Amphibi Yella.docx

  • Uploaded by: nisa
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Amphibi Yella.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,787
  • Pages: 17
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN VERTEBRATA IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN KUNCI DETERMINASI AMPHIBIA

OLEH KELOMPOK 2A

YELLA PRASTIKA YUDA

1710423031

ZALMI SINTIA

1710422001

OKTAVIANISA

1710421005

JEFRI WIRANDA WR

1710422013

RAISSA MIRANDA DIVA

1710422027

ANNISA ARYANI PUTRI

1710423017

ASISTEN PJ : ANDRA DJASEFINO MERIANI

LABORATORIUM TEACHING IV JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2018

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Indonesia adalah salah satu pusat keanekaragaman hayati terkaya di dunia. Sampai saat ini telah diketahui bahwa sekitar 12% mamalia, 17% aves, 25% pisces, 15% insekta dan 15% tumbuhan berbunga ditemukan di Indonesia (McKay, J.L., 2006). Menurut Biodiversity Action Plan for Indonesian, 16% dari amphibi dan reptil dunia terdapat di Indonesia dengan jumlah lebih dari 1100 jenis, sehingga Indonesia menjadi negara yang mempunyai jumlah amphibi dan reptil terbesar di dunia. Tetapi jumlah tersebut diperkirakan masih jauh di bawah keadaan yang sebenarnya (Iskandar, 2004). Hewan vertebrata merupakan hewan yang bertulang belakang atau hewan yang memiliki tulang punggung. Memiliki struktur tubuh yang lebih sempurna dibandingkan dengan hewan Invertebrata. Vertebrata merupakan kelompok hewan yang memiliki tengkorak sehingga disebut kelompok Craniata. Vertebrata terdiri dari berbagai kelas, yaitu Pisces (ikan), Amfibia (amfibi), Reptilia (hewan melata/ reptile), Aves (Burung), Mammalia (Hewan menyusui) (Susanto, 1994). Pada dasarnya amphibia diyakini sebagai bentuk peralihan dari kehidupan air atau pisces ke kehidupan tetrapoda di darat. Hal ini dapat terjadi karena larva amphibia mewakili kehidupan air dan hewan dewasanya yang termodifikasi untuk dapat hidup di darat. Akan tetapi, terdapat krakter pembeda amphibia dengan pisces dan tetrapoda yaitu adanya pernapasan menggunakan kulit, sepasang papilae sensori pada bagian dalam sensori, saluran transmisi ganda di telinga tengah, sel-sel penglihatan yang termodifikasi, terdapat kelenjer pada kulit dan karakter unik lainnya (Goin, C. J. 1971). Amphibia pertama kali muncul di zaman Devonian-Era Palaezoic- sekitar 350 juta tahun yang lalu. Pada zaman itu, hampir seluruh daratan menjadi satu kontinen luas yang dinamakan Pangea. Daratan Pengea memiliki iklim yang stabil, kelembaman tinggi, habitat rawa menjadi bentuk eksositem yang umum. Awalnya kelompok

Arthropoda sperti Crustacae, serangga dan Arachnida dan ikan karnivor yaitu predator aquatis yang tersedia dalam jumlah banyak serta merajai zaman waktu itu. Ada hipotesa tentang kemunculan amphibia yaitu kaki yang terdapat pada amphibia merupakan modifikasi sirip pektoral dan sirip pelvic(abdomen) untuk bergerak di lingkungan darat. Hipotesa tersebut juga menyampaikan bahwa nenek moyang amphibia adalah Crissopterygii, genus Polypterus dan Lungfish (Pough, 1998). Indonesia memiliki dua dari tiga ordo amfibi yang ada di dunia, yaitu Gymnophiona dan Anura. Ordo Gymnophiona dianggap langka dan sulit diketahui keberadaannya, sedangkan ordo Anura merupakan yang paling mudah ditemukan di Indonesia mencapai sekitar 450 jenis atau 11% dari seluruh jenis Anura di dunia. Ordo Caudata merupakan satu-satunya ordo yang tidak terdapat di Indonesia (Iskandar, 2004). Untuk mendukung pengetahuan tentang klasifikasi dan taksonomi diperlukan adanya identifikasi dari berbagai parameter morfologi dari bentuk tubuh kelas amphibia. Dengan melihat morfologi kita dapat mengelompokkannya kedalam taksa yang sesuai. Sistem atau cara pengelompokan ini dikenal dengan istilah sistematika atau taksonomi. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri morfologi dalam mempermudah pengidentifikasian dan memahami menggunakan kunci determinasi.

1.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengamati dan membandingkan karakteristik dari masing masing jenis amphibia dengan pengukuran dan perhitungan terhadap struktur tubuh katak tersebut serta membuat kunci determinasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ampbihia berasal dari kata amphi berarti dua dan bios berarti kehidupan. Jadi amphibia adalah hewan tetrapoda yang memiliki dua habitat sebagai tempat kehidupannya yaitu darat dan air. Pada umumnya amphibia memiliki siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan. Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang. Pada mata terdapat membran nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dri partikel-partikel asing, kekeringan dan kondisi lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan pada mata. Akan tetapi tidak seluruh amphibia memiliki siklus hidup dari perairan ke daratan. Ada beberapa jenisnya yang hanya bertahan dan hidup pada salah ssatu kondisi habitat saja (Zug, 1993). Kelas amfibi kini hanya di wakili sekitar 6.150 spesies salamander (Ordo Urodela), katak (ordo anura), dan sesilia (ordo apoda). Hanya terdapat sekitar 550 spesies urodela. Beberapa spesies sepenuhnya akuatik, namun yang lain hidup di daratan sepanjang hidupnya atau ketika dewasa. Sebagian besar salamander yang hidup di daratan berjalan dengan tubuh yang meliuk-liuk ke kiri dan ke kanan, ciri yang diwarisi tetrapoda darat awal (Campbell, 2002). Karakteristik umum dari amphibia adalah memiliki anggota ekstremitas, secara anatomi, pendactylus kecuali apoda yang anggota geraknya tereduksi, tidak memiliki kuku dan cakar walaupun ada beberapa anggota amphibia yang memilikinya seperti Xenopus sp, kulit memiliki dua kelenjar yaitu kelenjar mukosa dan kelenjar berbintil(biasanya beracun), pernapasan menggunakan insang, kulit dan paru-paru, mempunyai sistem pendengaran, jantung terdiri atas tiga ruang, memiliki struktur gigi(maksila dan mandibula) dan merupakan hewan poikiloterm. Sebagai hewan yang mengalami metamorfosis fase berudu amphibia hidup di perairan dan bernapas dengan insang serta bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa, amphibia hidup di daratan, bernapas dengan paru-paru dan bergerak menggunakan kaki. Perubahan

peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan terjadinya modifikasi pada insang bahkan terjadinya reduksi pada insang termasuk rangka (Duellman and Trueb, 1986). Hewan amphibia bersifat poikilotermis atau eksotermis yang berarti suhu tubuh sesuai dengan suhu lingkungannya. Keuntungannya, amphibia hanya membutuhkan sedikit energi untuk metabolisme tubuh sehingga terjadinya efisiensi dalam penggunaan energi. Akan tetapi mereka tidak bisa menjaga suhu tubuh ideal di berbagai kondisi lingkungan sehingga aktivitas tubuh terbatas hanya pada suatu kondisi lingkungan saja. Akibat lainnya, varias suhu tubuh akan mempengaruhi segala aspek fungsi organisme termasuk kecepatan tanggapan impuls syaraf dan daya gerak otot (Djuhanda, 1980). Menurut Inger, R. F. (2005) Amphibia terdiri atas empat ordo yaitu apoda/ caecilia/ gymnophiona,

urodela/salamander/caudat,

anura/salienta/toad-frogs

dan

proanura(telah punah). Apoda merupakan amphibia yang tidak berkaki, salamnder merupakan amphibia berekor dan anura adalah amphibia sejati tidak berekor namun berkaki yang terdiri atas katak dan kodok. Caudata disebut juga urodela. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Urodella mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea, Cryptobranchoidea dan Salamandroidea. Sub ordo Sirenidae hanya memiliki 1 famili yaitu Sirenidae, sedangkan sub ordo Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu Cryptobranchidae dan Hynobiidae. Sub ordo Salamandroidea memiliki 7 famili

yaitu

Amphiumidae,

Plethodontidae,

Rhyacotritoniade,

Proteidae,

Ambystomatidae, Dicamptodontidae dan Salamandridae. ( Pough et. al., 1998)

Nama anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan alat ekstremitas berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada beberapa famili terdapat selaput diantara jari-jarinya. Membrana tympanum terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal (Duellman and Trueb, 1986). Ordo Anura dibagi menjadi 27 famili, yaitu: Ascaphidae, Leiopelmatidae, Bombinatoridae, Pelodytidae,

Pelobatidae,

Centrolenidae, Pseudidae,

Discoglossidae,

Allophrynidae,

Heleophrynidae,

Rhinodermatidae,

Pipidae,

Hylidae, Sooglossidae,

Rhinophrynidae, Bufonidae,

Megophryidae,

Branchycephalidae,

Leptodactylidae, Arthroleptidae,

Myobatrachidae, Dendrobatidae,

Hemisotidae, Hyperoliidae, Microhylidae, Ranidae, Rachoporidae. Ada 5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae, Ranidae, Microhylidae, dan Rachoporidae ( Pough et al., 1998). Bufonidae, famili ini sering disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar dan berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan terdapat pematang di kepala. Mempunyai tipe gelang bahu arciferal. Sacral diapophisis melebar. Bufo mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak memiliki gigi. Tungkai belakang lebih panjang dari pada tungkai depan dan jari-jari tidak mempunyai selaput. Fertilisasi berlangsung secara eksternal. Famili ini terdiri dari 18 genera dan kurang lebih 300 spesies. Beberapa contoh famili Bufo yang ada di Indonesia antara lain: Bufo asper, Bufo biporcatus, Bufo melanosticus dan Leptophryne borbonica ( Pough et al., 1998).

Megophryidae, ciri khas yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk di atas matanya, yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada umumnya famili ini berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya lambat dan kurang lincah. Gelang bahu bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran tinggi. Pada fase berudu terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk mencari makan di permukaan air. Adapun contoh spesies anggota famili ini adalah Megophrys montana dan Leptobranchium hasselti ( Pough et al., 1998). Ranidae, famili ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya relatif ramping. Tungkai relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk membantu berenang. Kulitnya halus, licin dan ada beberapa yang berbintil. Gelang bahu bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada pematang seperti pada Bufo. Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti parut di bagian maxillanya. Sacral diapophysis gilig. Fertilisasi secara eksternal dan bersifat ovipar. Famili ini terdiri dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya adalah: Rana chalconota, Rana hosii, Rana erythraea, Rana nicobariensis, Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis, Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana ( Pough et al., 1998). Microhylidae, famili ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif panjang dibandingkan dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan mandibulanya, tapi beberapa genus tidak mempunyai gigi. Karena anggota famili ini diurnal, maka pupilnya memanjang secara horizontal. Gelang bahunya firmisternal. Contoh spesiesnya adalah: Microhyla achatina ( Pough et al., 1998). Rachoporidae, famili ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai kulit yang kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil. Tipe gelang bahu firmisternal. Pada maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi palatum. Sacral diapophysis gilig. Berkembang biak dengan ovipar dan fertilisasi secara eksternal ( Pough et al., 1998).

III . PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum Sistematika Hewan Vertebrata Amphibia ini dilakukan pada Senin, 23 Oktober 2018 di Laboratorium Pendidikan IV Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang. 3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mistar, alat tulis dan alas hitam. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum Amnirana nicobariensi, Limnonectes sp, Microhyla sp, Phrynoidis asperi Polypedates sp 3.3. Cara Kerja Katak/ kodok diberi perlakuan agar tidak bergerak saat diamati

Katak/kodok diletakkan diatas bak bedah dengan alat ukur

Katak/kodok difoto dengan kamera

Katak/kodok diukur dan diamati sesuai karakter morfometrik

Hasil dicatat di data sheet

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Famili Ranidae 4.1.1 Amnirana nicobariensis (Stoliczka, 1870) (Kurniati, 2011) Klasifikasi Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Amphibia

Ordo

: Anura

Family

:Ranidae

Genus

: Amnirana

Spesies

: Amnirana nicobariensis

Sumber

: Inger and stuebing, 2005

Gambar 1. Amnirana nicobariensis

Didalam praktikum kali ini didapatkan data pengukuran Amnirana nicobariensis memiliki HW 47 mm; SVL 24 mm; TL 27 mm; IOD 5 mm; HL 5 mm; ED 5 mm; IND 4 mm; EN 6 mm; FL 1 mm; TD 3mm; THL 24mm; SL 9mm; HAL 15 mm; FLL 13mm; UEW 6mm; memiliki warna hijau pucat, bentuk tubuh

ramping, pupil

horizontal, memiliki gigi maxilla. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa Amnirana nicobariensis dinamakan menurut lokasi ditemukannya yaitu pulau nicobar, India. Katak ini berukuran kecil, perawakan ramping, kaki panjang dan ramping, jari kaki stengahnya ditutupi selaput. Lipatan dorsolateralnya halus, tekstur kulit berbintil halus terkadang juga tidak berbintil. Memilki warna coklat muda dengan beberapa bagian tampak lebih gelap seperti pada bagian selangkang. Habitanya biasa terdapat di perbatasan hutan di daerah yang terganggu, sekeliling air yang mengalir lambat atau menggenang (Iskandar, 2004).

4.1.2 Chalcorana sp (Peters, 1871) Klasifikasi Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Amphibia

Ordo

: Anura

Famili

: Ranidae

Genus

: Chalcorana

Spesies

: Chalcorana sp

Sumber

: IUCN, 2004

Gambar 2.Chalcorana sp

Didalam praktikum kali ini didapatkan data pengukuran Limnonectes sp memiliki HW 10 mm; SVL 35 mm; TL 25 mm; IOD 10mm; HL 20 mm; ED 5 mm; IND 5 mm; EN 5mm; FL 15 mm; TD 3mm; THL 25mm; SL 10mm; HAL 17 mm; FLL 10mm; UEW 7mm; memiliki warna abu-abu, bentuk tubuh ramping, memiliki gigi maxilla.

4.2 Famili Dicroglossidae 4.2.1 Limnonectes sp (Tschudi, 1838) Klasifikasi Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Amphibia

Ordo

: Anura

Family

: Ranidae

Genus

: Limnonectes

Spesies

: Limnonectes sp

Sumber

: Inger and stuebing, 2005

Gambar.2. Limnonectes sp

Didalam praktikum kali ini didapatkan data pengukuran Limnonectes sp memiliki HW 25 mm; SVL 95 mm; TL 49 mm; IOD 25mm; HL 25 mm; ED 5 mm; IND 8 mm; EN 10mm; FL 21 mm; TD 5mm; THL 44mm; SL 2mm; HAL 25 mm; FLL 20mm; UEW 8mm; memiliki warna coklat,, bentuk tubuh membulat, pupil horizontal, memiliki gigi maxilla dan gigi vormer. Limnonectes sp memiliki tubuh yang tambun (gemuk), kepala lebar, pelipis berotot terutama pada yang jantan, jari berselaput sampai ujung jari bentuk ujung jari gada. Kaki sangat pendek dan berotot. Tekstur kulit sangat berkerut, tertutup rapat oleh bintil-bintil berbentuk bintang yang tersebar di seluruh permukaan tubuh. Lipatan supratimpanik sangat jelas. Warna hitam mamer di seluruh bagian dorsum sampai kehitaman. Habitatnya di perairan mengalir perlahan atau tenang (Darmawan, 2008).

4.3 Famili : Bufonidae 4.3.1 Phrynoidis asper (Gravenhorst, 1829) Klasifikasi Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Amphibia

gOrdo

: Anura

Family

: Bufonidae

Genus

: Phrynoidis

Spesies

: Phrynoidis asper

Sumber

: Inger and stuebing, 2005

Gambar 3. Phrynoidis asper

Didalam praktikum kali ini didapatkan data pengukuran Phrynoidis asper memiliki HW 20 mm; SVL 65 mm; TL 30 mm; IOD 10 mm; HL 30 mm; ED 4mm; IND 7 mm; EN 3 mm; FL33 mm; TD 3mm; THL 30mm; SL 15mm; HAL 20 mm; FLL 17mm;

UEW 7 mm; memiliki warna hijau lumut, bentuk tubuh membulat, pupil horizontal, memiliki gigi maxilla dan gigi vormer. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa Kodok berukuran besar dan kuat, alur supraorbital dihubungkan dengan kelenjar paratiroid ole alur supratimpatik tekstur kulit sangat kasar dan menomjol,dilipu bintil-bintil berduri. Warna coklat tua yang kusam, keabu-abuan, atau kehitaman. Bagian bawah terdapat bintil-bintil hitam, jantan biasanya memiiki kulit dagu kehitaman. Ukuran tubuh jantan 70-100 mm, dan betina 95-120 mm (Mistar, 2003). Phrynoidis asper memiliki tubuh besar dan kuat, kelenjar paratiroid berbentuk lonjong. Tangan dan kaki dapat berputar. Jari kaki berselaput renang samapi ujung. Tekstur kulit sangat kasar dengan bintil-bintil berduri atai benjolan. Phrynoidis asper memiliki warna coklat tua yang kusam, kabu-abuan atau kehitam-hitaman. Habitat utamanya di sepanjang alur tepi sungai (Iskandar, 2004). 4.4 Famili Microhylidae 4.4.1 Microhyla sp (Boulenger, 1884) Klasifikasi Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Amphibia

Ordo

: Anura

Famili

: Microhylidae

Genus

: Microhyla

Spesies

: Microhyla sp.

Sumber

: IUCN, 2008

Gambar 6. Microhyla sp.

Didalam praktikum kali ini didapatkan data pengukuran Microhyla sp memiliki HW 8 mm; SVL 21 mm; TL 11 mm; IOD 3 mm; HL 6 mm; ED 2mm; IND 2mm; EN 3 mm;

FL11 mm; TD 1mm; THL 10mm; SL 4mm; HAL 4 mm; FLL 2mm; UEW 2 mm; memiliki silver, bentuk tubuh rounded, pupil rounded.

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini adalah: 1.

Amnirana nicobariensis memiliki warna hijau pucat, bentuk tubuh ramping, pupil horizontal, memiliki gigi maxilla.

2.

Chalcorana sp memiliki warna abu-abu, bentuk tubuh ramping, memiliki gigi maxilla.

3.

Limnonectes sp memiliki karakter tubuh berwarna coklat mempunyai webing setengah serta mmiliki gigi formes.

4.

Phryonidis aspera, memiliki karakter tubercle yang banyak, mempunyai kelenjar paratoid, selaput renang tidak penuh.

5.

Microhyla sp memiliki silver, bentuk tubuh rounded, dan pupil rounded

5.2 Saran Demi terlaksananya praktikum dengan lancar dan baik, hal penting yang perlu diperhatikan adala kedisiplinan dan manajemen waktu. Oleh karena itu, pentingnya bersikap disiplin dalam bertindak akan memperoleh hasil yang tepat dan sesuai dengan yng diiinginkan. Selain itu, manajemen waktu dalam pengamatan perlu dilakukan agar pengamatan dapat berlangsung secara efektif dan efisien hingga diperoleh hasil yang valid.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell.2002.Biologi Kelima Jilid 3.Jakarta:Erlangga Dharmawan B. 2008. Keanekaragaman Amfibi di Berbagai Tipe Habitat: Studi Kasus di Eks-Hps Pt Rimba Krya Indah Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi(Skripsi). Departemen KSDH dan Ekowisata Fakultad Kehutanan Institut Pertanian Bogor : Bogor Djuhanda, T. 1980. Analisa Hewan Vertebrata. Armico. Bandung. Duellman, W. E. Dan Trueb, L.1986. Biology of Amphibians. Johns Hopkins University. London. Goin, C. J. 1971. Introduction to Herpetology. Freeman. San Fransisco. https://amphibiaweb.org. Diakses pada 3 November 2017. Inger, R. F. 2005. The systematics and zoogeography of the Amphibia of Borneo. Fieldiana Zoology, 52, 1-402. Iskandar, D. T. 2004. The Amphibians and Reptiles of Malinau Region, Bulungan Research Forest, East Kalimantan: Annotated checklist with notes on ecological

preferences of the species and local utilization. Center for

International Forestry Research, Bogor, Indonesia. McKay, J.L. (2006). A Field Guide to the Amphibians and Reptiles of Bali. Krieger Publishing Company, Malabar, Florida. Mistar. 2003. Panduan Lapangan Amfibi Kawasan Ekosistem Leuser. The Gibbon Foundation dan PILI-NGO Movement. Bogor. Susanto, Heru. 1994. Budidaya Kodok Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya Pough, F. H, et. al. 1998. Herpetology. Prentice-Hall,Inc. New Jersey. Pp. 37-131. Zug, George R. 1993. Herpetology an Introductory Biology of Ampibians and Reptiles. Academic Press. London, p : 357 – 358.

LAMPIRAN

A. Gambar struktur tubuh amphibi\ 1. Amnirana nicobariensis

2. Limnonectes sp

3. Microhyla sp

4. Phryonidis aspera,

B. Kunci Determinasi Amfibi

Related Documents


More Documents from "nisa"