Tujuan umum dari desain penambangan terbuka adalah memperoleh konfigurasi penggalian yang optimum, baik dalam konteks keamanan, pengambilan bahan tambang dan pengembalian modal. Investor dan operator tambang mengharapkan desain lereng akan selalu stabil sampai umur penambangan terbuka berlangsung. Karenanya setiap ada ketidakstabilan lereng harus dikelola secara serius dari lereng tunggal hingga keseluruhan lereng. (Wyllie, D.C., and Christopher W. Mah, 2004.) Untuk mengetahui perubahan karakteristik batuan, sifat mekanik, sifat dinamis dan sifat kimiawinya, maka dilakukan penelitian batuan dari lereng tersebut. Hal – hal yang menjadi subyek adalah meneliti karakteristik tersebut sampai pada kedalaman tertentu pada lapisan batuan serta di sekitar permukaan lereng.
Kata kunci: Kestabilan lereng, Pertambangan kapur terbuka, Getaran dinamis, Angka keamanan, Kabupaten Gresik, Pembasahan-pengeringan.
Permasalahan di dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh pembasahan dan pengeringan terhadap perubahan parameter sifat fisik batuan yang antara lain: kadar air (w), angka pori (e), dan derajat kejenuhan (Sr) pada kondisi kadar air awal (initial) lapangan. 2. Bagaimana pengaruh pembasahan dan pengeringan batuan terhadap perubahan tegangan air pori negatif, sifat mekanis, sifat kimiawi, dan sifat dinamis pada kondisi kadar air awal (initial) lapangan.
I PENDAHULUAN Ditinjau secara letak geografis, Kabupaten Gresik terletak dekat dengan pesisir pantai yang juga memiliki pegunungan kapur. Hal ini yang menyebabkan wilayah tersebut memiliki sumber daya alam yang cukup baik, dan semestinya hal ini harus ditunjang dengan pengelolaan yang baik pula. Batuan kapur mendominasi dataran wilayah tersebut dimana ikut mempengaruhi aspek sosial dan budaya
1.1. Perumusan Masalah
2 3. Bagaimana pengaruh akibat adanya beban dinamis kendaraan pertambangan yang dimodelkan dengan bantuan program Plaxis terhadap kestabilan lereng galian. 4. Bagaimana pengaruh adanya kegempaan terhadap kestabilan lereng penambangan kapur terbuka yang dimodelkan dengan bantuan program Plaxis.
2.
3.
1.2. Batasan Masalah Pembahasan dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut: 1. Area penambangan terbuka difokuskan pada penambangan batu kapur Kab. Gresik (Desa Gosari – Kec.Ujung Pangkah) 2. Percobaan ini adalah percobaan laboratorium dimana benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah batu kapur tak terganggu (undisturbed) yang diambil dari daerah Kabupaten Gresik. 3. Sample batuan diambil pada daerah lereng sebanyak 10 bongkahan per kedalaman dan kedalaman galian yang diambil sample batuan sampai dengan – 15 meter dengan dimensi batuan 25 cm x 9 cm x 7cm. 4. Kadar air benda uji dikondisikan kadar airnya dengan proses pengeringan dan pembasahan. Proses pengeringan dengan mengurangi kadar air benda uji hingga menjadi 25 %, 50 %, 75 % dan 100 % dari kadar air awal (initial). Sedangkan proses pembasahan dilakukan dengan cara menambahkan air ke dalam benda uji, hingga kadar air benda uji menjadi ; wi + 25 % (wsat – wi), wi + 50 % (wsat – wi), wi + 75 % (wsat – wi) dan wi + 100 % (wsat – wi). Dimana wi adalah kadar air asli lapangan dan wsat adalah kadar air kondisi jenuh. 5. Pengujian kuat tekan dilakukan dengan Unconfined Compression Test. Pengujian kuat tekan dilakukan pada batuan asli, dan pada batuan yang telah dikondisikan kadar airnya (proses pembasahan dan pengeringan). Sedangkan pengukuran tegangan air pori negatif (suction), dilakukan dengan menggunakan kertas filter type Whatman No. 42. 6. Alat yang digunakan untuk menentukan properti dinamik batuan adalah Elemen Bender di laboratorium Mekanika Tanah, Jurusan Teknik Sipil, ITS, Surabaya. Benda uji untuk Tes Elemen Bender berbentuk silinder, berdiameter ± 3,81 cm dan tinggi ± 3,0 cm. 7. Perhitungan kestabilan lereng pada tambang terbuka ini dilakukan dengan perhitungan angka keamanan (safety factor) dan menggunakan perangkat lunak Plaxis.
1.3.
Tujuan Dari hasil perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh pembasahan dan pengeringan terhadap parameter sifat fisik batuan yang antara lain : kadar air (w), angka
4.
pori (e), derajat kejenuhan (Sr) pada kondisi kadar air awal (initial) lapangan. Untuk mengetahui pengaruh pembasahan dan pengeringan batuan terhadap perubahan tegangan air pori negatif (suction), sifat mekanis, sifat kimiawi, dan sifat dinamis pada kondisi kadar air awal (initial) lapangan. Untuk mengetahui angka keamanan (safety factor) terhadap kestabilan lereng galian akibat adanya aktivitas kendaraan berat pertambangan yang telah dimodelkan dengan program Plaxis. Untuk mengetahui angka keamanan (safety factor) terhadap kestabilan lereng di penambangan kapur terbuka akibat adanya aktifitas kegempaan yang telah dimodelkan dengan program Plaxis.
II METODE Mulai Persiapan Penelitian : 1. Kajian pustaka 2. Kajian penelitian terdahulu Lokasi Penelitian : Kab. Gresik – Jawa Timur 1. Benda uji batuan diambil sampai kedalaman 15 m. 2. Benda uji dengan kondisi tidak terganggu. Penelitian Laboratorium: Identifikasi parameter sifat fisik (Kadar air, Konsistensi batuan, Keausan batuan dan Volumetri-gravimetri); parameter kuat geser
Benda uji sampai kedalaman -1 s/d -2 m
A
Benda uji sampai kedalaman -3 s/d -15 m
B
3 III HASIL PENELITIAN 4.2.
Pembasahan Pada akhir proses percobaan dan pengujian di laboratorium, Dalam permodelan, perubahan fisik batu kapur yang akan dibahas antara lain: perubahan kadar air (Wc), derajat kejenuhan (Sr), angka pori (e), berat volume batu kapur dan lainnya. Sedangkan perubahan sifat mekanik antara lain meliputi : kohesi (c), sudut geser dalam (φ) dan lainnya. 4.2.2. Hasil Pengujian Sifat Fisik Batuan Hasil Pengujian Volumetri dan Gravimetri kondisi pembasahan pada kedalaman -1m dan -2m ditampilkan pada grafik berikut ini:
Gambar 4.24. Grafik berat volume kedalaman -1 dengan kondisi pembasahan. (Sumber: Hasil Penelitian)
C Input data kedalam program PLAXIS dengan parameter berupa berat volume, kohesi, young’s modulus, poisson ratio, sudut geser dalam, modulus geser dan beban dinamis yang dimodelkan
Variasi permodelan antara lain: 1. Sudut kemiringan galian. 2. Tinggi galian. 3. Beban dinamis kendaraan. 4. Zona gempa.
Analisa : 1. Perilaku batuan (fisik, mekanis, dan dinamik) dari seluruh variasi pembasahan-pengeringan. 2. Menentukan angka keamanan daripada lereng-lereng galian akibat adanya beban dinamis kendaraan dan gempa untuk seluruh variasi pembasahan-pengeringan. 3. Penyusunan laporan.
Gambar 4.25. Grafik berat volume kedalaman -2 dengan kondisi pembasahan. (Sumber: Hasil Penelitian)
Gambar 4.26. Grafik derajat kejenuhan pada kedalaman -1m kondisi pembasahan. (Sumber: Hasil Penelitian)
Kesimpulan
SELESAI
Gambar 1. Diagram Alir penelitian
Gambar 4.27. Grafik derajat kejenuhan pada kedalaman -2m kondisi pembasahan. (Sumber: Hasil Penelitian)
4 4.2.3. Hasil Pengujian Sifat Mekanik Batuan
4.2.5. Hasil Pengujian Tegangan Air Pori Negatif
4.2.3.1 Hasil Unconfined Compression Test 4.2.3.2 Hasil pengujian Point Load Test Kondisi Pembasahan Dari hasil pengujian point load dengan berbagai variasi pembasahan maka dapat disajikan pengaruh adanya pembasahan terhadap perubahan besarnya point load strength index yang ditampilkan pada Gambar 4.38 dan 4.39 berikut.
Dari hasil pengujian tegangan air pori negatif pada batu kedalaman -1m dan -2m dengan berbagai variasi pembasahan, maka dapat dilihat pengaruh pembasahan terhadap perubahan tegangan air pori negatif batuan. Pada Gambar 4.43 dan Gambar 4.44 berikut dapat dilihat besarnya penurunan tegangan air pori negatif akibat adanya variasi pembasahan.
Gambar 4.38. Grafik Point Load Strength Index Pada Kedalaman -1m Kondisi Pembasahan. (Sumber: Hasil Penelitian)
Gambar 4.39. Grafik Point Load Strength Index Pada Kedalaman -2m Kondisi Pembasahan. (Sumber: Hasil Penelitian) 4.2.4. Hasil Pengujian Sifat Dinamis Batuan
Gambar 4.42. Grafik Teg. Air Pori Negatif pada kedalaman -1m kondisi pembasahan. (Sumber: Hasil Penelitian)
Gambar 4.43. Grafik Teg. Air Pori Negatif pada kedalaman -2m kondisi pembasahan. (Sumber: Hasil Penelitian) 4.3. Pengeringan 4.3.1. Perubahan Kadar Air Pengeringan dilakukan dengan variasi pengurangan kadar air sebesar 25%, 50%, 75% dan 100%. 4.3.2. Hasil Pengujian Sifat Fisik Batuan
Gambar 4.40. Grafik derajat kejenuhan pada kedalaman -1m kondisi pengeringan. (Sumber: Hasil Penelitian)
Gambar 4.44. Grafik Berat Volume Pada Kedalaman 1m Kondisi Pengeringan. (Sumber: Hasil Penelitian)
Gambar 4.41. Grafik derajat kejenuhan pada kedalaman -2m kondisi pengeringan. (Sumber: Hasil Penelitian)
5 Dari Gambar 4.23 diatas dapat dilihat besar penurunan point load strength index dari kondisi inisial sebesar 7,51 kg/cm2 hingga kondisi kering 100% sebesar 4,39 kg/cm2.
Gambar 4.45. Grafik Berat Volume Pada Kedalaman 2m Kondisi Pengeringan. (Sumber: Hasil Penelitian)
Gambar 4.57. Grafik Point Load Strnght Index Pada Kedalaman -2m Kondisi Pengeringan. (Sumber: Hasil Penelitian) Dari Gambar 4.23 diatas dapat dilihat besar penurunan point load strength index dari kondisi inisial sebesar 15,04 kg/cm2 hingga kondisi kering 100% sebesar 4,63 kg/cm2. 4.3.4. Hasil Pengujian Sifat Dinamis Batuan
Gambar 4.46. Grafik Derajat Kejenuhan Pada Kedalaman -1m Kondisi Pengeringan. (Sumber: Hasil Penelitian)
Gambar 4.47. Grafik Derajat Kejenuhan Pada Kedalaman -2m Kondisi Pengeringan. (Sumber: Hasil Penelitian) 4.3.3. Hasil Pengujian Sifat Mekanik Batuan 4.3.3.1. Hasil Unconfined Compression Test Pengeringan
Dengan diberlakukannya variasi pengeringan, batu mengalami peningkatan modulus geser maksimum yang dapat dilihat pada Gambar 4.58 dan Gambar 4.59 berikut.
Gambar 4.58. Grafik Modulus Geser Maksimum pada kedalaman -1m kondisi pembasahan. (Sumber: Hasil Penelitian) Dari Gambar 4.58 diatas dapat dilihat besar peningkatan Modulus geser maksimum dari kondisi inisial 35.427,319 kpa hingga 46.729,793 pada kondisi kering 100%
4.3.3.2. Hasil Point Load Test Pengeringan Dengan diberlakukannya variasi pengeringan, batu mengalami penurunan point load strength index yang dapat dilihat pada Gambar 4.23 dan Gambar 4.24 berikut.
Gambar 4.59. Grafik Modulus Geser Maksimum pada kedalaman -2m kondisi pembasahan. (Sumber: Hasil Penelitian)
Gambar 4.56. Grafik Point Load Strnght Index Pada Kedalaman -1m Kondisi Pengeringan. (Sumber: Hasil Penelitian)
4.3.5. Hasil Pengujian Tegangan Air Pori Negatif Dengan diberlakukannya variasi pengeringan, batu mengalami peningkatan tegangan air pori negatif yang dapat dilihat pada Gambar 4.60 dan Gambar 4.61 berikut.
6 Parameter : GRESIK γsat γunsat
Gambar 4.60. Grafik Teg. Air Pori Negatif Pada Pedalaman -1m Kondisi Pengeringan. (Sumber: Hasil Penelitian) Dari Gambar 4.60 diatas dapat dilihat besar peningkatan tegangan air pori negatif dari kondisi inisial sebesar 32,497 kpa hingga kondisi kering 100% sebesar 10.903,100 kpa.
ϕ c E Berat kendaraan kondisi bermuatan Jarak kendaraan dari tepi galian (1) Jarak kendaraan dari tepi galian (2) Jarak kendaraan dari tepi galian (3) Elv. Muka air tanah (1) Elv. Muka air tanah (2) Beban Dinamis : A kend F kend Time interval Zona gempa
3
17.82 (kN/m ) 3 17.22 (kN/m ) = = (°) 5.93 = 41.03 (kPa) = 89345 (kN/m2) = 12.32 (ton) = 1 (m) = 2 (m) = 3 (m) = Tidak ada muka air tanah = Tepat dibawah galian =
= = = =
0.0011 10 15 3
(cm) (Hz) (detik)
(Sumber : Hasil Penelitian) 5.1.1.
Metode Perhitungan Angka Keamanan Galian Pertambangan Untuk melihat kestabilan lereng pada lokasi studi, maka perlu dilakukan perhitungan angka keamanan (safety factor-SF) sehingga dapat dikatagorikan apakah lereng tersebut aman, kritis atau berpotensi longsor. Maka pemodelan numerik perlu dilakukan untuk perhitungan angka keamanan lereng atau kestabilan galian pertambangan, yaitu dengan menggunakan program bantu Plaxis. Gambar 4.61. Grafik Teg. Air Pori Negatif Pada Kedalaman -2m Kondisi Pengeringan. (Sumber: Hasil Penelitian) Dari Gambar 4.61 diatas dapat dilihat besar peningkatan tegangan air pori negatif dari kondisi inisial sebesar 7,204 kpa hingga kondisi kering 100% sebesar 73.720,750 kpa. IV ANALISA KESTABILAN LERENG Pada analisa kestabilan lereng galian adalah menggunakan program bantu PLAXIS. Data hasil praktikum digunakan sebagai bahan untuk dianalisa kestabilan lereng dengan berbagai variasi ketinggian asumsi dan sudut kemiringan galian. 5.1.
Pemodelan Proyek Pada Daerah Studi
Gambar 5.1. Tampak Desain Pemodelan Galian Tabel 5.1 Parameter Input Program PLAXIS
5.2.
Hasil Perhitungan Stabilitas Galian Pertambangan dengan Menggunakan Pemodelan Numerik
Tabel 5.1. Angka Keamanan (SF) Stabilitas Galian Pertambangan akibat Beban Dinamis Kendaraan Kondisi Bermuatan Penuh,dengan jarak Kendaraan dari Galian 1 meter untuk Berbagai Variasi Tinggi (H) dan Sudut Galian () Tinggi galian Sudut kemiringan galian, α ( ͦ ) (m) 30 50 70 90 5 2.78 2.57 1.2 0.85 10 1.72 1.49 1.17 0.75 15 1.34 1.13 0.87 0.74 20 1.24 1.12 0.85 0.7 25 1.05 1.05 0.84 0.61 30 0.91 0.88 0.79 0.59 35 0.85 0.87 0.77 0.57 40 0.79 0.77 0.76 0.55 45 0.73 0.74 0.72 0.53 (Sumber : Hasil Analisa Plaxis) Ket : bagian berwarna merah adalah kondisi geometrik galian yang dihindari Tabel 5.2. Angka Keamanan (SF) Stabilitas Galian Pertambangan akibat Beban Dinamis Kendaraan Kondisi Bermuatan Penuh,dengan jarak Kendaraan dari Galian 2 meter untuk Berbagai Variasi Tinggi (H) dan Sudut Galian () Tinggi galian Sudut kemiringan galian, α ( ͦ ) (m) 30 50 70 90 5 2.78 2.57 1.54 0.87 10 1.72 1.5 1.18 0.77 15 1.34 1.13 0.88 0.75
7 Tinggi galian Sudut kemiringan galian, α ( ͦ ) (m) 30 50 70 90 20 1.24 1.12 0.85 0.71 25 1.06 1.05 0.84 0.61 30 0.92 0.88 0.8 0.6 35 0.85 0.87 0.78 0.59 40 0.78 0.78 0.77 0.55 45 0.74 0.74 0.72 0.53 (Sumber : Hasil Analisa Plaxis) Ket : bagian berwarna merah adalah kondisi geometrik galian yang dihindari
Tabel 5.3. Angka Keamanan (SF) Stabilitas Galian Pertambangan akibat Beban Dinamis Kendaraan Kondisi Bermuatan Penuh,dengan jarak Kendaraan dari Galian 3 meter untuk Berbagai Variasi Tinggi (H) dan Sudut Galian () Tinggi galian Sudut kemiringan galian, α ( ͦ ) (m) 30 50 70 90 5 2.81 2.58 1.73 1.11 10 1.72 1.5 1.19 0.84 15 1.34 1.13 0.89 0.79 20 1.24 1.12 0.87 0.77 25 1.05 1.06 0.86 0.76 30 0.92 0.89 0.82 0.72 35 0.86 0.88 0.79 0.61 40 0.79 0.77 0.76 0.57 45 0.75 0.74 0.73 0.55 (Sumber : Hasil Analisa Plaxis) Ket : bagian berwarna merah adalah kondisi geometrik galian yang dihindari Tabel 5.4. Angka Keamanan (SF) Stabilitas Galian Pertambangan akibat Beban Dinamis Kendaraan Kondisi Bermuatan Penuh,dengan jarak Kendaraan dari Galian 3 meter untuk Berbagai Variasi Tinggi (H) dan Sudut Galian () kondisi seat setelah terjadi hujan Tinggi galian Sudut kemiringan galian, α ( ͦ ) (m) 30 50 70 90 5 2.68 2.55 1.19 0.77 10 1.64 1.45 1.15 0.72 15 1.29 1.1 0.87 0.65 20 1.15 1.12 0.86 0.6 25 0.97 0.95 0.85 0.58 30 0.85 0.83 0.82 0.57 35 0.79 0.77 0.76 0.55 40 0.73 0.72 0.71 0.54 45 0.67 0.65 0.64 0.53 (Sumber : Hasil Analisa Plaxis) Ket : bagian berwarna merah adalah kondisi geometrik galian yang dihindari Tabel 5.5. Nilai tegangan total (total stress) dengan asumsi kendaraan kondisi bermuatan penuh, jarak kendaraan dari galian adalah 1 meter, kondisi setelah terjadi hujan, dan adanya faktor kegempaan
Tinggi galian Sudut kemiringan, α ( ͦ ) (m) 50 90 5 0.0025 0.00225 10 0.0087 0.00251 15 0.00823 0.00231 20 1.64 0.00293 Stress capacity (kPa) 669.67 Remarks Aman (Sumber : Hasil Analisa Plaxis) Dari hasil analisa yang dilakukan maka dapat digunakan sebagai rekomendasi bentuk geometrik galian pada lokasi tambang sesuai dengan perencanaan. Dari tabel 5.1 sampai tabel 5.4 dapat dilihat bahwa untuk sudut kemirngan 90o disarankan agar tidak melebihi ketinggian galian melebihi 5 meter.
Gambar 5.2. Kurva Hubungan Kedalaman dengan Total Stress pada α = 50° (Asumsi permodelan = beban kendaraan sebesar 12.32 ton, jarak kendaraan dari tepi galian adalah 1 meter, kondisi setelah terjadi hujan, dan adanya faktor kegempaan wilayah sekitar).
Gambar 5.3. Kurva Hubungan Kedalaman dengan Total Stress pada α = 90° (Asumsi permodelan = beban kendaraan sebesar 12.32 ton, jarak kendaraan dari tepi galian adalah 1 meter, kondisi setelah terjadi hujan, dan adanya faktor kegempaan wilayah sekitar). V KESIMPULAN 6.1.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan analisa kestabilan lereng, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain: 1. Dari Hasil Pengujian Karakteristik Fisis Batuan Pengaruh proses pembasahan dan pengeringan tidak
8
2.
3.
4.
berpengaruh signifikan terhadap parameter fisik batuan, hal ini terlihat pada besarnya perubahan angka pori untuk batuan kedalaman -1m berkisar antara 0,67 pada kondisi inisialnya dan 0,658 pada kondisi kering 100% dan 0,57 pada kondisi pembasahan 100%. Pengaruh pembasahan dan pengeringan terhadap sifat mekanik, dinamis dan teg. Air pori negatif o Dari Hasil Pengujian Karakteristik Mekanis Batuan (Point load test) Indeks point load Pengaruh proses pembasahan dan pengeringan cukup berpengaruh signifikan terhadap karakteristik mekanis batuan, hal ini terlihat pada Gambar 4.27 bahwa tingkat kelandaian garisnya sangat curam yang artinya perubahannya sangat besar sekali. o Dari Hasil Pengujian Bender Element Dari hasil pengujian Bender Element (Gambar 4.40, Gambar 4.41, Gambar 4.58 dan Gambar 4.59) dengan menggunakan alat Dutta, dapat disimpulkan bahwa Tidak terjadi perubahan Modulus geser maksimum dengan konstan. o Dari Hasil Pengujian Tegangan Air Pori Negatif (Suction test) Dari hasil pengujian tegangan air pori negatif batuan (Gambar 4.42, Gambar 4.43, Gambar 4.60 dan Gambar 4.60) dengan menggunakan kertas Whatman no.40, dapat disimpulkan bahwa Pengaruh proses pembasahan dan pengeringan mengalami peningkatan tegangan air pori negatif dari kondisi inisial sebesar 7,204 kpa hingga kondisi kering 100% sebesar 73.720,750 kpa. Dari Hasil Pemodelan Numerik Stabilitas Galian akibat Beban Statis dan Dinamis Kendaraan dengan Menggunakan Program Bantu Plaxis (Tabel 5.2 dan Tabel 5.5) Stabilitas galian dikatakan “aman’ apabila nilai SF-nya ≥ 1.00, apabila SF < 1.00 maka kondisi stabilitas galian dapat dikatakan dalam kondisi “bahaya” terhadap kelongsoran. stabilitas ketinggian galian H = 10 m dapat dicapai apabila sudut kemiringan dinding galian () max. 70°; stabilitas ketinggian galian H = 20 m dapat dicapai apabila sudut kemiringan dinding galian () max. 50° dan 30°; untuk ketinggian galian H ≥ 30 m, kondisi stabilitas tidak dapat dicapai walaupun dengan sudut kemiringan () 30° sampai dengan 90°. Dari Hasil Pemodelan Numerik Stabilitas Galian akibat Kombinasi Beban Dinamis Kendaraan dan Beban Dinamis Gempa dengan Menggunakan Program Bantu Plaxis Dari Gambar 5.2 dan Gambar 5.3 dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi keruntuhan galian penambangan (untuk H = 5 m sampai H = 20 m dan = 30° s/d = 70°) pada saat terjadi gempa. Hal ini ditunjukkan dari harga tegangan kapasitas (stress capacity) yang nilainya jauh lebih kecil daripada tegangan yang terjadi (compressio stress, σ1).
DAFTAR PUSTAKA 1.
2. 3. 4. 5.
6. 7. 8. 9.
10.
11. 12. 13.
14. 15. 16.
Abramson, Lee. W, Thomas S.Lee, Sunil Sharma, Glenn M. Boyce., 1. Slope Stability and Stabilization methods, John Wiley & Sons, Inc., New York. American Standard for testing Materials (ASTM), D4644-04, Untied States Bowles, J.E., 1984. Physical and Geotechnical Properties of Soils, McGraw-Hill Inc., USA. Cristady, Hardiyanto Hary, 1992. Mekanika Tanah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. DAS, Braja M., (translated by Mochtar N.E. and Mochtar I.B.), 1995. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid I, Erlangga, Jakarta. Diktat mata kuliah Sistem Penambangan (TA-2121), Departemen Teknik Pertambangan, ITB 2005 Hartman, H.L., 1987. Introductory Mining Engineering, Willey, New York. Kliche, C.A, 1999. Rock Slope Stability, Society for mining, Metallurgy, and Exploration, Inc (SME), USA. Nelson, John D. and Miller Deborah J., 1991. Expansive Soil : Problems and Practice in Foundation and Pavement Enggineering, Courier Companies.Inc,USA. Seed, H. B., Woodward, R. J., Jr. and Lundgren, R., 1962. Prediction of Swelling Potential for Compacted Clays: J. ASCE, Soil Mechanics and Foundation Division, Vol. 88, No. SM-3, Part I, pp. 53-87. Standard Operasional Pelaksanaan Praktikum Mekanika Tanah dan Rekayasa Pondasi, 2009) Soetojo, Moesdarjono, 2009, Teknik Pondasi pada Lapisan Batuan. ITS Press. Surabaya Sudarma, I Made, 2001. Pengaruh Suhu dan Tegangan Air Pori Negatif Pada Perilaku Mengembang Tanah Lempung, Tesis Magister, Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Terzaghi, K., 1940. Theoretical Soil Mechanics, Wiley, New York. Terzaghi, K. and Peck, R.B., 1948. Soil Mechanics in Engineering Practice, Wiley, New York. Wyllie, D.C., and Christopher W. Mah, 2004. Rock slope engineering : civil and mining, 4th edition, Spon Press is an imprint of the Taylor & Francis Group, New York.