Analisa Gas Buang Fix 1.docx

  • Uploaded by: Ali Aquarius
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Analisa Gas Buang Fix 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,019
  • Pages: 13
ANALISA GAS BUANG

I.

TUJUAN PERCOBAAN Setelah melakukan percobaan ini,mahasiswa diharapkan dapat: 

Dapat melakukan analisa gas buang kendaraan bermotor menggunakan alat uji emisi.



Memperoleh gambaran secara cepat tentang efisiensi pembakaran didalam mesin.

II.

ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN Alat yang digunakan 

Portable combustion gas analyzers 4400.



Kabel dan terminal listrik.

Bahan yang digunakan  III.

Gas buang kendaraan bermotor.

LANDASAN TEORI



EMISI GAS BUANG KENDARAAN MOTOR BENSIN

Emisi zat pencemar udara yang berasal dari kendaraan bermotor bersumber dari: 1. Blow by gas merupakan gas yang lolos kedalam ruang engkol melalui celah antara ring piston dan silinder ketika terjadi langkah kompresi. -

Berupa gas Hydrocarbon (HC)

-

Bila dibiarkan didalam engkol bisa merusak kualitas oli

-

Dimasukkan lagi kedalam ruang bakar melalui PCV valve 2. Evaporated fuel merupakan penguapan bensin dari dalam tangki maupun ruang pelampung dalam karburator

-

Berupa gas Hydrocarbon (HC)

-

Bisa dimasukkan kedalam saluran intake untuk dibakar didalam mesin melalui EVAP system 3. Emisi gas buang merupakan gas hasil pembakaran di dalam mesin dan dikeluarkan melalui saluran pembuangan (knalpot)

-

Gas buang: CO2, H2O, O2, HC, CO, NOx, Pb, SOx dll

-

Emisi: HC (Hydro Carbon), CO (Carbon Monoxide), NOx (Nitrogen Oxide), SOx (Sulfur-oxide), Pb dan lain-lain. Zat pencemar udara utama yang terkandung dalam gas buangan kendaraan

bermotor pada umumnya terdiri dari: -

Karbon Monoksida (CO)

-

Karbon Dioksida (CO2)

-

Hidrokarbon (HC)

-

Nitrogen Oksida (NOx)

-

Partikulat

Sedang zat pencemar udara lainnya, seperti sulfur oksida (SOx) dan senyawa timah hitam (Pb) biasanya berasal dari bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan bermotor tersebut. 

TEKNOLOGI BAHAN BAKAR UNTUK KENDARAAN BERMOTOR Dilihat dari fungsi kendaraan bermotor, yang dituntut selalu mampu bergerak

(mobile) ke seluruh penjuru jalan yang dikehendaki, maka kendaraan bermotor tersebut memerlukan jenis bahan bakar yang bukan saja memenuhi syarat kesempurnaan pembakaran, melainkan juga harus mudah dibawa, relatif ringan, mudah malakukan pengisian kembali, masih banyak lagi. Bahan bakar yang memenuhi kriteria tersebut adalah bahan bakar minyak. Namun dewasa ini, bahan bakar fosil ini mengalami berbagai kendala, antara lain: keterbatasan sumber yang tersedia, tidak dapat diperbaharui, menimbulkan pencemaran udara yang dapat mengganggu kehidupan manusia serta keseimbangan lingkungan dan lain sebagainya. Salah satu zat pencemar yang dihasilkan oleh bahan bakar minyak pada waktu itu adalah munculnya timah hitam yang sengaja dicampurkan pada bahan bakar minyak itu. Dengan kenyataan tersebut maka pakar otomotif bekerjasama dengan pakar-pakar energi menciptakan bahan bakar minyak yang memenuhi persyaratan motor bakar tanpa mengandung timah hitam. 1.

Jenis Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Di Indonesia jenis bahan bakar yang secara komersial telah diperkenalkan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori yakni: a.

Bensin (gasoline)

b.

Solar

c.

Gas

Dilihat dari kadar zat pencemar udara yang dihasilkan dari hasil pembakaran bahan bakar tersebut, masing-masing memiliki keunggulan maupun kelemahan sesuai dengan karakteristik serta sistem pembakaran.

a.

Bahan Bakar Bensin (Gasoline) Bensin adalah salah satu jenis bahan bakar hasil tambang yang telah diproses pada kilang minyak. Beberapa sifat utama bensin adalah: o Mempunyai bakar yang tinggi; o Mempunyai kesanggupan menguap pada suhu rendah; o Campuran antara oksigen dan bahan bakar dapat terbakar dengan segera

b.

Bahan Bakar Diesel (Solar) Prinsip pembakaran pada motor diesel adalah karena terbakar dengan sendirinya

antara campuran solar yang dinjeksikan (dikabutkan) dengan udara yang dimasukkan ke ruang bakar hampir secara adiabatik. Zat pencemar karbon monoksida yang dihasilkan oleh motor disel melalui gas buangannya sangat kecill, karena biasanya mesin disel bekerja dengan kelebihan udara. Tetapi disisi lain, akan terbentuk nitrogen oksida. Kualitas penyalaan bahan bakar disel dapat diperhatikan dengan penambahan sejumlah kecil zat kimia tertentu, misalnya nitrat organik, dan peroksida (contoh amilnitrat, asetoperoksida). Asap yang dipancarkan oleh motor disel adalah partikulat dalam gas buangan yang berisi PAHs dan jelaga. Gas buangan yang berasap hitam merupakan / menandakan kegagalan pembakaran atau adanya pembentukan karbon diruang bakar atau kerusakan lainnya. Pembentukan jelaga pada pengoperasian mesin disel pada beban penuh dapat dikurangi dengan mengurangi beban mesin. Pada beban rendah, motor disel bekerja dengan campuran miskin, sehingga kemungkinan timbulnya jelaga dapat diperkecil. Oleh karena daya maksimum yang dapat dihasilkan oleh motor disel dilihat dari kehitaman warna asap gas buangannya. Jelaga berwarna hitam yang dipancarkan melalui gas buangan motor disel harus dihindari, karena bukan saja mengganggu lalu

lintas, tetapi juga mengandung karsinogen yang dapat menyebabkan penyakit kanker pada manusia. c.

Bahan Bakar Gas (BBG) / Compressed Natural Gas (CNG) Hampir semua emzim kendaraan bermotor dapat diubah bahan bakarnya dengan bahan bakar gas (BBG) yang menghasilkan polusi lebih rendah. Penggunaan bahan bakar gas (BBG) pada kendaraan bermotor dapat mengurangi kadar karbon monoksida (CO) sebanyak 90% dan kadar hidrokarbon (HC) 40%. Hal ini terjadi karena penggunaan BBG sangat memungkinkan terjadinya campuran udara-bahan bakar lebih merata, sehingga pembakaran dapat terjadi secara sempurna. 

DAMPAK EMISI GAS BUANG TERHADAP LINGKUNGAN

Tidak semua senyawa yang terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor diketahui dampaknya terhadap lingkungan selain manusia. Beberapa senyawa yang dihasilkan dari pembakaran sempurna seperti CO2 yang tidak beracun, belakangan ini menjadi perhatian orang. Senyawa CO2 sebenarnya merupakan komponen yang secara alamiah banyak terdapat di udara. Oleh karena itu CO2 dahulunya tidak menepati urutan pencemaran udara yang menjadi perhatian lebih dari normalnya akibat penggunaan bahan bakar yang berlebihan setiap tahunnya. Pengaruh CO2disebut efek rumah kaca dimana CO2 diatmosfer dapat menyerap energi panas dan menghalangi jalanya energi panas tersebut dari atmosfer ke permukaan yang lebih tinggi. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya suhu rata -rata di permukaan bumi dan dapat mengakibatkan meningginya permukaan air laut akibat melelehnya gununggunung es, yang pada akhirnya akan mengubah berbagai sirklus alamiah. Pengaruh pencemaran SO2 terhadap lingkungan telah banyak diketahui. Pada tumbuhan, daun adalah bagian yang paling peka terhadap pencemaran SO2, dimana akan terdapat bercak atau noda putih atau coklat merah pada permukaan daun. Dalam beberapa hal, kerusakan pada tumbuhan dan bangunan disebabkan karena SO2 dan SO3 di udara, yang masing-masing membentuk asam sulfit dan asam sulfat. Suspensi asam di udara ini dapat terbawa turun ke tanah bersama air hujan dan mengakibatkan air hujan bersifat asam. Sifat asam dari air hujan ini dapat menyebabkan korosif pada logam-logam dan rangka -rangka bangunan, merusak bahan pakian dan tumbuhan. Oksida nitrogen, NO dan NO2 berasal dari pembakaran bahan bakar fosil.

Pengaruh NO yang utama terhadap lingkungan adalah dalam pembentukan smog. NO dan NO2 dapat memudarkan warna dari serat-serat rayon dan menyebabkan warna bahan putih menjadi kekuning-kuningan. Kadar NO2 sebesar 25 ppm yang pada umumnya dihasilkan adari emisi industri kimia, dapat menyebabkan kerusakan pada banayak jenis tanaman. Kerusakan daun sebanyak 5 % dari luasnya dapat terjadi pada pemajanan dengan kadar 4-8 ppm untuk 1 jam pemajanan. Tergantung dari jenis tanaman, umur tanaman dan lamanya pemajanan, kerusakan terjadi dapat bervariasi. Kadar NO2 sebesar 0,22 ppm dengan jangka waktu pemajanan 8 bualan terus menrus, dapat menyebabkan rontoknya daun berbagai jenis tanaman. 

DAMPAK EMISI GAS BUANG TERHADAP KESEHATAN MANUSIA

Senyawa-senyawa di dalam gas buang terbentuk selama energi diproduksi untuk mejalankan

kendaraan

bermotor.

Beberapa

senyawa

yang

dinyatakan

dapat

membahayakan kesehatan adalah berbagai oksida sulfur, oksida nitrogen, dan oksida karbon, hidrokarbon, logam berat tertentu dan partikulat. Pembentukan gas buang tersebut terjadi selama pembakaran bahan bakar fosil-bensin dan solar didalam mesin. Dibandingkan dengan sumber stasioner seperti industri dan pusat tenaga listrik, jenis proses pembakaran yang terjadi pada mesin kendaraan bermotor tidak sesempurna di dalam industri dan menghasilkan bahan pencemar pada kadar yang lebih tinggi, terutama berbagai senyawa organik dan oksida nitrogen, sulfur dan karbon. Selain itu gas buang kendaraa n bermotor juga langsung masuk ke dalam lingkungan jalan raya yang sering dekat dengan masyarakat, dibandingkan dengan gas buang dari cerobong industri yang tinggi. Dengan demikian maka masyarakat yang tinggal atau melakukan kegiatan lainnya di sekitar jalan yang padat lalu lintas kendaraan bermotor dan mereka yang berada di jalan raya seperti para pengendara bermotor, pejalan kaki, dan polisi lalu lintas, penjaja makanan sering kali terpajan oleh bahan pencemar yang kadarnya cukup tinggi. Estimasi dosis pemajanan sangat tergantung kepada tinggi rendahnya pencemar yang dikaitkan dengan kondisi lalu lintas pada saat tertentu. Keterkaitan antara pencemaran udara di perkotaan dan kemungkinan adanya resiko terhadap kesehatan, baru dibahas pada beberapa dekade be lakangan ini. Pengaruh yang merugikan mulai dari meningkatnya kematian akibat adanya episod smog sampai pada gangguan estetika dan kenyamanan.

Gangguan kesehatan lain diantara kedua pengaruh yang ekstrim ini, misalnya kanker pada paru-paru atau organ tubuh lainnya, penyakit pada saluran tenggorokan yang bersifat akut maupun khronis, dan kondisi yang diakibatkan karena pengaruh bahan pencemar terhadap organ lain sperti paru, misalnya sistem syaraf. Karena setiap individu akan terpajan oleh banyak senyawa secara bersamaan, sering kali sangat sulit untuk menentukan senyawa manaatau kombinasi senyawa yang mana yang paling berperan memberikan pengaruh membahayakan terhadap kesehatan. Bahaya gas buang kendaraan bermotor terhadap kesehatan tergantung dari toksiats (daya racun) masingmasing senyawa dan seberapa luas masyarakat terpajan olehnya.

Berdasarkan sifat kimia dan perilakunya di lingkungan, dampak bahan pencemar yang di dalam gas buang kendaraan bermotor digolongkan sebagai berikut:

1. Bahan-bahan pencemar yang terutama mengganggu saluran pernafasan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah oksida sulfur, partikulat, oksida nitrogen, ozon dan oksida lainnya. 2. Bahan-bahan pencemar yang menimbulkan pengaruh racun sistemik, seperti hidrokarbon monoksida dan timbel/timah hitam. 3. Bahan-bahan pencemar yang dicurigai menimbulkan kanker seperti hidrokarbon. 4. Kondisi yang mengganggu kenyamanan seperti kebisingan, debu jalanan, dll.

1.

Bahan-Bahan Pencemar yang Terutama Mengganggu Saluran Pernafasan Organ pernafasan merupakan bagian yang diperkirakan paling banyak mendapatkan

pengaruh karena yang pertama berhubungan dengan bahan pencemar udara. Sejumlah senyawa spesifik yang berasal dari gas buang kendaraan bermotor seperti oksida oksida sulfur dan nitrogen, partikulat dan senyawa-senyawa oksidan, dapat menyebabkan iritasi dan radang pada saluran pernafasan. Walaupun kadar oksida sulfur di dalam gas buang kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin relatif kecil, tetapi tetap berperan karena jumlah kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar makin meningkat. Selain itu menurut studi epidemniologi, oksida sulfur bersama dengan partikulat bersifat sinergetik sehingga dapat lebih meningkatkan bahaya terhadap kesehatan.

a.

Oksida sulfur dan Partikulat Sulfur dioksida (SO2) merupakan gas buang yang larut dalam air yang langsung

dapat terabsorbsi di dalam hidung dan sebagian besar saluran ke paruparu. Karena partikulat di dalam gas buang kendaraan bermotor berukuran kecil, partikulat tersebut dapat masuk sampai ke dalam alveoli paru-paru dan bagian lain yang sempit. Partikulat gas buang kendaraan bermotor terutama terdiri jelaga (hidrokarbon yang tidak terbakar) dan senyawa anorganik (senyawa-senyawa logam, nitrat dan sulfat). Sulfur dioksida di atmosfer dapat berubah menjadi kabut asam sulfat (H2SO4) dan partikulat sulfat. Sifat iritasi

terhadap

saluran

pernafasan,

menyebabkan

SO2 dan

partikulat

dapat

membengkaknya membrane mukosa dan pembentukan mukosa dapat meningkatnya hambatan aliran udara pada saluran pernafasan. Kondisi ini akan menjadi lebih parah bagi kelompok yang peka, seperti penderita penyakit jantung atau paru-paru dan para lanjut usia.

b.

Oksida Nitrogen Diantara berbagai jenis oksida nitrogen yang ada di udara, nitrogen dioksida

(NO2) merupakan gas yang paling beracun. Karena larutan NO2 dalam air yang lebih rendah dibandingkan dengan SO2, maka NO2 akan dapat menembus ke dalam saluran pernafasan lebih dalam. Bagian dari saluran yang pertama kali dipengaruhi adalah membran mukosa dan jaringan paru. Organ lain yang dapat dicapai oleh NO2 dari paru adalah melalui aliran darah. Karena data epidemilogi tentang resiko pengaruh NO2 terhadap kesehatan manusia sampai saat ini belum lengkap, maka evaluasinya banyak didasarkan pada hasil studi eksprimental. Berdasarkan studi menggunakan binatang percobaan, pengaruh yang membahayakan seperti misalnya meningkatnya kepekaan terhadap radang saluran pernafasan, dapat terjadi setelah mendapat pajanan sebesar 100 μg/m3 . Percobaan pada manusia menyatakan bahwa kadar NO2sebsar 250 μg/m3 dan 500 μg/m3 dapat mengganggu fungsi saluran pernafasan pada penderita asma dan orang sehat.

c.

Ozon dan oksida lainnya Karena ozon lebih rendah lagi larutannya dibandingkan SO2 maupun NO2, maka

hampir semua ozon dapat menembus sampai alveoli. Ozon merupakan senyawa oksidan yang paling kuat dibandingkan NO2 dan bereaksi kuat dengan jaringan tubuh. Evaluasi tentang dampak ozon dan oksidan lainnya terhadap kesehatan yang dilakukan oleh

WHO task group menyatakan pemajanan oksidan fotokimia pada kadar 200-500 μg/m³ dalam waktu singkat dapat merusak fungsi paru-paru anak, meningkat frekwensi serangan asma dan iritasi mata, serta menurunkan kinerja para olaragawan.

2.

Bahan-bahan pencemar yang menimbulkan pengaruh racun sistemik Banyak senyawa kimia dalam gas buang kendaraan bermotor yang dapat

menimbulkan pengaruh sistemik karena setelah diabsorbsi oleh paru, bahan pencemar tersebut dibawa oleh aliran darah atau cairan getah bening ke bagian tubuh lainnya, sehingga dapat membahayakan setiap organ di dalam tubuh. Senyawa-senyawa yang masuk ke dalam hidung dan ada dalam mukosa bronkial juga dapat terbawa oleh darah atau tertelan masuk tenggorokan dan diabsorbsi masuk ke saluran pencernaan. Selain itu ada pula pemaja nan yang tidak langsung, misalnya melalui makanan, seperti timah hitam. Diantara senyawa-senyawa yang terkandung di dalam gas kendaraan bermotor yang dapat menimbulakan pengaruh sistemik, yang paling penting adalah karbon monoksida dan timbel.

a.

Karbon Monoksida (CO) Karbon monoksida dapat terikat dengan haemoglobin darah lebih kuat

dibandingkan dari oksigen membentuk karboksihaemoglobin (COHb), sehingga menyebabkan terhambatnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh. Pajanan CO diketahui dapat mempengaruhi kerja jantung (sistem kardiovaskuler), system syaraf pusat, juga janin, dan semua organ tubuh yang peka terhadap kekurangan oksigen. Pengaruh CO terhadap sistem kardiovaskuler cukup nyata teramati walaupun dalam kadar rendah. Penderita penyakit jantung dan penyakit paru merupakan kelompok yang paling peka terhadap pajanan CO. Studi eksperimen terhadap pasien jantung dan penyakit pasien paru, menemukan adanya hambatan pasokan oksigen ke jantung selama melakukan latihan gerak badan pada kadar COHb yang cukup rendah 2,7 %. Pengaruh pajanan CO kadar rendah pada system syaraf dipelajari dengan suatu uji psikologi. Walaupun diakui interpretasi dari hasil uji seperti ini sulit ditemukan bahwa kadar COHb 16% dianggap membahayakan kesehatan. Pengaruh bahaya ini tidak ditemukan pada kadar COHb sebesar 5%. Pengaruh terhadap janin pada prinsipnya adalah karena pajanan CO pada kadar tinggi dapat menyebabkan kurangnya pasokan oksigen pada ibu hamil yang konsekuennya akan menurunkan tekanan oksigen di dalam plasenta dan juga pada janin dan darah. Hal ini dapat menyebabkan kelahiran prematur atau bayi lahir dengan berat

badan rendah dibandingkan normal. Menurut evaluasi WHO, kelompok penduduk yang peka (penderita penyakit jantung atau paru-paru) tidak boleh terpajan oleh CO dengan ka dar yang dapat membentuk COHb di atas 2,5%. Kondisi ini ekivalen dengan pajanan oleh CO dengan kadar sebesar 35 mg/m3 selama 1 jam, dan 20 mg/mg selama 8 jam. Oleh karena itu, untuk menghindari tercapainya kadar COHb 2,5-3,0% WHO menyarankan pajanan CO tidak boleh melampaui 25 ppm (29 mg/m3) untuk waktu 1 jam dan 10 ppm (11,5 mg/mg3) untuk waktu 8 jam.

b.

Timbel Timbel ditambahkan sebagai bahan aditif pada bensin dalam bentuk timbel

organik (tetraetil-Pb atau tetrametil-Pb). Pada pembakaran bensin, timbel organik ini berubah bentuk menjadi timbel anorganik. Timbel yang dikeluarkan sebagai gas buang kendaraan bermotor merupakan partikel-partikel yang berukuran sekitar 0,01 μm. Partikel-partikel timbel ini akan bergabung satu sama lain membentuk ukuran yang lebih besar, dan keluar sebagai gas buang atau mengendap pada kenalpot. Pengaruh Pb pada kesehatan yang terutama adalah pada sintesa haemoglobin dan sistem pada syaraf pusat maupun syaraf tepi. Pengaruh pada sistem pembentukkan Hb darah yang dapat menyebabkan anemia, ditemukan pada kadar Pb-darah kelompok dewasa 60-80μg/100 ml dan kelompok anak > 40 μg/100 ml. Pada kadar Pb-darah kelompok dewasa sekitar 40 μg/100 ml diamati telah ada gangguan terhadap sintesa Hb, seperti meningkatnya ekskresi asam aminolevulinat (ALA). Pengaruh pada enzim §-ALAD dapat diamati pada kadar Pb-darah sekitar 10μg/100 ml. Akumulasiprotoporfirin dalam eritrosit (FEP) yang merupakan akibat dari terhambatnya aktivitas enzim ferrochelatase , dapat terlihat pada wanita edngan kadar Pb-darah 20 - 30 μg/100 ml, pada pria dengan kadar 25-35 μg/100 ml, dan pada anak dengan kadar > 15 μg/100 ml.

IV.

PROSEDUR KERJA

a) Menghubungkan selang penyaring udara,selang sampling udara dan kabel termokopel ke alat. b) Menghubungkan alat ke sumber arus. c) Menekan tombol “ON” beberapa detik sampai layar alat menyala. d) Menunggu beberapa saat, alat akan melakukan analisa autozero proses ini dilakukan sebanyak tiga kali.

e) Memasukan ujung selang analisa kebagian mesin yang akan diukur gas buangnya. f) Menekan tombol “OK”, maka alat akan melakukan analisa satu kali analisa ± 115 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘, pada layar muncul hitungan mundur alat akan melakukan analisa sebanyak tiga kali. g) Untuk mencetak hasil analisa menekan tombol “print”.

V.

DATA PENGAMATAN Sampel A

Sampel B

VI.

ANALISA PERCOBAAN

Pada percobaan analisa gas buang kami menganalisa dua sampel kendaraan dengan penggunaan bahan bakar yang berbeda, pada sampel A dengan bahan bakar bensin dan pada sampel B dengan bahan bakar Pertamax. pada sampel A setelah melakukan analisis emisi gas buang temperatur flue 32,6oC, temperatur air 30,3 oC, CO 9800 ppm, NO 5 ppm, dan NOx/NO adalah 1,05 ppm. pada sampel B setelah dilakukan analisa emisi gas buang temperatur flue 32,6oC, temperatur air 30,6oC, CO 1652 ppm, NO 2 ppm, NOx 2 ppm, dan NOx/NO adalah 1,05 ppm. pada sampel A CO 9800 ppm, CO yang ada berarti masih ramah lingkungan, sedangkan pada sampel B CO yang ada 1652 ppm bahkan sudah menjadi COd berarti kendaraan tidak ramah lingkungan lagi. standar NOx/NO adalah 1,05 pada sampel A dan B masih belum melebihi standar NOx/NO yang ada. kadar CO pada kendaraan bermotor tidak boleh lebih dari 3000 ppm menurut keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 35 Tahun 1993. sedangkan pada NOx/NO juga tidak boleh melibihi 1,05. jika keadaan gas buang kendaraan dibiarkan mengeluarkan kadar yang berlebihan seperti pada sampel B maka akan berdampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan sekitar.

VII. KESIMPULAN   

 

VIII.

Pada sampel B memiliki CO 1652 yang melibihi ambang batas emisi gas buang NOx/NO sampel A dan sampel B masih memenuhi standar semakin kecil kadar CO semakin sempurna proses pembakaran dan bensin akan semakin irit, sebaliknya jika semakin tinggi kadar CO semakin boros bensinnya sampel A T flue 32,6oC, T air 30,3oC, CO 9800 ppm, NO 5 ppm, NOx 5 ppm sampel B T flue 32,6 oC, T air 30,6 oC, CO 1652 ppm, NO 2 ppm, NOx 2 ppm

PERTANYAAN

1. Sebutkan peraturan pemberintah baik dari Kementerian Lingkungan Hidup, Kementrian Kesehatan Maupun Peraturan Daerah yang mengatur mengenai nilai ambang batas dari emisi dari kendaraan bermotor?

Jawab: 

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 35 Tahun 1993.



Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999.



Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2006



Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 141 Tahun 2003.



Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2009.

IX.



Peraturan Mentri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor

23

Tahun 2012.

DAFTAR PUSTAKA

-

Jobsheet.2018.Penuntun Praktikum Kimia Analisis Instrumen.Politeknik Negeri Sriwijaya:Palembang.

-

http://hariripriyanto.blogspot.co.id/2012/06/modul-pembelajaran-sistem-gasbuang.html (diakses pada 5 januari 2019)

X.

GAMBAR ALAT



1 Set portable Combustion Analyzers 4400

Related Documents


More Documents from "Annisa Ulfalah"