NAMA : FIKA NOVA ERLIANTI NIM:55O3170036 MK: TUGAS UTS AKUNTANSI MENENGAH 2
DEPRESIASI 1. Pengertian Depresiasi Depresiasi adalah alokasi yang dibuat secara sistematis untuk menyusutkan atau mengurangi jumlah suatu aset selama umur manfaatnya. Aktiva tetap tersebut adalah harta perusahaan guna menunjang aktivitas operasional. Setiap tahun muncul biaya penyusutan terhadap aktiva tetap tersebut sebagai penggunaanya dalam operasional perusahaan. Secara umum penerapan depresiasi atau penyusutan aktiva tetap pada keuangan perusahaan dapat mempengaruhi laporan keuangannya dan juga perubahan pajak penghasilan perusahaan. Depresiasi seringkali dianggap sebagai kerugian dalam perhitungan nilai, namun bagi seorang akuntan yang memahami laporan keuangan dapat memandang depresiasi sebagai alat untuk alokasi biaya. A. Pengetian menurut para ahli: Berikut ini adalah pengertian depresiasi atau penyusutan menurut para ahli:
Pengertian penyusutan atau depresiasi menurut Zaki Baridwan, (2004:305) adalah sebagai berikut “ depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya stai periode akuntansi”.
Menurut Sofyan Harahap depresiasi ialah pengalokasian harga pokok aktiva tetap selama masa penggunaannya atau dapat juga kita sebut sebagai biaya dibebankan terhadap produksi akibat penggunaan aktiva tetap itu dalam proses produksi.
Menurut Kleso, Weygant dan Warfield depresiasi ialah proses akuntansi untuk mengalokasikan biaya aset berwujud menjadi biaya secara sistematis dan nasional terhadap periode yang diharapkan dapat memanfaatkan penggunaan aset tersebut.
Menurut PSAK (Pertanyataan Standar Akuntansi Keuangan)Menurut
PSAK No.
17depresiasi adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang
masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Metode Depresiasi Dalam perusahaan terdapat beberapa metode depresiasi yang umum digunakan. Sesuai dengan pengertian depresiasi diatas, dimana mengharuskan seorang akuntan untuk menggunakan metode depresiasi yang rasional dan sistematis. Misalnya dalam sebuah contoh studi kasus perusahaan Anda ingin membeli mesin produksi baru untuk tujuan tertentu maka dapat digambarkan sebagai berikut:
Biaya Mesin Produksi Baru = Rp500 juta
Estimasi Waktu Manfaat = 5 tahun
Estimasi Nilai Sisa = Rp50 juta
Umur Produktif = 30 ribu jam
Dari gambaran tersebut, maka ada beberapa metode depresiasi yang bisa Anda gunakan untuk menghitung beban penyusutan keuangan perusahaan Anda, diantaranya:
1. Metode Garis Lurus (Straight-Line Method) Metode ini disebut juga Straight-Line Method dan merupakan metode yang paling sering digunakan untuk menghitung beban penyusutan. Metode ini fokus pada penyusutan sebagai fungsi dari waktu dan bukan dari fungsi penggunaan. Rumus perhitungannya sebagai berikut: Biaya Penyusutan = (Biaya Perolehan Aset – Nilai Residu) : (Masa Manfaat Aset) contoh Sebuah truk dibeli oleh PT Bromo pada tgl 1 Januari 1991, harga beli Rp. 12.000.000, biaya perbaikan Rp. 1.000.000 taksiran nilai residu Rp. 1.000.000, taksiran masa manfaat 5 tahun, tentukan depresiasi !
Biaya depresiasi = 13.000.000 – 1.000.000 / 5 = 2.400.000
Table depresiasi Tahun
Jml
Tariff
terdepresiasi
Biaya
Akumulasi
depresiasi
depresiasi
Nilai buku
1991
12.000.000
20%
2.400.000
2.400.000
10.600.000
1992
12.000.000
20%
2.400.000
4.800.000
8.200.000
1993
12.000.000
20%
2.400.000
7.200.000
5.800.000
1994
12.000.000
20%
2.400.000
9.600.000
3.400.000
1995
12.000.000
20%
2.400.000
12.000.000
1.000.000
Hitunglah
a. tariff depresiasi b. depresiasi pertahun c. nilai buku setelah 5 tahun dari suatu aktiva yang berharga Rp. 10.000.000 yang dibeli tanggal 5 Januari. Setelah akhir umur manfaatnya selama 10 tahun nilai sisa Rp. 2.000.000.
Jawab:
a. tariff depresiasi : 100% / umur taksiran = 100% / 10 = 10% b. depresiasi : (harga perolehan – nilai sisa) x tariff depresiasi/tahun = 10.000.000 – 2.000.000 x 0,1 = 800.000/ tahun
c. nilai buku
depresiasi selama 5 tahun = 800.000 x 5 = Rp. 4.000.000 nilai buku = harga perolehan – akumulasi depresiasi = 10.000.000 – 4.000.000 = 6.000.000
Namun penggunaan metode ini dinilai kurang realistis karena kegunaan aktiva sama setiap tahunnya.
2. Metode Beban Menurun (Decreasing Charge Method) Metode ini merupakan metode penyusutan dipercepat dimana menyediakan biaya penyusutan lebih tinggi pada tahun awal dan beban rendah pada periode selanjutnya. Fokus utama pada metode ini adalah beban penyusutan lebih banyak pada tahun awal karena aktiva mengalami penurunan pada tahun tersebut. Metode ini dibagi menjadi dua bagian yaitu A. Metode Jumlah Angka Tahun (sum of year) Jumlah depresiasi dihitung berdasarkan pada serangkaian angka pecahan yang denominator atau penyebutnya diambil dari jumlah rentetan angka tahun tersebur. Angka tahun yang terbesar digunakan sebagai numerator atau pembilang dari angka pecahan untuk depresiasi tahun pertama. Harga perolehan – nilai sisa x pecahan angka tahun = biaya depresiasi contoh : Sebuah truk dibeli oleh PT Bromo pada tgl 1 Januari 1991, harga beli Rp. 12.000.000, biaya perbaikan Rp. 1.000.000 taksiran nilai residu Rp. 1.000.000, taksiran masa manfaat 5 tahun, tentukan depresiasi
Tahun
Jml terdepresiasi
Tariff
Biaya
Akumulasi
Nilai
depresiasi
depresiasi
buku
1991
12.000.000
5/15 4.000.000
4.000.000 9.000.000
1992
12.000.000
4/15 3.200.000
7.200.000 5.800.000
1993
12.000.000
3/15 2.400.000
9.600.000 2.400.000
1994
12.000.000
2/15 1.600.000 11.200.000 1.800.000
1995
12.000.000
1/15
800.000 12.000.000 1.000.000
Untuk aktiva yang memiliki taksiran umur manfaat lama formulanya :
S : N (N+1)/2
Ket: S : jumlah angka tahun N : umur manfaat
Contoh : Sebuah mesin dibeli oleh PT Texmaco, berapa depresiasinya untuk 2 tahun pertama jika mesin punya nilai sisa 192.000 dan taksiran umur manfaat 25 tahun, harga mesin tersebut 1.350.000
Jawab S : 25 (25+1) / 2 = 325 Jumlah terdepresiasi : 1.350.000 – 192.000 : 1.158.000 Depresiasi : jumlah terdepresiasi x angka pecahan Th 1 : 1.158.000 x 25/325 = 89.077
B. Metode Saldo Menurun Dalam menghitung depresiasi dengan metode ini tidak diakui adanya nilai sisa. Berdasarkan metode ini. tarif depresiasi garis lurus tanpa nilai sisa dikalikan dua dan dipakai untuk menentukan depresiasi saldo menrun ganda
dengan cara mengalikan tariff yang telah dikalikan dua tersebut dengan nilai buku aktiva pada tiap awal periode . Nilai buku awal tahun x tariff depresiasi = biaya depresiasi Tariff depresiasi = 100% x 2 Taksiran umur manfaat
contoh: Sebuah truk dibeli oleh PT Bromo pada tgl 1 Januari 1991, harga beli Rp. 12.000.000, biaya perbaikan Rp.1.000.000 taksiran nilai residu Rp.1.000.000, taksiran masa manfaat 5 tahun, tentukan depresiasi . Biaya depresiasi : 13.000.000 x 40% = 5.200.000
Tahun
Jml
Tariff
terdepresiasi
Biaya
Akumulasi
Nilai
depresiasi
depresiasi
buku
1991
13.000.000
40%
5.200.000
5.200.000
7.800.000
1992
7.800.000
40%
3.120.000
8.320.000
4.680.000
1993
4.680.000
40%
1.872.000 10.192.000
2.808.000
1994
2.808.000
40%
1.123.000 11.315.000
1.685.000
1995
1.685.000
40%
685.000 12.000.000
1.000.000
Jika suatu aktiva mempunyai nilai sisa maka depresiasi untuk tahun terakhir dihitung sbb : Depresiasi : Nilai buku awal tahun terakhir – nilai sisa : 1.685.000 – 1.000.000 : 685.000
3. Metode Aktivitas (Unit Penggunaan atau Produksi) Pada metode ini mengansumsikan penyusutan sebagai fungsi dari produktivitas atau penggunaan dan bukan dari segi berlalunya waktu. Dengan gambaran diatas, penentuan umur penyusutan mesin produsi tidak memiliki masalah tertentu karena penggunaan relatif mudah diukur.
Depresiasi = harga perolehan– nilai sisa x pemakaian umur taksiran (dalam unit)
contoh :
Sebuah truk dibeli oleh PT Bromo pada tgl 1 Januari 1991,harga beli Rp. 12.000.000, biaya perbaikan Rp.1.000.000 taksiran nilai residu Rp.1.000.000, taksiran masa manfaat (100.000 km), tentukan depresiasinya missal tahun 1991 truk dipakai 15.000 km, 1992 30.000 km, 1993 20.000 km, 1994 25.000 km, 1995 10.000 km Biaya depresiasi persatuan : 13.000.000 – 1.000.000 / 100.000 = 120
Table:
Tahun
Satuan
Depresiasi
Biaya
kegiatan
/ satuan
depresiasi
Akumulasi Nilai buku depresiasi
1991
15.000
120 1.800.000
1.800.000 11.200.000
1992
30.000
120 3.600.000
5.400.000
7.600.000
1993
20.000
120 2.400.000
7.800.000
5.200.000
1994
25.000
120 3.000.000 10.800.000
2.200.000
1995
10.000
120 1.200.000 12.000.000
1.000.000
Namun metode ini memiliki keterbatasan karena tidak tepat digunakan pada situasi penyusutan berdasarkan waktu dan bukan aktivitas.
4. Metode Depresiasi Khusus Dalam pengertian depresiasi sudah dijelaskan bahwa tujuannya adalah untuk mengetahui penyusutan manfaat aset perusahaan. Namun pada beberapa khasus,
perusahaan tidak bisa memilih salah satu metode depresiasi diatas karena aktiva yang terlibat memiliki karakteristik yang unik atau membutuhkan penerapa khusus. Ada dua metode khusus yang bisa Anda terapkan pada kasus tersebut yaitu:
Metode kelompok dan gabungan; sering digunakan pada aktiva yang cukup homogen dan memiliki fungsi yang hampir sama.
Metode campuran dan kombinasi; diterapkan sesuai dengan keinginan akuntan.
AMORTISASI
1. Pengertian Amortisasi Amortisasi adalah
pembayaran utang yang dilakukan secara bertahap dalam
jangka waktu periode tertentu. Amortisasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata amortize. Secara harafiah, arti kata amortize, yaitu “membawa mati”. Kemudian, istilah ini dipakai dalam bidang keuangan, akuntansi dan perpajakan. Jadi, definisi amortisasi adalah suatu prosedur pembayaran utang yang dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu periode tertentu. Misalnya, seperti pembayaran bulanan untuk pinjaman KPR, KPA, kredit kendaraan, utang kartu kredit atau pinjaman lainnya. Supaya amortisasi bisa berjalan, maka syaratnya adalah jumlah pembayaran atau total angsuran harus cukup besar untuk membayar pokok pinjaman dan bunga. Selain itu, definisi amortisasi juga mengacu pada penyebaran biaya modal untuk aset tak berwujud selama jangka waktu tertentu (biasanya selama masa manfaat aset). Bisa juga didefinisikan sebagai suatu prosedur akuntansi yang akan mengurangi nilai biaya (kewajiban) dan aset tak berwujud secara bertahap, dengan umur ekonomis yang terbatas melalui pembebanan secara berkala ke pendapatan. Pengalokasian biaya aset tak berwujud mengacu kepada pengurangan kewajiban dengan pembayaran pokok pinjaman beserta bunga dalam jumlah tertentu sampai pinjaman terbayar selesai.
2. Metode Amortisasi Secara umum metode yang digunakan dalam amortisasi aset tidak berwujud menurut akuntansi ada dua jenis, yaitu metode garis lurus dan metode saldo menurun. Jika mengacu pada Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang – Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, metode dan penilaian amortisasi aset tak berwujud dikelompokan menurut masa manfaatnya:
kelompok harta tidak
masa
tarif amortisasi garis
saldo
berwujud
manfaat
lurus
menurun
kelompok 1
4
25%
505
kelompok 2
8
12,50%
25%
kelompok 3
16
6,25%
12,50%
keompok 4
20
5%
10%
A. Metode garis lurus Metode penyusutan garis lurus merupakan suatu metode pengalokasian pembebanan biaya, dimana jumlah biaya yang dialokasikan setiap tahunnya adalah sama. Dengan kata lain, untuk metode garis lurus, nilai biaya penyusutannya konstan untuk setiap tahunnya, dari tahun perolehan sampai dengan tahun akhir masa manfaatnya. Sebagai contoh, perusahaan anda membeli lisensi IKEA untuk produksi furnitur rumah tangga dengan masa manfaat selama 4 tahun sebesar Rp 100.000.000,-. Maka perhitungan amortisasi pertahunnya adalah sebagai berikut Beban amortisasi tahunan: ¼ x Rp 100.000.000,- = Rp 25.000.000,Dari perhitungan di atas, maka setiap tahun perusahaan anda harus melakukan amortisasi lisensi IKEA sebesar Rp 25.000.000,-. Sehingga perhitungan akuntansinya ketika tutup buku akhir tahun adalah sebagai berikut
Beban Amortisasi Aset tak Berwujud
Rp 25.000.000,Rp 25.000.000,-
B. Metode saldo menurun Sedangkan metode penyusutan saldo menurun, merupakan suatu metode pengalokasian pembebanan biaya, dimana jumlah biaya yang dialokasikan semakin menurun tiap tahunnya seiring bertambahnya masa manfaatnya, dan pada tahun dimana merupakan akhir masa manfaatnya, dilakukan penyusutan sekaligus atas nilai sisa buku yang ada. Dalam metode saldo menurun, pada tahun perolehan, biaya penyusutan akan lebih besar, dan untuk tahun berikutnya biaya penyusutan akan semakin kecil. Jika mengikuti contoh kasus di atas, maka perhitungan amortisasinya adalah sebagai berikut a. Amortisasi lisensi IKEA tahun pertama 50% x Rp 100.000.000 = Rp 50.000.000,b. Amortisasi lisensi IKEA tahun ke-2 50% x (Rp 100.000.000 – Rp 50.000.000) = Rp 25.000.000,c. Amortisasi lisensi IKEA tahun ke-3 50% x (Rp 50.000.000 – Rp 25.000.000) = Rp 12.500.000,d. Amortisasi lisensi IKEA tahun ke-4 Tahun keempat adalah akhir masa manfaat lisensi. Maka pada pembukuannya adalah dengan cara mendebet sisa nilai ke dalam akun beban amortisasi dan mengkreditkan akun aset tak berwujud atau akun lisensi. Dari perhitungan di atas, maka sisa nilai lisensi yang harus bukukan adalah sebesar Rp 12.500.000,-
DEPLESI
1. Pengertian Deplesi Pengelolaan sumber-sumber alam untuk kegiatan perusahaan hampir selalu berkaitan dengan transaksi baik jual/beli/sewa lahan (tanah) yang di dalamnya terdapat bahan baku (pertambangan/kayu) untuk diolah kembali menjadi barang jadi. Deplesi erat kaitannya dengan kegiatan penaksiran nilai perolehan dari setiap sumber alam yang menjadi persediaan. Deplesi dapat dikatakan sebagai penurunan nilai pada aset perusahaan yang berupa sumber alam. Deplesi erat kaitannya dengan kegiatan penaksiran nilai perolehan dari setiap sumber alam (misalnya: bijih besi, hasil tambang, kayu hutan) yang menjadi persediaan. Deplesi dapat dikatakan sebagai penurunan nilai pada aset perusahaan yang berupa sumber alam. Seperti telah disebutkan sebelumnya, deplesi merupakan sebuah perhitungan penyusutan atau penurunan nilai sebuah aktiva tetap. Deplesi sendiri berasal dari kata depletion (Bahasa Inggris), yang berarti penipisan atau pengurangan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), deplesi/dep·le·si/ /déplési/ n 1 Ek adalah kerugian akibat hilangnya atau berkurangnya nilai barang modal. 2. Metode perhitungan Deplesi Dalam pehitungan deplesi, setidaknya perhatikan aspek-aspek berikut ini:
A. Harga perolehan aktiva Jika sumber daya alam, harga perolehannya adalah pengeluaran dimulai sejak mendapatkan izin sampai sumber daya alam itu dapat diambil hasilnya. Jika pengeluaran itu terlalu kecil, maka dilakukan penilaian atas sumber daya alam tersebut. B. Taksiran nilai sisa apabila sumber alam sudah selesai dieksploitasi.
C. Taksiran hasil yang secara ekonomis dapat dieksploitasi.
Deplesi dihitung dari tiap unit hasil sumber alam (barrel dan tonase). Simak ilustrasi berikut ini: Sebidang lahan (tanah) yang terdapat kandungan tambang dibeli seharga Rp20.000.000. Taksiran isinya sebesar 150.000 ton. Tanah tersebut setelah dieksploitasi nilainya ditaksir sebesar Rp2.000.000. Deplesi per ton dihitung sebagai berikut:
Jika di tahun pertama, lahan tersebut bisa dieksploitasi sebanyak 40.000 ton, maka total deplesi pada tahun tersebut sebesar = 40.000 x Rp120.000 = Rp4.800.000. Jurnal untuk mencatat deplesi: Deplesi
Rp4.800.000,00
Akumulasi deplesi
Rp4.800.000,00
Apabila perusahaan telah menaksir di muka biaya deplesi dan kenyataannya perhitungan taksiran berbeda degan kenyataannya, maka perlu diadakan revisi. Koreksi deplesi ini bisa dilakukan dengan cara berikut ini:
Deplesi pada tahun lalu dan masa yang akan datang sudah dicatat dikoreksi. Pada saat adanya perubahaan. Dihitung lagi deplesi perunit kemudian dilakukan koreksi. Contohnya deplesi yang terlalu besar, jurnal koreksinya sebagai berikut: Akumulasi deplesi Laba tidak dibagi (koreksi laaba tahun lalu)
Rp. Xxx Rp. Xxx
Deplesi tahun lalu sudah dicatat tidak di koreksi, tetapi deplesi tahun yang akan datang dilakukan dengan data yang terakhir. Deplesi pada tahun lalu tidak dikoreksi, tetapi deplesi untuk tahun berjalan dan tahun yang akan datang dilakukan revisi. Contoh biaya pembangunan bertambah sebesar Rp. l.800.000,00. Setelah di
eksploitasi dalam tahun kedua sebanyak 30.000 ton, tambang ditaksir masih mengandung 90.000 ton. Perhitungan deplesi pada tahun kedua didapat sebagai berikut: Harga perolehan pertama (-) Nilai sisa Deplesi tahun pertama
20.000.000 2.000.000 4.800.000 (6.800.000 ) 13.200.000
(+) Biaya pembangunan tahun kedua Jumlah yang akan di deplesi
1.800.000 Rp. 15.000.000
Taksiran isi tambang pada awal tahun kedua Hasil eksploitasi tahun kedua (ton)
30.000
Taksiran isi tambang pada akhir tahun kedua (ton)
90.000
Taksiran isi tambang pada awal tahun kedua (ton)
120.000
Deplesi per ton dalam tahun kedua = Rpl5.000.000,00 :120.000 = Rp125,00. Deplesi tahun kedua = 30.000 ton x Rp125,00 = Rp3.750.000,00. Pada aktiva tetap milik perusahaan yang mengolah sumber daya alam, kegunaan aktiva terbatas sampai selesainya eksploitasi sumber alam. Maka depresiasi aktiva tetap dapat dihitung dengan taksiran hasil sumber alam.