ALZHEIMER DAN BIPOLAR AFFECTIVE DISORDER • • • • •
1. Farkha Nurul Safina 2. Nurul Hikmah Siyammiatun 3. Nur Faizah 4. Safira Alya Hanun 5. Dian Rizki
ALZHEIMER DISEASE ????
Alzheimer Disease • Suatu gangguan psikiatri yang merupakan bentuk progresifitas dari dementia, yang berefek pada gangguan kognitif, behavior, dan fungsional • penyakit penurunan fungsi otak yang kompleks dan progresif sehingga daya ingat seseorang merosot tajam dan tidak dapat disembuhkan.
Etiologi – Belum diketahui secara pasti – Kemungkinan faktor genetik dan lingkungan sedang diteliti (gen ApoE atau β-secretase)
Faktor Resiko – Usia – Riwayat keluarga – Hipertensi – Peningkatan LDL – Penurunan HDL – Diabetes
Patogenesis 1. Atrofi kortikal 2. Neurofibrillary Tangles (NFTs) 3. Plaque Amyloid 4. Kerusakan saraf kolinergik 5. Penurunan sintesis asetilkolin
1. Atrophy
3. Neurofibrillary tangles
2. Amyloid Plaques
Beta-amyloid Plaques •Endapan padat dari βprotein dan bahan selular yang terakumulasi di luar dan disekitar sel saraf •Amyloid precursor protein (APP) adalah prekursor untuk plaak amiloid 1. APP menempel melalui membran neuron.
2. Enzim- enzim mmotong APP menjadi pecahan protein, termasuk beta-amyloid 3. Pecahan Beta-amyloid bersatu akan membentuk plak. Beta-amyloid juga dijumpai pada geriatri normal, tetapi tidak terkonsentrasi pada korteks/limbik
Neurofibrillary tangles (NFTs) Terjadi karena adanya hiperfosforilasi dari protein tau, sehingga menyebabkan mikrotubul kolaps
4. Terjadinya penurunan aktifitas kolinergik berpengaruh terhadap keparahan dari Alzheimer Disease 5. Terjadi penurunan jumlah enzim kolin asetiltransferase di korteks serebral dan hipocampus menyebabkan penurunan sintesis asetilkolin di otak
Diagnosis • Riwayat lengkap pasien • Informasi dari keluarga dan teman
• Pengujian fisik dan saraf dan uji lab • neuropsychological tests • imaging tools such as CT scan, or magnetic resonance imaging (MRI). PET scans are used primarily for research purposes
• MMSE (Mini Mental State Examination)
Gejala Alzheimer
Tujuan Terapi • Menjaga fungsi-fungsi pasien selama mungkin • Menunda perkembangan penyakit
Strategi Terapi Non farmakologi Terapi non-farmakologi melibatkan pasien, keluarga, atau pengasuh khusus untuk mensupport, menghadapi dan memahami kondisi pasien Farmakologi • Terapi untuk mengatasi gejala penurunan kognisi atau menunda progresivitas penyakit • Terapi simptomatik
Terapi Farmakologi • inhibitor kolinesterase akan meningkatkan kadar asetilkolin (takrin, donepezil, rivastigmin, galantamin) • Antagonis reseptor NMDA : Memantine • Antioksidan dapat memperlambat progresivitas penyakit ( Vit E, selegilin (MAO inhibitor)) • Alternatif terapi : ekstrak gingko biloba sebagai neuroprotektif --- mengurangi kerapuhan kapiler, efek antioksidan, dan menghambat agregasi platelet tetapi masih perlu evidence yang lebih banyak.
Terapi Berdasarkan Stage AD • Mild - Moderate AD – Inhibitor Cholinesterase ( Donepezil, Rivastigmin, Galantamine)
• Moderate - Severe AD – Antagonis NMDA (Memantine)
Terapi simptomatik • Selain gejala gangguan kognitif juga terdapat gejala gangguan non kognitif seperti depresi,seperti gelisah, pelupa, dan insomnia • Gejala depresi --- antidepresan (SSRI,TCA) • Insomnia --- perlu hipnotik, atau antidepresan yang bersifat sedatif • Delusi --- curiga, menduga-duga yang salah, paranoid --- antipsikotik (dicari yang paling kurang efek sampingnya) --- atipikal (klozapin, quetiapin, risperidon)
BIPOLAR AFFECTIVE DISORDER
BIPOLAR AFFECTIVE DISORDER gangguan afektif bipolar sebagai salah satu gangguan mood. Sesuai namanya, pasien gangguan afektif bipolar mungkin menunjukkan kedua mood mania dan depresi.
Episode Mood Pada Bipolar Disorder MANIA (EPISODE MANIK) Mania
dimulai dengan perasaan senang disertai dengan energi yang
berlebih, merasa sangat kreatif. Perasaan ini secara cepat berkembang menjadi suatu euphoria (perasaan senang yang sangat
berlebihan) atau menjadi sangat irrirable/sensitif. Orang
dengan mania biasanya menolak disalahkan dan sering malah
marah menyalahkan orang yg menegurnya.
Selama seminggu memiliki tanda tanda : Tidak
butuh tidur, punya energi berlebih
Berbicara Memiliki
sangat cepat sehingga tidak terikuti oleh orang lain
ide-ide yg banyak (racing thought)
Perhatian
gampang teralih/distracted
Melakukan
tindakan yang berbahaya tanpa memikirkan
konsekuensinya (contoh: belanja, aktivitas seksual yg tdk sesuai, investasi yg salam,dll) Pada
keadaan yg berat dapat muncul halusinasi dan waha
(keyakinan yang salah)
HIPOMANIA (EPISODE HIPOMANIK)
Episode ini lebih ringan dibandingkan episode manik dengan gejala-gejala yang sama tetapi
tidak terlalu menyebabkan
gangguan.
Selama episode hipomanik ini, pasien dapat merasakan mood yang meningkat, merasa lebih baik dari biasanya dan merasa lebih produktif.
Episode ini dirasakan sebagai perasaan yang baik dan jarang disadari oleh seseorang sebagai hal yang salah.
EPISODE DEPRESI Selama episode ini, selama 2 minggu pasien mengalami gejala-gejala Perasaan
sedih dan kehilangan minat terhadap hal-hal yang sebelumnya diminati Kesulitan tidur atau tidur berlebihan Kehilangan nafsu makan atau makan jadi terlalu banyak Sulit berkonsentrasi atau sulit membuat keputusan Merasa jadi lambat atau tidak dapat duduk tenang Merasa tidak berharga, merasa bersalah dan memiliki harga diri yang rendah Berpikir tentang kematian dan bunuh diri Pada keadaan yang berat dapat juga muncul halusinasi dan waham (keyakinan yang salah)
Penggolongan Bipolar Disorder
gangguan bipolar I
BIPOLAR
gangguan bipolar II
gangguan siklotimia
DIAGNOSIS GANGGUAN BIPOLAR gangguan bipolar I
• Episose manik • Ada/tidak ada episode hipomanik atau depresi
gangguan bipolar II
• Episode hipomanik dan depresi • Tidak ada episode manik
gangguan siklotimia
• Bentuk gangguan bipolar yang lebih ringan • Mood swing dari hipomanik dan depresi
Faktor Penyebab Bipolar Disorder 1.
Genetika dan riwayat keluarga
2.
Kerentanana psikologis(psychological vulnerability), Kepribadian dan cara seseorang menghadapi masalah hidup
3.
Lingkungan yang menekan (stressful) dan kejadian dalam hidup
(live events). Gangguan neurotransmitter di otak. 4.
Gangguan keseimbangan hormonal.
5.
Factor biologis, Ada beberapa perubahan kimia di otak yang diduga terkait dengan gangguan bipolar.
Tata Laksana Pengobatan Bipolar Disorder PSIKOFARMAKA MOOD STABILIZER
• Lithium • Divalproex • Carbamazepin • Lamotrigine
ANTIPSIKOTROPIK
• Olanzapine • Risperidone • Aripiprazole • Quetiapine • Clozapine
ANTI DEPRESAN
• Fluoxetine • Sertraline • Escitalopram
Tata Laksana Pengobatan Bipolar Disorder I • mood stabilizer yg dikombinasikan dg antipsikotik & psikoterapi • Farmakoterapi Lini pertama : litium, karbamazepin, valproat
Lini kedua
: anti konvulsan lain (clonazepin), penghambat saluran
kalsium (verapamil) dan anti psikotik khususnya clozapin; juga terapi elektrokonvulsif.
• Psikoterapi melalui pendekatan kognitif, interpersonal, perilaku, berorientasi psikoanalitik, keluarga
Tata Laksana Pengobatan Bipolar Disorder II • Pada episode hipomanik bila tidak membahayakan, tidak diobati. • Antidepresan yang diberikan bersama dengan lithium atau mood stabilizer lainnya untuk mengurangi terjadinya episode depresi. Namun pada pengobatan GB II harus berhati – hati karena pengobatan episode depresif dengan anti depresan sering sekali dapat mencetuskan suatu episode manik. • Pada episode depresi berat, obatnya antidepresan gol trisiklik (amitriptyline), (moclobemide).
monoamine
oxidase
inhibitors
(MAOI)
Manfaat Obat •
Lithium (Lithobid, dll) merupakan obat untuk menstabilkan suasana hati (mood stabilizer) yang efektif dan sudah dipergunakan selama bertahuntahun. Pada pemberian lithium, pemeriksaan darah secara periodik diperlukan karena lithium dapat menyebabkan gangguan kelenjar thyroid atau ginjal. Efek samping yang sering muncul adalah: mulut kering, gangguan pencernaan dan gelisah.
•
Symbiax. Merupakan campuran obat anti depresi fluoxetine dan obat anti
psikotik olanzapine. Campuran tersebut bekerja sebagai anti depresi dan mood
stabilizer. Efek sampingnya berupa penambahan berat badan, peningkatan nafsu makan, dan rasa mengantuk. Obat ini juga menimbulkan efek samping berupa penurunan dorongan seksual seperti pada obat anti depresi.
•
Benzodiazepine. Obat ini untuk mengurangi kecemasan (anxiety) dan
memperbaiki gangguan tidur. Obat dalam kelompok ini antara lain: clonazepam
(Klonopin),
lorazepam
(Ativan),
diazepam
(Valium),
chlordiazepoxide (Librium) dan alprazolam (Niravam, Xanax). Obat kelompok benzodiazepine biasanya hanya dipakai sementara untuk mengurangi kecemasan (anxiety). Efek sampingnya berupa mengantuk, gangguan mengingat (memory), keseimbangan badan dan menurunnya koordinasi otot.
•
Anticonvulsants. Obat yang mentsabilkan suasana hati (mood stabilizer) dalam kelompok ini antara lain: valproic acid (Depakene, Stavzor), divalproex (Depakote) and lamotrigine (Lamictal). Obat asenapine (Saphris) bisa dipakai untuk mengobati episode campuran (mixed episode).
Efek samping tergantung obat yang diminum, antara lain berupa: pusing, penambahan berat badan dan perasaan mengantuk (drowsiness). Beberapa jenis anticonvulsant bisa mengakibatkan efek samping lebih serius seperti bercak bercak merah di kulit, gangguan darah dan gangguan liver.
•
Antipsikotik Beberapa obat antipsikotik seperti aripiprazole (Abilify), olanzapine
(Zyprexa), risperidone (Risperdal) dan quetiapine (Seroquel) bisa diberikan pada penderita gangguan bipolar yang tidak cocok dengan obat dari kelompok anticonvulsants. Efek samping yang timbul tergantung obat yang dipakai, namun yang sering muncul adalah: penambahan berat badan, penglihatan kabur, gemetar (tremor), mengantuk dan detak jantung yang cepat.
Sekian dan Terimakasih