A. Judul : Pengaruh Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) Bermediakan Video Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar Gugus VI Kecamatan Sukasada Tahun Pelajaran 2017/2018. B. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendidikan berfungsi untuk membentuk warga masyarakat menjadi baik, mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, kepribadian serta peradaban yang bermartabat dalam hidup dan kehidupan atau dengan kata lain pendidikan berfungsi memanusiakan manusia agar menjadi manusia yang benar sesuai dengan norma yang dijadikan landasannya. Tempat yang paling tepat untuk melaksanakan pendidikan adalah sekolah. Negara yang maju dapat dipastikan memiliki sistem dan kualitas pendidikan yang sangat baik. Ini dikarenakan bidang pendidikan sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia, selain itu sekolah juga merupakan tempat untuk membentuk warga masyarakat menjadi baik dan mampu bersaing di era globalisasi terutama bagi mereka yang mengikuti pendidikan formal. Di Indonesia pendidikan formal utamanya dibagi dalam beberapa jenjang yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar mempengaruhi jenjang pendidikan menengah dan tinggi. Karena
pendidikan
menengah
dan
tinggi
merupakan
kelanjutan
dan
kesinambungan dari pendidikan dasar. Satu jenjang yang termasuk dalam pendidikan jenjang formal yang pertama adalah Sekolah Dasar (SD). Sekolah Dasar sebagai titik awal pendidikan formal di Indonesia memiliki andil besar sebagai pondasi pengetahuan untuk kelanjutan pendidikan seseorang (Ana Maulida, 2016).
Setiap satuan pendidikan formal dan non formal yang menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik, akan senantiasa menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan. Sarana dan prasarana yang baik dan dapat menunjang keberhasilan belajar siswa salah satunya ialah penggunaan media pendidikan. Media pendidikan dalam pengajaran sangat berguna bagi pendidikan karena untuk menarik perhatian dan minat siswa, dapat meningkatkan efektivitas dan menciptakan situasi belajar yang baik, sehingga kedudukan media dalam proses belajar-mengajar sangat penting (Nunuk Suryani dan Leo Agung, 2012). Kurikulum pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar akan diajarkan lima pengetahuan utama yang terdiri dari matematika, bahasa indonesia, pendidikan kewarganegaraaan, ilmu pengetahuan alam, dan ilmu pengetahuan sosial sesuai yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 37 ayat 1 yang wajib dikuasai. Salah satunya adalah mata pelajaran Matematika. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (Depdiknas, 2006). Matematika seperti yang diungkapkan oleh Fajar Sadiq adalah ilmu yang membahas pola atau keteraturan. Seperti halnya tuntutan untuk memanfaatkan penalaran induktif pada awal proses pembelajaran, agar para siswa belajar mencerna ide-ide baru, mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan, mampu menangani ketidakpastian, mampu menemukan keteraturan, dan mampu memecahkan masalah yang tidak lazim. Pentingnya peranan matematika juga didukung oleh penelitian Asrul Karim yang mengatakan bahwa terlihat pada
pengaruhnya terhadap mata pelajaran lain. Contohnya mata pelajaran geografi, fisika, dan kimia. Dalam mata pelajaran geografi, konsep-konsep matematika digunakan untuk skala atau perbandingan dalam membuat peta. Sedangkan dalam fisika dan kimia konsep-konsep matematika digunakan untuk mempermudah penurunan rumusrumus yang dipelajari. Karena tingkat kesulitan mempelajarinya yang agak tinggi; matematika telah menjadi syarat utama memasuki fakultas-fakultas favorit seperti kedokteran dan teknik; sehingga sejak lama matematika dikenal sebagai saringan bagi para siswa (Fadjar Shadiq, M.App.Sc)
Pendidikan Matematika memiliki tujuan sebagaimana yang tercantum dalam Depdiknas yaitu “(1) Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar konse, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang melipti kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah; dan (5) memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.” Untuk memenuhi tujuan Pendidikan Matematika tersebut khususnya di Sekolah Dasar maka seorang guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya. Kemudian siswa dapat membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan mengkonstruksikan dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut (Susanto; 2013:190). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 4 sampai 5 Desember 2017 di SD Gugus VI Kecamatan Sukasada bahwa rendahnya hasil
belajar siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, siswa masih banyak yang bermain dan tidak menyimak penjelasan guru yang berdampak pada hasil belajarnya sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran Pendidikan Matematika yang ingin dicapai belum sesuai harapan, ditambah lagi hasil-hasil ujian akhir sekolah (UN dan UASBN) yang dihadapi siswa mendapatkan nilai rata-rata hasil belajar Matematika berkisar antara nilai 5 dan 6, bahkan lebih kecil dari angka ini. Kemudian ketidakmampuan siswa dalam memahami konsep dasar juga menjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran matematika, serta keengganan siswa untuk melatih soal atau pertanyaan secara mandiri baik di sekolah ataupun dirumah menjad kendala tersendiri dalam pembelajaran ini. Hal yang tidak bisa dikesampingkan juga, guru biasanya hanya memberikan sebuah pengetahuan tanpa adanya pemahaman yang bermakna bagi siswa tentang nilainilai yang telah dipelajari. Penekanan pengetahuan dan pemahaman terhadap nilai dalam proses pembelajaran masih jarang dilakukan oleh guru. Hal tersebut disebabkan, dalam penggunaan strategi/model masih belum maksimal sehingga kurang menarik perhatian siswa. Pemilihan model pembelajaran yang sesuai akan membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif dan interaktif, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Dalam penggunaan model pembelajaran juga harus didukung dengan media yang relevan dan sesuai dengan karakteristik siswa. Pembelajaran di atas juga ditemukan pada saat kegiatan observasi awal di SD gugus VI Kecamatan Sukasada. Berdasarkan hasil observasi di SD gugus VI Kecamatan Sukasada bahwa proses pembelajaran Matematika masih bersifat teaching center. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan penggunaan media yang masih minim. Hal itu tentu akan membuat siswa menjadi
jenuh karena penyajiannya bersifat monoton, didominasi dengan mencatat dan hafalan, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar siswa sehingga kualitas pembelajaran menjadi rendah. Rendahnya hasil belajar Matematika siswa kelas V di SD Gugus VI dapat dilihat dari nilai rata-rata Ulangan Semester I yang masih rendah, masih ada yang berada dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), dan hanya beberapa siswa saja yang mendapat nilai diatas KKM. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang memahami materi pembelajaran. Hasil observasi dan wawancara diperkuat oleh hasil temuan pada tanggal 4 sampai 5 Desember 2017 di SD Gugus VI Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada setiap SD terlihat pada tabel berikut: Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata Hasil UAS Semester I pada Siswa Kelas V SD Gugus VI Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng
1
SD Negeri 1 Panji Anom
V
Jumlah Siswa 26 siswa
70
Nilai RataRata 68,27
2
SD Negeri 2 Panji Anom
V
19 siswa
70
68,13
3
SD Negeri 3 Panji Anom
V
26 siswa
71
67,03
4
SD Negeri 4 Panji Anom
V
19 siswa
71
65,52
5
SD Negeri 1 Tegalinggah
V
21 siswa
71
69,11
6
SD Negeri 2 Tegalinggah
V
22 siswa
70
67,03
7
MI Abul Abbas Tegalinggah
V
19 siswa
70
65,52
8
MIN 3 Buleleng
No
Nama Sekolah
Kelas
KKM
VA VB
(Sumber: Dokumen guru kelas V di gugus VI Kecamatan Sukasada, 2017)
Berdasarkan hasil UAS mata pelajaran Matematika yang di selenggarakan pada masing-masing sekolah di Gugus VI Kecamatan Sukasada pada siswa kelas
V, tampak jelas rendahnya hasil belajar mereka terhadap materi pembelajaran Matematika. Rendahnya pemahaman konsep Matematika yang dimiliki siswa terhadap penggunaan dalam kehidupan sehari-hari sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa. Aspek kognitif merupakan dasar utama menilai pemahaman siswa terhadap konsep yang diajarkan. Namun berdasarkan hasil observasi dan wawancara rendahnya pemahaman
konsep siswa dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain sebagai berikut. 1) proses pembelajaran yang kurang menarik minat dan motivasi siswa dalam belajar; 2) pada proses pembelajaran Matematika guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif, dikarenakan pembelajaran tersebut masih berpusat pada guru (teacher center); 3) kurangnya pemahaman siswa terhadap materi terutama dalam proses pengaitan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru yang di dapat; 4) kurangnya media pembelajaran sebagai medium dalam penyampaian materi pelajaran yang memiliki peran penting dalam proses belajar mengajar; dan 5) kurangnya semangat belajar yang dimiliki oleh para siswa sehingga menyebabkan keengganan untuk mencoba materi yang sudah diajarkan, melalui mengerjakan soal-soal yang ada pada buku siswa. Bertolak dari permasalahan tersebut, maka perlu diterapkannya suatu pembelajaran inovatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna. Alternatif yang dapat dilakukan adalah menggunakan model pembelajaran Course Review Horay (CRH). Model pembelajaran CRH adalah “model pembelajaran yang membantu peserta didik dalam menguji pemahaman pembelajaran yang telah dilalui melalui pembuatan kelompok-kelompok belajar
yang akan diberikan soal-soal dalam kotak-kotak pertanyaan” (Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2015:80). Adapun kelebihan model CRH adalah untuk meningkatkan kesenangan dalam belajar Matematika terutama untuk peserta didik sekolah dasar, sehingga mendorong untuk meningkatkan hasil pembelajaran matematika sesuai yang telah diharapkan. Untuk itu model pembelajaran CRH digunakan dalam proses pembelajaran Matematika di SD agar siswa dapat membangun nilai-nilai yang ada didalam dirinya maupun masyarakat yang menurutnya dianggap baik sehingga nilai-nilai tersebut akan mewarnai kehidupannya sehari-hari didalam masyarakat. Pelaksanaan model pembelajaran ini akan lebih bermakna apabila proses pembelajaran didukung dengan media pembelajaran. Salah satunya adalah media video, karena media video dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pendapat tersebut, maka penelitian tersebut akan difokuskan pada penelitian tentang Pengaruh Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH)
Bermediakan
Video
Pembelajaran
Terhadap
Hasil
Belajar
Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar Gugus VI Kecamatan Sukasada Tahun Pelajaran 2017/2018.
1.2 Identifikasi Masalah Dengan melihat latar belakang di atas, ada beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasikan dalam penelitian ini yaitu. 1) Pembelajaran masih didominasi oleh guru 2) Rendahnya hasil belajar Matematika siswa 3) Rendahnya tingkat pemahaman belajar siswa
4) Kurangnya dukungan orang tua untuk meningkatkan hasil belajar siswa 5) Siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran 6) Pembentukan kelompok masih bersifat homogen 7) Kurangnya pemanfaatan media pembelajaran saat melaksanakan proses pembelajaran. 8) Kurangnya
pemanfaatan
model
pembelajaran
yang
mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. 9) Kurangnya minat dan motivasi siswa untuk belajar khususnya pembelajaran Matematika. 10) Tujuan pembelajaran belum tercapai
1.3 Pembatasan Masalah Seperti yang telah diuraikan dalam identifikasi masalah bahwa ada beberapa factor yang mempengaruhi hasil belajar Matematika, akan tetapi karena keterbatasan waktu, biaya, dan kemampuan peneliti maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada rendahnya nilai siswa dalam pelajaran Matematika, dan pemanfaatan model dan media pembelajaran yang diterapkan di kelas.
1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan pada uraian latar belakang, maka dirumuskan masalah yaitu 1. Apakah implentasi model PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY (CRH) efektif pengaruhnya terhadap hasil belajar Matematika?
2. Apakah terdapat berbedaan prestasi belajar Matematika antara siswa yang mengikuti PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY (CRH) berbantuan media VIDEO pembelajaran dan model pembelajaran konvensional?
1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah 1. untuk mengetahui model PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY (CRH) efektif pengaruhnya terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD di Gugus VI Kecamatan Sukasada Tahun Pelajaran 2017/2018. 2. untuk mengetahui berbedaan prestasi belajar Matematika antara siswa yang mengikuti PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY (CRH) berbantuan media VIDIO siswa kelas V SD di Gugus VI Kecamatan Sukasada Tahun Pelajaran 2017/2018.
1.6 Manfaat Penelitian Terdapat dua manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun manfaat penelitian tersebut dipaparkan sebagai berikut 1.1.1 Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi teori pendidikan khususnya dalam mata pelajaran PKn sehingga dapat memperluas pengetahuan
dan meningkatkan pemahaman tentang penerapan model inovatif kreatif di sekolah dasar. 1.1.2 Manfaat Praktis 1) Bagi Siswa Dengan dilaksanakannya penelitian ini, dapat dimanfaatkan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar yang menarik, menyenangkan, dan bermakna sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar Matematika siswa. 2) Bagi Guru Hasil penelitian ini digunakan sebagai
salah satu alternatif model
pembelajaran inovatif, sehingga guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa, serta menambah wawasan guru tentang keunggulan model pembelajaran CRH bermediakan video. 3) Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan penelitian karena bertambahnya ragam atau variasi model pembelajaran yang dapat digunakan.
4) Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tambahan informasi dalam melakukan penelitian yang sejenis serta sebagai refrensi dan menambah eksperimen.
wawasan
mengenai
tata
cara
melakukan
penelitian
C. LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan dalam penelitian ini yaitu meningkatkan
hasil
belajar
siswa
mata
pelajaran
Matematika
dengan
menggunakan Model Pembelajaran CRH, maka kajian teori yang digunakan sebagai pijakan melakukan penelitian meliputi: (1) Hasil Belajar, (2) Model Pembelajaran CRH, (3) Model Pembelajaran Konvensional, (4) Media Pembelajaran, (5) Pendidikan Matematika, dan (6) Kajian Hasil Penelitian yang Relevan. C.1 Deskripsi Teoritis C.1.1 Hasil Belajar Belajar hakikatnya adalah aktifitas yang dilakukan oleh siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil yang dimaksudkan adalah “suatu aktifitas yang dilakukan sesorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berfikir, merasa, maupun dalam bertindak” (Susanto,2013:4). Hasil belajar adalah suatu tingkat keberhasilan siswa dari proses pembelajaran yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang lebih baik dari sebelumnya pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Pernyataan tersebut didukung oleh Soediarto (dalam Solihatin, 2012:6) mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat penugasan suatu pengetahuan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang
ditetapkan. Begitupun menurut Bloom (dalam Thobrani dan arif, 2011:23) “Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik”. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (dalam Nanci,2016) hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga katagori ranah antara lain kognitif, afektif, dan psikomotor. Yang dapat diuraikan sebagai berikut 1) Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian 2) Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi, dan karakterisasi dengan suatu niali atau kompleks nilai 3) Ranah Psikomotor Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati) Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar afektif dan psikomotor juga harus menjadi bagian dari hasil penelitian dalam proses pembelajaran di sekolah. Namun yang dicari dalam penelitian ini merupakan hasil belajar yang mencakup ranah kognitif saja. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya. 1) siswa; dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani; 2)
lingkungan; yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga, dan lingkungannya. Sependapat dengan dikemukakan oleh Waslim (dalam Susanto, 2013:12) menyatakan: Faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal dan eksternal: (1) faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat, dan perhatian, motivasi belajar ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. (2) faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orangtua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orangtua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik. Perancang hasil pembelajaran harus mempertimbangkan keterampilan berfikir peserta didik dalam menyusun tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, gambaran jelas tentang masing-masing tingkat keterampila berfikirtersebut perlu dideskripsikan secara detail untuk menghindari kekeliruan. Reigeluth (dalam Yaumi 2013:91) Tabel 2.2 Domain Kognisi Bloom Bloom Taksonomi Pengetahuan
Peserta didik yang bekerja pada tingkat ini hanya berkisar pada mengingat atau menghafal informasi dari yang konkret ke informasi yang abstrak.
Pemahaman
Pada tingkat ini, peserta didik mampu mengerti dan membuat
rangkaian
dari
sesuatu
yang
dikomunikasikan. Artinya, peserta didik mampu menerjemahkan,
menginterupsi,
kemungkinan dalam berkomunikasi
dan
meramalkan
Aplikasi
Peserta didik dapat menerapkan konsep yang sesuai dan abstraksi dari suatu masalah atau situasi sekalipun tidak diminta untuk melakukannya.
Analisi
Peserta didik dapat memilah dan membagi materi ke dalam beberapa bagian dan mampu mendefinisikan hubungan antara bagian-bagian iersebut
Sintesis
Peserta didik menciptakan produk, menggabungkan bagian-bagian dari pengalaman sebelumnya dengan bagian yang abru untuk menciptakan keseluruhan bagian.
Evaluasi
Peserta didik memberikan keputusan terhadap nilai dari suatu materi pembelajaran, argumen, atau pandangan yang berkenaan dengan sesuatu yang diketahui,
dipahami,
dilakukan,
dianalisi,
dan
dihasilkan.
Kemudian, Lorin Anderson (dalam Yaumi 2013:91) melakukan revisi khusus dalam domaim kognisi dengan mengubah penamaan yang semula menggunakan kategori kata benda menjadi kata kerja. Domain kognisi dalam yang direvisi oleh Anderson, tidak lagi mencantumkan sistesis secara terpisah, tetapi tergabung dalam kata kerja mengevaluasi, kemudian menambahkan kata kerja menciptakan. Sebagai tertinggi dalam sistem berpikir harus terintegrasi dalam tujuan pembelajaran. Menurut Anderson. taksonomi yang baru ini merefleksikan bentuk sistem berpikir yang lebih aktif dan akurat dibandingkan dengan taksonomi sebelumnya. Selanjutnya, selain domain kognisi terdapat pula istilah knowledge taxonomy (taksonomi pengetahuan), yang mencakup ( 1) experiancial knowledge (pengetahuan berdasarkan (pengalaman), (2) contextual knowledge (pengetahuan
berdasarkan konteks). (3) declarative knowledge (pengetahuan bersifat deklaratif), dan (4) proceduralknowladge (pengetahuan yang bersifat prosedural).
EVALUAS I SINTESIS ANALISIS PENERAPAN PEMAHAMAN PENGETAHUAN
Gambar 2.1 Taksonomi Bloom
MENCIPTAK
MENSINTESIS MENGANALISIS
MENERAPKAN MEMAHAMI MENGETAHUI
Gambar 2.2 Revisi Anderson
DIMENSI
Dimensi Cognitive
KNOWLODGE 1. Mengingat 2. Memahami 3. Menerapkan 4. Menganalisis 5. Mengevaluasi
6. Mencipta
A. Faktual B. Konseptual C. Prosedural D. Metakognitif
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas. Dapat disimpulkan bahwa hasil belaiar adalah perubahan perilaku berupa ranah kognitif, afektif, dan psikomotor setelah menerima pengalaman dalam belajar.
Dengan kognotif, afektif, dan psikomotor yang berbeda-beda
sehingga ada macam-macam hasil belajar dan tingkatan yakni sebagai berikut. a. Macam-macam Hasil Belajar menurut Susanto (2014) hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan di atas, meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan (aspek psikomotor) dan sikap siswa (aspek afektif). Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagal berikut. 1. Tes pemahaman Konsep Pemahaman adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap dan memahami pelaiaran yang diberikan guru kepada siswa atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang yang ia lakukan. 2. Keterampilan Proses
melatih keterampilan proses, secara bersamaan dikembangkan pula sikap-sikap yang dikehendaki seperti kreativitas, kerja sama, bertanggung jawab, dan berdisiplin Sesuai dengan penekanan studi yang bersangkutan. 3. Sikap Menurut Sardiman (dalam Susanto, 2014 :11 ) sikap merupakan kecendrungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa objek-objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, atau tindakan seseorang. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki seseorang setelah mengalami proses belajar dalam kurun waktu yang tedah ditentukann.
C.1 2 Model Pembelajaran CRH (Course Review Horay ) Model pembelajaran CRH adalah model pembelajaran yang membantu peserta didik dalam menguji pemahaman pembelajaran yang telah dilalui melalui pembuatan kelompokkelompok belajar yang akan diberikan soal-soal dalam kotak-kotak pertanyaan.
Hal ini
sependapat dengan Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2015:80) teknik pengelompokan siswa (Course Review Horay) atau sering disebut CRH merupakan,“Model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak “hore” atau yel-yel yang lainnya yang disepakati”. Sedangkan Suprijono (dalam Nanci, 2016) menyatakan bahwa CRH merupakan sebuah permainan untuk menguji pemahaman. Setelah siswa membaca, bertanya jawab, mengamati, dan beberapa kegiatan lainnya, siswa diminta membuat kotak 9/16/25 (sesuai kebutuhan).
Tujuan model pembelajaran CRH adalah dapat melatih siswa dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukan kelompok kecil (Aris Soimin, 2014:54). Dalam Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2015:82), langkah-langkah model pembelajaran CRH meliputi 10 tahapan sebagai berikut. 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. Guru memaparkan kompetensi apa saja yang harus dicapai oleh peserta didik dalam hal ini siswa-siswi sekolah dasar 2. Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan menampilkan video. Siswa memperhatikan materi dari topik yang diberikan guru dalam hal ini menggunakan bantuan video pembelajaran, Siswa dikondisikan oleh guru agar merasakan atau meyakini atas rasa bahagia atau gembira dengan nilai yang dianutnya dari masalah yang didiskusikan 3. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok Siswa membentuk kelompok dan mendiskusikan. 4. Untuk menguji pemahaman siswa disuruh membuat kartu atau kotak sesuai dengan kebutuhan dan diisi dengan nomor yang ditentukan guru. 5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya didalam kartu atau kotak yang nomornya ditentukan guru Dalam konteks ini guru bertindak sebagai fasilitator dan mediator yang kreatif dalam menentukan arah pembelajaran dan memberikan penekanan nilai kesungguhan siswa dalam proses diskusi 6. Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa telah ditulis dalam kartu atau kotak, guru dan siswa mediskusikan soal yang telah diberikan tadi. Siswa mendiskusikan jawaban-jawaban yang telah dijawab tadi .
7. Bagi yang benar, siswa memberi tanda check list ( ) dan langsung berteriak horayatau menyanyikan yel-yelnya. 8. Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak horay. 9. Guru memberikan reward pada yang memperoleh nilai tinggi atau yang banyak memperoleh horay. 10. Penutup Siswa menyimpulkan pembelajaran. Langkah-langkah kegiatan proses pembelajaran kelas eksperimen terlihat pada tabel 2.1 sebagai berikut. Tabel 2.1 Langkah-langkah Kegiatan Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen
Langkah-Langkah Model Kegiatan Pembelajaran Pembelajaran CRH Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Menyampaikan Guru menyampaikan Siswa mendengarkan kompetensi yang ingin kompetensi yang ingin dengan seksama dicapai dicapai pada penympaian dari guru. pembelajaran saat ini. Menyajikan atau Guru menanyangkan Siswa memperhatikan mendemonstrasikan materi sebuah video tentang media/setimulus dari tentang materi yang guru berupa media video akan diajarkan. yang memuat materi. Membagi siswa dalam Guru membentuk Siswa membentuk kelompok kelompok belajar kelompok dengan siswa, dengan heterogen sesuai arahan heterogen, guru. mengkombinasikan laki-laki dan perempuan, serta pintar dan kurang pintar menguji pemahaman siswa Guru meminta siswa Siswa membuat kartu disuruh membuat kartu untuk membuat kartu yang nantinya akan diisi sbagai bentuk nomor oleh guru pengujian . Membaca dan menuliskan Guru meminta siswa Siswa menjawab dan
Langkah-Langkah Model Kegiatan Pembelajaran Pembelajaran CRH Kegiatan Guru Kegiatan Siswa jawaban untuk membaca menuliskannya di kartu kemudian menuliskan yang sudah didapatkan. jawaban sesuai dengan kartu yang didapatkan. Berdiskusi Guru beserta siswa Guru beserta siswa mendiskusikan mendiskusikan jawaban jawaban yang telah yang telah dibuat oleh dibuat oleh siswa, siswa, siswa yang mampu Yang mendapat menjawab benar harus jawaban benar akan berteriak horay, atau yelberteriak horay atau yel lain yang telh yel-yel lain yang telah disepakati. disepakati. Menilai Guru bersama dengan Guru bersama dengan siswa menila dan siswa menila dan menghitung kelompok menghitung kelompok yang mengucapkan yang mengucapkan horay horay yang banyak yang banyak Penutup/kesimmpulan Guru bersama siswa Guru bersama siswa menyimpulkan menyimpulkan pembelajaran yang pembelajaran yang telah telah berlangsung. berlangsung.
Dalam setiap model yang sudah tentu memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan model CRH. Adapun kelebihan model CRH menurut Huda (dalam Anita Yulia Firdiana, 2016) adalah sebagai berikut. “(1) struktur menarik dan dapat mendorong siswa untuk dapat terjun ke dalamnya; (2) metodenya tidak monoton karena diselingi dengan hiburan, sehingga suasana tidak menegangkan; (3) semangat belajar yang meningkat karena suasana pembelajaran yang menyenangkan; dan (4) skill kerjasama siswa semakin terlatih”. Selain kelebihan model CRH juga memiliki kelemahan model CRH yaitu dalam Imas Kurniasih (2007:183) adalah “ (1) siswa aktif dan pasif nilainya disamakan, dan (2) Adanya peluang untuk curang. Pada proses pembelajaran “siswa aktif dan pasif nilainya disamakan”. Artinya guru tidak membedakan antara siswa yang aktif dan pasif, yang pada seharusnya dalam
pemberian nilai dalam suatu pembelajaran lebih baik memberika perbedaan antara siswa yang aktif dan pasif. Akibatnya, siswa yang sudah aktif merasa tidak terlalu diperhatika oleh guru disebabkan pemberian nilai yang sama. Di samping itu juga kemungkinan siswa dan siswi atau peserta didik dalam pencarian nilai melakukan tindak kecurangan akan semakin besar.
2.1.3 Model Pembelajaran Konvensional Sulaeman (dalam Rasana, 2009: 18) mengatakan bahwa pembelajaran konvensional merupakan metode yang paling efesien dalam mengajar yang bersifat hafalan (ingatan). Menurut Putrayasa (dalam Rasana, 2009:20) yang menyatakan bahwa: Model pembelajaran konvensional ditandai dengan penyajian pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian informasi oleh guru, pemberian tugas oleh guru, pelaksanaan tugas oleh siswa sampai pada akhirnya guru merasa bahwa apa yang telah diajarkan dapat dimengerti oleh siswa.
Sedangkan menurut Santyasa (2005: 36) menyatakan bahwa pembelajarn konvensional adalah: Pembelajaran yang lazim diterapkan seperti kegiatan rutinitas sehari-hari. Desai pembelajaran bersifat linier dan dirancang dari part to whole. Pesan pembelajaran menurut pembelajaran konvensional mengutamakan informasi konsep dan prinsip, latihan soal-soal, dan tes. Latihan soal-soal lebih banyak menekankan pada tuntunan kemampuan kognitif pada level aplikasi dan anlisis yang dilatihkan secara mekanistik. Penekanan aspek pemahaman sangat jarang ditemukan, bahkan sajian strategi pengaktif perubahan konseptual hampir tidak pernah ditemukan dalam pesan-pesan pembelajaran yang digunakan selama ini. Pembelajaran cenderung mengarah ke product oriented ketimbang proccess oriented. Coleman (dalam Santyasa, 2005: 36) menyebutkan pembelajaran konvensional sebagai asimilasi informasi atau pembelajaran kelas dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1) pemerolehan informasi (melalui sumber-sumber secara simbolik, seperti para guru atau membaca;
2)
pengasimilasian atau pengorganisasian informasi sehingga menjadi prinsip umum dimengerti; 3)
penggunaan prinsip-prinsip umum pada kasus-kasus yang bersifat spesifik; dan 4) penerapan prinsip umum pada keadaan-keadaan baru.
Tahapan-Tahapan pembelajaran konvensional (dalam Agung, 2014:158) ditunjukkan pada gambar 2.1 dibawah ini. Apersepsi
Penyajian Informasi Ilustrasi dan Contoh Soal Latihan Soal Review Evaluasi
Gambar 2.1 Tahap-Tahap Pembelajaran Konvensional 2.1.4 Media Pembelajaran Secara umum media merupakan kata jamak dari “medium” yang berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan, media pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik. Istilah media digunakan juga dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran. Zainal Aqib (2004: 50) media pembelajaran adalah “Segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan dan merangsang terjadinya proses belajar pada si pembelajar (siswa). Gagne dan Briggs (dalam Arsyad, 2007:4) menyatakan bahwa media
pembelajaran meliputi secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Menurut Daryanto (2009:19) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah “Segala sesuatu yang dapat dipakai untuk memberikan rangsangan sehingga terjadi interaksi belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan tertentu”. Berdasarkan ketiga pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang disusun/dirancang secara sistematis berupa orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang digunakan untuk menyalurkan pesan/informasi yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik sehingga terjadinya proses belajar mengajar Media pembelajaran juga memiliki berbagai jenis seperti yang dinyatakan oleh Sharon, Deborah, dan Russel (2012: 7) antara lain: “1) media Teks atau media dua dimensi, seperti buku, poster, papan tulis, layar komputer, dll ; 2) media audio mencakup apa saja yang bisa didengar, seperti suara orang, musik, suara mekanis, suara berisik, dll; 3) media visual, meliputi diagram pada sebuah poster, gambar pada sebuah papan tulis, dsb; 4) media video, berupa media dalam bentuk gerakan, semisal DVD, rekaman Video, animasi komputer, dsb; 5) Perekayasa, bersifat tiga dimensi dan bisa disentuh dan dipegang oleh para siswa; dan 6) media orang-orang, yakni berupa guru, siswa, ahli bidang studi. Sedangkan Henich, Molenda, Rusella, dan Smaldino (dalam Yaumi, 2013: 232) mengelompokkan media pembelajaran ke dalam beberapa jenis, yaitu: (1) bahan cetak; (2) media pameran; (3) media visual; (4) media audio; (5) video; (6) komputer; (7) multimedia; (8) komputer dan jaringan.
Adapun keunggulan dari media pembelajaran antara lain: (1) gairah belajar meningkat; (2) siswa berkembang menurut minat dan kecepatannya; (3) interaksi langsung dengan lingkungan; (4) memberikan perangsang dan mempersamakan pengalaman; dan (5) menimbulkan persepsi akan sebuah konsep yang sama. Dalam penerapan model ini didukung oleh media video. Media video adalah semua format media elektronik yang menggunakan gambar bergerak untuk menyampaikan pesan. Video adalah “Gambar yang bergerak yang direkam pada tape dan CD yang setiap bentuknya berbeda ukurannya, bentuknya, kecepatannya, metode rekaman, dan mekanisme kerjanya” (Yaumi, 2013: 233). Hal ini didukung oleh Putrini, dkk (2012: 4) yang menyatakan bahwa media video merupakan “segala format media elektronik yang digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, dan minat siswa untuk belajar melalui penayangan ide atau gagasan, pesan, dan informasi gambar-gambar bergerak”. Kelebihan media video menurut Anderson (dalam Putrini dkk, 2012: 5) antara lain: 1) Dapat memberikan rangsangun visual dan audio secara serempak serta dapat menjangkau sasaran yang luas; 2) Dapat menyajikan gambar yang sangat mendekati keadaan yang sebenarnya atau menyajikan pengalaman langsung kepada penonton; 3) Dapat menghadirkan obyek yang berbahaya atau langka ke dalam kelas; 4) Dapat menghadirkan obyek yang jauh letaknya maupun yang sudah terjadi pada masa lalu; 5) mampu menyajikan unsur warna, bunyi, gerakan dan suatu proses dengan jelas; 6) Dapat mengkoordinasikan penggunaan berbagai media yang lain dengan baik seperti film, foto, slide dan gambar; 7) Dapat menyimpan data dan informasi (teknik rekaman video) kemudian diputar dengan menggunakan VTR (untuk kaset) dan VCD/DVD (untuk vidiodisc); 8) Mudah dilihat tanpa menggelapkan ruangan; 9) Penonton melihat video secara pribadi (ada unsur keakraban); 10) Memperjelas informasi dengan cara memanipulasi ukuran (yang kecil dibesarkan dan yang besar dikecilkan).
Selain kelebihan, media video juga memiliki kelemahan yaitu dalam Putrini dkk (2012:5) adalah “1) perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang diperhatikan, 2) sifat komunikasinya bersifat satu arah dan harus diimbangi dengan pencarian bentuk umpan balik
yang lain, 3) kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara sempurna dan. 4) kualitas gambar yang dipancarkan lebih rendah dari yang diproyeksikan (film layar lebar).
2.1.5 Matematika Matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan, serta mengartikan matematika sebagai ilmu bantu dalam mengiterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan. Penjelasan tersebut didukung oleh pendapat Susanto ( 2013:185) menyatakan bahwa Matematika adalah mata pelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, Matematika adalah Mata pelajaran yang adapt meningkatkan kemampuan berfikir seta berargumentasi disamping dapat memberikan dukungan dalam dunia kerja dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan pembelajaran Matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Menurut Depdiknas (dalam Susanto, 2013:190) menjelaskan tujuan mata pelajaran Matematika adalah untuk menjadikan siswa agar: 1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonse, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme. 2) mengunakan penalaran pola dan sifat, menggunakan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikann model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) mongomunikasikan gagasan denga simbol, tabel , diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah. 4) memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari. akan mudah terwujudkan.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran CRH telah dilakukan oleh Karindayani dengan Media yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Kadek Era Kariadnyani (2016) dengan judul Pengaruh model Pembelajaran Course Review Horay Berbantuan Multimedia terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 di SD Gugus II Dharma Tula Kecamatan Seririt dengan hasil penelitiannya menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CRH dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus II Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng.
Perbedaan dengan penelitian lain terletak pada bagan/peta konsep yang akan digunakan. Jika penelitian sebelumnya menggunakan media Multimedia dalam menerapkan model pembelajaran CRH. Penulis akan menggunakan media yang lebih menarik yaitu media video karena akan memudahkan siswa dalam memahami dan menerima materi pembelajaran.
2.3 Kerangka Berpikir Pada kerangka berpikir dijelaskan mengenai proses pembelajaran Matematika. Pembelajaran Matematika penyajiannya masih bersifat monoton, membosankan, tidak menarik perhatian siswa, dan didominasi dengan mencatat dan hafalan serta penekanan pengetahuan dan pemahaman terhadap nilai dalam proses pembalajaran masih jarang dilakukan oleh guru
sehingga akan berpengaruh pada hasil belajarnya rendah. Hal ini dikarenakan strategi/model yang digunakan masih belum bersifat inovatif. Untuk menjadikan pembelajaran itu menarik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa maka diterapkanlah model pembelajaran yang inovatif yaitu model pembelajaran CRH (Course Review Horay). Model Pembelajaran CRH (Course Review Horay) adalah model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak “hore” atau yel-yel yang lainnya yang disepakati. Karena kelebihan dari model CRH ini adalah dapat meningkatkan semangat pembelajaran peserta didik terhadap pembelajaran dan mampu membangkitkan suasana pembelajaran menjadi lebih menyenagkan. Pembelajaran dengan pendekatan CRH dapat meningkatkan pemahaman matematis siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat secara signifikan. Peningkatan tersebut ditunjukkan dari nilai rata-rata pretes dan postes yang mengalami kenaikan sebesar 39,63 dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pemahaman matematis siswa sebesar 37% (Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016 Asih Suryani1, Maulana2, Julia3). Model pembelajaran CRH menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih tinggi dibandingkan dengan belajar konvensional Suci Kuswari: Eksperimentasi Model Pembelajaran CRH Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa 197 Model pembelajaran CRH ini dibantu dengan media video yang diharapkan dapat memantapkan konsep pemahaman Matenatika dalam kehidupan sehar-hari. Sehingga berdasarkan kerangka berfikir diatas dapat digunakan sebagai dasar yang kuat untuk menduga bahwa model pembelajaran Course Review Horay (CRH) efektif digunakan pada pelajaran matematika.
Pembelajaran Matematika
Monoton, membosankan, tidak menarik perhatian siswa, dan didominasidengan mencatat dan hafalan
Hasil Belajar Matematika Rendah
Model Pembelajaran Course Review Horay Media Video Hasil Belajar Matematika akan meningkat
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir Pembelajaran Matematika
Monoton, membosankan, tidak menarik perhatian siswa, dan didominasidengan mencatat dan hafalan Hasil Belajar Matematika Rendah
Model Pembelajaran Course Review Horay Media Video
2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas sehingga dapat dikemukakan suatu hipotesis penelitian yaitu terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran CRH bermediakan video dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Semester II di SD Gugus VI Kecamatan Sukasada Tahun Pelajaran 2017/2018.
D. METODE PENELITIAN D.1 Populasi dan Sampel D.1.1 Populasi Populasi adalah, “Keseluruhan objek dalam suatu penelitian” (Agung, 2014:69). Sejalan dengan pernyataan tersebut, Dantes (2012:37) mengatakan bahwa pupolasi adalah, “Sejumlah kasus yang memiliki karakteristik tertentu yang memenuhi seperangkat kriteria tertentu, yang ditentukan peneliti”. Menurut Yusuf Muri (2015 : 147) populasi merupakan
totalitas semua nilai-nilai yang mungkin daripada karakteristik tertentu sejumlah objek yang ingin dipelajari sifatnya. Dari beberapa pendapat mengenai definisi populasi, dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek sesuai dengan kriteria penelitian yang akan diamati dan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas V SD di Gugus VI Kecamatan Sukasada Tahun Pelajaran 2017/2018, yang terdiri atas SD Negeri 1 Panji Anom, SD Negeri 2 Panji Anom, SD Negeri 3 Panji Anom, SD Negeri 4 Panji Anom, SD Negeri 1 Tegalinggah, SD Negeri 2 Tegalinggah, MIN 3 Buleleng, dan MI Abul Abbas. Jumlah populasi adalah 152 siswa. Adapun rincian jumlah anggota populasi penelitian dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut.
No
Tabel 3.2 Populasi Penelitian Sekolah Dasar Kelas
Jumlah
1
SD Negeri 1 Panji Anom
V
19 siswa
2
SD Negeri 2 Panji Anom
V
22 siswa
3
SD Negeri 3 Panji Anom
V
33 siswa
4
SD Negeri 4 Panji Anom
V
25 siswa
5
SD Negeri 1 Tegallinggah
V
18 siswa
6
SD Negeri 2 Tegalinggah
V
20 siswa
7
MIN 3 Buleleng
VA VB
8 Jumlah
MI Abul Abbas
V
13 siswa
152 siswa
Berdasarkan hasil perhitungan didapat bahwa harga Fhit lebih kecil daripada Ftab (Fhit< Ftab) pada taraf siginifikansi 5%, yaitu Fhit sebesar 0,21 sedangkan nilai Ftab pada dbantar = 6 dan
dbdal = 151 adalah 2,45. Maka, H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar dalam mata pelajaran Matematika siswa kelas V SD di Gugus VI Kecamatan Sukasada. Ini dapat diinterpretasikan bahwa hasil belajar dalam mata pelajaran Matematika siswa di kelas V di Gugus VI Kecamatan Sukasada adalah setara.
D.1.2 Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu, Teknik yang digunakan mengambil sampel dari populasi disebut teknik sampling (Agung, 2014: 69). Teknik sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Cluster random sampling yang dirandom adalah kelas. Teknik Cluster Random Sampling merupakan cara pengambilan sampel dengan memberi kesempatan yang sama kepada anggota popuasi untuk diambil menjadi anggota sampel (Agung, 2013:71). Teknik Cluster random sampling dilakukan dengan sistem undian. Pengundian sampel ini dilakukan pada semua kelas dan setiap kelas mendapatkan kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai kelas sampel. Kelas sampel yang didapatkan kemudian diundi lagi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selanjutnya dilakukan pengundian tahap kedua untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol. Berdasarkan hasil pengundian, diperoleh kelas V SD Negeri 4 Panji Anom sebagai kelas eksperimen dan kelas V SD Negeri 2 Panji Anom sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran CRH bermediakan video dan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan (mode pembelajaran konvensional). Adapun sebaran sampel dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disajikan dalam tabel 3.3
Tabel 3.3 Sebaran Sampel pada Masing-masing Perlakuan Model Pembelajaran
Kelas
CRH
SD Negeri 4 Panji Anom
19
Kontrol
SD Negeri 2 Panji Anom
22
Total Sampel
Jumlah
41
D.2 Rancangan Penelitian D.2.1 Desain Faktorial Dalam Desain Faktorial penelitian ini menggunakan desain Single Factor Independent Grouph Design, Desain faktortal disebut juga betwwen subject design karena dilakukan perbandingan antar kondisi perlakuan yang berbeda, selanjutnya dilihat perbedaan yang terjadi antar kelompok subjek. Jadi pada desain ini dibandingkan efek dari perlakuan yang diberikan terhadap subjek (Dantes, 2017:165). Menurut Dantes (2017:167) adapun langkah-langkah analisis yang ditempuh adalah sebagai berikut. a. Merumuskan hipotesis b. Menyusun tabel kerja hipotesis c. Subtitusi data ke dalam rumus d. Uji signifikasi e. Menarik kesimpulan
D.2.2 Rancangan penelitian yang digunakan adalah non equivalent pretest-postest control group design. Non equivalent pretest-postest control group design bertujuan untuk menyelidiki tingkat kesamaan antar kelompok dan skor pengetahuan awal berfungsi sebagai kovariat untuk
melakukan kontrol secara sisternatis. Pada pelaksanaan penelitian, baik pre-test maupun, posttest sama-sama dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas control.
D.3 Prosedur Eksperimen Tahap-tahapan dari eksperimen penelitian yang akan digunakan adalah sebagai benkut. a) Tahap Awal Penelitian Prosedur
penelitian
dilakukan
untuk
menentukan
tindakan-tindakan
yang
mengarahkan peneliti menjalankan penelitian. Prosedur penelitian yang dilaksanakan pada penelitianini adalah sebagai berikut. 1. Menentukan populasi yang akan dijadikan tempat penelitian. 2. Meminta izin kepada ketua gugus dan kepala sekolah untuk melaksanakan observasi awal mengenai proses belajar mengajar di kelas dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. 3. Menentukan sampel berupa sekolah dengan kelas yang sudah ditentukan dan populasi yang tersedia. Seluruh sampel diuji kesetaraannya, agar mendapatkan kelompok yang benar-benar setara. Setelah dilakukan uji kesetaraan, dilakukan pengumunan untuk mendapatkan pasangan sampel. setelah itu dilakukan kembali pengundian untuk menentukan kelas eksprimen dan kelas kontrol dari pasangan sampel y'ang diperoleh. 4. Mengunjungi sekolah yang telah terpilih dan meminta izin kepada kepala sekolah untuk melaksanakan penelitian.
5. Menyiapkan materi yang dibahas selama penelitian. 6. Menyiapkan alat dan bahan pembelajaran. yaitu: (1) menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model CRH (Course Review Horay), (2) menyiapkan lembar kerja siswa (LKS), dan (3) menyiapkan alat dan media video pembelajaran. 7. Menyiapkan instrumen penelitian. yaitu: (l) menyiapkan kuesioner motivasi berprestasi, (2) menyiapkan tes hasil belaiar Matematika, (3) menyiapkan kunci jawabal tes yang digunakan. 8. Berkonsultasi dengan guru pada kelas eksperimen tentang model pembelajaran CRH yang digunakan daam kegiatan pembelajaran agar memudahkan guru dalam menerapkan model tersebut. 9. Mengkonsultasikan perangkat pembelajaran dan instrumen yang digunakan untuk penelitian dengan dosen pembimbing. Kemudian menguji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya beda instrumen tersebut setelah diuji cobakan. b) Tahap Pelaksanaan Eksperimen (1) Memberikan perlakuan pembelajaran yang diteliti. Pembelajaran dengan model CRH pada kelas eksperimen dan pembelajaran dengan model konvensional pada kelas kontrol selama 8 kali pertemuan (masing-masing pertemuan 2 x 35 menit) (2) Mengadakan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di pertemuan (3) Melakukan analisis data hasil belajar data yang diperoleh.
c) Tahap Akhir Eksperimen
(1) Menyusun draf kasar laporan penelitian. (2) Revisi dan finalisasi laporan penelitian. (3) Ujian dan revisi laporan penelitian. (4) Penggandaan hasil laporan.
D.4 Variabel dan Definisi Variabel D.4.1 Identifikasi Variabel Variabel adalah "segala faktor, kondisi, situasi, perlakuan (treatment) dan semua tindakan yang bisa dipakai untuk mempengaruhi hasil eksperimen” (Wina Sanjaya. 2013:39). Variabel dapat diidentifikasi menjadi Variabel independen dan Variabel Dependen. Menurut Sugiyono (2014:39) hubungan antara satu variabel dengan vartabel yang lain maka macam-macain variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi : a. Variabel Independent : Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam bahasa lndonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Vartabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu model pembelajaran cours review horay (CRH). b. Variabel Dependen : sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia senng disebut sebagat variabel teikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel Terikat yaitu hasil Belajar Matematika.
D.4.2 Definisi Variabel a. Definisi Konsep Konseptual dimaksudkan untuk memberikan penjelasan secara konseptual terhadap variabel-variabel yang terlihat dalam penelitan. Definisi konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Model pembelajaran Course Review Horay Berbantuan video Model pembelajaran Course Review Horay 2. Model Pembelajaran Konvensional Menurutrut Suryosubroto (2002) yang menyatakan bahwa model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang rutin digunakan oleh guru selama ini. Pembelajaran konvensional cenderung dimulai dengan apersepsi, penyajian informasi, pemberian soal-soal dan tugas, kemudian membuat simpulan. 3. Hasil Belajar Matematika Hasil belajar Matematika adalah kemampuan yang diperoleh siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran Matematika. Hasil dari belajar seseorang ditandai dengan adanya perubahan. Perubahan diperoleh karena latihan
atau memperoleh
pengetahuan baru dan hasil belajar kognitif yang optimal. c. Definisi Operasional Definisi operasional adalah “definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi)” (Sumadi Suryabrata, 2006 : 25). Definisi operasional dalam penelitian ini adalah 1.
Model pembelajaran Course Review Horay berbantuan video pembelajaran.
2.
Pembelajaran konvensional
Merupakan pembelajaran yang masih berpusat pada guru, sehingga siswa lebih pasif dalam proses belajar. Metode yang sering digunakan dalam pembelajaran konvensional adalah ceramah, penugasan, dan diskusi. 3. Hasil belajar Matematika Hasil belajar Matematikan merupakan hasil yang diperoleh setelah siswa mengikuti dan melakukan kegiatan belajar Matematika dalam kurun waktu tertentu.
D.5 Metode Pengumpulan Data dan Instrumentasi D.5.1 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas V SD Negeri 4 Panji Anom dan SD Negeri 2 Panji Anom. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode tes, sesuai dengan pendapat Hamzah B. Uno & Satria Koni 2013:109) yaitu “dalam konteks pembelajaran, instrumen penelitian jenis tes dapat dijadikan alat untuk mengukur hasil belajar”. Metode tes dalam kaitannya dengan penelitian ialah,“Cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dites/testee”(Agung, 2014: 92). Sesuai dengan metode, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif tipe tes pilihan ganda. Tes obyektif adalah “Tes yang menggunakan jawaban pilihan ganda, benar salah dan menjodohkan dalam pemeriksaannya “(Endang Multyaningsih, 2014: 25). Tes pilihan ganda merupakan jenis tes obyektif yang termasuk salah satu tes yang digunakan oleh para guru. Tes ini dapat mengukur pengetahuan yang luas dengan tingkat domain yang bervariasi karena
memiliki persyaratan dari segi obyektivitas, realiabitas, dan daya pembeda antara siswa yang berhasil dengan siswa yang gagal atau bodoh.
D.5.2 Instrumentasi a. Konsepsi Hasil belajar Matematika adalah hasil yang diperoleh setelah siswa mengikuti dan melakukan kegiatan belajar matematika dalam kurun waktu tertentu. Untuk mengetahui hasil belajar, maka menggunakan tes hasil belajar. Tes hasil belajar adalah instrumen untuk mengukur tingkat penguasaan siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Dalam penyususnan tes butir diperhitungkan dengan tingkat kesukaran.
b. Kisi-kisi Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar Matematika dalam penelitian ini berupa tes objektif (pilihan ganda) dengan satu jawaban benar yang berjumlah 20 butir soal. Sebanyak 20 butir soal tersebut diberikan kepada siswa kelas V dengan tujuan validasi butir tes. Hasil validasi tes sebanyak 20 butir namun yang diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol hanya 20 butir sebagai post-test. Setiap soal disertai dengan empat alternatif jawaban (a,b,c,dan d) yang akan dipilih siswa. Setiap ítem akan diberikan skor 1 untuk siswa yang menjawab benar (jawaban dicocokkan dengan kunci jawaban) dan skor 0 untuk siswa yang menjawab salah. Skor setiap jawaban kemudian dijumlahkan dan jumlah tersebut merupakan skor variabel hasil belajar Matematika. Pembuatan tes mengacu pada stándar kompetensi dan indikator yang telah ditetapkan. Post-test yang diberikan kepada siswa adalah tes objektif
yang berjumlah 20 butir soal dengan wilayah pengukuran yang meiliputi Mengingat (C1), Memahami (C2), Mengaplikasikan (C3), Menganalisis (C4), Mengevaluasi (C5), dan Mencipta (C6). Tabel 3.3 kisi-kisi Tes Hasil belajar Matematika SK
KD
Indikator
Nomor
Jenjang
Soal 6.Memahami 6.1Mengidentifikasi Mengidentifikasi 1,2,3,4 sifat-sifat sifat-sifat bangun sifat bangun bangun dan hubungan datar datar antar bangun berdasarkan
C1
sudutnya Menunujkan
5
C1
6
C1
7,8,9
C1
10, 11
C3, C1
gambar bangun datar berdasarkan sifat-sifat bangun
datar
yang diketahui 6.2Mengidentifikasi Menyebutkan sifat-sifat
bangun sifat
ruang
bangun
ruang
yang
ditentukan Menunjukan sifat
bangun
ruang
sesuai
dengan gambar yang diberikan 6.3 Menentukan jaring-jaring berbagai bangun
Menunujukan gambar
jaring-
ruang sederhana
jaring
bangun
ruang Menyesuaikan nama
bangun
ruang
sesuai
gambar
12
C3
yang
diberikan 6.4 Menyelidiki Mengidentifikasi 13, 14 sifat-sifat sifat-sifat simetri kesebangunan dan Simetri pada bangun
C3, C1
datar Membedakan
15
C2,
16, 17
C2,C1
simetri lipat dan simetri pada
putar sebuah
gambar 6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana
Menerapkan rumus
bangun
datar
pada
permasalahan sehari-hari Menghitung luas 18, 19, C3, C2, volume bangun
20
C1
ruang
c.Validasi 1) Uji Validitas Isi Uji validitas isi dilakukan menggunakan rumus Gregory. Untuk menentukan koefisien validitas isi, hasil penelitian dari kedua pakar terhadap tes hasil belajar Matematika
dimasukkan ke dalam tabulasi silang 2 x 2 yang terdiri dari kolom A, B, C, dan D seperti berikut ini. Tabel 3.4 Perhitungan Validitas Isi Menurut Gregory Judges
Judges I Penilaian Judges
Kurang relevan
Sangat relevan
Judges
Kurang relevan
A (- -)
B (- +)
II
Sangat relevan
C (+ -)
D (++)
Dari tabel di atas dapat dicari validitas isi (content validity) dengan menggunakan rumus Gregory yaitu sebagai berikut. V
D A B C D
Keterangan: V A B C D
= Validitas isi = jumlah skor yang diperoleh jika kedua pakar menyatakan tidak relevan = jumlah skor yang diperoleh jika pakar I menyatakan tidak relevan tetapi pakar II menyatakan relevan = jumlah skor yang diperoleh jika pakar I menyatakan relevan tetapi pakar II menyatakan tidak relevan = jumlah skor yang diperoleh jika kedua pakar menyatakan relevan
Nilai validitas isi diperoleh mencerminkan keseluruhan butir tes yang dihasilkan. Untuk mengklasifikasikan di kategori mana koefisien validitas itu berada, maka digunakan tabel berikut. Tabel 3.5 Kategori Koefisien Validitas Isi Koefisien
Validitas
0,08 – 1,00
sangat tinggi
0,60 – 0,799
Tinggi
0,40 – 0,599
Sedang
0,20 – 0,399
Rendah
0,00 – 0,199
sangat rendah (Arikunto, 2011:75)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa validitas isi tes hasil belajar dalam mata pelajaran PKn termasuk dalam kriteria sangat tinggi. 1) Uji Validitas Butir Tes Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut benar-benar dapat mengungkap aspek yang diselidiki secara tepat, dengan kata lain harus memiliki tingkat ketepatan yang tinggi dalam mengungkap aspek-aspek yang hendak diukur. Oleh karena tes pilihan ganda berbentuk dikotomi (nilai 0 dan 1) maka uji validitas butir empirik yang dipilih adalah teknik korelasi point biserial Koyan (2011), dengan rumus sebagai berikut.
rpbi
M p Mt st
p q
Keterangan: rpbi = koefisien korelasi point biserial Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi butir yang dicari validitasnya Mt = rerata skor total st = standar deviasi dari skor total p = proporsi siswa yang menjawab betul (banyaknya siswa yang menjawab betul dibagi dengan jumlah seluruh siswa) q = proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 – p) Suatu butir tes dinyatakan valid jika r hitung lebih besar daripada r tabel dengan taraf signifikansi atau taraf kekeliruan 5% (rhit> rtab dengan taraf signifikan 5%). Berdasarkan hasil uji validitas butir tes, diperoleh 34 butir tes yang valid dari 40 butir tes yang diujicobakan. 2) Reliabilitas Tes
”Reliabilitas alat ukur adalah keterandalan alat ukur atau keajegan alat ukur; artinya, kapanpun alat ukur itu digunakan akan menghasilkan hasil ukur yang relatif tetap” (Koyan, 2011:131). Oleh karena itu tes pilihan ganda yang digunakan dalam instrumen penelitian ini bersifat dikotomi (nilai 0 dan 1). Untuk menghitung reliabilitas konsistensi internal digunakan rumus Kuder Richardson 20 (KR-20), dengan rumus sebagai berikut. 2 k SDt pq r1.1 SDt2 k 1
Keterangan: r1.1 = koefisien reliabilitas tes k = banyak butir tes p = proporsi testee yang menjawab betul q = proporsi testee yang menjawab salah 2 = varian total tes SD t pq = pxq
Untuk menentukan derajat reliabilitas tes, dapat digunakan kriteria yang dikemukakan Guilford (dalam Koyan, 2011:136). Adapun kriteria derajat reliabilitas tes dapat dilihat pada Tabel 3.6
Tabel 3.6 Kriteria Normatif Reliabilitas Tes Reliabilitas Tes 0,80 < X
1,00
Kriteria Sangat tinggi
0,60
< X 0,80
Tinggi
0,40
< X 0,60
Sedang
0,20
< X 0,40
Rendah
X Keterangan
0,20
Sangat rendah
X
: derajat reliabilitas tes
Dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes (r11) di gunakan kreteria sebagai berikut (Koyan, 2011). Berdasarkan hasil uji reliabilitas tes, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,879. Hal ini berarti, tes yang diuji termasuk ke dalam kriteria reliabilitas
sangat tinggi. (Hasil
perhitungan reabilitas terlampir pada lampiran 8 halaman 144)
3) Tingkat Kesukaran Tes Uji tingkat kesukaran dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa sulit atau seberapa mudah suatu butir tes untuk dikerjakan oleh siswa, sehingga nantinya akan dapat menggambarkan dengan jelas kemampuan dari siswa yang akan diteliti. Koyan (2011:139) menyatakan, Tingkat kesukaran butir tes merupakan bilangan yang menunjukkan proporsi peserta ujian (testee) yang dapat menjawab betul butir soal tersebut. Sedangkan tingkat kesukaran perangkat tes adalah bilangan yang menunjukkan rata-rata proporsi testee yang dapat menjawab seluruh (perangkat) tes tersebut. Butir-butir item tes dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butirbutir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Lebih lanjut, Fernandes (dalam Koyan, 2011:140) mengatakan bahwa tes yang baik adalah tes yang memiliki taraf kesukaran antara 0,25-0,75. Angka yang dapat memberikan petunjuk tingkat kesulitan item itu dikenal dengan istilah difficulty index (angka indek kesukaran item/ indeks kesukaran
butir (IKB)). Angka indek kesukaran butir dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut.
Pp
P
n Keterangan: Pp = tingkat kesukaran perangkat tes P = tingkat kesukaran tiap butir n = banyaknya butir tes Tingkat kesukaran tiap butir, dihitung dengan rumus: P
nB n
Keterangan: P = tingkat kesukaran butir tes nB = banyaknya subjek yang menjawab soal dengan betul n = jumlah subjek (testee) seluruhnya
Skor
Tabel 3.7 Kriteria tingkat kesukaran (P) Kriteria
0,00 – 0,29
Sukar
0,30 – 0,70
Sedang
0,71 – 1,00
Mudah
Fernandes (dalam Koyan, 2011:140) menyatakan ”tes yang baik adalah tes yang memiliki taraf kesukaran antara 0,25-0,75”.
4) Daya Beda Tes Koyan (2011:140) menyatakan, Daya pembeda tes adalah kemampuan tes untuk membedakan antara siswa yang pintar dan bodoh artinya, jika tes tersebut diberikan kepada anak yang tergolong pandai akan lebih banyak dapat dijawab dengan benar sedangkan jika diberikan kepada siswa yang
tergolong bodoh akan lebih banyak dijawab salah. Daya pembeda tes yang baik adalah antara 20%-80% atau antara 30%-70%. Rumus untuk menghitung tingkat daya beda tes adalah sebagai berikut.
Dp
P
A
PB
n
Keterangan: Dp = daya beda tes PA = Kelompok Atas PB = Keompok Bawah n = jumlah butir tes
Rumus untuk menghitung daya beda butir tes adalah sebagai berikut.
DB
nB A nBB nA nB
atau
D PA PB
Keterangan: nBA = nBB = nA = nB =
jumlah subjek yang menjawab betul pada kelompok atas jumlah subjek yang menjawab betul pada kelompok bawah jumlah subjek kelompok atas jumlah subjek kelompok bawah
Tabel 3.8 Kriteria daya beda tes (D) Skor
Kriteria
0,00 – 0,19
Kurang baik
0,20 – 0,39
Cukup baik
0,40 – 0,70
Baik
Fernandes (dalam Koyan, 2011:141) menyatakan ”jika ’D’ negatif, soal tersebut sangat buruk dan harus dibuang. Tes yang baik, apabila memiliki D antara 0,15-0,20 atau lebih”.
D.6 Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan dua teknik analisis yaitu anlisis deskriftif dan analisis varian (ANAVA). Analisis deskriftif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa. Analisis varian digunakan untuk penelitian ini adalah analisis varian satu jalur.
D.6.1 Deskripsi data Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. D.6.1.Analisis Statistik Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya kualitas dari dua variabel, yaitu model pembelajaran VCT bermediakan video dan hasil belajar PKn. (1) Rumus untuk Mencari Rata-rata/Mean (M), (dalam Agung, 2016:48) M
M
fX n
Keterangan: M ∑fX n
= mean = jumlah hasil kali antara frekuensi dan nilai data = jumlah frekuensi
(2) Rumus untuk Mencari Median (Md) (dalam Agung, 2016:46) 1 n F Md b p 2 f
Keterangan: Md b p n
= = = =
median batas bawah dari daerah median panjang kelas (interval) jumlah sampel/banyak data
F f
= f kumulatif sebelum kelas median (jumlah semua frekuensi sebelum kelas median) = frekuensi kelas/daerah median
(3) Rumus untuk Mencari Modus (Mo) (dalam Agung, 2016:44) b1 Mo p p b1 b 2
Keterangan: Mo b p b1 b2
= = = =
modus batas kelas interval dengan frekuensi terbanyak (batas bawah) panjang kelas (interval) dengan frekuensi terbanyak frekuensi pada kelas modus (frekuensi pada kelas interval yang terbanyak) dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sebelumnya = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval berikutnya
(4) Rumus untuk Mencari Standar Deviasi (s)
si
fx n
'2
fx
' 2
n
Keterangan: s X n f
= = = =
standar deviasi nilai banyak data/jumlah sampel frekuensi
Untuk menentukan tinggi rendahnya kualitas variabel-variabel tersebut, skor rata-rata (mean) tiap-tiap variabel dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi). Tabel 3.9 Skala Penilaian atau Kategori Pada Skala Lima Rata-Rata
Kriteria
Mi + 1,5 SDi ≤ X ≤Mi + 3,0 SDi
Sangat tinggi
Mi + 0,5 SDi ≤ X <
Mi + 1,5 SDi
Tingi
Mi - 0,5 SDi ≤ X <
Mi + 0,5 SDi
Sedang
Mi - 1,5 SDi ≤ X <
Mi - 0,5 SDi
Rendah
Mi – 3,0 SDi ≤ X <
Mi - 1,5 SDi
Sangat rendah (Dimodifikasi dari Koyan, 2012:25)
Keterangan: =rata-rata skor hasil belajar PKn siswa Mi =rata-rata ideal dihitung dengan rumus: 1/2 (skor maksimal ideal + skor minimal ideal) SDi = standar deviasi ideal dihitung dengan rumus: 1/6 (skor maksimal ideal – skor minimal ideal) X
D.6.2 Uji Prasyarat Analisis Data Sebelum melakukan uji hipotesis maka harus dilakukan beberapa uji prasyarat. (1) Uji Normalitas Uji normalitas untuk skor keterampilan berpikir kritis digunakan analisis Chi-Kuadrat (Agung, 2016: 99) dengan rumus:
2
fo fh 2 f
h
Keterangan: fo = frekuensi observasi fh = frekuensi harapan Kriteria pengujian, terima H0 jika 2 hit 2 , dengan taraf signifikasi 5% dan dk = (jumlah kelas – 1). (2) Uji Homogenitas Varians
Uji Homogenitas varians untuk kedua kelompok digunakan uji F (dalam Agung, 2016:76) dengan menggunakan rumus:
F hit
Varians terbesar Varians terkecil
Kriteria pengujian tolak H0 jika Fhit F n 1, n 1
2
1
. Uji dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan
derajat kebebasan untuk pembilang n1 – 1 dan derajat kebebasan untuk penyebut n2 – 1.
D.6.3 Analisis Data Hipotesis statistik yang diajukan dan akan diuji dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar
Matematika antara kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran CRH bermediakan video dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Direct Intruction pada siswa kelas V SD di Gugus VI Kecamatan Sukasada. Hipotesis ini dijabarkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut. H1
: Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran CRH bermediakan video dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Semester II di SD Gugus VI Kecamatan Sukasada Tahun Pelajaran 2017/2018.
H0
: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran CRH bermediakan video dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Semester II di SD Gugus VI Kecamatan Sukasada Tahun Pelajaran 2017/2018.
Secara statistik dapat dirumuskan sebagai berikut. H0 = μA1 μA2 H1 = μA1 μA 2 Keterangan:
μA1 = rata-rata hasil belajar siswa yangmengikuti pembelajaran model konvensional. μA 2 = rata-rata hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran model CRH. Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan polled varians (dalam Koyan, 2012:38).
X1 X 2
t
2 ( n1 1) s1 ( n2 1) s2 1 1 n1 n2 2 n1 n2
Keterangan:
X 1 = rata-rata skor post-test kelompok eksperimen X 2 = rata-rata skor post-test kelompok kontrol n1 n2 s1 2 s2 2
= = = =
banyak siswa kelompok eksperimen banyak siswa kelompok kontrol varians kelompok eksperimen varians kelompok kontrol
Kriteria pengujian, terima H0 jika thitung ttab dan tolak H0 jika thitung > ttab. Harga t pengganti ttab (dengan taraf signifikasi 5%).