Alkalosis Fix.docx

  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Alkalosis Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,290
  • Pages: 9
MANAJEMEN PENATALAKSANAAN ALKALOSIS RESPIRATORIK DAN METABOLIK Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Kedaruratan II

Dosen Pembimbing: Ns. Idramsyah, M. Kep, Sp. Kep MB

Disusun Oleh:

Kelompok 8

Ade Bayu Saputra

P0 5120316 001

Grasella Septiana

P0 5120316 015

Ruth Kristiani Doloksaribu

P0 5120316 033

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES BENGKULU JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIV KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2018/2019

Alkalosis Respiratorik

a.

Definisi Alkalosis respiratorik merupakan dampak utama pengeluaran CO2 berlebihan akibat hiperventilasi. Jika ventilasi paru meningkat, jumlah CO2 yang dikeluarkan akan lebih besar dari pada yang dihasilkan. Akibatnya,

H2CO3 yang

terbentuk

berkurang

H+ menurun.

dan

Kemungkinan penyebab alkalosis respiratorik adalah demam, kecemasan, dan keracunan aspirin yang kesemuanya merangsang ventilasi yang berlebihan. Sebagai upaya kompensasi ginjal akan mengekskresikan bikarbonat untuk mengembalikan pH ke dalam rentang normal. b.

Tanda dan Gejala Tanda dan gejala klinis alkalosis respiratorik meliputi sebagai berikut: 1)

Pengelihatan kabur

2)

Pasien sering menguap

3)

Napas lebih cepat dan dalam

4)

Kepala terasa ringan

5)

Parestesi sekitar mulut serta kesemutan

6)

Baal dan kesemutan pada ujung jari tangan dan kaki

7)

Kemampuan konsentrasi terganggu

8)

Tetani, kejang, aritmia jantung (pada kasus yang gawat)

9)

pH > 7,45

Tanda klinis terdiri dari pusing karena vasokontriksi dan penurunan aliran darah serebral, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, kebas dan kesemutan karena penurunan ionisasi kalsium, tinitus, dan pada waktunya kehilangan kesadaran. 1) Penurunan PaCO2 berakibat Penurunan H2CO3, penurunan H+ dan HCO3-, serta meningkatkan pH darah sehingga AGD: PH naik, PaCO2 turun dan HCO3 turun 2) Meningkatnya K+ dalam serum, H+ intrasel keluar dan diganti K+ yang ada

dalam

ekstrasel.

H+ bergabung

dengan

HCO3- menjadi

H2CO3 yang berakibat pH semakin rendah. AGD: pH turun, HCO3 naik dan K turun 3) Hipokapnia akan merangsang Carotik dan aortik dan aortic bodiea frekuensi denyut jantung naik tanpa naiknya tekanan darah, perubahan EKG dan kelelahan 4) Pada saat yang bersamaan, terjadi vasokonstriksi cerebral dan tururnnya perfusi darah ke otak dengan gejala: Kecemasan, dispnea, keringat dingin, pernafasan cheyne stokes, pusing dan kesemutan. 5)

Jika hipokapnia lebih dari 6 jam, ginjal akan meningkatkan sekresi HCO3 dan menurunkan ekskresi H+

6) Keadaan

PaCO2 yang

turun

terus

menerus

menyebabkan

vasokonstriksi dan meningkatkan hipoxia serebral dan perifer. 7) Alkalosis berat, Hambatan ionisasi Ca meningkatkan eksitasi syaraf dan konstraksi otot dengan gejala: Kejang, hiperefleksi, koma

c.

Penyebab Pernapasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah: 

rasa nyeri



sirosis hati



kadar oksigen darah yang rendah



demam



overdosis aspirin.

d.

Patofisiologi Terjadinya Alkalosis Respiratorik

e.

Penatalaksanaan Biasanya memperlambat

satu-satunya pernapasan.

pengobatan Jika

yang

penyebabnya

dibutuhkan adalah

adalah

kecemasan,

memperlambat pernapasan bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri. Menghembuskan napas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya. Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan napasnya selama mungkin, kemudian menarik napas dangkal dan menahan kembali napasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam

satu

rangkaian

karbondioksida meningkat,

sebanyak

6-10

kali.

Jika kadar

gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga

mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik. Farmakoterapi: Sedatif dan tranquilizer dapat diberikan untuk ansietas yang diakibatkan alkalosis respiratorik.

Alkalosis Metabolik

a.

Definisi Alkalosis metabolik adalah penurunan (reduksi) H+ plasma yang disebabkan oleh defisiensi relatif asam-asam nonkarbonat. Pada kondisi ini, peningkatan HCO3- tidak diimbangi dengan peningkatan CO2-. Dalam keadaan tidak terkompensasi, kadar HCO3-bisa berlipat ganda dan menyebabkan rasio alkalotik 40:1. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh muntah yang terus menerus dan ingesti obat-obat alkali. Sebagai upaya kompensasi, pusat pernapasan ditekan agar pernapasan menjadi pendek dan dangkal. Akibatnya, karbon dioksida menjadi tertahan dan kadar asam karbonat meningkat guna mengimbangi kelebihan bikarbonat.

b.

Tanda dan Gejala Alkalosis secara primer dimanifestasikan oleh gejala-gejala yang berhubungan dengan penurunan ionisasi kalsium, seperti kesemutan pada jari-jari tangan dan kaki, pusing, dan hipertonik otot. Fraksi terionisasi kalsium serum menurun pada adanya alkalosis karena lebih banyak kalsium berkaitan dengan protein serum. Karena fraksi kalsium terionisasi yang mempengaruhi aktivitas neuromuskular, gejala-gejala hipokalsemia sering merupakan gejala-gejala yang menonjol pada alkalosis. Pernapasan terdepresi sebagian akibat aksi kompensatori oleh paru-paru. Takikardia atrium dapat terjadi, dengan meningkatnya pH diatas 7,6 dan terjadi hipokalemia, dapat terjadi ganguan ventrikel. Penurunan motilitas dan paralisis ileus juga dapat terjadi. Tanda dan gejala klinis alkalosis metabolik sebagai berikut. 1)

Apatis

2)

Lemah

3)

Gangguan mental (misalnya gelisah, bingung, letargi)

4)

Kram

5)

Pusing

c.

Patofisisologi Terjadinya Alkalosis Metabolik

d.

Penatalaksanaan Penatalaksanaan akan tergantung pada gangguan yang mendasari. Alkalosis metabolik ringan atau sedang biasanya tidak memerlukan intervensi- intervensi terapeutik yang khusus. a) Infuse saline : infuse normal saline dapat mengkoreksi kekurangan vol ume (klorida) pada pasien dengan alkalosis sekunder karena kehilangan melalui lambung. alkalosis metabolic sukar untuk diperbaiki jika hipovelemia dan kekurangan klorida tidak di koreksi. b) Kalium Klorida (KCL): diindikasikan untuk pasienpasien dengan kadar kalium rendah. KCL lebih dipilih ketimbang garam kalium lainnya karena kehilangan klorida dapat diganti secara simultan. Penggantian kalium :  Kalium IV : jika pasien sedang menggunakan pemantau jantung maka maka diberikan kalium klorida sampai 20mEq/jam untu mengatasi hypokalemia.  Kalium

oral :

rasanya

sangat

tidak enak.

15mEq/L per

gelas adalah yang paling banyak yang dapat ditoleransi pasien dengan dosis maksimum setiap hari 60-80mEq. Tablet kalium

yang terurai dengan lambat merupakan bentuk bentuk KCL yang dapat diterima. Semua bentuk KCL dapat mengiritasi lambung dan mukosa usus  Diet; diet berisi 3 gram atau 75 mEq kalium , tetapi bukan dalam bentuk kalium klorida. Diet kalium tambahan tidak efektif jika terdapat bersamaan dengan kekurangan klorida. c) Natrium dan kalium klorida : efektif untuk alkalosis post hiperkapnia yang terjadi saat retensi CO2 kronik dikoreksi secara cepat.

Jika

jumlah klorida

dan

kalium

yang

adekuat

tidak

tersedia, maka kelebihan biokarbonat oleh ginjal akan mengalami kerusakan dan alkalosis metabolic akan terus berlangsung. d) Bahan-bahan yang bersifat asam : alkalosis yang berat memerlukan pengobatan dengan bahan-bahan yang asam seperti asam hidroklorida encer, ammonium klorida. karena efek samping nya yang serius, maka obat- obatan ini tidak sering digunakan

ALGORITMA PENATALAKSANAAN ALKALOSIS ALKALOSIS PH > 7,45 BE > +3

Alkalosis Respiratorik Akut HCO3 netral dan PCO2 <35 mmHg

Belum terjadi kompensasi tubuh

Alkalosis Respiratorik Kronis HCO3 dan PCO2

Alkalosis Metabolik

Ginjal menghemat H+ dan mengeksresi HCO3

Nilai anion GAP (AG) <10 mEq/l

Penatalaksanaan:  Atasi kecemasan jika penyebabnya adalah cemas  Beri obat pereda nyeri jika penyebabnya adalah nyeri  Menghembuskan napas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik)  menahan napasnya selama mungkin, kemudian menarik napas dangkal dan menahan kembali napasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali.  Farmakoterapi: Sedatif dan tranquilizer dapat diberikan untuk ansietas yang diakibatkan alkalosis respiratorik.

Penatalaksanaan:  Infuse saline  Kalium Ada dua cara pemberian Kalium yaitu: a. [(3,5 – kadar K+ terukur) x BB x 0,4] + 2 mEq/KgBB, diberikan dalam 4 jam pertama [(3,5 – kadar K+ terukur) x BB x 0,4] + (1/6 x 2 mEq/KgBB), diberikan dalam 20 jam berikutnya b. (3,5 - kadar K+ terukur) + (1/4 x 2 mEq/KgBB), diberikan dalam 6 jam

Catatan: 

Kalium diberikan secara intravena, jika pasien tidak bisa makan atau hypokalemia berat



Pemberian kalium tidak boleh lebih dari 40 mEq/l (jalur perifer) atau 80 mEq/l (jalur sentral) dengan kecepatan 0,2-0,3 mEq/KgBB/jam



Jika keadaan mengancam jiwa dapat diberikan dengan kecepatan sampai dengan 1 mEq/KgBB/jam (via infus pump dan monitor EKG) Atau



Koreksi kalium secara intarvena dapat diberikan sebanyak 10 mEq dalam 1 jam, diulang sampai dengan kadar Kalium serum > 3,5 mEq



Jika keadaan mengacam jiwa, kalium diberikan secara intravena dengan kecepatan maksimal 20 mEq



Pemberian Kalium sebaiknya diencerkan dengan NaCl 0,9% bukan dekstrosa. Pemberian dekstrosa menyebabkan penurunan sementara kalium serum sebesar 0,2 – 1,4 mEq/l



Pemberian Kalium 40-60 mEq dapat menaikkan kadar Kalium sebesar 11,5 mEq/l

Related Documents