BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Jawa Timur mempunyai luas perairan 357.707 kilometer persegi (Km2) meliputi Selat Madura, Laut Jawa, Selat Bali (Wilayah Pantai Utara) dan Samudera Indonesia serta ZEEI (Wilayah Pantai Selatan). Memiliki panjang garis pantai 1.900 km dan 446 pulau. Sebanyak 23 daerah dari 38 kabupaten/kota atau lebih 60 persen merupakan wilayah pesisir. Perikanan, budidaya laut serta potensi wisata bahari merupakan aset yang terabaikan. Sementara posisi yang sangat strategis menjadikan Provinsi Maritim Jawa Timur, sebagai sentra kegiatan ekonomi untuk Kawasan Barat dan Kawasan Timur Indonesia. Hasil identifikasi awal terdapat sedikitnya 52 lokasi obyek Wisata Bahari di wilayah pesisir selatan, pantura dan pulau-pulau kecil. Sebagian besar belum dikembangkan maksimal. Mempunyai potensi untuk aktivitas diving, surviying, snoorkling dan fishing. Kondisi umumnya berpasir putih, pantai jernih dan indah. Tak bisa dibayangkan jika potensi wisata bahari Jatim ditangani dengan serius, infrastruktur tersedia seiring terpacunya pembangunan berbasis otonomi daerah, betapa cepat 23 kabupaten/kota wilayah pesisir di Jatim terpacu pertumbuhan ekonominya. Belum lagi terkait dengan terbukanya jutaan lapangan kerja di sepanjang wilayah pesisir akan mampu menjadi filter utama problem sosial yang bernama arus urbanisasi dan kemiskinan. Kabupaten Trenggalek berposisi di bagian barat daya ibu kota Jawa Timur, Surabaya. Kabupaten seluas 126.140 hektare di pesisir selatan Pulau Jawa ini memiliki panjang pantai 96 kilometer yang berhadapan langsung dengan Lautan Hindia. Pantai di kabupaten yang dua pertiga wilayahnya berupa pegunungan ini sebagian besar berbentuk teluk. Ada tiga teluk di kabupaten yang berbatasan dengan Tulungagung, Ponorogo, dan Pacitan ini, yaitu Teluk Prigi, Teluk Munjungan, dan Teluk Panggul. Teluk Prigi adalah salah satu kawasan wisata bahari yang berlokasi di Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Trenggalek yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi salah satu kawasan wisata bahari unggulan di Indonesia.
1
Sebentuk teluk yang letaknya di sebelah selatan kota Trenggalek, Jawa Timur, ini sudah lama jadi tujuan wisatawan domestik maupun pelancong asing karena keelokannya. Di tempat ini ada tiga pantai yang bisa dinikmati sekaligus, yakni pantai Prigi, pantai Karanggongso, dan pantai Damas. Masing-masing pantai menyimpan keindahannya sendiri. Pantai Karanggongso terletak 3 km dari pantai Prigi yang terkenal dengan pasir putihnya. Ombak dipantai ini relative tenang, sehingga sangat cocok untuk berenang dan mandi. Disepanjang pantai tumbuh rimbun pohon-pohon yang menambah sejuk udara pantai disiang hari. Diseberang jalan di sepanjang pantai tersedia beberapa restoran dan warung kecil yang menyajikan bermacam-macam makanan dan minuman nusantara. Tersedia berbagai masakan seafood, serta aneka makanan kecil khas Trenggalek. Suasana kian sejuk oleh embusan semilir angin laut. Keindahan terumbu karang di dasar laut menjadi suguhan yang bisa dinikmati sembari berenang. Pandangan mata akan terpuaskan oleh kemolekan tekstur perbukitan yang mengelilingi kawasan pantai. Suasana pantai kian memikat kala malam tiba. Ratusan lampu kapal nelayan bertebaran di hamparan lautan, bagaikan pesta lampion. Kerlap-kerlip bintang dan cahaya bulan yang memantul dari permukaan laut menambah keindahan suasana. Para wisatawan bisa menikmatinya hingga dini hari. Permasalahan-permasalahan
yang
ada
di
Objek
Wisata
Pantai
Karanggongso seharusnya dapat diatasi dengan baik oleh berbagai stakeholder yang terlibat, karena Dengan potensi alam yang cukup besar di Objek Wisata Pantai Karanggongso akan dapat memberikan berbagai dampak positif baik bagi pemerintah daerah maupun masyarakat setempat. Pembangunan pariwisata berkelanjutan, seperti disebutkan dalam Piagam Pariwisata Berkelanjutan (1995) adalah pembangunan yang dapat didukung secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi, juga adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat. Artinya, pembangunan berkelanjutan adalah upaya terpadu dan terorganisasi untuk mengembangkan kualitas hidup dengan cara mengatur penyediaan, pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya secara berkelanjutan. Tentunya dengan pengembangan dan penambahan sarana itu pula akan
menambah minat dan daya tarik pengunjung, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Berdasarkan latar belakang diatas kami tertarik untuk mengangkat skripsi seminar dengan judul “Penyediaan Fasilitas Atraksi Wisata di Objek Wisata Kawah Putih Ciwidey” 1.2 Rumusan Masalah 1
Bagaimana kondisi Fasilitas dan atraksi yang ada di objek wisata Kawah Putih ?
2
Bagaimana upaya dan strategi untuk mengembangkan atraksi di objek wisata Kawah Putih ?
3
Konsep apa yang akan dibuat untuk mengembangkan potensi alam yang dimiliki Kawah Putih ?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin didapat dari penelitian yang dilakukan ini antara lain : 1. Menjadi bahan pertimbangan PT Perhutani (Persero) Unit III Jabar dan Banten selaku pengembangnya agar seluruh potensi wisata di Kawah Putih mampu dimanfaatkan semaksimal mungkin sehingga keuntungannya mampu berdampak positif bagi seluruh pihak yang terkait. 2. Menumbuhkan sapta pesona pariwisata di kawasan wisata Kawah Putih,
agar benar-benar mampu menjadi kawasan tujuan wisata yang paling dimunati khususnya di kabupaten ciwidey. 3. Mengaplikasikan materi pariwisata yang telah peneliti pelajari baik itu
mengenai konsep wisata maupun pengembangan dan pengelolaan yang baik. 1.4 Asumsi Kawah Putih merupakan kawasan wisata yang termasuk dalam daerah konservasi, dimana daerah tersebut tidak boleh dilakukan pembangunan sekitar kawah, akan tetapi 50 meter dari kawah boleh dibangun untuk area pembangunan area fasilitas yang dibutuhkan oleh para wisatawan yang datang.
3
Dalam pengembangan kepariwisataan perlu diperhatikan kualitas lingkungan, agar pengembangan kepariwisataan tidak merusak lingkungan. Adapun teori yang mendukung adalah sebagai berikut : “Pariwisata adalah industri yang kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh baik buruknya lingkungan. Tanpa lingkungan yang baik tak mungkin pariwisata berkembang. Karena itu pengembangan pariwisata haruslah memperhatikan terjaganya mutu lingkungan, sebab dalam industri pariwisata lingkungan itulah yang sebenarnya dijual”. (Soemarwolo, 2001: 709)
1.5 Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari langkahlangkah berikut: 1
Melakukan studi kepustakaan terhadap berbagai referensi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Topik-topik yang akan dikaji antara lain meliputi: pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata, konsep resort, dll.
2
Metode selanjutnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey.
1.6 Lokasi Penelitian Kawasan wisata yang menjadi objek penelitian kami adalah : •
Nama kawasan wisata
•
Desa
: Alam Endah
•
Kecamatan
: Ranca Bali
: Kawah Putih
•
Kota
•
Kabupaten
: Bandung
•
Provinsi
: Jawa Barat
•
Luas Wilayah
: Ciwidey
: 25 ha
BAB II LANDASAN TEORETIS
2.1 Pengertian Fasilitas Fasilitas, dari bahasa Belanda, faciliteit, adalah prasarana atau wahana untuk melakukan atau mempermudah sesuatu. Fasilitas bisa pula dianggap sebagai suatu alat. fasilitas biasanya dihubungkan dalam pemenuhan suatu prasarana umum yang terdapat dalam suatu perusahaan-perusahaan ataupun 5
organisasi tertentu. (wikipedia, 2008) Lawson dan Baud-Bovy dalam bukunya Tourism and Recreation Handbook of Planning and Design (1998 :17) membagi fasilitas ke dalam dua jenis, yaitu : 1. Fasilitas dasar untuk semua tipe resort atau komplek rekreasi
dimanapun
berada,
yang
memberikan
pelayanan kepada wisatawan secara umum seperti akomodasi, bersantai,
makanan dan
juga
dan
minuman,
infrastruktur
dasar
hiburan, untuk
pengelolaan sebuah objek wisata. 2. Fasilitas khusus sesuai dengan karakteristik lokasi dan sumber daya yang tersedia yang menunjukkan karakter alamiah sebuah objek wisata. Objek wisata pantai, gunung, spa dan objek wisata dengan tema lainnya memerlukan fasilitas khusus yang berbeda. 2.2 Pengertian Atraksi Wisata Menurut Pendit (2002:19), menyatakan bahwa atraksi yaitu segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat. Atraksi wisata biasanya berwujud peristiwa, kejadian, baik yang terjadi secara periodik, maupun sekali saja; baik yang bersifat alami, tradisional, ataupun yang telah dilembagakan dalam kehidupan masyarakat modern. Sehubungan dengan lamanya waktu yang dihabiskan wisatawan di tempat wisata, ada dua jenis atraksi, yaitu atraksi penahan dan atraksi penangkap. Seperti yang dikemukakan oleh Soekadijo (2000 : 50) berikut :
”Atraksi wisata yang dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat menahan wisatawan selama berhari-hari dan dapat berkali-kali dinikmati, bahkan pada kesempatan lain wisatawan mungkin kembali lagi ke tempat yang sama. Atraksi demikian itu adalah atraksi penahan. Sebaliknya, ada juga atraksi yang hanya dapat menarik kedatangan wisatawan. Atraksi itu ialah atraksi penangkap wisatawan (tourist catcher),
yang hanya sekali dinikmati, kemudian ditinggalkan lagi oleh wisatawan”. 2.3 Pengertian Objek Wisata Objek wisata adalah sebuah tempat rekreasi/tempat berwisata. Biasanya obyek wisata merupakan gunung, danau, sungai, pantai, laut, dll. Obyek wisata biasanya di tempat yang sejuk atau tempat yang bisa menikmati keindahan alam (Wikipedia : 2008). Untuk melihat apakah suatu daerah atau tempat dapat dikembangkan menjadi suatu obyek wisata, ada beberapa pedoman yang dapat dipakai sebagai bahan acuan. Menurut Oka A.Yoeti, pengertian akan Something to see yaitu segala sesuatu yang dapat dilihat pada suatu obyek wisata, Something to do yaitu segala sesuatu yang dapat dilakukan disuatu obyek wisata, dan Something to buy yaitu segala sesuatu yang dapat dibeli seperti souvenir, makanan, dan minuman pada lokasi wisata tersebut, sangatlah diperlukan dalam suatu obyek wisata sebagai penunjang akan keberadaan suatu obyek wisata. 2.4 Wana Wisata Perum Perhutani (1987), menjelaskan bahwa Wana Wisata merupakan objek –objek alam yang dibangun dan dikembangkan oleh perum perhutani sebagai objek wisata yang terletak didalam kawasan hutan produksi atau hutan terbatas dengan tidak merubah fungsi pokoknya. Menurut Anonim dalam Fandeli (2003), Wana Wisata adalah objek wisata alam yang berlokasi dalam kawasan hutan produksi dan hutan lindung yang didasarkan pada potensi geofisiknya, kawasan ini dibangun dan dikembangkan guna memenuhi kebutuha wisata di alam terbuka. Menurut Fandeli (2003), Wana Wisata dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu wana wisata harian dan wana wisata bermalam. Adapun kedua jenis wana wisata tersebut adalah : 1. Wana Wisata Harian Berupa alam terbuka dengan pemandangan yang alami. Fasilitas yang disediakan berupa bangku-bangku, shelter, MCK, rintisan untuk jalan kaki,
7
tempat bermain anak-anak dan panggung kesenian 2. Wana Wisata Bermalam Wana wisata bermalam dibedakan menjadi 2 (dua). Bermalam dialam terbuka dengan mendirikan tenda-tenda menikmati indahnya sinar bulan yang menimpa lembah ngarai yang menghampar luas, mendengarkan gemercik air menerpa batu-batu kali, diselingi dendang lagu satwa hutan maupun deburan ombak pantai yang tidak mengenal lelah. Disini diharapkan para wisatawan dapat menikmati indahnya alam ciptaan Tuhan. Kemudian bagi wisatawan yang tidak tahan dinginnya angin malam disediakan pesanggrahan dan pondok wisata. Wana Wisata Kawah Putih ini termasuk pada jenis wana wisata harian, karena pihak pengelola tidak menyediakan tempat bermalam seperti pesanggrahan ataupun pondok wisata, sedangkan dalam pengelolaannya termasuk pada kawasan Hutan Lindung. Menurut Undang-Undang Kehutanan No. 41 Tahun 1999, hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah instrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Dapat disimpulkan bahwa wana wisata hanyalah menyediakan tempat rekreasi yang berupa hutan dengan membiarkan hutan sebagaimana adanya da nilai-nilai yang khas dari hutan tersebut tetap lestari. 2.6 Pengertian Pariwisata dan Kepariwisataan Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia. Definisi yang lebih lengkap, pariwisata adalah industri jasa. Mereka menangani jasa mulai dari transportasi; jasa keramahan - tempat tinggal, makanan, minuman; dan jasa bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi,
keamanan, dll. Dan juga menawarkan tempat istrihat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman baru dan berbeda lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan, objek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha. Marpaung (2002) Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelengaraan wisata. keseluruhan kegiatan dunia usaha dan masyarakat yang ditujukan untuk menata kebutuhan perjalanan dan persinggahan wisatawan (UU No.24 th.1979). Orang yang melakukan kegiatan wisata adalah wisatawan orang yang melakukan perjalanan untuk pelesir (pleasure) atau usaha, dan tinggal di luar kota sekurang-kurangnya satu malam (traveler) (Lundberg, 1974: 6). Banyak negara, bergantung banyak dari industri pariwisata ini sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai oleh Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal. 2.7 Kebijakan Pemerintah mengenai Kepariwisataan Kebijakan pemerintah mengenai Kepariwisataan terdapat dalam UU No. 9 Tahun 1990 tanggal 18 Oktober 1990 dibuat berdasarkan beberapa hal berikut : 1. Keadaan
alam,flora
dan
fauna,peninggalan
purbakala,peninggalan
sejarah, serta seni dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal yang besar artinya bagi usaha pengembangan dan peningkatan kepariwisataan. 2. Kepariwisataan mempunyai peranan penting untuk memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperbesar pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat serta memupuk rasa cinta tanah air, memperkaya kebudayaan nasional dan memantapkan pembinaannya dalam rangka memperkukuh jati diri bangsa dan mempererat persahabatan antar bangsa. 9
3. Bahwa dalam rangka pengembangan dan peningkatan kepariwisataan, diperlukan
langkah-langkah
mewujudkan
keterpaduan
pengaturan dalam
yang kegiatan
semakin
mampu
penyelenggaraan
kepariwisataan, serta memelihara kelestarian dan mendorong upaya peningkatan mutu lingkungan hidup serta objek dan daya tarik wisata. 4. Bahwa tunjuk mewujudkan pengembangan dan peningkatan sebagaimana dimaksud di atas, dipandang perlu menetapkan ketentuan mengenai kepariwisataan dalam suatu Undang-undang.
2.8 Wisatawan dan Minat Wisatawan Yoeti (1993) mendefinisikan bahwa : wisatawan adalah seseorang yang meninggalkan tempat kediamannya untuk sementara waktu dengan alasan apapun juga tanpa memangku suatu jabatan atau pekerjaan Negara yang dikunjunginya. Menurut Instruksi Presiden no. 9 tahun 1969, wisatawan adalah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu. Yoety (1983). Menjelaskan jenis dan macam wisatawan menjadi 6, yaitu : 1. Wisatawan asing 2. Domestic Foreign Tourist 3. Destic Tourist 4. Indigenous Tourist 5. Transit Torist 6. Bussines Tourist Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan minat adalah perhatian / keinginan / kecenderungan untuk memperlihatkan atau melakukan sesuatu. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa minat wisatawan adalah individu atau kelompok individu yang mempertimbangkan dan merencanakan tenaga beli yang dimilikinya untuk perjalanan rekreasi / berlibur, yang tertarik pada perjalanan pada umumnya dengan motivasi perjalanan yang pernah ia lakukan, menambah pengetahuan, tertarik oleh pelayanan yang diberikan oleh suatu daerah yujuan wisata yang dapat menarik pengunjung di
masa yang akan datang.
Sumber : Silabus Mata
Kuliah
Konsep Resort
& Leisure
2006
2.9 Pengertian Konsep Resort Konsep adalah elaborasi atau pemikiran-pemikiran seseorang yang mendapatkan pengesahan. Konsep terbagi dua. yaitu konsep alami (natural) dan konsep buatan, dan dalam konsep yang dibuat harus mengacu pada filosofifilosofi yang benar, sehingga dalam membuat suatu konsep resort harus dilatarbelakangi oleh kebenaran. Resort adalah salah satu bentuk tempat yang berupaya menyediakan berbagai fasilitas yang memungkinkan wisatawan/ pengunjung menggunakannya dalam suatu kesempatan. Pendekatan pengembangan dan manajemen suatu resort tidak hanya bertumpu pada ketersediaan lahan yang indah akan tetapi faktor yang sangat menentukan adalah investasi, keterkaitan ekonomi, social dan yang paling penting adalah kualitas pengelolaan lingkungan dari suatu resort, menurut Chuck Y. Gee (1985) suatu konsep resort adalah bagaimana pihak pengelola menarik wisatawan melakukan konferensi, sehingga resort dikatakan berhasil jika
11
wisatawan merasa betah berada di suatu resort. Yang kesemuanya itu bertujuan sebagai sumber pendapatan (ekonomi) bagi resort itu sendiri. 2.10 Definisi Perencanaan Perencanaan adalah mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor noncontrollable yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, serta mencari langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan dalam rasionalitas sosial antara lain : 1. Memberikan keseimbangan
pedoman
untuk
pertumbuhan
stabilitas ekonomi
dan secara
menyeluruh di tingkat nasional (kebijakan moneter, perencanaan tenaga kerja, kebijakan perdagangan internasional, dan lain-lain). 2. Pengadaan pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk (ketahanan nasional, public housing, pendidikan, kesehatan, dan lainlain) 3. Penanaman investasi di area yang kurang menark bagi investor lokal karena rendahnya tingkat keuntungan, keuntungan jangka panjang, dan membutuhkan investasi skala besar (prasarana fisik dasar, seperti jalan raya, angkutan umum masal, fasilitas hidroelektrik, pembebasan lahan untuk peremajaan kota, dan lain-lain) 4. Mensubsidi kepentingan perusahaan dan petani
untuk mendorong tindakan tertentu (pertumbuhan sektoral, pengembangan kembali, industri yang baru tumbuh, relokasi industri, dan lain-lain 5. Melindungi kepentingan kepemilikan lahan dan
bisnis lokal terhadap kerusakan akibat market
rationality yang tak terkendali (perencanaan guna lahan, zoning, perencanaan anti polusi, dan lainlain) 6. Pendistribusian income untuk mencapai yang lebih
layak sesuai yang diharapkan 7. Menerapkan
komprehensif
pendekatan dan
perencanaan terkoordinasi
yang untuk
pengembangan wilayah (pengembangan wilayah aliran sungai yang multipurpose, pengembangan perdesaan yang komprehensif, dan lain-lain) 8. Mengendalikan
kepentingan sosial
market
rationality
untuk
(perencanaan wilayah pantai,
preservasi kawasan lindung, dan lain-lain) 9. Mentransfer income bagi korban market rationality
(pengangguran dan kompensasi bagi pekerja, dan lain-lain) 10. Memperbaiki segala sesuatu yang tidak berfungsi sebagai konsekuensi market rationality (kesenjangan sosial dan spasial, perencanaan siklus bisnis, konservasi sumberdaya alam, dan lain-lain).
2.11 Konsep Zonasi Pembangunan dan pengembangan kawasan wisata yang berkelanjutan jelas sangat memerlukan konsep zonasi. Hal ini berfungsi untuk pembangunan dan penempatan sarana atau fasilitas yang kelak akan dinikmati oleh wisatawan. Zonasi disini dimaksudkan untuk membatasi daerah-daerah dengan jenis pemanfaatan
yang
berbeda-beda
sehingga
kepentingan
masing-masing
pemanfaatan lahan mudah dikontrol karena tidak bercampur atau bertabrakan. Terdapat dua jenis konsep zonasi pengembangan kawasan wisata hal ini dibagi berdasarkan jenis kepadatan penduduk, aktivitas, dan bangunan sekitar kawaasan yang akan dikembangkan. 1. Tripartite Concept Konsep ini adalah konsep zonasi untuk area yang masih remot atau tingkat 13
kepadatan baik penduduk, aktivitas, maupun bangunannya sangat jarang bahkan tidak ada sama sekali. Dalam konsep zonasi ini terdapat tiga elemen yang harus dikaji atau diidentifikasi, direncanakan, dan dikembangkan dengan baik. Elemenelemen ini adalah: a. Nucleus atau Core Zone, merupakan zona inti atau atraksi itu sendiri dan harus direncanakan, dikembangkan dan dikelola agar keasliannya tetap terjaga dan memberi ciri khas atau tema kawasan wisata tersebut. Building Rationya antara 10%-20% dari luas keseluruhan. b. Inviolatate Belt atau Buffer Zone, merupakan natural area yang berbentuk landscape
dengan
pemandangan
yang
indah
dan
tidak
untuk
dikomersilkan, berfugsi sebagai penyangga atau penyeimbang untuk aktivitas maupun fasilitas yang ada dikawasan tersebut dan harus dipertahankan keberadaannya. Building Rationya antara 60%-80% dari luas keseluruhan. c. Zone of Enclosure atau Services Zone, merupakan daerah pelayanan yang biasanya digunakan untuk pengembangan dan pembangunan fasilitas dan pelayanan untuk dikomersilkan. Building Rationya antara 10%-20% dari d. luas keseluruhan.
Sumber : Silabus
Mata Kuliah
Konsep
Resort &
Leisure
2006
2.
Concepts of Honey
Pot Konsep ini merupakan salah satu aplikasi dari Clustering Concept yang mengkonsentrasikan fasilitas, prasarana, dan aktivitas pengunjung pada suatu area. Konsep ini diterapkan pada daerah yang biasanya memiliki tingkat kepadatan yang tinggi baik penduduk, aktivitas maupun bangunan dan lokasinya berdekatan dengan pusat aksesibilitas. Pengelompokan ini tidak harus selalau dalam satu gabungan, tetapi bisa juga dibagi dalam beberapa pengaturan seingga yang dikelompokan merupakan elemen-elemen yang memiliki kesesuaian atau keterkaitan yang erat. Fungsi dari konsep of Honey Pot ini adalah untuk mengurangi tekanan wisatawan pada daerah yang lebih rentan di ODTW atau kawasan wisata tersebut. 2.12 Sarana dan Prasarana Pariwisata Dalam pembangunan kepariwisataan diperlukan sarana dan prasarana yang berfungsi sebagai alat yang memperlancar pariwisata. Soekadjo (2000:196) mendefinisikan prasarana dan sarana sebagai berikut ; “Prasarana (infrastructure) adalah semua hasil konstruksi fisik, baik yang ada diatas maupun dibawah tanah yang diperlukan sebagai prasyarat pembangunan diantaranya, dapat berupa : jalan, jalan kereta api, persediaan air, pembangkit tenaga listrik, fasilitas kesehatan, dan pelabuhan. Sarana (suprastructure) adalah segala sesuatu yang dibangun dengan memanfaatkan prasarana”.
Menurut Spillane (1998), unsur-unsur yang harus ada dalam kawasan wisata adalah: 1. Atraksi 2. Fasilitas 3. Infrastrukstur atau sarana prasarana 4. Transportasi 5. Kenyamanan Adapun sarana dan prasarana menurut A. Yoeti (1990 : 81) adalah sebagai
15
berikut : 1.
Prasarana kepariwisataan (tourism ibfrastructures) adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beranekaragam. Prasarana wisata dapat berupa : •
Prasarana umum : jalan, air bersih, terminal, lapangan udara, komunikasi, listrik.
•
Prasarana yang menyangkut ketertiban dan keamanan agar kebutuhan terpenuhi dengan baik seperti apotik, kantor pos, bank, rumah sakit, polisi, dan lain-lain.
2.
Sarana kepariwisataan (tourism superstructures) adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya banyak tergantung
pada
kedatangan
wisatawan.
Sarana
kepariwisataan dapat berupa : •
Sarana pokok
Sarana pokok kepariwisataan adalah perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada arus kedatangan wisatawan. Termasuk
didalamnya
travel
agent,
transportasi,
akomodasi,
restauran •
Sarana pelengkap
Sarana pelengkap kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan atau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya melengkapi sarana pokok kepariwisataan, tetapi yang terpenting adalah untuk membuat agar wisatawan dapat lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan wisata. Seperti sarana olahraga, serta fasilitas-fasilitas lainnya.
• Sarana
Sarana Penunjang
penunjang
kepariwisataan
adalah
perusahaan
yang
menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok serta berfungsi tidak hanya membuat wisatawan lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan wisata, tetapi fungsi yang lebih penting adalah agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan atau membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjunginya. Termasuk didalamnya yaitu night club, steambaths, dan casinos. Jadi prasarana dan sarana memiliki keterkaitan yang sangat erat, sarana tidak mungkin bisa dibangun apabila belum ada prasarana.
2.13
Pengembangan Pariwisata Menurut Yoeti (1990:285) ; “Ada tiga faktor yang dapat menentukan berhasilnya pengembangan pariwisata sebagai sutu industri, ketiga faktor tersebut diantaranya : tersedianya objek dan ataksi wisata, adanya fasilitas aksesibilitas, dan adanya fasilitas amenitas. Atraksi adalah segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat. Sedangkan amenitas yaitu tersedianya fasilitas-fasilitas seperti : tempat penginapan, restoran, hiburan, transportasi lokal yang memungkinkan wisatawan bepergian ditempat tersebut, serta alat komunikasi objek wisata merupakan akhir perjalanan wisata yang harus memenuhi syarat akses, artinya objek wisata harus mudah dicapai”. Pengembangan pariwisata di suatu wilayah ditentukan oleh tiga faktor
yaitu : tersedia objek dan atraksi wisata, fasilitas aksesibilitas, dan fasilitas amenitas. Dalam membangun ketiga faktor tersebut harus diperhatikan terjaganya mutu lingkungan. Dalam pengembangan kepariwisataan perlu diperhatikan kualitas lingkungan, agar pengembangan kepariwisataan tidak merusak lingkungan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Soemarwolo (2001: 709) ;
17
“Pariwisata adalah industri yang kelangsungan hidupnya sangat ditentutan oleh baik buruknya lingkungan. Tanpa lingkungan yang baik tak mungkin pariwisata berkembang. Karena itu pengembangan pariwisata haruslah memperhatikan terjaganya mutu lingkungan, sebab dalam industri pariwisata lingkungan itulah yang sebenarnya dijual”.
BAB III METODE PENELITIAN Menurut Surakman (1982 : 11) metode penelitian adalah suatu cara kerja yang utama, untuk mengkaji hipotesis atau anggapan dasar dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama itu digunakan setelah penyelidikan memperhitungkan kewajaran ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan tujuan misalnya untuk mengkaji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Dalam penelitian, penggunaan metode berpengaruh besar terhadap keberhasilan itu sendiri. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif, menurut Wardianta (2006 :5) Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan membuat deskripsi atas suatu fenomena sosial atau alam secara sistematis, faktual, dan
akurat.
Penelitian
deskriptif
dapat
bersifat
komparatif
dengan
membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu. Analisis kualitatif
untuk menjelaskan fenomena dengan aturan berfikir ilmiah yang diterapkan secara sistematis tanpa menggunakan metode kuantitatif, atau normatif dengan mengedakan klasifikasi penilaian standar norma, hubungan dan kedudukan suatu unsur dengan unsur lain. 3.1 Lokasi Penelitian Wana Wisata Kawah Putih, Kecamatan Ranca Bali, Desa Alam Endah yang termasuk RPH Patuha, BKPH Ciwidey Kabupaten Bandung Selatan memiliki luas sekitar 25 ha. 3.2 Populasi Dalam melakukan penelitian kegiatan pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting. Sebelum mengumpulkan data terlebih dahulu peneliti harus menentukan populasi dari objek penelitian. Populasi merupakan sekelompok objek yang dapat dijadikan sumber penelitian yang berbentuk benda-benda, manusia ataupun peristiwa yang terjadi sebagai objek penelitian. Menurut Ari Kunto (2006 : 130) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada di dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Berdasarkan uraian diatas, populasi dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu 1. Populasi wilayah Populasi wilayah dalam penelitian ini adalah objek wisata Kawah Putih 2. Populasi Manusia Populasi manusia dalam penelitian ini adalah penduduk sekitar objek wisata, pengunjung, dan pengelola objek wisata kawah putih. 3.3 Sampel Dalam suatu objek penelitian adakalanya populasi terlampau luas oleh karena
itu
dalam
mengadakan
penelitian
seorang
peneliti
harus
mempertimbangkan khususnya yang berkaitan dengan kemampuan tenaga, biaya,
19
dan waktu yang jelas tentang metode yang digunakan sebagai bahan pertimbangan yang berkaitan dengan hal tersebut. Definisi sampel itu sendiri adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Menurut Sugiono (1998 : 61) sampel adalah himpunan bagian dari suatu populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah mengambil responden yang diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Wisatawan, yaitu wisatawan di Wana Wisata Kawah Putih. 2. Pihak pengelola, yakni pengelola Wana Wisata Kawah Putih Pemilihan responden wisatawan dilakukan dengan metode penarikan contoh acak sederhana (simple random sampiling) (Sugiyono, 2003). Dalam metode ini, pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi ini. Teknik simple random sampling dapat digambarkan seperti gambar 1 di bawah ini:
Gambar 1. Teknik sample random sampling
3.4 Variabel Penelitian Variabel merupakan karakteristik yang mempunyai variasi yang berubahubah. Menurut Sudjana dan Ibrahim (2004 : 11), istilah variabel dalam penelitian adalah ciri atau karakteristik dari individu, objek, peristiwa yang nilainya bisa
berubah-ubah. Variabel dibagi menjadi dua yaitu : 1. Variabel bebas (independent variable). Variabel bebas yaitu tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah fasilitas atraksi wisata dari kawah putih itu sendiri. 2. Variabel terikat (dependent variable). Variabel terikat merupakan tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independent. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah objek wisata yang bersangkutan yaitu kawah putih. 3.5 Alat Pengumpul Data Alat yang digunakan untuk pengumpulan data adalah yaitu pedoman wawancara, cheklist lapangan, dokumentasi, angket, dan kamera. 3.6 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini sebagai alat pendukung pembuktian hipotesis penelitian. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh dari teknik penelitian langsung ke lapangan, observasi dan penyebaran kuesioner kepada subjek penelitian, yaitu wisatawan yang berkunjung ke kawah putih. Sumber data sekunder dalam peneltian diperoleh dari sumber-sumber lain yang mendukung, namun tidak berhubungan langsung dengan objek penelitian, yaitu melalui studi dokumentasi dari data, dokumen-dokumen kantor yang memiliki keterkaitan dengan penelitian, bukubuku, laporan ilmiah. 1. Observasi Dilakukan dengan cara mengamati dan meninjau secara sistematik gejalagejala yang diselidiki. 2. Kuesioner Teknik pengumpulan data dengan cara menggunakan daftar isisan tertulis kepada responden yang menjadi anggota sampel penelitian.
21
3. Studi Dokumentasi Dilakukan untuk melengkapi data dalam menganalisis masalah yang sedang diteliti dengan jalan mencari informasi dari dokumen yang diperlukan dalam mendukung penelitian ini baik dari instansi pemerintah maupun dari pihak kawah putih. Data tersebut bisa berupa foto atau dokumen lainnya. 4. Studi Literatur Studi literatur yaitu teknik pengumpulan data, informasi, teori, dan hukum dari buku, hasil penelitian, laporan, artikel, dan internet yang berkaitan dengan penelitian ini.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum 4.1.1 Letak dan Luas Wana Wisata Kawah Putih terletak di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali yang termasuk RPH Patuha, BKPH Ciwidey Kabupaten Bandung Selatan memiliki luas sekitar 25 ha. 4.1.2 Letak Geografis Kecamatan Rancabali Ciwidey merupakan salah satu kecamatan yang terletak disebelah selatan ibu kota Jawa Barat (Bandung) dengan batas-batas wilayahnya sebagai berikut : •
Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Alamendah
•
Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Alamendah
•
Sebelah timur berbatasan dengan desa Patenggang
•
Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Sugi Mukti
4.1.3. Iklim, Curah Hujan, Topografi dan Suhu Udara Menurut klasifikasi iklim Schimidi dan Ferguson bahwa Wana Wisata Kawah Putih termasuk dalm iklim D dengan kelembaban sekitar 90% dan curah hujan yang terjadi di kawasan Kawah Putih antara 3.473-4.043 mm/tahun dan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juli dan Januari. Kawasan Wana Wisata Kawah Putih memiliki ketinggian sekitar 2.434 m dpl dengan kinfigurasi lapangan yang pada umumnya landai sampai berbukit dan suhu udara di Wana Wisata Kawah Putih sekitar 8-22 derajat celcius. 4.1.4 Potensi dan karakter Kawasan Wana Wisata Alam Kawah Putih ini merupakan wisata harian yang memiliki pemandangan alam yang berupa hutan alam juga kawah gunung berapi. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam wisata harian adalah dengan melakukan lintas alam dengan mendaki gunung tersebut. Potensi yang dimiliki oleh Kawah Putih adalah : 1. View Kawah yang indah 2. Kawasan perhutanan yang masih alami Kawah putih mempunyai karakter serta ciri-ciri yang sangat khas, yaitu air danau dalam kawahnya selalu berubah warna terkadang berwarna hijau apel dan kebiru-biruan bila terik matahari Dan cuaca terang, terkadang pula berwarna cokelat susu dan yang paling sering dijumpai adalah berwarna putih dengan disertai kabut tebal diatas permukaan kawah. Bahkan pada sore hari air danau kawah tiba-tiba pasang surut. Selain permukaan kawah yang berwarna putih, pasir dan bebatuan disekitarnya pun didominas iwarna putih. Karenanya kawah itu dinamakan kawah putih. Kita akan menyaksikan suatu keajaiban yang terjadi di kawah putih jika kita berkunjung malam hari ke kawah putih. Sekitar pukul sembilan 23
malam, saat langit cerah dengan dihiasi bintang-bintang, dari danau kawah putih terlihat pancaran cahaya terang kehijau-hijauan menghiasi kawah. Kemudian dari bias cahaya berwarna hijau itu membentuk sebuah lingkaran yang yang mampu menerangi seluruh lokasi kawah. Sungguh pemandangan yang begitu menakjubkan. Keindahan kawah pun dapat dinikmati lebih dekat lagi, sambil berjalan santai ataupun duduk-duduk pada shelter-shelter atau saung- saung yang telah disediakan. Sementara beraneka jenis flora Dan fauna bisa dijumpai disekitar kawah, seperti tanaman cantingi Dan lemo yang berbau harum seperti minyak lawang. 4.1.5 Flora dan Fauna Kawasan Wisata Alam Kawah Putih ini memiliki keanekaragaman flora dan fauna karena kawasan in terletak di tengah hutan alam yang berada di daerah pegunungan. Tumbuhan / flora yang terdapat pada Wana Wisata Kawah Putih Ini yaitu : 1. Alang-Alang 2. Salira 3. Kingkilaban 4. Kirinyuh 5. Puspa 6. Kayu Putih 7. Cemara 8. Rasamela Dan hewan / fauna yang terdapat pada kawasan Wana Wisata Kawah Putih ini yaitu : 1. Ular Sanca 2. Burung Hantu 3. Surili 4. Harimau 5. Serigala
4.1.6 Fasilitas Fasilitas di sebuah kawasan wisata merupakan hal yang cukup penting dalam terbentuknya image sebuah kawasan wisata, selain pelayanan masyarakat dan view kawasan wisata itu sendiri. Di kawasan Wana Wisata Kawah Putih telah tersedia sarana dan prasarana yang cukup sesuai diantaranya telah tersedia : 1. akses jalan menuju ODTW, yang terdiri dari Jalan primer, sekunder dan tersier 2. tempat parkir 3. Bangunan Pusat Informasi 4. Tempat Bermain Anak-Anak 5. Areal Mini Zoo 6. Mushola 7. shelter-shelter (saung- saung) dipinggir kawah 8. MCK 9. villa, di kawasan ini terdapat 2 villa Meranti yang digunakan untuk bermalam. 10. kios-kios dagang Seperti kawasan wisata lainnya, tampat wisata Kawah Putih pun mempunyai fasilitas-fasilitas wisata untuk melengkapi dan melayani pengunjung yang datang. 4.1.7 Aksesibilitas Aksesibilitas untuk menuju Wana Wisata Kawah Putih memiliki jalan yang pada umumnya baik dan sudah beraspal sehingga kendaraan-kendaraan baik yang beroda empat atau dua dapat melalui jalanan tersebut, jarak tempuh perjalanan menuju kawasan kira-kira 47 km dari kota Bandung. 4.1.8 Jumlah SDM dan Struktur Organisasi Pengelola Objek Wisata Kawah Putih Modal utama keberhasilan sebuah kawasan wisata, tergantung pada pengelolaan dan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan terorganisir.
25
PENGELOLA WISATA
Seperti halnya SDM dan struktur organisasi di Kawasan Wisata Kawah Putih ini yang dimana seluruh pengurus maupun pengelola kawasan bertanggung jawab kepada satu Distrik Manager. Seperti yang telah dikemukakan oleh Kerry Godfrey dan Jacky Clarke bahwa : “ The key of the success of the destination tourism development is the coordination and leadership provided by a good tourism organization. Through an adaptive process of compromise this management structure should mean that tourism planning a management will become more” Yang artinya : “ Kunci dari kesuksesan pembangunan sebuah kawasan wisata adalah pengkoordinasian dan kepemimpinan yang diperankan oleh organisasi tempat wisata yang baik. Melalui sebuah proses penyesuaian dari kesepakatan struktur kepemimpinan, yang berarti bahwa perencanaan sebuah kawasan wisata akan lebih baik” Dari kutipan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kesuksesan sebuah kawasan wisata tergantung pada kepemimpinan yang terorganisir dan berkualitas Jumlah pengelola dan SDM di tempat tersebut berjumlah 25 orang yang terdiri dari : 1. Distrik Manager
: 1 orang
2. Pengelola
: 1 orang
3. Petugas loket
: 3 orang
4. Petugas lapangan 1
: 8 orang
5. Petugas lapangan 2
: 8 orang
6. Satgas Pembantu (mitra)
: 4 orang
Struktur Organisasi Wana Wisata Kawah Putih Kabupaten Bandung Selatan
MITRA KERJA PERUM PERHUTANI OORDINATOR LAPANGAN KOORDINATOR LAPANGAN KOORDINATOR LAPANGAN PENGELOLA ADMINISTRASI
4.1.10 Biaya pembangunan tahun 2008 Menurut sumber Perhutani selaku pengelola Kawah Putih, Bapak Tri Lastono menyampaikan rencana anggaran untuk Objek Wisata Kawah Putih tahun 2008, adalah sebagai berikut : •
Biaya operasional lapangan : Rp. 300.000.000
•
Biaya Depresiasi
•
Gaji Pegawai
•
Retribusi Pemda Kabupaten : Rp. 600.000.000
•
Target Pendapatan
: 2,5 miliar
•
Tambahan Investasi 2008
: Rp. 900.000.000
: Rp. 150.000.000 : Rp. 200.000.000
4.1.10 Peta Lokasi Objek Wisata Kawah Putih Objek Wisata Kawah Putih terletak di Kabupaten Bandung. Kabupaten Bandung adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis letak Kabupaten Bandung berada pada 6°,41’ – 7°,19’ Lintang Selatan dan diantara107°22’ – 108°5’ Bujur Timur dengan luas wilayah 176.239 ha.
Batas Utara
Kabupaten Bandung Barat; Sebelah Timur Kabupaten Sumedang dan
27
Kabupaten Garut; Sebelah Selatan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur sebelah Barat Kabupaten Bandung Barat; di bagian Tengah Kota Bandung dan Kota Cimahi.
4.2 Demografi Penduduk Wilayah desa Alamendah, kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung mempunyai luas sekitar 515,5 ha dengan jumlah penduduk 17.744 jiwa dengan komposisi sebagai berikut : Laki-laki
: 9398 jiwa
Perempuan
: 8349 jiwa
Jumlah KK
: 4442 K
4.2.1 Tabel Data usia penduduk Desa Alamendah
Umur
L
P
0-12 bulan
126
111
237
1.015
901
1.916
≥ 5-< 7 thn
147
130
277
≥ 7-≤ 12thn
869
770
1639
>13-≤15thn
1.398
<16-≤18thn
962
853
1.815
<19-≤21thn
352
312
664
>21-≤30thn
1.004
890
1.894
31-≤40thn
984
873
1.857
41-≤50thn
801
711
1.512
51-≤56thn
697
619
1.316
57-≤65thn
292
258
550
66-≤80thn
607
538
1.145
81thn keatas
60
53
113
< 1-< 5 thn
Jumlah
1.240 2.638
4.2.2. Data Usia KB penduduk Desa Alamendah a.
Jumlah pasangan usia subur (PUS) •
Dibawah 20 tahun : 108 PUS
•
Antara 20-30 tahun : 1.498 PUS
•
Diatas 30 tahun : 2.174 PUS
b. Jumlah wanita usia subur
: 4079 WUS
c. Jumlah peserta KB akhir •
Jumlah pemakaian alat kontrasepsi
29
: 5.998 jiwa
4.2.3. Tabel Data Pendidikan Masyarakat Desa Alamendah NO
BANYAKNYA
URAIAN
JUMLAH
L 1.240
P 1.099
2.339 jiwa
-
-
-
1
Belum sekolah
2
Jumlah penduduk buta huruf
3
Usia 7-45 thn tidak pernah
4
sekolah Pernah sekolah SD/sederajat
5
tetapi tdk tamat Jumlah penduduk tamat
2.859
2.535 5.394 jiwa
6
SD/sederajat Jumlah penduduk tamat
1.578
1.397 2.973 jiwa
7
SLTP/sederajat Jumlah penduduk tamat
1.146
1.017 2.163 jiwa
8
SLTA/sederajat Jumlah penduduk tamat D-1
19
16 35 jiwa
9
Jumlah penduduk tamat D-2
13
12 26 jiwa
10 Jumlah penduduk tamat D-3
11
9 20 jiwa
11 Jumlah penduduk tamat S-1
9
8 17 jiwa
12 Jumlah penduduk tamat S-2
1
1 2 jiwa
13 Jumlah penduduk tamat S-3
2
1 3 jiwa
14 Jml penduduk tamat
37
33 70 jiwa
178
157 335 jiwa
2.402
2.131 4.533 jiwa
SD/sederajat yg melanjutkan keSLTP/sederajat 15 Jml penduduk tamat
1.060
SD/sederajat yg bekerja 16 Jml penduduk tamat
2.570
940
2.000 jiwa
2.280 4.850 jiwa
SLTP/sederajat yg melanjutkan keSLTA/sederajat 17 Jml penduduk
tamat
424
376 800 jiwa
SLTP/sederajat yang bekerja 18 Jml penduduk tamat SLTA/
33
30 63 jiwa
sederajat yang melanjutkan ke perguruan tinggi
19 Jml
penduduk
tamat
1.492
1.324 2.816 jiwa
SLTA/sederajat yang bekerja 20 Jumlah penduduk usia 16-18
718
637 1355 jiwa
tahun 21 Jumlah penduduk usia 16-18
358
317 675 jiwa
tahun masih sekolah 22 Jumlah penduduk usia 16-18
116
103 219 jiwa
tahun putus sekolah 23 Jumlah penduduk usia 7-12
1.017
950 2.021 jiwa
tahun 24 Jumlah penduduk usia 7-12
1.071
902 1.919 jiwa
tahun masih sekolah 25 Jumlah penduduk usia 7-12
-
-
-
tahun putus sekolah 26 Jumlah penduduk usia 13-15
-
-
-
tahun 27 Jumlah penduduk usia 13-15
-
-
-
tahun masih sekolah 28 Jumlah penduduk usia 13-15
-
-
-
putus sekolah 4.2.4. Luas wilayah Desa Alamendah 515,5 ha. Terdiri dari : a. tanah kering
:301,565ha
- pekarangan, bangunan, halaman
: 62,146 ha
- pemukiman
: 239,419 ha
b. tanah basah
: 0.50 ha
- kolam /empang
: 0.5 ha
c. tanah fasilitas umum :
: 9,435 ha
- kas desa
: 6,935 ha
- lapang
: 1,00 ha
- perkantoran pemerintahan
: 0,50 ha
d. tanah hutan
: 204 ha
- hutan korvensi
: 204 ha +
Luas desa secara keseluruhan adalah 31
: 515,5 ha
4.2.5. Potensi kelembagaan pemerintahan di Desa Alamendah. Pemerintahan Desa Jumlah aparat desa
: 13 orang
Perangkat desa
: lengkap
Pendidikan kepala desa
: SLTP
Pendidikan sekertaris desa
: SMA
Pelatihan yang pernah diikuti kepala desa
: Pelatihan kepemimpinan Kades
Pelatihan yang pernah diikuti SekDes
:
1. Diklat kepemimpinan kades 2. Pelatihan/pembinaan tekhnis bagi aparat desa 3. Pelatihan meningkatkan kapasitas aparatur tingkat desa program PPK IPM 2006 4.Pelatihan pengelolaan ADD 5. ESQ Training Tiga Pilar Desa Pelatihan yg pernah diikuti perangkat desa : ……………… …… Jumlah dusun
:6
Jumlah RW
: 30
Jumlah Ketua RW
: - laki-laki
: 30 orang
- perempuan
: - orang
Jumlah RT
: 112
Jumlah ketua RT
: - laki-laki - perempuan
: 111 rang : 1 orang
Badan permusyawaratan desa Jumlah anggota
: 11 orang
Pendidikan ketua BPD
: SLTA
Pendidikan sekretaris BPD
: S-1
Pelatihan yang pernah diikuti oleh ketua BPD
:ESQ Training
liga
Pilar
Desa. Jumlah anggota BPD yang aktif
: 11 orang
4.2.6. Aspek Sosial Di desa Alamendah kecamatan Rancabali secara umum hidup rukun dan bergotong royong antar warga, hal ini dapat dilihat denga adanya kebersamaan antar warga dan tokoh-tokoh masyarakat serta dalam pelaksanaan social budaya dengan lembaga keagamaan, pembinaan masyarakat dan yang sangat penting adalah peranan masyarakat. Untuk itu, warga setempat membuat acara penyuluhan terpadu dan pengajian setiap minggunya, supaya masyarakat lebih dekat dan saling mengenal satu sama lain. 4.2.7. Aspek Ekonomi Mata pencaharian warga Alamendah umumnya adalah bertani dan berkebun sayuran. Namun seiring dengan berjalannya waktu Dan ketertarikan pengunjung terhadap adanya stroberi terus meningkat, akhirnya para petani yang dulunya berperan sebagai petani sayuran, berpindah menjadi petani stroberi yang mereka sinyalir bergelut di perkebunan stroberi keuntungannya akan lebih memuaskan. Kebun stroberi juga lah yang secara tidak langsung mengambil andil dalam promosi kawasan wisata Ciwidey.
4.2.8 Aspek Budaya Masyarakat
desa Alamendah
merupakan
masyarakat
yang
menjunjung tinggi kebudayaannya. Hampir semua masyarakat disana menganut kebudayaan sunda Mereka hidup rukun dn tidak membedakan warga masyarakat yang tidak berkebudayaan sunda. Sebaliknya mereka bersama-sama rukun dan hidup
33
berdampingan satu sama lain. 4.3 Sejarah Kawah Putih Seperti yang telah dijelaskan pada bab pertama, Kawah Putih dicetuskan pertama kali oleh seorang Belanda yang bernama Dr. Franz Wilhelm Junghun pada tahun 1837, sampai akhirnya pada tahun 1987 PT Perhutani (persero) unit III Jabar Dan Banten mengembangkan Kawah putih menjadi sebuah objek kunjungan wisata. Nilai tambah yang membuat history kawah putih lebih istimewa adalah adanya tambang belerang yang diceritakan bahwa tambang tersebut merupakan tempat bersemayam para leluhur, sehingga tak ada seorang pun berani menjamah tempat tersebut karena tak ayal orang yang pergi kesana akan meregang nyawa bahkan burung pun enggan melewati kawah tersebut dikarenakan kawan ini mengandung bau fumoal belerang yang sengat pekat, yang tingkat kebahayaannya perlu diperhitungkan saat angin disekitar kawah itu berhenti berputar. Menurut mitos yang beredar dimasyarakat, kawah putih merupakan tempat dimana titisan surga pernah diturunkan, juga ada mitos lain menyatakan bhwa jika kita berteriak kearah bukit kawah, maka apa yang kita teriakan akan sampai ke surga, Dan ternyata mitos-mitos tersebut masih beredar dan berlaku di masyarakat. 4.4 Proses Perencanaan penyediaan fasilitas atraksi di Objek Wisata Kawah Putih Secara umum, proses perencanaan pengembangan objek wisata adalah sebagai berikut : 4.4.1
Identifikasi potensi dan kendala Dalam upaya pengembangan objek wisata dalam hal ini
penyediaan fasilitas atraksi di objek wisata kawah putih, terlebih dahulu dilakukan
analisis
terhadap
aspek-aspek
yang
mempengaruhi
pengembangan objek wisata. Aspek-aspek tersebut diantaranya : aspek fisis, aspek soaial-budaya, aspek aksesibilitas, dan aspek sarana dan prasarana. Seluruh aspek tersebut akan di analisis menggunakan matriks
SWOT. Matriks SWOT merupakan salah satu teknik analisis terhadap kekuatan (strenght), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threath) pada suatu objek wisata. Tujuan penggunaaan matriks SWOT adalah untuk mengetahui berbagai potensi geografis yang mendukung pengembangan objek wisata, serta berusaha mempertemukan seluruh aspek kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Matriks SWOT merupakan dasar pertimbangan dalam memberi masukan, petunjuk, pengarahan bagi pengambilan keputusan dan kebijakan
untuk
menyusun
strategi-strategi
pengembangan
dan
pengelolaan objek wisata. Tabel Matrik SWOT Faktor Internal Kekuatan
Kelemahan
(Strenght)
(Weaknesses)
Keunggulan Komperatif
Memberikan Pilihan
(Comperative
(Investmen)
Faktor Eksternal Peluang (Opportunities)
Advantage)
Ancaman/Tantangan
Mobilisasi
Kerugian
(threats)
(Mobilization)
(Bamade Control)
Matriks tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Faktor Eksternal, ialah peluang dan tantangan atau ancaman
b. Faktor Internal, ialah kekuatan dan kelemahan organisasi c. Keunggulan komperatif, ialah isu stratejik yang dihadapi oleh organisasi manakala terdapat peluang yang memiliki posisi internal yang kuat, hal ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. d. Mobilisasi, yaitu pertemuan antara ancaman atau tantangan dari luar dengan kekuatan organisasi. Dalam hal ini organisasi harus mampu memobilisasi sumber daya untuk memperlunak ancaman, bahkan bila
35
memungkinkan mengubahnya menjadi peluang e. Memilih atau menjalankan pilihan, yaitu terdapatbya peluang yang tersedia, akan tetapi tidak ada kemampuan organisasi untuk menggarapnya dan memberikan reaksi positif. f. Kerugian, yaitu pertemuan ancaman dari luar dihadapkan pada sumber daya yang sangat lemah dari organisasi. Hal ini harus ditempuh dengan mengendalikan kerugian tersebut. Berdasarkan uraian di atas maka dapat diidentifikasikan perkiraan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman atau tantangan. Setelah melakukan analisis SWOT maka tahap berikunya adalah membuat strategi-strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan dan pengelolaan Objek wisata Kawah Putih. Strategi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Strategi S-O ( Strength-Oppotunity ) Kebijakan yang mengupayakan pemanfaatan seluruh faktor-faktor yang menjadi kekuatan dalam meraih peluang yang sebesar-besarnya. b. Strategi S-T ( Strength-Threat) Kebijakan yang dibuat dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki dalam usaha mengatasi ancaman yang ada. c. Strategi W-O ( Weakness-Opportunity) Kebijakan yang dibuat berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimakan kelemahan yang ada d. Strategi W-T ( Weakness-Threst) Kebijakan yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat detensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Tabel Matriks Analisis SWOT
Faktor Internal
Kekuatan
Kelemahan
(strenght)
(Weaknesses)
1. Keunikan
1. Kurangnya
bentang alam objek wisata 2. Kawasannya masih alami
Faktor Eksternal
3. kawasannya
atraksi 2. Keterbatasan sarana dan prasarana 3. Kurangnya
merupakan
SDM
daerah
kualitas
konservasi dan
yang rendah
juga sebagai daerah serapan air
dan SDM
4. Kurangnya perawatan fasilitas
yang
sudah ada atau tidak
terjaga
dengan baik
Peluang (Oppotunities) 1.
Strategi KP(S-O) 1.Menjadikan objek
Strategi LP (W-O) 1. Promosi
yang
Dapat dijadikan
wisata Kawah Putih
baik
sebagai kawasan
sebagai daerah
melalui
media,
wisata minat
tujuan wisata utama
baik
media
khusus seperti
di Kabupaten
untuk honeymooner 2. dapat ditambahkan atraksi-atraksi yang lain seperti berkuda (houseriding), outbond, hiking 3. dapat dibuat
Bandung 2. Mengoptimalkan pemanfaatan potensi objek wisata dengan baik tanpa mengeksploitasi secara berlebihan 3. Memberdayakan segala potensi yang
37
dilakukan
massa
maupun
media elektronik 2. Menarik investor
untuk
menanamkan investasinya dengan
cara
mencari sponsor dan mempresentasik an konsep wisata
sistem cluster di
ada di masyarakat
yang
kawasan wisata
sekitar.
merusak
tersebut
tidak
lingkungan 3. Pelatihan bagi pekerja guna menghasilkan SDM yang berkualitas di kawasan wisata tersebut (dilakukan oleh pengelola ODTW)
Ancaman
Strategi KA (S-T)
(Threts)
1. Memunculkan
1. Pembangunan di objek wisata yang tidak
keunikan
dari
objek wisata
atraksi
kaidah
lainnya
yang
konservasi
dapat
menahan
lama
tinggal
lingkungan yang eksploitasi
wisatan
dilakukan secara
berbagai
berlebihan
pelestarian
3. kawah yang berbahaya bagi
yang berbahaya 2. Melakukan pembinaan serta sadar wisata dan
3. Melibatkan penduduk
lokasi-lokasi
penyuluhan
wisatawan
terjadi jika
rambu-rambu peringatan di
2. Menyediakan fasilitas
kerusakan
1. Memasang atau plang
mengikuti
2. Bahaya akan
Strategi LA (W-T)
dan dalam
lingkungan 4. menambah
pendidikan lingkungan hidup kepada masyarakat. 3. bekerja sama dengan berbagai pihak dalam
kondisi
berbagai atraksi
upaya
kesehatan
baru di kawasan
pengembangan
pengunjung jika
wisata tersebut.
kawasan wisata
terlalu lama
tersebut
berada di
5. membuat zonasi
kawasan
di
kawasan
tersebut
wisata
tersebut
agar
4. munculnya
membedakan
usaha serupa
fungsi yang ada
dari daerah lain
di
yang tentunya
kawasan
wisata tersebut,
akan
biasanya terdiri
menimbulkan
dari zona inti,
persaingan di
zona pelayanan
antara objek
dan
wisata alam
zona
penyangga.
yang ada
Sumber : Hasil Pengolahan, 2008 4.4.2
Penentuan tema pembangunan
Penyediaan fasilitas atraksi di objek wisata Kawah Putih. Dalam hal ini pembangunan fasilitas atraksi bertema lingkungan yaitu diharapkan tidak akan merusak lingkungan Objek Wisata Kawah Putih. 4.4.3
Penentuan aktivitas yang dapat atau akan dikembangkan
Dalam Suatu Objek Wisata, pengunjung dapat melakukan aktivitas wisata yang ditawarkan dan disediakan di objek wisata tersebut. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas utama dan aktivitas penunjang. Adapun Pola aktivitas yang dapat dilakukan di Objek Wisata Kawah Putih saat ini diantaranya : •
Aktivitas Utama : Melihat view Kawah Putih ( menikmati pemandangan), hiking, tracking, dan jalan-jalan.
•
Aktivitas Penunjang :
Karakteristik wisatawan yang berkunjung ke kawah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Wisatawan yang berkegiatan di kawasan inti dari kawah, yaitu 39
mereka senang bertualang dan mencari tantangan dengan menjelajah hutan. Pada umumnya mereka yang melakukan kegiatan ini akan menginap atau berkemah. b. Wisatawan yang bertujuan untuk rekreasi atau bersantai dengan menikmati pemandangan seperti di puncak atau lembang. Mereka hanya beraktivitas di beberapa titik dengan pemandangan yang indah dan udara sejuk. Lama kunjungan wisatawan ini adlah antara 1-3 jam atau menginap di hotel/villa yang ada di kawasan ini, hal ini biasanya dilakukan pada akhir pekan. Beberapa aktivitas yang telah berkembang secara umum di gunung/kawah dan aktivitas yang potensial dikembangkan adalah sebagai berikut :
Tabel Gambaran jenis aktivitas di kawah dan gunung Aktivitas
Aktivitas yang dapat/potensial untuk
yang telah berkembang
dikembangkan
•
Menikmati
•
Rekreasi di alam
•
pemandangan T
•
Penelitian flora dan fauna
•
Fotograpi
•
g Rekreasi
•
Berkuda
•
keluarga/bermain Berkemah
•
Sepeda Gunung
•
Mendaki
•
Mator Trail (ATV)
rac kin •
g Hi kk in
•
Kegiatan Outbound
Sumber : Hasil analisis, 2008 4.4.4
Penentuan fasilitas yang dibutuhkan, baik fasilitas dasar maupun fasilitas penunjang aktivitas yang ada
Menurut Bukart dan Medlik (1974 : 133), fasilitas bukanlah merupakan faktor utama yang dapat menstimulasikan kedatangan wisatawan ke suatu tempat/destinasi wisata. Akan tetapi ketiadaannya dapat menghalangi wisatawan dalam menikmati atraksi wisata. Pada intinya, fungsi fasilitas haruslah bersifat melayani dan mempermudah kegiatan atau aktivitas pengunjung/wisatawan
yang
dilakukan
dalam
rangka
mendapat
pengalaman rekreasi. Fasilitas berfungsi sebagai media yang berperan untuk memudahkan pengunjung melakukan kegiatan atau aktivitas rekreasi sehingga terdapat prinsip kesesuaian antara jenis fasilitas dan aktivitas. Atraksi wisata adalah suatu tempat atau area yang memiliki suatu karakteristik/daya tarik tertentu dan atau fasilitas wisata yang dapat menarik para pengunjung atau wisatawan untuk dapat berwisata atau berekreasi menikmatinya (Ben Hainim 1998:1) Dalam konsepsi atraksi wisata, inskeep membagi atraksi wisata menjadi tiga bagian, yaitu : a. Atraksi wisata alam b. Atraksi wisata budaya c. Atraksi khusus (binaan) Standar Fasilitas Wisata Roger A. Lancaster (1983 : 51), mengemukakan mengenai pengertian standar fasilitas adalah sebagai jumlah fasilita rekreasi, dengan segala kelengkapannya, yang perlu disediakan bagi kebutuhan masyarakat 41
untuk berbagai macam aktivitas rekreasi. Standar fasilitas dikembangkan dengan mempertimbangkan perkiraan jumlah wisatawan yang akan menggunakan setiap fasilitas sehingga sesuai dengan permintaan masa kini dan masa mendatang. Oleh karenanya sangat penting untuk mengetahui proses penentuan standar fasilitas karena akan menjadi dasar dalam penentuan kebutuhan akan lahan dan bangunan. Disamping persyaratan penetapan standar, penyusunan studi standarisasi fasilitas/sarana objek wisata alam dan budaya ini didasarkan kepada dasar
penyusunan
yang merupakan kajian dasar
dalam
mengembangkan proses penyusuan standarisai fasilitas/sarana objek wisata alam dan budaya nantinya. Dalam
mempersiapkan
standar
fasilitas
wisata,
beberapa
persyaratan dasar perlu dipersiapkan terlebih dahulu agar pengembangan yang terjadi sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai. Roger A. Lancaster (1983 : 39 ) menyebutkan beberapa persyaratan yang menjadi dasar panduan dalam pengembangan standar fasilitas wisata, syarat-syarat tersebut adalah : 1. Standar harus realistis dan mudah dicapai : menetapkan standar yang terlalu muluk dengan cara yang su;it dicapai dan teknologi yang belum bisa diterapkan di suatu daerah mengakibatkan standar tersebut hanya akan menjadi bahan yang menghiasi laporan studi namun tidak dapat diimplemantasikan. 2. Standar harus dapat diterima dan berguna bagi pengguna maupun pengambil keputusan; standar yang baik artinya harus menjadi pegangan bersama baik oleh perencana maupun oleh pelaksana, sehingga suatu standar tidak akan menjadi benda mati yang kadangkala menjadi beben bagi pengguna. 3. Standar harus didasarkan kepada analisa yang sesuai berdasarkan
informasi terbaik yang dapat diperoleh; sudah barang tentu ketersediaan informasi bagi analisa penentuan serta penetapan suatu standar bagi fasilitas wisata yang akan dibangun merupakan salah satu syarat yang sulit dikarenakan data dan atau informasi yang terbaik kadangkala menjadi beban utama dalam proses perencanaan. Selain
jenis-jenis
fasilitas
menurut
kebutuhan
wisatawan
sebagaimana yang telah diuraikan di atas, terdapat pula pembagian jenis fasilitas menurut pembiayaan seperti berikut ini : 1.
Fasilitas self liquidating, untuk penggunaan fasilitas ini maka wisatawan yang menikmatinya akan terkena biaya / ongkos. Fasilitas yang termasuk dalam kategori ini adalah hotel, restaurant, pengangkutan domestik dan internasional, karcis masuk suatu objek wisata, dll
2.
Fasilitas half self liquidating : untuk fasilitas ini wisatawan dan pemerintah bersama-sama dalam pembiayaannya. Fasilitas yang termasuk dalam kategori ini adalah : air, listrik, pengangkutan lokal dan internasional dll.
3.
Fasilitas non self : pembiayaan fasilitas ini dibiayai oleh pemerintah. Fasilitas yang termasuk dalam kategori ini adalah air, listrik, pelabuhan udara terminal, pelabuhan laut, stasiun dan proyek-proyek yang dibiayai pemerintah.
Dasar penyusunan tersebut adalah : •
Memenuhi aspek keamanan, kenyamanan, keselamatan, kebersihan dan keramahan lingkungan.
Penyediaan objek dan daya tarik wisata alam maupun budaya yang memenuhi standar akan menjadi daerah tujuan dan tentu aspek-aspek penting dalam kepariwisataan
harus
terpenuhi
seperti
aspek
security
(keamanan),
comfortability (kenyamanan), safety (keselamatan), hygience and sanitation (kebersihan), dan environmental friendly (keramahan lingkungan) sebagai parameter dalam menentukan kualitas dan kuantitas sarana objek wisata alam dan budaya. Kepedulian terhadap factor tersebut akan menciptakan suasana kunjungan menjadi lebih menyenangkan sehingga timbul keinginan untuk 43
berkunjung kembali. Kajian peletakan fasilitas MATRIKS STANDAR FASILITAS RESORT Tabel 1. Infrastruktur di Objek Wisata Kawah Putih No
Fasilitas
Item
Peletakkan 1
1 2
3
4
Akses masuk Pasokan air bersih
Sumber Listrik
Pengolahan limbah
Jaringan jalan
v
2 v
*) Jaringan air bersih
v
*) Instalasi pengelolaan air bersih
v
*) Bak penampungan
v
*) PLN
v
3
v
v v
v
*) Generator
v
v
*) Pipa cair
v
*) Terminal limbah padat
v
*) Saluran limbah
v
5
Telekomunikasi
Telepon (TUT) dan wartel
v
6
Drainase
Saluran drainase
v
7
Penghijauan
Tanaman / vegetasi
8
Taman
Ruang terbuka hijau
v
9
Jembatan
*) Jembatan penghubung antar lokasi
v
v
v
v
v
v v
*) Jembatan utama pada jalan sekunder v 10
Pelayanan kesehatan
*) Rumah sakit *) Puskesmas
Tabel 2
v
v v
Ket
Aksesibilitas di Objek Wisata Kawah Putih No
Item
Fasilitas
Peletakkan 1
1
2
Aksesibilitas internal
Aksesibilitasi eksternal
2
v
v
v
*) Jalan primer
v
v
v
*) Jalan setapak
v
v
v
*) Jalan sekunder
v
v
v
*) Trail
v
v
v
*) Trotoar
v
v
v
*) Drop point
v
v
v v
*) Tempat pelayanan informasi
v
*) Tempat pelayanan bank
3 Gate
3
*) Jalan tertier
*) Tempat parkir
Ket
v
*) Tempat pelayanan keamanan
v
*) Pintu gerbang masuk
v
*) Pintu gerbang keluar
v
v
*) Emergency
v
4 Transportasi
Kendaraan wara-wiri
v
5 Informasi
*) Billboard resort pada jalan sekunder
v
*) Petunjuk arah menuju odtw pada jalan primer *) Petunjuk arah di lokasi
v
v
v
v
v
v
Tabel 3 Pelayanan pengunjung di Objek Wisata Kawah Putih No
Item
Fasilitas
Peletakkan 1
1
Publik fasilitas
*) Plasa
v
45
2
3
Ket
*) Ruang penerimaan rombongan 2
3
4
5
v
Perbelanjaan *) Penjualan cinderamata
Penginapan dan hotel
Sarana peribadatan
v
*) Shopping centre
v
*) Restorant
v
*) Kafe
v
*) Rumah makan
v
*) Warung makan
v
*) Kios kebutuhan pribadi wisatawan
v
*) ATM
v
*) Money changer
v
*) Boutique & salon
v
*) Hotel berbintang
v
*) Hotel non bintang
v
*) Cottage
v
*) Drive in
v
*) Condominium
v
*) Mesjid
v
*) Gereja
v
*) Vihara
v
Keselamatan *) Pos keamanan
v
v
*) Pagar keamanan
v
*) Menara pengawas
v
*) Alat pemadam kebakaran 6
7
Kesehatan
*) Pos p3k pada masing-masing fasilitas
v
v v
v
*) Ambulance
v
*) Ruang tunggu dokter
v
Kebersihan *) Tempat sampah *) Gerobak sampah *) TPA
v
v
v v v
Tabel 4 Aktivitas Pengunjung di Objek Wisata Kawah Putih No
Item
Fasilitas
Peletakkan 1
1.
Pemandangan alam *) Melihat tanaman hias
3.
4.
Istirahat
v
*) Villa
Fotografi
Rekreasi keluarga
4.4.5
3 v
*) Membeli tanaman hias 2.
2
Ket
v
*) Restorant
v
*) Kafe
v
*) Mengambil gambar objek
v
*) Titik pengambilan objek
v
Jalan-jalan ke taman strowberi
v
v
Penetapan zonasi peletakan aktivitas dan fasilitas
Penempatan fasilitas yang baik dengan menggunakan konsep zonasi yang sesuai dapat menciptakan suatu pengembangan atraksi wisata yang
berkelanjutan
dan
berwawasan
lingkungan.
Inskeep.
1991
menyebutkan bahwa zonasi dimaksudkan untuk membatasi daerah-daerah dengan jenis penggunaan lahan yang berbeda-beda sehingga kepentingan masing-masing penggunaan lahan tidak bertabrakan dan bisa dikendalikan dan diawasi. Adapun penetapan zonasi yang ada di objek wisata kawah putih adalah sebagai berikut : •
Zona inti : Kawah Putih
•
Zona Pelayanan : Pusat Informasi, tempat makan/Restoran, Mesjid, tempat parkir, dll
47
•
Buffer Zone : Hutan yang masih alami
4.4.6
Konsep perencanaan
Dalam hal ini penyediaan fasilitas atraksi di objek wisata kawah putih akan berpedoman kepada pemanfaatan lingkungan dimana pembangunan diminimalisasi agar tidak memberi dampak negatif yaitu merusak lingkungan sekitar, Hal ini dapat dilakukan dengan cara: 1. Zona Inti
4.4.7
Penentuan jumlah kebutuhan dan besaran ruang fasilitas
4.4.8
Site Plan
49
4.5 Strategi Pengembangan Wana Wisata Kawah Putih 4.5.1 Menjalin Kerjasama dengan Travel Agent
Salah satu strategi pengembangan Wana Wisata Kawah Putih adalah dengan menjalin kerjasama dengan pihak travel agent. Hal ini bertujuan agar promosi mengenai objek wisata dapat berkembang dengan pesat. Wisatawanpun dapat mencari informasi mengenai objek wisata dari travel agent langganan. Dengan hal ini secara tidak langsung dapat menungkatkan tingkat kunjungan wisatawan ke Wana Wisata Kawah Putih. 4.5.2 Mengembangkan Klaster Management Sistem
kluster
Management
merupakan
sistem
dimana
pengembangan tidak hanya dilakukan pada objek inti saja ( Kawah Putih ) melainkan pengembangan dilakukan pada objek-objek lain yang berada di sekitar wilayah objek inti. Dalam
hal
ini
pengelola
harus
dapat
mengelola
dan
mempromosikan objek-objek wisata di sekitar kawah putih, sehingga semua objek dapat diminati oleh wisatawan. Dalam arti wisatawan tidak hanya tertuju pada satu objek wisata saja (kawah putih). Klaster management ini selain memiliki tujuan untuk membagi konsentrasi kunjungan para wisatawan yang biasanya hanya terpaku pada suatu wilayah agar memiliki minat untuk berkunjung ke objek lain di sekitar objek inti (Kawah Putih). Sistem ini juga bertujuan agar objek wisata lain menjadi objek yang terkenal dan menjadi salah satu alternatif tujuan wisata. Cluster Ciwidey 1. Ranca Upas
2. Cimanggu
51
3. Kawah Putih
4. Patuha Resort
4.5.3 Interpretasi Flora dan Fauna Wilayah kawah putih merupakan hutan alam yang memiliki banyak jenis-jenis tumbuhan, karena hampir 70% dari wilayah Kawah Putih tersebut terdiri dari jenis-jenis tumbuhan, diantaranya seperti Alang-Alang, Salira, Kingkilaban, Kirinyuh, Puspa, Kayu Putih, Cemara, Rasamela. Dan hewan / fauna yang terdapat pada kawasan Wana Wisata Kawah Putih ini seperti Ular Sanca, Burung Hantu, Surili, Harimau, dan Serigala. Maka dari itu, seluruh flora dan fauna yang ada di wana wisata kawah putih harus dijaga kelestariannya agar dapat dijadikan salah satu daya tarik wisatawan. 4.5.4 Memenuhi Standar Fasilitas Objek Wisata Kawah Putih berpotensi sebagai kawasan wisata yang termasuk dalam jenis wisata wisatawan
Green Tourism karena membatasi pengunjung/
untuk berkunjung ke kawasan tersebut, sehingga untuk
memenuhi standar fasilitas objek wisata dapat dilakukan dengan cara:
1. 4.6 Konsep Pengembangan Wana Wisata Kawah Putih 4.6.1 Indikator Pariwisata Adapun indikator-indikator dalam pariwisata adalah sebagai berikut : a. Kunjungan Wisatawan
Produk wisatawan
b. Lama Tinggal Wisatawan
Atraksi wisatawan
c. Belanja Wisatawan
Pendapatan wisatawan
4.6.2 Target Pasar Dalam konsep pengembangan kawasan wisata kawah putih ini, diperlukan pembagian segmentasi pasar yang jelas, sehingga kami membagi pengunjung dalam 3 (tiga) segmentasi, yaitu : a. Remaja (ABG) Segmentasi remaja merupakan segmentasi yang menjadi target pasar utama kami.Hal ini berdasarkan pengamatan yang kami lakukan pada 2 (dua) bulan terakhir. Dimana Mayoritas pengunjung yang datang adalah kaum remaja. Trend wisata pada tahun 2000 sampai dengan 2020 adalah back to nature, selain itu jiwa remaja yang cenderung senang berpetualang merasa tertantang dengan kondisi alam yang ada menjadi alasan pengelola memilih remaja menjadi target pasar yang utama. b. Honeymooners Menikah adalah hal indah bagi setiap orang, karena itu tak jarang orang merayakannya dengan pesta yang berkesan. pernikahan akan terasa kurang lengkap tanpa diisi dengan perjalanan indah berbulan madu. Meski tidak semua pasangan memilih untuk tidak menikmati bulan madu setelah menikah, tetapi ada beberapa pasangan yang masih menjalankan tradisi ini. Maka dari itu kami membuat konsep honeymooners dimana akan disediakannya cottage-cottage yang memiliki view langsung ke kawah agar suasana romantis terasa oleh para honeymooners. Selain menginap honeymooners juga dapat melakukan aktivitas lain sehingga mereka tidak akan merasa bosan.
53
c. Umum Selain dua target pasar di atas, wana wisata kawah putih pun memiliki target pasar umum yaitu menawarkan konsep liburan keluarga, study tour, organisasi, dll Fasilitas :
No. 1
2 3 4
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
-
Pintu Gerbang/Ticketing
-
2 Unit Villa/Pondokan
1 Pesanggrahan -
2 unit Mushola (area Atas & Bawah)
-
2 unit Toilet Umum (Area Atas & Bawah)
-
1 Showroom,
Pujasera & kios Cinderamata -
Atraksi ATV, Ontang-Anting
-
Area Parkir Bus, Mobil & motor
-
Jungle Tracking Kawah saat
-
Wisata Ritual (makam Keramat)
-
Program Ecological Education
-
Paket Tour Wisata/Trip
-
Pengamatan satwa (surili & elang jawa)
-
Jumlah karyawan 4 orang
-
Petugas kebersihan outsources/kemitraan
-
Kompepar
-
Seragam
senin-selasa
: PDH,
rabu-kamis
: Orange,
Jumat
: Batik,
Sabtu-minggu : Krem-orange
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas mengenai Penyediaan fasilitas atraksi di objek wisata Kawah Putih Kabupaten bandung, dapat diambil kesimpulan dengan beberapa saran sebagai rekomendasi yang mungkin dapat berguna bagi pihak terkait.
55
5.1 Kesimpulan Kawah Putih merupakan sebuah Wana Wisata yang dapat dijadikan wisata harian. Wana Wisata Kawah Putih memiliki pemandangan alam yang berupa hutan alam juga kawah gunung berapi. Selain memiliki potensi alam yang baik, Wana Wisata Kawah Putih juga memiliki keragaman flora dan fauna karena hampir 70% dari wilayah Kawah Putih tersebut terdiri hutan konservasi. Banyaknya potensi yang dimiliki oleh Wana Wisata Kawah Putih, tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan pasda objek wisata ini. Adapun kekurangan yang dimiliki oleh Wana Wisata Kawah Putih adalah kurangnya fasilitas yang memadai dan kurangnya atraksi yang disediakan oleh pengelola. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, kami berupaya untuk membuat konsep pengembangan Wana Wisata Kawah Putih yang berupa penambahan fasilitas yang memadai, penambahan atraksi wisata, serta pembaharuan di bidang manajemen. Selain itu, kami juga berupaya membuat strategi yang diantaranya adalah penerapan sistem klaster manajemen, penjalinan kerjasama dengan pihak travek agent guna memperluas promosi Wana Wisata Kawah Putih. 5.2 Saran 1. Bagi Pengelola Sekiranya pengelola mampu memperbaiki pengelolaan Wana Wisata dengan lebih baik serta mampu memperbaharui sumber daya manusia yang ada agar pelaksanaan opersional maupun non operasional di Wana Wisata Kawah Putih mampu berjalan dengan sebaik-baiknya. 2. Bagi Pemerintah dalam hal ini pemerintah diharapkan mampu membuat kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan upaya pengembangan Wana Wisata Kawah Putih dimana seluruh lingkungan yang ada di dalamnya tetap lestari dan terjaga. 3. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat sekitar Wana Wisata Kawah Putih, diharapkan mereka dapat turut serta dalam upaya pengembangan Wana Wisata Kawah Putih agar mampu menjadi salah satu objek wisata unggulan di Jawa Barat, khususnya di wilayah Patuha Resort.
57