Alma.docx

  • Uploaded by: Ayu Intan Dwijayanti
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Alma.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,082
  • Pages: 19
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dunia perbankan Indonesia semakin menghadapi banyak tantangan, terutama menghadapi pasar global. Di dalam melaksanakan bisnis, pebankan Indonesia akan dihadapkan kepada masalah – masalah ketidakpastian seperti tingkat bunga, nilai tukar, harga minyak mentah dunia, dan lain – lain yang berkaitan dengan kompetisi dalam berbagai macam bidang khusunya perbankan. Fluktuasi tingkat bunga merupakan masalah yang tidak dapat dihindari, tetapi masalah yang harus datasi dan dicari solusinya untuk meminimalkan risiko kerugian. Saat ini dimana kondisi ekonomi dan politik di Indonesia sedang tidak stabil, tetapi sebuah Bank tetap dituntut untuk memiliki manajemen yang baik dan ketat agar tetap solid dan mampu bertahan dalam gelombang krisis seperti ini serta dapat mempertahankan tingkat profitabilitasnya, apalagi saat terjadinya perubahan komposisi kepemilikan sumber – sumber ekonomi. Maraknya kasus merger dan restrukturisasi berbagai bank dalam beberapa tahun belakangan ini merupakan salah satu contoh upaya yang dilakukan oleh pihak pemerintah dan pihak manajemen bank untuk mempertahankan keadaan bank dengan tingkat likuiditas yang baik dan profitabilitas yang baik pula. Salah satu bentuk pengambilan keputusan yang diterapkan di bank – bank di negara yang sudah maju dewasa ini dikenal dengan Asset Liability Management (ALMA).

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa yang dimaksud dengan manajemen aset dan liabilitas (ALMA)? 1.2.2 Apa yang dimaksud dengan manajemen likuiditas? 1.2.3 Apa yang dimaksud dengan manajemen GAP? 1.2.4 Apa yang dimaksud dengan manajemen valuta asing? 1.2.5 Apa yang dimaksud dengan manajemen pricing? 1

1.3 Tujuan 1.1.1 Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang manajemen aset dan liabilitas (ALMA). 1.1.2 Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang manajemen likuiditas. 1.1.3 Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang manajemen GAP. 1.1.4 Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang manajemen valuta asing. 1.1.5 Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang manajemen pricing.

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Aset dan Liabilitas (ALMA) Asset adalah sebuah sumber daya yang dimiliki atau dikendalikan oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana beberapa manfaat ekonomi masa depan dapat diharapkan mengalir ke perusahaan. Kepemilikan aset itu sendiri adalah tidak berwujud. Namun, aset yang dimiliki dapat berwujud atau tidak berwujud (International Valuation Standard 2003) Manajemen aset didefinisikan menjadi sebuah proses pengelolaan segala sesuatu baik berwujud dan tidak berwujud yang memiliki nilai ekonomik, dan mampu mendorong tercapainya tujuan dari individu dan organisasi. Melalui proses manajemen yaitu POLC ( planning, organizing, leading dan controling) agar dapat dimanfaatkan atau dapat mengurangi biaya (cost) secara efisien dan effektif. Manajemen liabilitas yaitu kemampuan bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajibannya maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada nasabah. Manajemen asset dan liabilitas adalah suatu usaha untuk mengoptimalkan struktur neraca bank sedemikian rupa agar diperoleh laba maksimal sekaligus membatasi resiko menjadi sekecil mungkin. Manajemen aktiva dan pasiva disebut pula dengan Asset and Liability Management (ALMA). Kedua sisi neraca, dimana sisi pasiva yang menggambarkan sumber dana dan sisi aktiva yang menggambarkan penggunaan dana harus dikelola secara efisien, efektif, produktif secara optimal. Organisasi Manajemen Asset dan Liabilitas (ALMA) terdiri dari Asset Liability Commite (ALCO) dan ALCO Support Group (ASG). Anggota ALCO terdiri dari pimpinan unit kerja operasional dan unit kerja yang berhubungan dengan tugas ALMA. Sedang anggota ASG terdiri dari sekelompok manajer/staf propesional yang bertugas membantu ALCO. Secara spesifik ALCO berfungsi sebagai berikut: 1) Mereview laporan tentang risiko likuiditas, risiko pasar, dan manajemen permodalan. 2) Mengidentifikasi isu-isu dalam manajemen neraca yang dapat mempengaruhi kinerja bank. 3

3) Untuk melakukan review atas strategi penetapan ekspektasi dana pihak ketiga dan ekspektasi keuntungan dari sisi pembiayaan. 4) Untuk melakukan review atas rencana kontijensi bank. Penggelolaan atas Reserve Requirement (RR) atau Primary Reserve (PR) atau Giro Wajib Minimum (GWM) sesuai dengan ketentuan BI dan Secandary Reserve (SR). Risiko yang dapat timbul dalam Manajemen liabilitas yaitu risiko pendanaan dan risiko bunga. ALMA adalah manejemen struktur neraca bank dengan tujuan untuk mengoptimalkan pendapatan dan meminimalkan biaya dalam batas-batas risiko tertentu. Risiko-risiko ALMA dalam suatu bank pada umumnya berupa: 1) Financing risk, yaitu debitur akan memenuhi kewajibannya (keterlambatan angsuran atau pelunasan) tepat pada waktunya. Risiko kredit dapat menimbulkan risiko likuiditas. 2) Liquidity risk, yaitu risiko bahwa bank tidak dapat memenuhi kewajibannya pada waktunya atau hanya dapat memenuhi kewajiban melalui pinjaman darurat (bagi hasil yang tinggi) dan atau menjual aktivanya dengan harga yang rendah. 3) Pricing risk, yaitu risiko kerugian dengan akibat perubahan tingkat bagi hasil, menentukan bentuk penurunan margin dari penanaman atau kerugian sebagai akibat menurunnya nilai aktiva. Risiko ini sebagai akibat Net Interest Margin (NII) atau tidak terpenuhinya likuiditas, atau terjadinya gap karena tidak tepatnya perhitngan pricing atas asset dan liabilitas. 4) Foreign exchange risk, yaitu risiko kerugian sebagai akibat perubahan tingkat kurs terhadap “open position” karena adanya pergerakan kurs yang merugikan. 5) Gap risk, yaitu risiko kerugian dari ketidakseimbangan interest rate maturity karena adanya pergerkan tingkat bunga yang merugikan. 6) Kontinjen risk, yaitu risiko yang timbul sebagai akibat transaksi kontinjen, contohnya bank garansi dan kontrak valuta asing berjangka Risiko likuiditas adalah risiko yang ada diperbankan yang biasanya timbul dari cara bank mengelola primary dan secondary rerserve serta pendanaannya sehari-hari. Risiko yang ada dalam pengelolaan primary rerserve dapat berupa: 1) Reserve yang dikelola terlalu tinggi dari yang dibutuhkan.

4

2) Reserve requirement tidak dapat dipenuhi sehingga berakibat dikenakan pinalti atau sanksi oleh bank indonesia serta timbulnya masalah bagi bank sendiri.

2.2 Manajemen Likuiditas Likuiditas ialah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup utuk memenuhi kewajibanya setiap saat. Dalam kewajiban di atas termasuk penarikan yang tidak dapat diduga seperti commitment loan maupun penarikan penarikan tidak terduga lainya. Beberapa pakar perbankan memberikan beberapa macam pengertian dari manajemen likuiditas. Duane B Graddy memberikan definisi manajemen likuiditas melibatkan perkiraan dana oleh masyarakat dan penyediaan cadangan untuk memenuhi semua kebutuhan. Sedangkan Oliver G wood menyatakan manajemen likuiditas melibatkan perkiraan kebutuhan dan penyediaan kas secara terusmenerus baik kebutuhan jangka pendek atau musiman maupun kebutuhan jangka panjang. Dalam hal ini bank sangat panting dalam mengelola likuiditas dengan baik, dikarenakan untuk memperkecil resiko likuiditas yang disebabkan oleh adanya kekurangan dana dalam memenuhi kewajibanya. Pada dasarnya keberhasilan bank dalam manajemen likuiditas, dapat diketahui dari: a) kemampuan dalam memprediksi kebutuhan dana di waktu yang akan datang b) kemampuan untuk memenuhi permintaan akan “cash” dengan menukarkan harta lancarnya c) kemampuan memperoleh “cash” secara mudah dengan biaya yang sedikit d) kemampuan pendataan pergerakan “cash in”dan “cash out”dana (cash flow) e) kemampuan untuk memenuhi kewajiban tanpa harus mencairkan aktiva tetap apapun kedalan cash

Ada empat macam teori likuiditas perbankan yang dikenal, yaitu sebagai berikut: a)

Commecial Loan Theory; teori ini beranggapan bahwa bank hanya boleh

memberikan pinjaman engan surat jangka pendek yang dapat dicairkan dengan sendirinya (self liquidating). 5

b)

Shiftability Theory; teori ini beranggapan bahwa likuiditas sebuah bank

tergantung pada kemampuan bank memindahkan aktivanya kepada kepada orang lain dengan harga yang dapat diramalkan. c)

Anticipated Income Theory; yaitu semua dana yang dialokasi atau setiap

uapaya mengalokasikan dana ditujukan pada sektor yang feasible dan layak yang akan menguntungkan bagi bank. d)

The liability Management Theory; teori ini dinyatakan bagaiman bank dapat

mengelola pasivanya sedemikian rupa sehingga pasiva itu dapat menjadi sumber likuditas. Sejak dulu dunia perbankan memerlukan likuiditas dan likuiditas sendiri menjadi salah satu faktor penting dalam pengelolaan dananya dan Resiko likuiditas adalah salah satu resiko yang mendasar dalam dunia perbankan.Kemungkinan kerugian terjadi karena keharusan menjual aset atau mengumpulkan dana dalam waktu singkat untuk menghadapi situasi tertentu.dan diperlukan juga likuiditas yang cukup papbila bank ingin memenuhi pemintaan kredit yangtidak terduga dari nasabah.Penolakan akan suatu permintaan kredit mungkin akan mengakibatkan kehilangan nasabah yang akan menyimpan uangnya atau bahkan kehilangan calon nasabah yang prima. Sulit untuk mengatakan berapakah tingkat likuiditas yang ideal(seimbang) untuk suatu bank. Untuk mempertahankan tingkat likuiditas yang seimbang , sedapat mungkin biaya dana yang tinggi yang dibutuhkan ntuk mempertahankan tingkat likuiditas yang seimbang harus dibuat seminimal mungkin dengan pengelolaan spread yang baik. Laporan perencanaan likuiditas juga dapat membantu pengelola dana untuk membuat biaya dana seminimum mungkin. Dengan melihat laporan perencanaan likuiditas ini ank dapat mengindikasi adanya kelebihan dan sampai seberapa besar dana itu lebih. Sesungguhnya konsep likuiditas adalah konsep yang sederhana hanya saja sulit unruk menentukan berapakah yang betul betul sesuai untuk masing masing bank dengan kondisi bank yang berbeda beda. Secara singkat pengaturan likuiditas adalah: a) Kemampuan bank untuk menaikan sejumlah tertentu dan kas yang ada, b) Pada ongkos tertentu 6

c) Dalam waktu yang singkat dan tepat Semakin banyak dana yang dihimpun oleh bank dalam waktu tertentu maka bank akan semakin likuid, semakin rendah ongkos yang dibutuhkan untuk menambah dana dalam waktu tertentu maka aset tersebut akan semakin likuid. Dan jumlah uang kas yang bertambah seharusnya juga disesuaikan dengan kebutuhan akan uang kas tersebut Bank mempunyai beberapa alternatif untuk mencapai likuiditas a) menyediakan uang kas yang cukup b) mengkonventir aset kedalam uang kas c) meminjam dari bank lain Dalam pengaturan likuiditas jangka pendek mungkin masih sulit untuk dpastikan berapakah tingkat likuiditas bank yang ideal, dikarenakan dalam bisnis pebankan bank dihadapkan kepada ketidakpastian (uncertainty).Berapa dan kapan nasabah akan mengambil ataupun menyetor uang tidak dapat diketahui,oleh karena itu di perlukan perencanaan likuiditas. Likuiditas jangka pendek dapat diambil dari contoh beberapa kejadian yaitu hal hal yang bersifat musiman,bank bank yang lokasinya dekat dengan daerah pertanian akan mengalami lebih banyak setoran dana pada saat musim panen.dana ini akan menumpuk apabila tidak direncanakan alokasinya.Dan sebaliknya para petani akan membutuhkan uang pada waktu musim menanam untuk membeli bibit,pupuk obat hama dan sebagainya. Dalam memelihara likuiditas sendiri sangat terkait dengan tujuan likuiditas.dalam menetapkan strategi apa yang akan di ambil sangat tergantung pada skill manajer likuiditas yang ada bagaimana mempertimbangkan kondisi likuiditas pasar dan kebutukan likuiditas bank, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.Faktor-faktor tersebut diatas akan menjadi panduan apakah tidak akan mengambil sikap agresif,berhati hati atau konservatif dalam manajemen likuiditasnya,yang tercermin dari limit dan target likuididas yang di tetapkan.

2.3 Manajemen GAP (MISMATH) Manajemen

gap

juga

diartikan

sebagai

sebuah

strategi

untuk

memaksimumkan net income margin melalui siklus bagi hasil. Sedangkan dalam konvensional manajemen gap diartikan sebagai upaya-upaya untuk mengelola dan mengendalikan kesenjangan (Gap) antara aset dan liabilitas pada suatu periode 7

yang sama, meliputi kesenjangan dalam hal jumlah dana, suku bunga, saat jatuh tempo (maturity) atau perpaduan antara ketiganya (kesenjangan tercampur atau mix match). GAP adalah perbedaan antara Rate Sensitive Assets (RSA) dan Rate Sensitive Liabilities (RSL). RSA adalah aktiva yang dapat berubah dikarenakan :  Tanggal jatuh waktu aktiva yang bersangkutan, contoh: surat-surat berharga dan pinjaman yang tingkat bagi hasilnya tertentu/tetap, seperti sukuk ijarah  Tanggal jatuh waktu peninjauan bagi hasilnya, contoh: surat-surat berharga yang tingkat bagi hasilnya mengambang (tidak tentu tingkat untung dan ruginya) RSL adalah pasiva yang imbal hasilnya dapat berubah dikarenakan :  Tanggal jatuh waktu pasiva yang bersangkutan, contoh : deposito berjangka  Tanggal tertentu sesuai perjanjian, contoh dana yang interestnya dikaitkan dengan SIBOR/LIBOR  Tanggal tertentu menurut bank, contoh jasa giro GAP : RSA-RSL Positif Gap adalah ketika RSA lebih besar dibandingkan RSL dalam suatu periode tertentu. Sebaliknya negatif gap apabila RSA dan RSL tidak dikelola dengan baik, maka dapat mengakibatkan turunnya pendapatan bank (Net Interest Income). Oleh karena itu, managemen gap mengusahakan peraturan struktur RSA dan RSl berdasarkan jatuh waktu bagi hasilnya dengan tujuan: a. Menghindari kerugian dari gejolak tingkat bagi hasil yang berlaku di pasar. b. Mengusahakan pendapatan dalam batas risiko tertentu. c. Menunjang kebutuhan manajemen likuiditas. Dalam neraca bank hampir selalu terjadi ketidakseimbangan antara sumber daya di sisi liabilities dengan penggunaan dana di sisi asset. Adapun tujuan dari manajemen gap yaitu: 1) Menghindari kerugian akibat dari gejolak tingkat bunga. 2) Mengusahakan pendapatan yang maksimal dalam batas risiko tertentu. 3) Menunjang kebutuhan manajemen likuiditas. 4) Mengelola risiko serendah mungkin. 5) Menyusun struktur neraca yang dapat meningkatkan kinerja dengan tingkat suku bunga yang wajar.

8

2.3.1

Pengukuran Gap Pengukuran besarnya gap antara sisi aktiva dengan sisi pasiva diukur

dengan menggunakan interest maturity ladder, yaitu berupa suatu tabel yang disusun dari aset dan liabilities yang dikelompokkan menurut periode peninjauan bagi hasilnya. Besarnya gap akan menentukan besarnya potensi keuntungan atau kerugian yang akan timbul dari perubahan tingkat bagi hasil tersebut. Besarnya gap dapat berubah membesar atau mengecil karena transaksi-transaksi yang dilakukan.

Profil Period

Asset

Liabilities

GAP

Kumulatif

s.d 1 minggu

10.000

8.000

2.000

2.000

8-30 Hari

6.500

9.000

(2.500)

(500)

1-3 bulan

7.000

5.000

2.000

1.500

3-6 bulan

12.000

10.500

1.500

3.000

6-12 bulan

8.500

9.500

(1.000)

2.000

12 bulan keatas

8.000

8.000

-

2.000

Berdasarkan contoh diatas, gap untuk periode s.d 1 minggu positif sebesar 2.000 juta artinya RSA > RSL pada periode ini. Dalam kondisi tingkat bagi hasil yang diterima bank menurun lebih cepat dari bagi hasil yang diberikan pada nasabah, sebaliknya apabila tingkat bagi hasil yang diterima bank meningkat maka bank akan meraih keuntungan karena pendapatan meningkat lebih cepat dari bagian bagi hasil yang diberikan pada nasabah. Dengan demikian, besarnya gap akan menentukan besarnya potensi keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan tingkat bagi hasil tersebut. Besarnya gap dapat berubah karena transaksi yang dilakukan, misalnya: jika bank menarik dana berupa deposito berjangka 1 tahun kemudian ditanamkan pada pinjaman bagi hasil tetap dengan jangka waktu 30 hari. Maka

9

gap untuk periode 6-12 bulan akan berkurang dan gap untuk periode 8 hari-1 bulan akan bertambah. 2.3.2

Strategi Gap Terkait manajemen bank serta arahnya, gap biasanya ditentukan positif

atau negatif tergantung pada 3 hal, yaitu : 1) Prakiraan perkembangan bagi hasil 2) Tingkat manajemen terkait prakiraan tersebut 3) Hasrat bank untuk mengambil risiko jika tindakan yang diambil salah. Selain 3 hal tersebut, hal yang harus diperhatikan selanjutnya adalah posisi dan likuiditas bank. Strategi negatif gap yang ditetapkan sebagai antisipasi terhadap turunnya tingkat bagi hasil akan mengurangi likuiditas bank karena jatuh tempo assets akan lebih panjang daripada jatuh tempo liabilitiesnya. Hal yang perlu diperhatikan juga bahwa adanya beberapa kesulitan dan masalah yang menyertai pelaksanaan strategi gap diantaranya adalah : 1) Benar bahwa imbal balik(margin) dapat kita perkirakan bila kita dapat memprediksi porsi bagi hasil yang sudah sejak awal di tentukan. Tetapi bila bank salah memprediksi maka peningkatan gap dapat menurunkan margin tersebut. 2) Harus ada prakiraan jangka waktu yang tepat untuk mengubah besarnya gap dan siklus bagi hasil harus dalam durasi yang tepat pula. Agar strategi gap suatu bank dapat lebih efektif, maka yang harus dilakukan adalah dengan melakukan manajemen pricing yang sesuai dan terdapat infrastruktur yang dapat memberikan informasi data RSA dan RSL dengan cepat, tepat dan kontinu untuk keperluan analisis. Dengan demikian, profesionalnya bank dalam ALMA, maka penggunaan gap management sofware untuk melakukan analisis dan scenario interest rate akan menjadi hal yang umum. 2.3.3

Pengaruh Strategi Gap terhadap Pendapatan Dalam menentukan strategi gap senantiasa dipertimbagkan risiko yang

akan dihadapi yakni dengan menetapkan target/ limit risiko sampai pada tingkat tertentu yang dapat diterima.

10

2.4 Manajemen Valuta Asing Manajemen valuta asing adalah suatu kegiatan membeli atau menjual mata uang suatu negara. Kegiatan jual beli valuta asing membentuk suatu pasar yang disebut dengan pasar valas. Pasar valas dapat dikatakan sebagai transaksi jual beli melalui jaringan komunikasi antara bank-bank, brokers atau deler di seluruh dunia yang dilakukan di ruangan masing-masing bank yang telah dilengkapi dengan jaringan komunikasi. Secara garis besar tindakan manajemen valas dapat berupa pengendalian kesejahteraan mata uang asing dan pengendalian keuntungan netto dari nilai tukar. 2.4.1 1)

Instrument valas Transaksi SPOT, adalah transaksi valas secara tunai di mana

penyeraha valutanya dilakukan dua hari kerja setelah tanggal transaksi denga nilai tukar yang telah disepakati sebelumnya. 2)

Transaksi Forwar, adalah transaksi valas secara berjangka dimana

penyerahan valutanya dilakukan pada suatu tanggal tertentu di kemudian hari. 3)

Transaksi SWAP, adalah pertukaran dua valuta asing yang berbeda

melalui penjualan secara tunai dan pembelian kembali secara berjangka atau transaksi valas yang simultan antara transaksi SPOT dengan transaksi FORWARD, atau sebaliknya. 2.4.2 a)

Instrumen pasar uang Penempatan antar bank, adalah penempatan dana lebih pada bank

lain yang memerlukan untuk suatu jangka waktu tertentu, tujuannya untuk memperoleh pendapatan yang lebih banyak selagi kelebihan dana tersebut belum dimanfaatkan. b)

Pinjaman antar bank, adalah meminjam dana pada bank lain untuk

keperluan menutup kekurangan dana valas atau untuk mendapatkan sumber dana valas yang lebih murah. c)

Instrumen pasar uang o Foreign exchange (FX) loan dan deposit. o Call dan notice loan dan deposit o Repo/reverse repos o Bankers acceptance o Certificates of deposit 11

o Commercial paper o Treasure bills (T-Bills) 2.4.3

Securities Adalah transaksi membeli atau menjual surat-surat berharga yang dapat

dinegosiasikan untuk mendapatkan laba dari perbedaan tingkat bunga/ kurs. 2.4.4

Tujuan Kegiatan Valas Valas dapat diperjualbelikan oleh perorangan, perusahaan maupun

bank-bankn untuk membiaya impor atau menukarkan valas hasil ekspor ke mata uang lain. Alas an bank terjun ke transaksi valas dengan alasan : o Untuk member service kepada nasabah o Untuk kepentingan bank sendiri o Untuk memperoleh keuntungan (spekulasi) Dalam kegiatan valas dikenal dua golongan transaksi, yakni transaksi komersial dan transaksi spekulatif. Transaksi komersail terjadi bila transaksi tersebut dilakukan untuk keperluan perusahaan atau nasabah, bukan untuk bank. Sedang untuk transaksi spekulatif adalah dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan bagi bank yang bersangkutan dari fluktuasi nilai tukar mata uang. 2.4.5

Risiko Kegiatan Valas

Jenis-jenis risiko yang dapat muncul dari kegiatan valas : a) Risiko mata uang b) Liquidity risk c) Interest rate risk d) Credit risk Perubahan nilai tukar suatu mata uang dapat terjadi setiap saat, karena berbagai peristiwa seperti: a) Tingkat suku bunga dalam negeri dapat memenuhi nilai mata uang. b) Neraca perdagangan suatu Negara dapat member dorongan yang kaut terhadap nilai tukar uang. c) Ketidakpastian politik. 12

d) Menguatnya harga barang-barang ekspor. e) Satu atau lebih Bank Sentral. f) Perubahan suku bunga di pasar-pasar uang terkemuka. g) Pecahnya suatu perang besar. 2.4.6

Posisi Devisa Neto ( Net Open Position/NOP) Bank dikatakan mempunyai posisi long dalam suatu mata uang apabila

aktiva valas lebih besat dari aktiva dalam mata uang tersebut. Sedangkan posisi short apabila pasiva valas lebih besar dari aktiva valas dalam mata uang yang bersngkutan. Apabila jumlah akiva dan pasiva adalah sama, maka bank dikatakan dalam posisi square. 2.5.7

Manajemen Valas Ada 2 tujun pokok dalam pengelolaan valas yaitu:

a) Mengelola jumlah dan risiko valas keseluruhan terkait dengan kesenjangan pada mata uang asing b) Memaksimalkan pendapatan valas bank dengn bats-batas risiko yang dapat diterima. Adanya risiko pada transaksi valas menyebabkan perlunya ditetapkan serangkaian parameter dan limit. Dalam menempatkan limit tersebut, manajemen valas harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut: a) Komposisi suatu mata uang yang dipelihara bank bergantung dari kuat atau lemahnya suatu mata uang. b) Ketentuan posisi devisa neto yang ditetapkan Bank Indonesia. c) Tujuan penetapan besarnya limit harus terpadu dengan tujuan manjemen likuditas dan gap. d) Besarnya limit untuk masing-masing dealer dikaitkan dengan tingkat kemahiran dan pengalaman. e) Secara periodik ditetapkan limit masing-masing valas untuk intraday, overnight dan week end.

13

f) Limit cut loss yang mencakup seluruh posisi jual beli, yaitu limit yang mensyaratkan posisi tertentu yang harus dilikuidasi/dieksekusi bila kerugian telah melampaui jumlah yang ditetapkan. g) Pendelegasian wewenang tertentu kepada chief dealer dan dealer lainnya untuk melakukan kegiatan dalam sublimit yang diberikan. h) Penetapan credit lines bagi seluruh “dealing counterparties” 2.5 Manajemen Pricing Manajemen pricing adalah suatu kegiatan manajemen untuk menentukan tingkat

bagi

hasil

dari

produk-produk

yang

ditawarkan

bank,

baik

disisi assets maupun liabilities. Tujuan utama dari manajemen pricing tersebut adalah untuk mendukung strategi dan taktis ALMA bank dalam mencapai tujuantujuan operasional lainnya dan mencapai tujuan penghasilan bank.

2.5.1

Faktor yang mempengaruhi Manajemen Pricing Keputusan ataupun kebijakan pricing biasanya dipengaruhi beberapa

faktor dibawah ini, yaitu : a) Faktor-faktor pasar, seperti tingkat bagi hasil di pasar sekarang dan yang diharapkan serta tekanan persaingan dan pricing pesaing. b) Faktor

ALMA,

seperti

tujuan

manajemen

gap,

tujuan

manajemenearning dan risiko mata uang. c) Faktor operasional bank, seperti tujuan strategi d) Faktor kebijakan BI dan Pemerintah Selain hal-hal di atas, hal-hal yang dapat menjadi pertimbangan pricing secara umum, faktor-faktor yang harus dipertimbangkan oleh suatu bank dibedakan antara pinjaman dan simpanan. Untuk pinjaman, faktor-faktor tersebut adalah cost of fund, premi risiko, biaya pelayanan, termsuk biaya overhead dan personel, margin kentungan, struktur target maturity, pricing yield curve simpanan berjangka dan cadangan wajib likuiditas.

14

2.5.2 Konsep Market Fund Rates, Marginal Cost of Funds, Average Cost of Funds dan Blended Marginal Cost of Funds. Market fund rates adalah tingkat bagi hasil yang menjadi salah satu dasar penetapan keputusan pricing. Market fund rates juga menjadi suatu komponen yang penting guna menganalisi prifitabilitas suatu bank. Apabila suatu pinjaman menghasilkan risk adjusted return lebih tingi dari market fund rates, maka pinjaman tersebut dipertimbangkan sebagai yang menguntungkan atas dasar market fund. Sementara itu, apabila biaya simpanan lebih kecil dari market funds rates maka simpanan itu dipertimbangkan sebagai yang menguntungkan atas dasar market funds. Kemudian penggunaanmarket fund rates ini

juga

akan

memudahkan

bank

membedakan

margin

keuntungan/kerugian yang diakibatkan oleh operasional/produk bank atau keputusan ALMA. Margin cost of funds merupakan perhitungan biaya tambahan dana/simpanan guna melakukan tambahan dana pemberian pinjaman atau penanaman aktiva lainnya. Pada saat ini, tingkat bagi hasil antar bank di Indonesia dianggap mewakili marginal cost of funds dan seringkali menjadi bahan pertimbangan market fund rates pada sebagian besar bank-bank, hal ini adalah karena : a) Pasar uang di Indonesia telah berkembang dalam tahun-tahun terakhir, baik pelaku maupun volume usaha. b) Pertumbuhan

sebagian

besar

bank-bank

dilakukan

dengan

menggunakan dana antar bank. c) Pricing

assets dan liabilities mencerminkan

biaya

sumber

dana

antarbank. Sementara itu, average cost of funds adalah suatu perhitungan historis dari simpanan yang sudah ada di bank. Penggunaan konsep ini untuk pricing assets dan liabilities. Bank kurang tepat karena tidak mencerminkan biaya sebenarnya dari biaya pendanaan dan menunjukkan ketidakakuratan dan kerancuan dalam mengukur profitabilitas produk yang sebenarnya. Sedangkan yang dimaksud dengan blended marginal cost of funds adalah suatu perhitungan untuk jenis pinjaman tertentu. Sumber dana pinjaman tersebut

15

hanya sebagian kecil yang merupakan dana bank sendiri seperti pinjaman yang mendapat bantuan KLBI.

2.5.3 Pricing Pinjaman yang Diberikan Fungsi dari adanya pricing pinjaman ini adalah minimal untuk dapat menutupi semua yang berkaitan dengan biaya pinjaman sehingga pihak bank mendapati pengembalian yang memadai. Di sisi lainpricing pinjaman juga berfungsi untuk mrncapai target pangsa pasar, penetrasi sektor ekonomi dan pertumbuhan aktiva serta kualitasnya disamping mencapai manajemen gap. Berikut adalah beberapa metode pricing pinjaman : a) Marginal cost of funds yang dihitung secara tetap untuk menentukan kapan perubahan dari base rate suatu pinjaman dan besar base bagi hasil tersebut. b) Premi risiko industri, mencerminkan risiko yang terdapat dalam industri tertentu, dapat berubah apabila kondisi industri tersebut berubah. c) Premi risiko perusahaan, antisipasi terhadap tingkat penghapusan pinjaman yang lebih tinggi. d) Biaya pelayanan, seperti biaya SDM dan overhead e) Margin keuntungan, disesuaikan untuk menghadapi situasi persaingan atau mencapai tujuan-tujuan strategis.

2.5.4 Pricing Deposito Berjangka Tujuan adanya pricing deposito berjangka tidak jauh berbeda dengan tujuan adanya pricing pinjaman yaitu untuk mendapatkan keuntungan produk dengan meningkatkan jumlah dana yang lebih murah dibandingkan dengan market funds rates dan mendukung pemenuhan target likuiditas dengan menyediakan dana yang sesuai dengan struktur jangka waktu yang sesuai. Adapun beberapa komponen yang mempengaruhi adanya biaya dari simpanan berjangka, sebagai berikut : a) Bagian bagi hasil yang dibayarkan kepada deposan berkaitan dengan jumlah simpanan maupun bagi hasil nominal b) Biaya cadangan wajib likuiditas c) Biaya pelayanan, seperti biaya SDM dan overhead

16

d) Margin Keuntungan, yang termasuk target penghasilan sumber dana di pasar. Dalam hal ini agar pendanaan stabil sebaiknya bank melakukan diversifikasi bagi hasil dengan menarik deposan kecil dan deposan yang kurang sensitif terhadap perhitungan bagi hasil.

17

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN Manajemen Aset didefinisikan menjadi sebuah proses pengelolaan segala sesuatu baik berwujud dan tidak berwujud yang memiliki nilai ekonomik, dan mampu mendorong tercapainya tujuan dari individu dan organisasi. Sedangkan Manajemen Liabilitas yaitu kemampuan bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajibannya maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada nasabah. Likuiditas ialah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup utuk memenuhi kewajibanya setiap saat.dalam kewajiban di atas termasuk penarikan yang tidak dapat diduga seperti commitment loan maupun penarikan penarikan tidak terduga lainya. Manajemen

gap

juga

diartikan

sebagai

sebuah

strategi

untuk

memaksimumkan net income margin melalui siklus bagi hasil. Sedangkan dalam konvensional manajemen gap diartikan sebagai upaya-upaya untuk mengelola dan mengendalikan kesenjangan (Gap) antara asset dan liabities pada suatu periode yang sama, meliputi kesenjangan dalam hal jumlah dana, suku bunga, saat jatuh tempo (maturity) atau perpaduan antara ketiganya (kesenjangan tercampur atau mix match). Manajemen valuta asing adalah suatu kegiatan membeli atau menjual mata uang suatu negara. Kegiatan jual beli valuta asing membentuk suatu pasar yang disebut dengan pasar valas. Manajemen princing adalah suatu kegiatan manajemen untuk menentukan tingkat

bagi

hasil

dari

produk-produk

yang

ditawarkan

bank,

baik

disisi assets maupun liabilities. Tujuan utama dari manajemen princing tersebut adalah untuk mendukung strategi dan taktis ALMA bank dalam mencapai tujuantujuan operasional lainnya dan mencapai tujuan penghasilan bank. Keputusan ataupun kebijakanpricing biasanya dipengaruhi beberapa faktor dibawah ini, yaitu Faktor-faktor pasar, Faktor ALMA, Faktor operasional bank, Faktor kebijakan BI dan Pemerintah 18

DAFTAR PUSTAKA

Imaduddin, Ahmad. September 2010. Manajemen Asset dan Liabilitas Dalam Perbankan Syariah. Jurnalekonomi islam al-infaq vol 1 no 1. Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor. https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/6234/Bab% 201.pdf?sequence=3 (diakses tanggal 10 Maret 2019) http://duniamanajemenku.blogspot.com/2009/02/manajemen-aset-dan-liabilitasalma.html (diakses tanggal 10 Maret 2019)

19

More Documents from "Ayu Intan Dwijayanti"

Alma.docx
November 2019 21
Laporan Praktikum
September 2019 87
Ppt Uu Dan Etika.pptx
May 2020 11
Laporan Kasus Intan.pptx
December 2019 30