TUGAS MAKALAH Manajemen Bencana “Pengaruh Batuan Terhadap Potensi Bencana Longsor di sumatra barat” DOSEN : Dr. AHMAD FAUZI.M.Si
DISUSUN OLEH : ALDO AZZANA ZUHURI (17137043) FADEL MUHAMMAD (17137004)
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat taufik dan hidayah – Nya sehingga Penulisan Makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah kami ini berjudul Pengaruh Batuan Terhadap Potensi Bencana Longsor di sumatra barat Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, itu dikarenakan kemampuan penulis yang terbatas. Namun berkat bantuan dan dorongan serta berbagai bantuan dari berbagai pihak, akhirnya pembuatan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penulis berharap dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya serta semoga dapat menjadi bahan pertimbangan dan meningkatkan prestasi dimasa yang akan datang.
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1 1.3 TujuanPenulisan…………………………………………………………… 1.4 Manfaat Penulisan .............................................................................................. BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................................. 2.1 Pengertian Tanah Longsor.................................................................................. 2.2 Jenis Batuan ........................................................................................................ 2.3 Hubungan Batuan Terhadap Potensi Longsor ................................................. 2.4 Karakteristik Daerah Rawan Longsor .............................................................. 2.5 Kondisi Geografis Di Sumatra Barat ................................................................. BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................. 3.1
Di daerah lembah harau.........................................................................
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 4.1 Kesimpulan ............................................................................................................ DAFTAR PUSATAKA .....................................................................................................
ABSTRAK Gaya atau tenaga eksogen adalah kekuatan alami yang berasal dari luar bumi. Yang termasuk gaya eksogen adalah angin, aliran air sungai, aliran air permukaan, hujan, es, organisma, panas matahari. Gaya-gaya ini akan bekerja terhadap batuan dipermukaan bumi maupun di bawah permukaan bumi. Proses pengerjaannya berupa pelapukan, erosi, pelarutan, pengangkutan dan pengendapan. Hal ini lah salah satu faktor tenaga penyebab longsor, Indonesia termasuk negara yang rentan akan Tanah Longsor, apalagi didaerah yang dilewati oleh dua sirkum pengunungan aktif dunia, maka dari itu kita harus mengerti bagaimana cara-cara menangulagi bencana ini agar kelak tidak akan memakan banyak korban
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan longsor lahan sering terjadi di Indonesia dan banyak menimbulkan korban jiwa manusia dan kerugian harta benda. Secara alami Indonesia memang rentan terhadap bencana longsoran, karena terletak pada daerah yang aktif tektonik, aktif vulkanis dan beriklim tropis basah. Bencana alam yang diakibatkan longsor lahan selalu terjadi dari waktu ke waktu dan bahkan akhir-akhir ini semakin tinggi intensitasnya karena semakin meluasnya pemanfaatan lahan yang mempunyai tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana alam untuk kegiatan penduduk. Aktifitas penduduk dalam memanfaatkan lahan untuk kepentingan hidupnya sering memicu terjadinya bencana alam akibat longsor lahan. Usaha penanggulangan bencana alam akibat longsor lahan perlu dilakukan untuk mengurangi seminimal mungkin (kalau mungkin meniadakan) korban jiwa, kerugian harta benda, serta sarana dan prasarana. Kejadian bencana longsor di sumatera barat menunjukkan bahwa tutupan vegetasi yang jarang/terbuka justru diperkirakan menjadi pemicu terjadinya proses longsoran. Longsor lahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gerakan massa tanah, massa batuan, dan campuran massa tanah dan batuan menuruni lereng sebagai akibat pengaruh gaya berat/gravitasi. Longsoran disini juga mencakup tipe rayapan(creep), longsoran(landslide), nendatan(slump), dan jatuhan(rocks/soils fall). Berbagai tipe proses longsoran tersebut mempunyai karakteristik fisik lahan yang berbeda. Dengan demikian menjadi penting untuk mempelajari karakteristik lahan yang menyebabkan terjadinya proses longsor lahan tersebut.
1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Apa Itu Tanah Longsor? 1.2.2.
Jenis Batuan ?
1.2.3. Bagaimana Hubungan Jenis Batuan Terhadap Potensi Longsor? 1.2.4. Bagaimana Karakteristik Daerah Rawan Longsor?
1.2.5. Bagaimana Kondisi Geografis Di Sumatra barat ?
1.3. Tujuan 1.3.1. Mengetahui Apa Pengrtian Tanah Longsor 1.3.2. Mengetahui Apa Saja Jenis Batuan 1.3.3. Mengetahui Hubungan Jenis Batuan Terhadap Potensi Longsor 1.3.4. Mengetahui Karakteristik Daerah Rawan Longsor 1.3.5. Mengetahui Kondisi Geografis Daerah Rawan Longsor
1.4. Manfaat penulisan Manfaaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah memberikan kita pengetahuan dan wawasan mengenai apa yang dimaksud dengan tanah longsor, mengetahui tentang jenis-jenis proses terjadinya tananh longsor, dampak yang ditimbulkan oleh tanah longsor terhadap kehidupan manusia dan lingkungan, dan usaha yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dan mencegah dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh tanah longsor. Pengetahuaan ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran kita untuk menjaga lingkungan serta mngubah pola hidup untuk mendukung pelestarian lingkungan hidup
BAB II KAJIAN TEORI
2.1.tanah longsor 2.1.1 Pengrtian tanah longsor Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang curam 2.1.2 Jenis tanah longsor Hoek dan Bray (1981) membagi empat jenis gerakan tanah atau yang dikenal dengan istilah longsoran berdasarkan dari bidang gelincir yang terbentuk yaitu longsoran bidang (plane failure), longsoran baji (wedge failure), toppling failure dan circular failure . 1. Longsoran bidang adalah longsoran yang terjadi jika massa batuan bergerak menuruni lereng sepanjang bidang gelincir, 2.
longsoran baji adalah longsoran yang terjadi akibat adanya dua bidang diskontinuitas saling berpotongan dengan longsoran yang berlangsung sepanjang bidang tersebut yang membentuk seperti membaji,
3. toppling failure adalah jenis pergerakan yang terjadi tanpa perlu media berupa bidang gelincir dan dapat terjadi akibat pengaruh gravitasi. 4. Circular failure adalah longsoran yang terjadi pada batuan yang mengalami proses pelapukan yang intensif sehingga terbentuk material lepas dengan bentuk yang tidak teratur
2.1.3 Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Kemantapan Lereng Faktor-faktor yang mempengaruh terhadap kestabilan lereng batuan atau tanah antara lain : 1.
Struktur batuan
Struktur batuan yang sangat mempengaruhi kemantapan lereng adalah bidang-bidang sesar, perlapisan dan rekahan. Struktur batuan tersebut merupakan bidang lemah dan sekaligus sebagai tempat merembesnya air, sehingga batuan lebih mudah longsor. Penyebaran batuan atau tanah yang terdapat di daerah penyelidikan harus diketahui, demikian juga penyebaran serta hubungan antar batuan. Ini perlu dilakukan karena sifat fisik dan mekanis suatu batuan berbeda dengan batuan lainnya 2.
Sifat fisik dan mekanik
Sifat fisik batuan atau tanah yang mempengaruhi kemantapan lereng adalah bobot isi, porositas, dan kandungan air, kuat tekan, kuat tarik, kuat geser dan sudut geser dalam batuan merupakan sifat mekanik batuan yang berpengaruh terhadap kemantapan lereng.
Bobot isi Semakin besar bobot isi suatu batuan atau tanah, maka gaya penggerak yang
menyebabkan longsor semakin besar juga. Dengan demikian, kemantapan lereng tersebut semakin berkurang.
Porositas Batuan yang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap air. Dengan
demikian bobot isinya menjadi lebih besar, sehingga memperkecil kemantapan lereng. Adanya air dalam batuan juga akan menimbulkan tekanan air pori yang memperkecil kuat geser batuan. Batuan yang mempunyai kuat geser kecil akan lebih mudah longsor.
Kandungan air Semakin besar kandungan air dalam batuan atau tanah, maka tekanan air pori menjadi semakin besar juga. Dengan demikian kuat geser batuan menjadi semakin kecil , sehingga kemantapan dari suatu lereng semakin mengecil.
Sudut geser dalam batuan
Semakin besar sudut geser dalam , maka kuat geser batuan juga semakin besar. Dengan demikian , lereng yang disusun oleh batuan tersebut menjadi lebih mantap. 3. Topografi daerah setempat Keadaan dan genesa daerah setempat memainkan peranan penting dalam memahami hubungan bentuk lereng dengan kestabilan lereng. Lereng dengan kemiringan, material dan geologi yang sejenis dapat berperilaku yang berbeda bergantung aspekaspek topografinya. Faktor ini mempengaruhi laju erosi dan pengendapan serta menentukan arah aliran air permukaan dan air tanah. Hal ini disebabkan karena untuk daerah yang curam, kecepatan aliran air permukaan tinggi dan mengakibatkan pengikisan lebih intensif dibandingkan pada daerah yang landai. Karena erosi yang intensif, akan banyak dijumpai singkapan batuan dan ini menyebabkan pelapukan yang lebih cepat. Batuan yang lapuk mempunyai kekuatan yang rendah sehingga kemantapan lereng menjadi berkurang. 4. Kondisi hidrologi dan hidrogeologi Air tanah merupakan faktor yang penting dalam kestabilan lereng, air tanah dapat mempengaruhi lereng dengan lima cara: mengurangi kekuatan, merubah kandungan mineral melalui proses alterasi dan pelarutan, mengubah densitas, menimbulkan tekanan air pori dan menyebabkan erosi. Muka air tanah yang ada menjadikan lereng sebagian besar basah dan batuannya mempunyai kandungan air yang tinggi. Batuan dengan kandungan air yang tinggi kekuatannya menjadi rendah sehingga lereng lebih mudah longsor. Hal ini disebabkan air yang terkandung pada batuan akan menambah beban batuan tersebut. 5. Geometri lereng Lereng yang terlalu tinggi menjadi lebih tidak stabil sehingga cenderung mudah longsor daripada lereng yang tidak terlalu tinggi pada batuan yang sama.. Makin besar kemiringan lereng atau tingkat kecuramannya semakin besar maka semakin mungkin terjadinya kelongsoran. 6. Iklim Iklim berpengaruh terhadap kemantapan lereng karena iklim mempengaruhi perubahan temperatur. Temperatur yang cepat sekali berubah dalam waktu yang
singkat akan mempercepat proses pelapukan batuan. Untuk daerah tropis pelapukan lebih intensif dibandingkan dengan daerah dingin 7. Gaya-gaya luar Gaya-gaya dari luar yang dapat mempengaruhi kemantapan suatu lereng 2.2. Batuan 2.2.1 Batuan Beku Pengertian batuan beku Batuan beku atau nama lainnya batuan igneus ialah jenis batuan yang dihasilkan dari magma yang mengalami proses pendinginan atau pembekuan. Proses Pembentukan Batuan Beku Seperti halnya beragam jenis batuan, batuan beku mempunyai beberapa jenis batuan, dimana beragam bentuk tersebut berdasarkan dari proses awal pembentukannya. Diantara jenis batuan beku ialah sebagai berikut : batuan beku Interusive, ekstrusif, hipabissal.
Batuan beku Intrusive
Batuan beku type intrusive adalah batuan beku di mana sistem pembentukannya berlangsung didalam kerak bumi atau dibawah permukaan bumi. Batuan ini adalah bentuk dari pendinginan magma yang berada di dalam kerak bumi hingga struktur batuan beku umumnya berbentuk kasar. Batuan beku yang mempunyai struktur butir kasar yang terdapat pada kedalaman cukup didalam kerak dikatakan sebagai abyssal sedang batuan beku intrusive yang sistem terjadinya telah nyaris ada di permukaan dikatakan sebagai hypabyssal.
Batuan beku Ekstrusif
Berlainan dengan batuan beku intrusive, batuan beku ekstrusif ini berlangsung diatas permukaan kerak bumi karna ada pencairan magma didalam mantel atau kerak bumi. Sistem pembekuan dari batuan beku ini lebih cepat dibanding dengan sistem pencairan batuan beku intrusive karna sistem pembekuannya berlangsung diatas permukaan bumi. Magma yang keluar dari dalam mantel atau kerak bumi ini lewat gunung berapi yang ada lubang dipuncaknya sehingga magma dapat keluar serta membuat batuan yang
lebih cepat membeku. Oleh karenanya struktur dari batuan ini berbentuk halus berpasir. Susunan Batuan Beku Susunan batuan adalah penampakan dari batuan yang dapat diliat dari kedudukan lapisannya.: Pillow lava atau lava bantal di mana berlangsung karna ada pembekuan magma pada gunung dibawah laut yang membuat mirip bantal.
Joint susunan adalah aliran lava yang berupa kekar-kekar serta tegak lurus sesuai sama arah alirannya hingga hasilkan penampakan yang begitu memukau.
Massif, adalah jejak aliran lava yang keluar dari perut bumi tetapi tidak tunjukkan ada sinyal tanda lubang atau aliran gas di dalamnya.
Vesikuler, adalah aliran lava yang mengalir serta dibersamai dengan terdapatnya aliran gas hingga arah serta teksturnya tidak teratur.
Xenolitis, adalah aliran lava yang dibersamai dengan masuknya batuan beda di dalamnya hingga tunjukkan satu fragmen yang membuat pecahan-pecahan. 2.2.2 Batuan Sedimen
Pengertian Batu Sedimen Batuan sedimen merupakan batuan yang terdapat di permukaan bumi baik itu daratan maupun lautan, yang mana batuan jenis ini telah mengalami proses perpindahan dari suatu tempat ke tempat lainnya melalui alat perpindahan alamiah berupa gaya gravitasi, angin dan air sebagai pengangkut utamanya. Dinamakan batuan sedimen karena batuan jenis ini telah mengalami pengerasan (membatu) dengan faktor utama dari proses pengerasan tersebut ialah vegetasi, tofografi, iklim juga susunan yang terdapat pada batuan tersebut. Adapun dalam proses pembatuan tersebut melibatkan beberapa proses yaitu pemadatan, sementasi, diagenesa, dan lithfikasi. Ciri ciri batuan sedimen
Berlapis (stratifiction)
Mengandung fosil
Memiliki struktur sedimen
Tersusun dari fragmen butiran hasil transfortasi
Secara garis besarnya, batuan sedimen terbentuk dengan dua cara, yaitu : 1. batuan sedimen autochthonous yang terbentuk dalam cekungan pengendapan dengan kata lain tanpa adanya proses pengangkutan dengan contoh batuannya yaitu batuan avaporit dan batuan gamping. 2. batuan sedimen allochthonous yaitu batuan sedimen yang mengalami proses pengangkutan atau transfortasi dengan kata lain batuan sedimen jenis ini berasal dari luar cekungan yang diangkut lalu mengendap didalam cekungan dengan contoh batuannya yaitu batu pasir, breksi, konglomerat, dan batuan epiklastik. Para ahli memperkirakan bahwa jumlah batuan sedimen yang ada di permukaan bumi mencapai 75% sedangkan batuan sedimen yang ada didalam kerak bumi berjumlah tidak lebih dari 8%. Klasifikasi batuan sedimen Terdapat 4 macam batuan sedimen bila ditinjau dari proses terbentuknya, yaitu : 1. Batuan sedimen klasik 2. Batuan sedimen biokimia 3. Batuan sedimen kimia 4. Batuan sedimen vulkanik Berikut penjelasan dan contoh gambar dari ke 4 jenis batuan sedimen :
Batuan sedimen klasik
Batuan sedimen klasik ialah jenis batuan sedimen yang terdiri dari komponen silikat dan fragmen batuan yang diangkut oleh elemen bernama fluida. Dengan elemen tersebut material batuan diangkut dan berhenti dimana fluida itu terhenti. Bentuk dan ukuran dari batuan sedimen dapat dibedakan berdasar ukuran skala partikel yang dominan dan memakai ukuran skala butir udden-wentworth dan para ahli membedakan batuan tersebut kedalam 3 jenis yaitu : 1. Batu kerikil ( batu yang berdiameter lebih dari 2 mm) 2. Pasir ( batuan yang memiliki diameter 1/16 hingga 2 mm)
3. Lumpur ( lumpur terbagi 2 ; lumpur lempung berdiameter 1/16 hingga 2 mm dan lanau yang mempunyai diameter 1/16 hingga 1/256 mm)
Batuan sedimen biokimia
Jenis batuan sedimen biokimia ialah jenis batuan yang dalam proses pembentukannya menggunakan berbagai macam organisme, biasanya organisme mikro yang berfungsi sebagai pengangkut material yang berkumpul pada suatu tempat lalu membentuk sebuah batuan. 3. Batuan sedimen kimia Batuan sedimen kimia ialah jenis batuan yang terbentuk adanya proses kumpulan material yang terperangkap disuatu tempat dan kandungan kimia yang terdapat didalamnya menjadi jenuh sehingga membeku melalui proses kimiawi atau anorganik. 4. Bantuan sedimen vulkanis Diantara jenis batuan sedimen lainnya adalah batuan sedimen vulkanis. Batuan sedimen vulkanis ialah jenis batuan yang terbetuk dari berbagai macam proses yang diantaranya terjadi karena adanya arus piroklastik, bresi impact, breksi vulkanik dan proses lainnya yang mana proses tersebut sangat jarang diketemukan dan biasa terjadi pada kasus tertentu saja. 2.2.3 Batuan metamorf Pengertian batu metamorf Batuan metamorf adalah satu batuan yang alami perubahan atau transformasi dari batuan yang lain yang telah ada terlebih dulu serta dibersamai dengan terdapatnya sistem metamorfosa hingga membuat bentuk baru yang berlainan dengan type batuan terlebih dulu.jumlah dari batuan metamorf didalam bumi ini cukup banyak serta pembentukannya begitu gampang karna ada kedalaman tempat yang begitu dalam, ada desakan udara yang begitu rendah atau tinggi serta desakan dari batuan yang telah berada di atasnya. Sistem pembentukan batuan metamorf dapat juga berlangsung karna ada tabrakan lempeng benua yang dapat mengakibatkan ada desakan horizontal, distorsi serta
gesekan pada lempeng itu. Batuan metamorf dapat juga terjadi karna ada pemanasan dari magma yang berada di dalam perut bumi. Terdapat banyak type batuan metamorf serta dapat dibedakan jadi di bawah ini : Jenis jenis batuan metamorf
Batuan Metamorfosis Kontak
Sistem terjadinya batuan metamorf kontak merupakan ada suntikan magma yang tentang pada batuan di sekelilingnya. Perubahan ini merupakan perubahan besar di mana nyaris batuan yang terserang suhu yang begitu tinggi juga akan lakukan sistem metamorphosis. Karna ada sistem ini dapat juga mengubah biji mineral yang berada di dalam batuan. Makin dekat letak batu dengan magma juga akan makin besar juga sistem perubahannya dibanding dengan batuan yang letaknya jauh dari magma. Saat batuan alami kontak dengan magma juga menyebabkan permukaan mineralnya jadi lebih keras. Arti untuk mengatakan batuan yang sudah alami sistem metamorphosis ini umumnya dimaksud dengan batu tanduk (hornfless).
Batuan Metamorf Regional
Batuan metamorf regional adalah satu himpunan batuan metamorf dalam ukuran yang cukup besar serta luas. Beberapa besar batuan dibawah kerak bumi adalah batuan metamorf yang alami sistem metamorphosis saat terjadinya tabrakan lempeng benua ini.umumnya batuan metamorf ini juga akan ada disepanjang sabuk karna ada desakan suhu udara yang tinggi hingga menyebabkan batuannya alami perubahan susunan di dalamnya. untuk batuan metamorf regional ini misalnya merupakan singkapan marmer yang begitu luas di Amerika Serikat.
Batuan Metamorf Katalakstik
Batuan ini berlangsung karna ada sistem mekanisme deformasi mekanis. Jadi, saat ada dua lempeng yang sama-sama bergesekan jadi juga akan hasilkan panas yang begitu tinggi, nah sisi yang masih tetap alami gesekan tersebutlah yang juga akan alami perubahan susunan di dalamnya.
batuan itu juga umumnya juga akan hancur terlebih dulu karna ada tumbukan atau gesekan spesifik yang begitu lama serta kuat. Pada sistem ini tidak umumnya berlangsung pada zone sempit di mana berlangsung gerakan sesar dengan mendatar.
Batuan Metamorf Hidrotermal
Batuan ini berlangsung karna ada perbuhana suhu serta desakan udara yang begitu mencolok Karna ada cairan hidrotermal. Contoh dari batuan ini merupakan batuan basaltic di mana di dalam batuan itu benar-benar sangat kekurangan cairan hidrat. Hasil endapan dari batuan ini juga akan bercampur dengan unsure-unsur yang lain seperti talk, klorit, tremolit, aktinolit serta yang lain. umumnya bila endapan ada bijihnya bermakna adalah batuan metamorf hidrotermal.
Batuan Metamorf Tindihan
Seperti dengan namanya batuan metamorf tindihan ini adalah hasil dari batuan yang tertimbun dalam kedalaman yang begitu dalam sampai menjangkau perubahan suhu yang begitu mencolok. Pada fase ini umumnya didalam batu juga akan keluar satu mineral baru serta umumnya yang paling banyak dibuat merupakan mineral zeolit. Batuan ini dapat beralih jadi batuan metamorf regional bila berlangsung perubahan suhu serta desakan yang berlangsung dengan terus-terusan. 2.3 hubungan batuan terhadap potensi longsor Hoek dan Bray (1981) membagi empat jenis gerakan tanah atau yang dikenal dengan istilah longsoran berdasarkan dari bidang gelincir yang terbentuk yaitu longsoran bidang (plane failure), longsoran baji (wedge failure), toppling failure dan circular failure .
Longsoran bidang adalah longsoran yang terjadi jika massa batuan bergerak menuruni lereng sepanjang bidang gelincir,
longsoran baji adalah longsoran yang terjadi akibat adanya dua bidang diskontinuitas saling berpotongan dengan longsoran yang berlangsung sepanjang bidang tersebut yang membentuk seperti membaji,
toppling failure adalah jenis pergerakan yang terjadi tanpa perlu media berupa bidang gelincir dan dapat terjadi akibat pengaruh gravitasi.
Circular failure adalah longsoran yang terjadi pada batuan yang mengalami proses pelapukan yang intensif sehingga terbentuk material lepas dengan bentuk yang tidak teratur Metode dalam pengenalan potensi gerakan tanah berdasarkan jenis litologi
dan struktur geologi dapat dilakukan dengan melakukan observasi lapangan. Jenis batuan merupakan komponen dasar untuk mengetahui genesa batuan dari suatu wilayah yang implikasinya dalam mengidentifikasi resistensi dan kemampuan batuan untuk stabil. Batuan berdasarkan jenisnya dibagi menjadi empat yaitu batuan sedimen, batuan beku, batuan metamorf dan batuan piroklastik. Berdasarkan genesanya batuan sedimen merupakan batuan yang berasal dari rombakan asal batuan yang mengalami transportasi, sedangkan batuan beku berasal dari proses pendinginan magma yang terjadi pada dapur gunung api ataupun yang telah keluar ke permukaan, kemudian batuan metamorf merupakan batuan yang berasal dari peningkatan temperatur dan tekanan yang bersumber dari batuan beku dan sedimen ataupun dari batuan asal itu sendiri. Batuan piroklastik merupakan hasil dari produk gunung api yang dibagi berdasarkan sifatnya menjadi dua yaitu jatuhan (fall) dan aliran (flow). Batuan sedimen memiliki ciri tersusun dari butir-butir yang saling terhubung, semakin kecil butir pada batuan maka potensi gerakan tanah akan semakin tinggi dikarenakan karena butir dengan tekstur halus memiliki ciri saling sejajar dan tidak mengikat. Mineral lempung juga memiliki sifat yang rentan terhadap air dan mudah mengembang, sebaliknya jika mineral lempung memiliki kandungan air yang sangat rendah maka batuan akan mengalami penyusutan dan membentuk seperti mud crack. Pada terjadi toppling failure pada batuan sedimen dimana gerakan tanah tidak memerlukan media dan jatuh bebas akibat gaya gravitasi dikarenakan adanya rongga didalam batuan. Batuan metamorf memiliki resistensi yang lebih baik dibanding ketiga jenis batuan lainnya, hal tersebut dapat terlihat pada dimana proses peningkatan temperatur dan tekanan dalam proses pembentukan mempengaruhi penyusunan mineral yang sangat kompak, komposisi mineral stabil, proses pelapukan pada batuan metamorf relatif rendah karena air sulit untuk masuk kedalam pori-pori batuan. Umumnya
batuan metamorf terbentuk pada lapisan bumi yang relatif dalam, proses pembebanan batuan akan membuat batu mengalami gradien termal tinggi dan membentuk senyawa kimia yang tidak mudah mengalami pelapukan. Batuan beku umumnya memiliki resistensi yang baik, tingkat pelapukan dapat terjadi pada batuan yang memiliki intensitas rekahan ataupun retakan yang dominan, komposisi mineral batuan relatif stabil. Proses pendinginan magma dan pembentukan yang berada dalam bumi menyebabkan batuan beku memiliki sifat yang keras. Batuan beku memiliki tekstur yang beragam hal tersebut dikarenakan lokasi dimana terbentuknya batuan. Tekstur batuan beku halus biasanya berada pada batuan beku luar, sedangkan semakin dalam terbentuknya batuan tekstur yang dijumpai relatif kasar. Tekstur pada batuan beku tidak memiliki pengaruh terhadap ketahanan batuan, berbeda dengan batuan sedimen dimana tekstur berperan penting dalam kompaksi batuan Proses gerakan tanah biasanya berlangsung pada kondisi batuan yang tidak resisten yang telah mengalami pelapukan. Semua jenis batuan bisa mengalami pelapukan, tetapi batuan sedimen dan piroklastik memiliki kecenderungan yang lebih mudah lapuk dibanding dengan batuan beku dan metamorf. Struktur geologi pada suatu daerah dapat dikenali dengan adanya suatu blok yang mengalami patah ataupun munculnya rekahan-rekahan pada batuan. Gerakan tanah yang disebabkan oleh strukur biasanya dikenal dengan plane failure. Daerah yang dilewati oleh sesar-sesar mayor aktif berpotensi untuk terjadi gerakan tanah, hal tersebut dikarenakan sesar dengan pergerakan mayor dapat mengontrol adanya sesarsesar dengan dimensi yang lebih kecil yang melewati zona lemah. Kekar merupakan suatu rekahan pada batuan yang terbentuk akibat adanya proses tektonik ataupun akibat pelepasan energi. Kekar berdasarkan jenisnya dibagi menjadi kekar gunting (shear fracture) yaitu kekar yang saling berpotongan dan kekar tension yang memiliki pola saling sejajar dan relatif tegak lurus arahnya terhadap shear fracture. Semakin tinggi intensitas kekar pada batuan akan memudahkan untuk terjadinya proses pelapukan secara kimiawi dan mempercepat proses infiltrasi tanah, sehingga batuan akan tersusun dengan material lepas yang membentuk bongkah dan berpotensi
untuk terjadinya gerakan tanah. Bukaan kekar (aperture) dengan jarak >3 cm biasanya terbentuk karena intensitas pelapukan yang cukup tinggi dan berpotensi besar mengalami gerakan tanah ,sedangkan kekar dengan aperture 0.01 – 1 cm umumnya terjadi akibat adanya proses gaya kompresi ataupun ekstensi Batuan sedimen, beku dan metamorf sering dijumpai adanya kekar yang dipengaruhi oleh tektonik ataupun penyusutan massa batuan, sedangkan pada batuan piroklastik kekar jarang dijumpai. Hubungan jenis batuan terhadap struktur geologi dapat membantu dalam mengindikasikan adanya potensi bahaya gerakan tanah, Berdasarkan resiko gerakan tanah dari tinggi ke rendah terdiri dari batuan piroklastik, sedimen, beku dan metamorf. Hal tersebut didasari dari tingkat kekerasan dari masing-masing batuan dan hubungan antar butir yang menyusun batuan. Struktur geologi berupa patahan akan membentuk longsoran bidang, proses tersebut bisa berlangsung tanpa adanya bukti pelapukan yang tinggi pada batuan dengan kontrol utama berupa adanya gaya tektonik yang bekerja dan dapat terjadi terhadap empat jenis batuan. Proses pelapukan dapat mempengaruhi dari terbentuknya tiga tipe longsoran yaitu longsoran baji, toppling failure dan circular failure. Proses gerakan tanah akan berlangsung pada kondisi dimana gaya yang menahan lebih kecil dibanding gaya yang meluncur, sebaliknya jika gaya yang menahan lebih besar maka kondisi lereng akan stabil. Dapat disimpulkan proses gerakan tanah lebih didominasi karena pengaruh pelapukan dibanding dengan struktur geologi, hal tersebut didasari karena pengaruh dari perubahan sifat mekanika, kimiawi dan biologis pada batuan yang terjadi karena Indonesia memiliki curah hujan yang tinggi. Potensi bahaya gerakan tanah dapat berlangsung dimana saja pada saat debit air merusak kesetimbangan suatu lereng. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana keempat jenis batuan memiliki tingkat pelapukan yang berbeda walaupun dengan proses media yang sama, pemetaan struktur geologi diperlukan untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap kondisi lereng-lereng yang dilewati patahan ataupun zona perlipatan sehingga bisa menjadi salah satu alternatif untuk mengantisipasi adanya bahaya gerakan tanah dikemudian hari.
2.4 Karakteristik Daerah Rawan Longsor Pada umumnya daerah rawan bencana tanah longsor merupakan daerah yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1.
Kemiringan lereng curam (lebih dari 40%), dan/atau kawasan rawan gempa.
2.
Kawasan yang dijumpai banyak alur air dan mata air yang berada di lembahlembah subur dekat sungai.
3.
Lereng-lereng pada belokan sungai, sebagai akibat proses erosi atau penggerusan oleh aliran sungai pada bagian kaki lereng.
4.
Daerah tekuk lereng, yakni peralihan antara lereng curam dengan lereng landai yang di dalamnya terdapat pemukiman. Lokasi seperti ini merupakan zona akumulasi air yang meresap dari bagian lereng yang lebih curam. Oleh karena itu daerah tekuk lereng ini sangat sensitif mengalami peningkatan tekanan air pori yang akhirnya melemahkan ikatan antar butir-butir partikel tanah dan memicu terjadinya longsor.
5.
Daerah yang dilalui struktur patahan/sesar yang umumnya terdapat hunian. Dicirikan oleh adanya lembah dengan lereng yang curam (diatas 30%), tersusun dari batuan yang terkekarkan (retakan) secara rapat, dan munculnya mata air di lembah tersebut. Retakan batuan dapat mengakibatkan menurunnya kestabilan lereng, sehingga dapat terjadi jatuhan atau luncuran batuan apabila air hujan meresap ke dalam retakan atau saat terjadi getaran pada lereng.
6.
Geologi (jenis batuan, sifat batuan, stratigrafi dan tingkat pelapukan). Jenisjenis batuan/tanah antara lain:
Tanah tebal dengan tingkat pelapukan sudah lanjut
Kembang kerut tanah tinggi seperti pada tanah dengan kadar liat tinggi dengan tipe mineral seperti monmorillonite
Sedimen berlapis (tanah permeabel berada di atas tanahimpermeabel)
Pelapisan tanah/batuan searah dengan kemiringan lereng
Tanah pelapukan tebal
Tingkat kebasahan tinggi (curah hujan tinggi)
Erosi lateral intensif sehingga menyebabkan terjadinya penggerusan di bagian kaki lereng, akibatnya lereng semakin curam.
7.
Morfologi atau bentuk geometri lereng
Erosi lateral dan erosi mundur (backward erosion) yang intensif menyebabkan terjadinya penggerusan di bagian kaki lereng, akibatnya lereng semakin curam. Semakin curam suatu kemiringan lereng, semakin kecil nilai kestabilannya.
8.
Patahan yang mengarah keluar lereng. Curah hujan
Daerah dengan curah hujan rata-rata tinggi (diatas 2000 mm/tahun)
Akibat hujan terjadi peningkatan kadar air tanah, akibatnya menurunkan ketahanan batuan dan menambah beban mekanik tanah.
Curah hujan yang tinggi menyebabkan meningkatnya volume air yang terinfiltrasi sehingga tanah menjadi semakin jenuh dan makin menjenuhi dan menambah beban lapisan tanah di atas bahan gelincir.
9.
Kegiatan manusia
Mengganggu kestabilan lereng misalnya dengan memotong lereng. Mengganggu vegetasi penutup lahan sehingga aliran permukaan melimpah, misalnya dengan 'over cutting', penjarahan atau penebangan tak terkendali, hal ini akan menyebabkan erosi mundur maupun erosi lateral. Menambah beban mekanik dari luar, misalnya penghijauan atau reboisasi yang sudah terlalu rapat, pohonnya sudah besar-besar di kawasan rawan longsor dan tidak dipanen. 2.5 Kondisi Geografis Sumatera Barat 2.1
Sumatera Barat
2.2.1 Fisiografis Secara geografis, Provinsi Sumatera Barat terletak pada garis 00 54’ Lintang Utara sampai dengan 30 30’ Lintang Selatan serta 980 36’ sampai dengan 1010 53’
Bujur Timur dengan total luas wilayah sekitar 42.297,30 Km2 atau 4.229.730 Ha termasuk ± 391 pulau besar dan kecil di sekitarnya, yang setara dengan 2,17% luas Indonesia. Sumatera Barat terletak di pesisir barat bagian tengah pulau Sumatera yang terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi vulkanik yang dibentuk oleh Bukit Barisan. Dari luas tersebut, lebih dari 45,17% merupakan kawasan yang masih ditutupi hutan lindung. Secara administratif, Wilayah Provinsi Sumatera Barat berbatasan langsung dengan: 1. Sebelah Utara dengan Provinsi Sumatera Utara. 2. Sebelah Selatan dengan Provinsi Bengkulu. 3. Sebelah Timur dengan Provinsi Riau dan Jambi. 4. Sebelah Barat dengan Samudera Hindia. Pembagian wilayah kabupaten/kota di Sumatera Barat
No. Kabupaten/Kota
Pusat
Kecamatan
Pemerintahan 1.
Kab. Agam
Lubuk Basung
16
2.
Kab.Dhamasraya
Pulau Punjung
4
Tuapejat
10
Sarilamak
13
Parit Malintang
17
Lubuk Sikaping
12
3.
4.
5.
6.
Kab.
Kepulauan
Mentawai Kab.
Lima
Puluh
Kota Kab. Pariaman Kab.Pasaman
Padang
7.
Kab. Pasaman Barat
Simpang Empat
11
8.
Kab. Pesisir Selatan
Painan
12
9.
Kab. Sijunjung
Muaro Sijunjung
8
10.
Kab. Solok
Arosuka
14
11.
Kab.Solok Selatan
Padang Aro
7
12.
Kab. Tanah Datar
Batusangkar
14
13.
Kota Bukittinggi
Bukittinggi
3
14.
Kota Padang
Padang
11
15.
Kota Padang Panjang
Padang Panjang
2
16.
Kota Pariaman
Pariaman
4
17.
Kota Payakumbuh
Payakumbuh
5
18.
Kota Sawahlunto
Sawahlunto
4
19.
Kota Solok
Solok
2
Tabel 2. Pembagian wilayah kabupaten/kota di Sumatera Barat
Gambar 2.1 Peta Administrasi Sumatera Barat Seperti daerah lainnya di Indonesia, iklim Sumatera Barat secara umum bersifat tropis dengan suhu udara yang cukup tinggi, yaitu antara 22,6°C sampai 31,5°C. Provinsi ini juga dilalui oleh Garis khatulistiwa, tepatnya di Bonjol, Pasaman. Di provinsi ini berhulu sejumlah sungai besar yang bermuara ke pantai timur Sumatera seperti Batang Hari, Siak, Inderagiri (disebut sebagai Batang Kuantan di bagian hulunya), dan Kampar. Sementara sungai-sungai yang bermuara ke pesisir barat adalah Batang Anai, Batang Arau, dan Batang Tarusan.Terdapat 29 gunung yang tersebar di 7 kabupaten dan kota di Sumatera Barat, dengan Gunung Kerinci di kabupaten Solok Selatan sebagai gunung tertinggi, yang mencapai ketinggian 3.085 m. Selain Gunung Kerinci, Sumatera Barat juga memiliki gunung aktif lainnya, seperti Gunung Marapi, Gunung Tandikat, dan Gunung Talang. Selain gunung, Sumatera Barat juga memiliki banyak danau. Danau terluas adalah Singkarak di kabupaten Solok dan kabupaten Tanah Datar, disusul Maninjau di kabupaten Agam. Dengan luas mencapai 130,1 km², Singkarak juga menjadi danau terluas kedua di Sumatera dan kesebelas di Indonesia. Danau lainnya terdapat di kabupaten Solok
yaitu Danau Talang dan Danau Kembar (julukan dari Danau Diatas dan Danau Dibawah) Topografi Sumatera Barat Keadaan topografi wilayah Sumatera Barat bervariasi dari topografi datar, landai,curam dan mempunyai pantai sampai pergunungan. Pada umumnya bagian tengah Sumatera Barat terbentang Bukit Barisan dengan topografi relatif curam, sedangkan bagian barat dan timur posisinya relatif datar dan landai. Topografi wilayah Sumatera Barat yang relatif curam ditemui di Kabupaten Solok, Agam, Tanah Datar.Topografi yang landai ditemui di Kabupaten 50 Kota dan Sawahlunto Sijunjung,sedangkan topografi yang relatif datar ditemui di Kabupaten Padang Pariaman,Pesisir Selatan dan Kabupaten Pasaman.
Kondisi Geologi Sumatera Barat Sumatera Barat merupakan salah satu daerah rawan gempa di Indonesia. Hal ini disebabkan karena letaknya yang berada pada jalur patahan Semangko, tepat di antara pertemuan dua lempeng benua besar, yaitu Eurasia dan Indo-Australia.Oleh karenanya, wilayah ini sering mengalami gempa bumi. Gempa bumi besar yang terjadi akhir-akhir ini di Sumatera Barat di antaranya adalah Gempa bumi 30 September 2009 dan Gempa bumi Kepulauan Mentawai 2010. Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki tatanan geologi kompleks. Kondisi disebabkan letaknya yang berada pada daerah tumbukan 2 lempeng besar yaitu lempeng Indo-Australia dibagian Selatan dan lempeng Euroasia dibagian Utara yang ditandai dengan terdapatnya pusat-pusat gerakan tektonik di Kepulauan Mentawai dan sekitarnya. Akibat tumbukan ke dua lempeng besar ini selanjutnya muncul gejala tektonik lainnya yaitu busur magmatic yang ditandai dengan munculnya rankaian pegunungan
bukit barisan beserta gunung apinya dan sesar / patahan besar Sumatera yang memanjang searah dengan zona tumbukan ke dua lempeng yaitu utara – selatan. Kondisi geologis seperti ini berdampak positif bagi Provinsi Sumatera Barat dengan munculnya mineral-meneral berharga seperti emas, perak, biji besi, mangan, timah hitam dan lainnya, tanah yang subur dan banyak sumber air bersih maupun air panas yang berasal dari kawasan geomorfologi structural, namun dekat dengan sumber panas bumi yang berasal dari magma dangkal. Struktur yang berkembang di Provinsi Sumatera Barat adalah struktur perlipatan (antiklinorium) dan struktur sesar dengan arah umum baratlaut – tenggara, yang mengikuti struktur regional P. Sumatera.Kondisi stratigrafi dari struktur geologi sumatera barat adalah sebagai berikut: a. Kelompok Pra Tersier : kelompok ini mencakup masa Paleozoikum – Mesozoikum, dipisahkan menjadi kelompok batuan ultrabasa; kelompok batuan melange, kelompok batuan malihan; kelompok batuan gunungapi dan kelompok batuan terobosan. b. Kelompok batuan ultrabasa Pra Tersier disusun oleh batuan harzburgit, dunit, serpentinit, gabro dan basalt. c. Kelompok Melange Pra Tersier merupakan kelompok batuan campur aduk yang disusun oleh batuhijau, graywake, tufa dan batugamping termetakan, rijang aneka warna. Kelompok batuan malihan Pra Tersier disusun oleh batuan sekis, filit, kwarsit, batusabak, batugamping termetakan. d. Kelompok batuan sedimen Pra Tersier yang didominasi oleh batugamping hablur sedangkan kelompok batuan terobosan Pra Tersier disusun oleh granit, diorit, granodiorit, porfiri kuarsa, diabas dan basalt. e. Kelompok transisi Pra Tersier – Tersier Bawah yang merupakan kelompok batuan terobosan yang terdiri dari batuan granodiorit dan granit.
f. Kelompok Tersier dipisahkan menjadi kelompok batuan ultrabasa; kelompok batuan melange; kelompok batuan sedimen; kelompok batuan gunungapi dan kelompok batuan terobosan. Kelompok batuan ultrabasa Tersier disusun oleh batuan serpentinit, piroksenit dan dunit. g. Kelompok batuan melang Tersier yang merupakan batuan campur aduk disusun oleh graywake, serpih, konglomerat, batupasir kwarsa, arkose, serpentinit, gabro, lava basalt dan batusabak. h. Kelompok batuan sedimen Tersier disusun oleh konglomerat, aglomerat, batulanau, batupasir, batugamping, breksi dan napal. i. Kelompok batuan gunungapi Tersier disusun oleh batuan gunungapi bersifat andesitik-basaltik, lava basalt sedangkan kelompok batuan terobosan Tersier terdiri dari granit, granodiorit, diorit, andesit porfiritik dan diabas. j. Kelompok transisi Tersier – Kwarter (Plio-Plistosen) dapat dipisahkan menjadi kelompok batuan sedimen; kelompok batuan gunungapi dan kelompok batuan terobosan. k. Kelompok batuan sedimen Plio-Plistosen disusun oleh konglomerat polimik, batupasir, batulanau dan perselingan antara napal dan batupasir. l. Kelompok batuan gunungapi Plio-Plistosen disusun oleh batuan gunungapi andesitik-basaltik, tufa, breksi dan endapan lahar sedangkan kelompok batuan terobosan Plio-Plistosen terdiri dari riolit afanitik, retas basalt dan andesit porfir. m. Kelompok Kwarter dipisahkan menjadi kelompok batuan sedimen; batuan gunungapi dan aluvium.
Gambar 3. Peta Geologi Sumatera Barat Kondisi Gemorfologi Sumatera Barat Propinsi Sumatera Barat dapat dibagi kedalam 3 (tiga) satuan ruang morfologi yaitu: 1. Morfologi Dataran, Daerah dengan morfologi dataran terdapat pada wilayah bagian barat dengan ketinggian antara 0 - 50 M diatas permukaan laut, meliputi; bagian dari Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Agam, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai dan Kota Padang. 2. Morfologi Bergelombang, Daerah bagian tengah dengan ketinggian antara 50 -100 M,diatas permukaan laut, meliputi; bagian dari Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kabupaten Agam dan Kabupaten Pasaman Barat.
3. Morfologi Perbukitan, Daerah bagian Timur dengan ketinggian antara 100 - 500 M diatas permukaan laut, meliputi: bagian dari Kota Sawahlunto, Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Dharmasraya, Kota Bukittinggi, Kabupaten Limapuluh Kota dan Kabupaten Tanah Datar, sebagian Agam, sebahagian Pasaman, Kabupaten Solok Selatan.
Gambar 4.Peta Ketinggian Tempat di Sumatera Barat
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Kabupaten lima puluh kota 3.1.1
Geografis
Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai salah satu Kabupaten di Sumatera Barat, letaknya diapit oleh empat Kabupaten dan satu Provinsi, yaitu Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Sijunjung, dan Kabupaten Pasaman, serta Provinsi Riau. Letak astronomisnya antara 0◦25’ LU dan 0◦22’ LS dan antara 100◦15’ dan 100◦50’ BT. Luas wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota adalah 3.354,30 Km2 yang berarti 7,94 persen dari total luas daratan Provinsi Sumatera Barat. Topologi daerah Kabupaten Lima Puluh Kota bervariasi antara datar, bergelombang dan berbukit-bukit dengan ketinggian dari permukaan laut antara 110 meter hingga 2.261 meter. Di daerah ini terdapat tiga buah gunung api yang tidak aktif yaitu Gunung Sago (2.261 m), Gunung Bungsu (1.253 m) dan Gunung Sanggul (1.495 m). Curah hujan tertinggi tercatat 506 mm pada bulan November dengan hari hujan terbanyak adalah 25 hari pada Bulan November. Sementara itu curah hujan terendah tercatat 7,0 mm (Februari) dan hari hujan paling sedikit adalah 3 hari (Februari).Sebagian besar daerah di Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan daerah perbukitan dan lereng. Sekitar 34% dari total luas wilayahnya merupakan daerah lereng dengan klasifikasi lereng >40%.Sebagian besar daerah di Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan daerah perbukitan dan lereng. Sekitar 34% dari total luas wilayahnya merupakan daerah lereng dengan klasifikasi lereng >40% Uraian Luas Ketinggian dr Perm. Laut Jumlah Sungai Panjang Jalan Curah Hujan Hari Hujan Klasifikasi Lereng dan Luas
Satuan km2 m
2016 3 354.3 110-2 261
buah km mm hari
13 1 332.75 1 834.00 144
0-2% 2-5% 15-40% >40%
Ha Ha Ha Ha
57 092.05 79 069.35 83 658.58 115 610.04
Lembah Harau mempunyai tujuh air terjun (sarasah) yang mempesona. Ketinggian masing-masing air terjun berbeda-beda antara 50-90 meter. Air terjun tersebut mengalir dari atas jurang yang membentang di sepanjang Lembah Harau. Lembah Harau ini terbentuk akibat adanya patahan turun atau block yang turun membentuk lembah yang cukup luas dan datar. Salah satu tanda-tanda atau untuk melihat dimana lokasi patahannya adalah dengan adanya air terjun. Ini artinya dahulu ada sungai yang kemudian terpotong akibat adanya patahan turun, sehingga membentuk air terjun. Secara geologi, batuan yang ada disitu berumur cukup tua, kira-kira 30-40 juta tahun. Batuan seumur ini yang sangat halus berupa serpih (besar butir lebih kecil dari pasir 1/16 mm) yang merupakan batuan yang banyak mengandung organic carbon, yaitu batuan yang terbentuk dari sisa-sisa organisme. Beberapa ahli geologi berpendapat lembah Harau dulu adalah sebuah lautan, secara teoritis bisa benar, karena disana banyak sekali kita jumpai endapan-endapan laut yang belum terganggu itu saat ini berada didarat, hal itu secara teoritis bisa disimpulkan daerah itu dahulunya laut. Hal tersebut diperkuat oleh temuan dari survey team geologi Jerman (Barat) yang meneliti jenis bebatuan yang terdapat di Lembah Harau pada tahun 1980. Dari hasil survey team tersebut dapat diketahui bahwa batuan yang ada di perbukitan Lembah Harau adalah batuan Breksi dan Konglomerat yang merupakan jenis bebatuan yang umumnya terdapat di dasar laut.
Batu Konglomerat
Konglomerat merupakan suatu bentukan fragmen dari proses sedimentasi, batuan yang berbutir kasar, terdiri atas fragmen dengan bentuk membundar dengan ukuran lebih besar dari 2mm yang berada ditengah-tengah semen yang tersusun oleh batupasir dan diperkuat & dipadatkan lagi kerikil. Dalam pembentukannya membutuhkan energi yang cukup besar untuk menggerakan fragmen yang cukup besar biasanya terjadi pada sistem sungai dan pantai. Breksi merupakan batuan sedimen klastik yang memiliki ukuran butir yang cukup besar (diameter lebih dari dua milimeter) dengan tersusun atas batuan dengan fragmen menyudut (tajam). Ruang antara fragmen besar bisa diisi dengan matriks partikel yang lebih kecil atau semen mineral yang mengikat batu itu bersama-sama.
Batu Breksi
Batu Breksi di Lembah Harau Bukit yang ada dilembah Harau terjadi akibat pengangkatan daratan, dan juga penurunan bukit bukan hanya turunnya salah satu bukit, tetapi juga "pengangkatan"
sebuah dataran juga. Kedua proses ini berjalan simultan. Hal tersebut tebukti dari Endapan batuan penyusun tembing-tebing harau itu adalah endapan dataran rendah (endapan sungai) yang sekarang sudah menjadi sebuah bukit,tentu itu mebuktikan kepda seorang ahli geologi bahwa bukit ini adalah akibat pengangkatan daratan. Dimana pengangkatan dan penurunan daratan terjadi akibat gaya endogen bisa saja terjadi karena kita tahu Tektonisme (diastropisme) terdiri atas tenaga epirogenesa dan tenaga orogenesa. Tenaga epirogenesa merupakan proses pengangkatan (negative) atau penurunan (positive) letak bumi dalam wilayah luas dengan kecepatan relatif lambat. Kemudian ,tentang pengangkatan dapat dibuktikan juga dengan banyaknya batuan batuan yang mengandung fosil makhluk laut di bukit Lembah Harau.Selanjutnya, akibat gaya endogen juga Lembah Harau terbentuk juga akibat adanya patahan turun atau block yang turun membentuk lembah yang cukup luas dan datar. Salah satu tanda-tanda atau untuk melihat dimana lokasi patahannya adalah dengan adanya air terjun. Ini artinya dahulu ada sungai yang kemudian terpotong akibat adanya patahan turun, sehingga membentuk air terjun. Gaya eksogen yang bekerja adalah erosi, Salah satu yang menarik di Lembah Harau adalah terbing yang terjal yang menjulang tinggi.Kemungkinan proses terjadinya tebing terjal yang seperti batu ditebas pedang itu adalah akibat erosi ribuan tahun telah menggerus batuan lunak, dan yang tersisa adalah batuan keras yang berdiri terjal tersebut. Jadi, dahulu ada sebuah daratan batuan yang cukup besar terangkat dan tingkat kekerasannya tidak merata, kemudian lama kelamaan batuan yang tidak begitu keras atau lembut terkikis dengan berjalannya waktu dan akhirnya tinggallah batuan yang memiliki kekerasan cukup tinggi dan tak mudah terkikis beberapa bagian dari batuan yang tidak terkikis itu ada yang mengalami pertambahan kenaikan dan ada penurunan. Dari data diatas dapat di analisa bahwa lembah harau memilki curah hujan yang tinggi , memiliki lereng yang sangat curam, terdapat batu sedimen berupa batu breksi dan batu konglomerat. Dari data diatas didapatkan hasil bahwa lembah harau yang terletak di kabupaten lima puluh kota sangat berpotensi akan terjadinya longsor. Faktor utamanya adalah dari jenis batuan yang terdapat di lembah harau
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan Provinsi Sumatra Barat merupakan provinsi yang memiliki kondisi geografis yang komplek mulai dari dataran rendah sampai ke dataran tinggi . Hal ini membuat provinsi Sumatra Barat memiliki sejuta pesona keindahan di dalamnya dan berbarengan dengan hal itu tentu Sumatra Barat akan menjadi langganan bencana alam terkhususnya bencana longsor. Sudah sebijaknya sebagai warga Sumatra Barat harus selalu waspada terhadap bencana alam yang tak bisa diperkirakan waktu kedatangannya.
Daftar Pustaka
https://id.climate-data.org/asia/indonesia/north-sumatra/lima-puluh-kota-585349/ http://jurnalsolum.faperta.unand.ac.id/index.php/solum/article/download/126/149 https://www.academia.edu/12526103/Kemantapan_lereng_batuan_Rock_Slope_St ability_?auto=download https://lasonearth.files.wordpress.com/2010/01/batuan.pdf http://www.sumbarprov.go.id/details/news/667 https://www.academia.edu/11768848/Geologi_and_Geomorfologi_Indonesia_Ace h_Sumatera_Utara_Dan_Sumatera_Barat_