Aminofilin.docx

  • Uploaded by: Mega Purnama Zainal
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Aminofilin.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,047
  • Pages: 6
1.

Deskripsi Aminofilin adalah salah satu obat bronkodilator golongan xantin yang

memiliki efek mendilatasi bronkus. Aminofilin merupakan senyawa kompleks teofilin dengan etilendiamin, dengan kandungan teofilin anhidrat bervariasi antara 79-86 %. Dalam tubuh aminofilin terurai menjadi teofilin. Teofilin termasuk obatobat yang mempunyai lingkup terapi (therapeutic windows) sempit (10-20 mcg/ml). Artinya, jarak antar dosis terapatik dan dosis toksis kecil, sehingga efek toksik akan mudah timbul apabila dosis atau kadarnya melewati ambang toksik.

2.

Farmakodinamik

a.

Mekanisme Kerja Aminofilin atau teofilin menghambat enzim fosfodiesterase (PDE) sehingga

mencegah pemecahan cAMP dan cGMP masing-masing menjadi 5’-AMP dan 5’-GMP. Penghambatan PDE menyebabkan akumulasi cAMP dan cGMP dalam sel sehingga menyebabkan relaksasi otot polos termasuk otot polos bronkus. Aminofilin ataupun teofilin relatif nonselektif dalam menghambat subtipe PDE. Aminofilin ataupun teofilin merupakan suatu antagonis kompetitif pada reseptor adenosin. Adenosin dapat menyebabkan bronkokonstriksi pada pasien asma dan memperkuat pelepasan mediator dari sel mast yang diinduksi oleh rangsang imunologis, karena itu dengan pemberian aminofilin atau teofilin dapat mengatasi bronkokonstriksi yang terjadi pada pasien asma. Atas dasar kedua hal di atas maka aminofilin dapat menimbulkan efek relaksasi otot polos bronkus atau bronkodilator pada pasien asma.

b.

Efek Pada Susunan Saraf Pusat Aminofilin atau teofilin merupakan perangsang SSP yang kuat, bila dosis

pemberian ditinggikan maka mampu memberikan efek gugup, gelisah, insomnia, tremor, dan kejang. Tetapi dengan dosis rendah metilxantin seperti aminofilin dapat merangsang SSP yang sedang mengalami depresi, misalnya pemberian aminofilin dosis 2mg/kgbb dengan cepat akan memulihkan keadaan narkosis pada individu yang mendapat 100 mg morfin IV untuk anestesia.

1

c.

Efek Pada Medula Oblongata Metilxantin seperti aminofilin dapat merangsang pusat nafas pada medula

oblongata dengan meningkatkan kepekaan pusat nafas terhadap perangsangan CO2. Selain itu juga dapat menimbulkan mual dan muntah karena perangsangan sentral maupun perifer. Muntah dapat diinduksi bila kadar dalam plasma melebihi 15 mcg/ml.

d.

Efek Pada Sistem Kardiovaskular Pernah digunakan untuk pengobatan darurat payah jantung berdasarkan

kemampuannya menurunkan tahanan perifer, merangsang jantung, meningkatkan perfusi dan menimbulkan diuresis, tetapi karena absorbsi dan disposisinya susah diduga dan sering terjadi toksisitas serius terhadap SSP dan jantung sekarang sudah tidak digunakan lagi. 

Jantung Aminofilin atau teofilin dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung. Pemberian aminofilin dapat meningkatkan kadar epinefrin hingga 100% dan hanya memberikan pengaruh sedikit pada norepinefrin.



Pembuluh darah Aminofilin atau teofilin menyebabkan dilatasi pembuluh darah termasuk pembuluh darah koroner dan pulmonal karena efek langsung pada otot pembuluh darah



Sirkulasi otak Xantin menyebabkan hambatan adenosin yang penting untuk pengaturan sirkulasi otak, sehingga dengan pemberian xantin akan terjadi pengurangan aliran darah ke otak.



Sirkulasi koroner Golongan

xantin

menyebabkan

vasodilatasi

arteri

koroner

dan

bertambahnya aliran darah koroner. Selain itu golongan xantin juga meningkatkan kerja jantung atau kontraksi jantung. 

Tekanan darah

2

Efek aminofilin atau teofilin pada tekanan darah tidak bisa diramalkan, karena disatu sisi menyebabkan stimulasi pusat vasomotor dan stimulasi miokard yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah, tetapi disisi lain menyebabkan adanya vasodilatasi yang dapat menyebabkan penurunan tekanan darah, resultan dari kedua hal ini biasanya sedikit menaikkan tekanan darah tidak lebih dari 10mmHg. Karena adanya vasodilatasi aliran darah lebih cepat dan efisien dan menyebabkan tekanan nadi meningkat.

e.

Efek Pada Otot Polos Golongan xantin dapat merelaksasi otot polos utamanya otot polos bronkus

dengan menghambat PDE. Aminofilin juga menyebabkan penurunan motilitas usus untuk sementara waktu.

f.

Otot Rangka Golongan xantin Dapat memperbaiki kontraktilitas dan mengurangi

kelelahan otot diafragma.

g.

Diuresis Semua golongan xantin meningkatkan produksi urin tetapi efeknya hanya

sebentar. Diduga efek ini melalui mekanisme penghambatan reabsorbsi elektrolit di tubulus proksimal tanpa disertai perubahan filtrasi ataupun perubahan aliran darah ke ginjal.

h.

Lambung Golongan xantin dapat meningkatkan sekresi asam lambung

i.

Metabolik Golongan xantin dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam

plasma dan dapat meningkatkan basal metabolisme.

3

3.

Farmakokinetik Obat golongan xantin seperti aminofilin cepat diabsorbsi setelah pemberian

oral, rektal ataupun parenteral. Kelarutan aminofilin lebih besar daripada teofilin, tetapi ternyata derajat absorpsinya tidak banyak berbeda. Setelah pemberian peroral, obat ini diabsorpsi dengan cepat, sehingga kadang-kadang terjadi lonjakan kadar dalam darah yang menimbulkan gejala efek samping. Pemberian teofilin/aminofilin bersama dengan katekolamin dan simpatomimetik golongan amina harus hati-hati karena dapat memperkuat terjadinya takhiaritmia. Teofilin mengalami metabolisme terutama di hepar dan ± 8 % fraksi obat diekskresikan melalui urin dalam bentuk tetap. Aminofilin dapat mencapai kadar puncak plasma dalam waktu 2 jam, tetapi saat ini ada teofilin lepas lambat yang bisa bertahan dengan interval 8, 12 atau 24 jam. Adanya makanan dalam lambung akan memperlambat kecepatan absorbsi aminofilin atau golongan xantin lainnya. Pemberian IM dapat menyebabkan nyeri lokal yang sangat lama. Metilxantin dapat menembus plasenta dan masuk ke air susu ibu. Dalam keadaan normal ikatan golongan xantin dengan protein sebesar 60% tetapi pada keadaan sirosis hepar ikatan protein menurun menjadi 40%. Eliminasi xantin terutama melalui metabolisme hepar. Sebagian besar dieliminasi bersama urin dalam bentuk asam metilurat atau metilxantin, kurang dari 20% aminofilin ditemukan dalam bentuk utuh dalam urin.

4.

Bentuk sediaan Tablet 200 mg, 225 mg (phyllocontin) dan 350 mg Injeksi ampul 10 ml mengandung 24 mg/ml (phaminov)

5.

Dosis Per oral : dosis 200 mg – 1000mg/hari IV : 250-500 mg/hari diberikan secara lambat

4

6.

Indikasi Menghilangkan & mengatasi gejala-gejala asma & bronkhospasme yang

bersifat reversibel yang berhubungan dengan bronkhitis kronis & emfisema.

7.

Efek Samping

-

Gastrointestinal, misalnya : mual, muntah, diare.

-

Susunan saraf pusat, misalnya : sakit kepala, insomnia.

-

Kardiovaskuler, misalnya : palpitasi, takikardi, aritmia ventrikuler.

-

Pernafasan, misalnya : tachypnea.

-

Rash, hiperglikemia.

8.

Kontra-indikasi

-

Tidak dianjurkan untuk anak berusia kurang dari 12 tahun.

-

Hipersensitif terhadap aminofilina atau komponen obat.

-

Penderita tukak lambung

9. 

Peringatan Hati-hati pada penderita hipoksemia (kekurangan oksigen dalam darah), hipertensi, atau penderita yang mempunyai riwayat tukak lambung.



Dapat mengiritasi saluran pencernaan.



Hati-hati pemberian pada wanita hamil, menyusui dan anak-anak.



Jangan melampaui dosis yang dianjurkan dan bila dalam waktu 1 jam gejala-gejalanya masih tetap atau bertambah buruk, agar menghubungi Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.



Hati-hati pemberian pada penderita kerusakan fungsi hati, penderita di atas usia 55 tahun terutama pria dan pada penderita penyakit paru-paru kronik.



Hentikan penggunaan obat ini jika terjadi jantung berdebar-debar.

5

10. Interaksi Obat 

Hindari pemberian bersamaan dengan beta-blocker (seperti propranolol) karena dapat menyebabkan bronkospasma.



Jangan diberikan bersamaan dengan preparat xantin yang lain.



Simetidin,

siprofloksasin,

klaritromisin,

norfloksasin,

eritromisin,

troleandomisin, dan kontrasepsi oral dapat meningkatkan konsentrasi plasma teofilin. 

Rifampisin, verapamil, diltiazem menurunkan konsentrasi plasma teofilin.

6

More Documents from "Mega Purnama Zainal"