Akuntansi Keuangan Lanjutan....docx

  • Uploaded by: Veren Natalia
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Akuntansi Keuangan Lanjutan....docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,079
  • Pages: 24
AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN ( Akuntansi untuk Operasi Cabang )

Oleh Kelompok 3 : Nurlailah

(1707312007)

Juwita Indralista

(1707312017)

Veren Natalia

(1707312038)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA 2019

0

1.

Agen Penjualan dan Kantor Cabang Masalah teknis antara agen dan kantor cabang seringkali digunakan untuk menjelaskan

perbedaan keduanya. Kegiatan agen adalah memamerkan barang dagangan dan menangani pesanan pelanggan, mereka tidak mempunyai persediaan untuk memenuhi pesanan pelanggan ataupun untuk menangani kredit pelanggan. Agen bukan merupakan entitas dan juga bukan kesatuan usaha yang terpisah. Biasanya pencatatan akuntansi yang diperlukan untuk kegiatan agen ini hanya penerimaan dan pengeluaran kas, yang diperlakukan sama seperti sistem kas kecil(petty cash).Pencatatan atas penjualan yang dilakukan oleh agen, biaya-biaya yang berhubungan dengan penjualan, dan biaya lain-lain dicatat oleh sistem akuntansi kantor pusat. Sebaliknya kantor cabang memiliki persediaan, melakukan penjualan kepada pelanggan, menangani kredit pelanggan, menagih piutang, mencatat biaya yang terjadi, dan kegiatankegiatan lain yang biasa dilakukan oleh suatu perusahaan. Kegiatan-kegiatan tersebut dicatat berdasarkan sistem akuntansi kantor cabang.

2.

Pembukuan Agen Penjualan Seperti telah diuraikan sebelumnya, bahwa agen penjualan tidak memerlukan sistem

akuntansi yang lengkap untuk mencatat aktivitasnya yang terbatas. Agen cukup menyelenggarakan buku kas untuk mencatat penerimaan modal kerja dari kantor pusat dan pengeluaran-pengeluaran kas untuk biaya-biaya operasinya yang didukung oleh bukti-bukti pengeluaran. Karena digunakan inprest fund system (sistem dana tetap) maka pada saat mdal kerja hampir habis maka catatan pengeluaran kas beserta bukti-bukti pengeluarannya dikirimkan ke kantor pusat untuk dimintakan pengisian kembali. Apabila terjadi penjualan oleh agen maka harga pokok penjualannya harus ditentukan. Jika digunakan sistem perpetual, pencatatannya dengan mendebit pada perkiraan “harga pokok penjualan agen A” dan mengkredit pada “persediaan barang dagangan”. Sedangkan jika digunakan sistem periodik, dengan mendebit perkiraan “harga pokok penjualan agen A” dan mengkredit “pengiriman pada agen”. Ayat-ayat jurnal ini hanya dicatat pada akhir periode akuntansi oleh kantor pusat, setelah menerima catatan (memorandum) dari agen-agen. 3.

Sistem Akuntansi Kantor Cabang

Penerapan kegiatan akuntansi pada sebuah kantor cabang tergantung pada kebijaksanaan perusahaan. Kebijaksanaan suatu perusahaan mungkin menggunakan sistem akuntansi : 1.

Pencatatan untuk kantor cabang dilakukan pada kantor pusat (sentralisasi).

2.

Pencatatan untuk kantor cabang dilakukan pada kantor cabang dan kantor pusat.

3.

Pencatatan untuk kantor cabang hanya dilakukan pada kantor cabang. 1

1) Pencatatan untuk kantor cabang dilakukan pada kantor pusat (sentralisasi) Pada prinsipnya sama dengan untuk agen penjualan dimana kantor cabang membuat dokumendokumen dasar seperti faktur penjualan, catatan waktu kerja, dan bukti-bukti pendukung transaksi lainnya yang tembusannya atau aslinya dikirimkan ke kantor pusat untuk dicatat di dalam buku jurnal dan buku besar kantor pusat. 2) Pencatatan untuk kantor cabang dilakukan pada kantor cabang dan kantor pusat Pada cara ini kantor cabang membuat jurnal awal secara lengkap yang salinannya dikirimkan ke kantor pusat untuk dicatat dalam jurnal umum dan buku besar. 3) Pencatatan untuk kantor cabang hanya dilakukan pada kantor cabang (desentralisasi) Pada cara ini, setiap cabang membuat pembukuan atas transaksi-transaksi yang terjadi pada kantor cabang secara lengkap yang meliputi jurnal, buku besar dan buku-buku pembantu.Laporan keuangan disiapkan secara tahunan oleh kantor cabang dan dikirimkan ke kantor pusat. Prinsipprinsip akuntansi, sistem pengendalian internal, format dan isi laporan keuangan ditentukan oleh kantor pusat. Laporan keuangan yang terpisah antara kantor cabang dan kantor pusat digabungkan menjadi laporan keuangan tunggal untuk tujuan pelaporan eksternal. 4.

Pengiriman Barang dagangan di Atas Harga Pokok

Banyak perusahaan menggunakan harga transfer di atas harga pokok untuk pengiriman internal ke cabang-cabang mereka. Beberapa perusahaan menetapkan harga transfer pada harga jual normal, sementara yang lainnya menggunakan mark-up standar. Ada juga perusahaan yang menetapkan harga transfernya melalui formula-formula kompleks. Alasan yang mendasari penetapan harga standar di atas harga pokok, antara lain ialah agar alokasi pendapatan antarunit dalam perusahaan dilakukan dengan wajar, agar harga persediaan ditetapkan dengan efisien dan agar margin laba dari tiap-tiap cabang diungkapkan dengan sebenarnya. 1) Pengiriman ke Cabang dicatat pada Harga Pokok Ketika kantor pusat mengirim barang dagangan kepada cabangnya dengan harga transfer di atas harga pokok, pencatatan akuntansi pada buku kantor pusat harus disesuaikan dengan biaya aktual dari barang yang dikirim. Ini dilakukan melalui akun “tambahan laba cabang” atau laba yang belum direalisasi. Sebagai contoh, kantor pusat PT Fabiola mengirirm barang dagangan sejumlah Rp100.000.000 ke cabangnya di Tegal dengan mark-up sebesar 20% di atas harga pokok. Ayat jurnal yang harus dibuat : Buku Kantor Pusat Cabang Tegal Pengiriman ke Cabang Tegal

Rp 120.000.000 Rp 100.000.000 2

Laba belum direalisasi Cabang Tegal

20.000.000 Untuk

mencatat pengiriman ke Cabang Tegal 120% dari harga pokok Buku Kantor Cabang Tegal Pengiriman dari kantor pusat

Rp 120.000.000

Kantor pusat

Rp 120.000.000 Untuk mencatat

penerimaan persediaan dari kantor pusat Ayat jurnal untuk mencatat transfer barang dagangan dengan harga diatas harga pokok tidak mengubah hubungan resipokal akun kantor pusat maupun cabang, tetapi mempengaruhi hubungan akun pengiriman kantor pusat dan cabang, karena pada saat pencatatan akun “Pengiriman ke Cabang” dikredit sebesar biaya sedangkan akun “Pengiriman dari Kantor Pusat” didebit sebesar harga transfer. Perbedaan pada akun ini disebabkan adanya mark-up yang ditunjukkan pada akun laba belum direalisasi cabang. 2) Pengiriman ke Cabang Dicatat pada Harga Penagihan (Billing Prices) Beberapa perusahaan mencatat pengiriman barang ke cabang berdasarkan harga penagihan dan menyesuaikan akun laba belum direalisasinya hanya pada akhir periode akuntansi. Pada saat pendekatan ini digunakan, saldo akun laba belum direalisasi selama periode akuntansi mencerminkan laba yang belum direalisasi pada persediaan awal cabang, dan akun pengiriman ke cabang mencakup laba belum direalisasi untuk periode berjalan.

Untuk lebih jelas, anggaplah PT Fabiola mengirim barang ke Cabang Tegal dengan harga penagihan : Buku Kantor Pusat Cabang Tegal

Rp 120.000.000

Pengiriman ke Cabang Tegal

Rp 120.000.000

Dengan jurnal ini akun pengiriman kantor pusat dan cabang akan memiliki saldo yang sama, tetapi diperlukan dua ayat jurnal penyesuaian akhir tahun : Buku Kantor Pusat : Pengiriman ke Cabang Tegal

Rp 20.000.000

Laba belum direalisasi Cabang Tegal

Rp 20.000.000

Untuk menyesuaikan pengiriman dengan basis biaya Laba belum direalisasi Cabang Tegal Laba Cabang Tegal

Rp 18.000.000 Rp 18.000.000 3

Untuk menyesuaikan laba cabang atas realisasi mark-up pada pengiriman ke cabang

Jurnal pertama menyesuaikan akun pengiriman ke cabang dan akun laba belum direalisasi dengan memunculkan saldo masing – masing Rp 100.000.000 dan Rp 20.000.000. Jurnal kedua sama seperti yang dijelaskan di depan yaitu untuk menyesuaikan laba cabang dari laba belum direalisasi.

4

1. PERBEDAAN ANTARA AGEN PENJUALAN DAN CABANG Perbedaan antara agen penjualan dan cabang sebagian besar terkait dengan tingkat otonomi. Sebuah agen penjualan, kadang diistilahkan secara sederhana sebagai “agen” biasanya tidak beroperasi secara otonom namun bertindak atas nama kantor pusat. Agen penjualan dapat memajang dan mendemostrasikan contoh produk, menerima pesanan, dan mengatur pengiriman. Kantor cabang biasanya memiliki otonomi lebih luas dan memberikan rentang penyediaan jasa yang lebih besar dibanding agen penjualan, walaupun tingkatnya berbeda dengan perusahaan individu. Sebuah cabang umumnya menyimpan stok persediaan dan mengarsip pesanan pelanggan. Banyak perusahaan yang beroperasi melalui cabang-cabang. Hampir setiap orang pernah mengunjungi cabang department store ternama seperti Matahari dan Sogo. Bank secara khusus telah melakukan perluasan melalui pembukaan jaringan cabang bank secara ektensif. Beberapa perusahaan manufaktur juga menjalankan bisnis melalui sistem lokasi operasi yang dapat dibandingkan, biasanya disebut dnegan “pabrik”. Misalnya, PT Indofood menjalankan proses produksi di berbagai pabrik di lokasi Jakarta, Bndung, Medan, Banjarmasin, dan Makassar. Sistem pengambilan keputusan manajemen pada agen penjualan kecil antara lain adalah bahwa keputusan-keputusan dibuat di kantor pusat dan agen penjualan melakukan operasi rutin. Tingkat pengambilan keputusan manajemendi cabang biasanya lebih tinggi dibanding agen penjualan namun dengan tingkat yang berbeda antar perusahaan.

2. AKUNTANSI UNTUK AGEN PENJUALAN Oleh karena agen penjualan umumnya tidak memiliki sistem akuntansi, seluruh transaksi terkait dengan agen terkait oleh kantor pusat. Untuk beberapa jenis transaksi, ayat jurnak yang dicatat oleh kantor pusat didasarkan pada dokumen yang dihasilkan agen. Misalnya, kantor pusat mencatat transaksi agen berdasarkan faktur penjualan, catatan gaji, dan dokumen Voucher kas kecil yang disediakan oleh agen penjualan. Transaksi lainnya dapat dicatat berdasarkan dokumen sumber lain yang diserahkan pihak eksternal langsung ke kantor pusat. Misalkan, perusahaan yang memberikan jasa gas, listrik, air, dan telekomunikasi ke agen dapat mengirim tagihan langsung ke kantor pusat. Kantor pusat umumnya mencatat aset, pendapatan, dan beban tiap agen secara terpisah. Sehingga memungkinkan kantor pusat mengontrol aset dan menyediakan informasi dalam penilaian kinerja tiap agen.

5

Contoh akuntansi kantor pusat atas agen penjualan, pada PT Cemara, sebuah perusahaan manufaktur struktur modular dan partisi di Jakarta, yang membangun sebuah agen penjualan di Surabaya. Ayat-ayat jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi khas agen penjualan di pembukuan kantor pusat.

Ayat Jurnal Kantor Pusat untuk Transaksi-transaksi Agen Penjualan Transaksi

Ayat Jurnal di Pembukuan Kantor Pusat

Menyewa tanah untuk fasilitas penjualan

Sewa dibayar dimuka-Agen Surabaya

50.000.000

Membangun dan merapikan gedung untuk

Leasehold improvements-Agen Surabaya

80.000.000

fasilitas penjualan

Perabot-Agen Surabaya

21.000.000

Peralatan-Agen Surabaya

16.000.000

Kas

50.000.000

Kas Transfer kas ke agen sebagai danakas kecil

Kas Kecil - Agen Surabaya

117.000.000 2.500.000

Kas

Transfer persediaan yang akan digunakan untuk contoh di agen

Persediaan Contoh - Agen Surabaya

2.500.000 135.000.000

Kas

Membayar tagihan yang diterima kantor

Beban Utilitas - Agen Surabaya

pusat atas beban-beban agen penjualan

Beban Kantor – Agen Surabaya

135.000.000 1.100.000 800.000

Beban Asuransi – Agen Surabaya

2.000.000

Beban Perjalanan – Agen Surabaya

1.400.000

Beban Iklan – Agen Surabaya

2.700.000

Kas Membayar gaji karyawan agen penjualan

Beban Gaji – Agen Surabaya

8.000.000 31.000.000

Kas Memenuhi pesanan dari agen penjualan

Piutang Dagang

31.000.000 88.000.000

Penjualan – Agen Surabaya Beban Harga Pokok Penjualan – Agen Surabaya

88.000.000 56.000.000

Persediaan Mengganti kembali dana kas kecil agen

Beban Kantor – Agen Surabaya

penjualan

Beban Perjalanan – Agen Surabaya Beban Tenaga Kerja Sementara – Agen Surabaya

56.000.000 420.000 1.200.000 750.000

Kas

2.370.000

Mencatat ayat jurnal penyesuaian akhir

Beban Sewa – Agen Surabaya

25.000.000

periode

Beban Penyusutan – Agen Surabaya

14.500.000

Beban Gaji – Agen Surabaya

1.900.000

Sewa dibayar dimuka-Agen Surabaya

25.000.000

Akumulasi Penyusutan – Agen Surabaya

14.500.000

Utang Gaji

1.900.000

3. TRANSAKSI UNTUK OPERASI CABANG Transaksi-transaksi dicatat seperti biasa dan tidak ada perlakuan khusus yang diperlukan. Sebagai tambahan, baik kantor pusat maupun cabang harus mencatat transaksi yang terjadi diantara mereka pada sistem akuntansinya masing-masing. 6

Walau kantor pusat dan masing-masing cabang mengelola pembukuan secara terpisah, seluruh pencatatan akan digabungkan untuk pelaporan eksternal sehingga laporan keuangan eksternal menyajikan perusahaan sebagai entitas ekonomi runggal. Seperti saat menyusun laporan keuangan konsolidasi, menambahkan saldo akun-akun di setiap sistem akuntansi secara sederhana tidak menghasilkan gambaran entititas ekonomi tunggal. Beberapa eliminasi juga diperlukan. Secara keseluruhan penyusunan laporan keuangan eksternal untuk perusahaan yang memiliki kantor pusat dan satu kantor cabang atau lebih cukup mirip dengan penyusunan laporan konsolidasi.

Akun - Akun Antarperusahaan Transaksi yang terjadi dengan pihak eksternal dicatat dengan cara yang normal seperti biasa. Transaksi antara kantor pusat dan kantor cabang juga dicatat seperti biasa kecuali bahwa mereka turut mencatat akun-akun antarperusahaan. Akun-akun ini merupakan akun resiprokal antara kantor pusat dan kantor cabang. Ketika pembukuan di kantor pusat dan kantor cabang selesai dimutakhirkan, saldo akun antarperusahaan di pembukuan kantor pusat akan sama jumlahnya namun dalam arah saldo yang berlawanan dengan akun antarperusahaan di pembukuan cabang. Misalnya, jika kantor pusat memiliki saldo debit sebuah akun antarperusahaan Rp 10.000.000, akun terkait akan muncul di pembukuan kantor cabang dengan nilai yang sama pada saldo kredit. Akun antarperusahaan di pembukuan kantor pusat disebut investasi di cabnag, sementara akun resiprokal di pembukan cabang dinamakan Kantor pusat. Ketika suatu perusahaan memiliki lebih dari satu cabang, dibuat akun investasi terpisah untuk setiap cabang. Penjelasan tntang akun investasi di Cabng dan Kantor Pusat, dan bagaimana pengaruhnya terhadap berbagai transaksi, dijelaskan di bawah ini : Investasi di Cabang

Kantor Pusat

(Buku Kantor Pusat)

(Buku Cabang)

xxx

Transfer Aset ke Cabang xxx

xxx

Transfer Aset dari Cabang Laba Cabang

xxx

xxx

Rugi Cabang

xxx xxx xxx

Pendirian Cabang Ketika suatu perusahaan mendirikan sebuah cabang, transfer aset ke cabang dicatat pleh kantor pusat pada akun Investasi di Cabang. Hal yang sama, cabnag mencatat transfer tersebut di akun Kantor Pusat. Sebagai ilustrasi, PT Jya yang berlokasi di Jakarta, mendirikan sebuah cabang di 7

Medan, Sumatera Utara. Kantor pusat mentransfer ke cabang berupa kas Rp20.000.000, peralatan kantor baru senilai Rp5.000.000, dan peralatan toko baru senilai Rp30.000.000. kantor pusat mencatat transaksi tersebut dengan ayat jurnal sebagai berikut: H(1)

Investasi di Cabang Medan Kas Peralatan Kantor Peralatan Toko (Transfer Aset ke Cabang Medan)

55.000.000 20.000.000 5.000.000 30.000.000

(Ayat Jurnal yang dibuat oleh Kantor pusat diberi tambahan kode huruf H, sementara yang dibuat di cabang diberi tambahan kode huruf B) Cabang Medan PT Jaya mencatat pentransferan sejumlah aset dari kantor pusat dengan ayat jurnal berikut ini. B(2)

Kas Peralatan Kantor Peralatan Toko Kantor Pusat (Transfer Aset dari kantor pusat)

20.000.000 5.000.000 30.000.000 55.000.000

Perhatikan bahwa setelah kantor pusat dan cabang mencatat transfer aset, akun Investasi di Cabang pada buku kantor pusat dan akun Kantor Pusat pada buku cabang memiliki saldo resiprokal Rp55.000.000. neraca terpisah yang dibuat oleh cabang Medan sesaat setelah transfer adalah seperti berikut : Cabang Medan PT Jaya Neraca Aset:

Kewajiban: Kas Peralatan Kantor Peralatan Toko

Total

Rp 20.000.000 Rp 5.000.000 Rp 30.000.000

Kantor Pusat

Rp 55.000.000

Rp 55.000.000

Total

Rp 55.000.000

Jika laporan keuangan cabang disusun untuk tujuan pelaporan internal, maka laporan keuangan eksternal merefleksikan aktivitas dan posisi perusahaan secara keseluruhan. Akun-akun di pembukuan kantor pusat dan cabang digabungkan dalam penyusunan laporan keuangan untuk merefleksikan suatu entitas tunggal yang terdiri atas kantor pusat dan cabang-cabangnya. Klasifikasi penyajian akun Investasi di Cabang Medan dan akun Kantor Pusat bukanlah suatu hal penting karena kedua akun akan dieliminisasi saat penyuunan lapotan keuangan untuk tujuan eksternal.

Pengakuan Laba Cabang Laba tiap cabang dihitung secara periodik dengan cara normal seperti biasa. Cabang jarang menhitung pajak penghasilan atas laba untuk setiap cabang atau mencatat beban pajak penghasilan atas laba di pembukuannya. Oleh karena kantor pusat dan cabang bukan entitas legal terpisah, pajak 8

penghasilan atas laba dihitung sebagai kewajiban perusahaan secara keseluruhan. Beban pajak dapat dialokasikan ke setiap cabang oleh kantor pusat, namun hal ini tidak umum dilakukan karena akan sedikit mengganggu pengendalian internal. Seluruh pendapatan dan beban cabang ditutup ke ikhtisar laba rugi seperti cara biasa. Saldo ikhtisar laba rugi menunjukkan laba cabang pada suatu periode dan ditutup ke akun Kantor Pusat. Akun Kantor pusat disajikan di bagian ekuitas pemilik dan saldo laba pada pembukuan cabang. Ketika laba cabang dilaporkan ke kantor pusat, ayat jurnal dibuat kantor pusat untuk mengakui laba cabang dan meningkatkan jumlah investasi kantor pusat di cabang. Misalnya, asumsikan akun Ikhtisar Laba Rugi cabang Medan memiliki saldo kredit Rp63.000.000 pada akhir periode. Akun Ikhtisar Laba Rugi di tutup di buku Cabang Medan dengan ayat Jurnal sebagai berikut: B(3)

Ikhtisar Laba Rugi Kantor Pusat (Menutup Ikhtisar Laba Rugi)

63.000.000 63.000.000

Saat menerima laporan laba cabang Medan, kantor pusat mencatat ayat jurnal sebagai berikut: H(4)

Investasi di Cabang Medan Laba Cabang Medan (mencatat laba cabang medan)

63.000.000 63.000.000

Ayat-ayat jurnal di atas menunjukkan hubungan resiprokal antara akun Investasi di Cabang Medan dan akun Kantor Pusat. Saat laporan keuangan disusun untuk perusahaan secara keseluruhan, akun Investasi di Cabang Medan, akun Kantor Pusat, dan akun Laba Cabang Medan seluruhnya harus dieliminasi.

Pengirim Persediaan ke Cabang Suatu cabang yang membeli dan menjual persediaan barang dagang dapat diminta untuk memperoleh seluruh persediaan dari Kantor pusat, atau dapat juga diizinkan memperoleh sebagian persediaan dari pihak eksternal. Pembelian persedian dari pihak eksternal dicatat dengan cara yang normal seperti biasa. Misalnya, cabang Medan PT Jaya membeli persediaan senilai Rp5.000.000 dari penjualan grosir independent, dan cabang menerapkan metode persediaan perpetual, maka transaksi tersebut akan mencatat dengan jurnal sebagai berikut :

B(5)

Persediaan Kas (Utang Dagang) (Mencatat pembelian persediaan dari pihak eksternal)

5.000.000 5.000.000

Tidak ada ayat jurnal yang dibuat di buku kantor pusat atas transaksi tersebut.

9

Ketika persediaan ditransfer dari kantor pusat ke cabang, baik kantor pusat maupun cabang harus mencatat transaksi tersebut. Jumlah yang dialokasikan ke nilai persediaan yang ditrasfer diistilahkan sebagai harga transfer. Persediaan yang ditrasfer dari kantor pusat ke cabang dapat dinyatakan sebesar nilai perolehan di kantor pusat ataupada suatu nilai yang melebihi nilai perolehannya.

Persediaan yang Ditagih Sebesar Nilai Perolehan Persediaan yang ditransfer dari kantor pusat dan ditagihkan ke cabang dicatat oleh cabang dengan cara yang sama seperti jika memperoleh dari pihak eksternal, kecuali dikreditkan ke akun Kantor Pusat. Transfer persediaan diperlakukan oleh kantor pusat dan cabang dengan cara yang sama seperti transfer aset lainnya, yaitu diasumsikan menggunakan metode persediaan perpetual. Sehingga, ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat transfer persediaan pada harga perolehan sama seperti ayat jurnal H(1) dan H(2). Untuk membuktikannya, asumsikan kantor pusat PT Jaya mentransfer persediaan dengan harga perolehan Rp8.000.000 ke cabang Medan. Transaksi tersebut dicatat di pembukuan kantor pusat sebagai berikut: H(6)

Investasi di Cabang Medan Persediaan (transfer persediaan ke cabang Medan)

8.000.000 8.000.000

Cabang mencatat persediaan yang diterima sebagai aset di akun persediaan seperti yang diperoleh dari pihak eksternal dan juga mengakui kenaikan ekuitas di aset neto dengan ayat jurnal berikut: B(7)

Persediaan Kantor Pusat (transfer persediaan dari kantor pusat)

8.000.000 8.000.000

Tidak ada keuntungan yang diakui oleh kantor pusat atas transaksi tersebut. Seluruh nilai keuntungan diakui oleh cabang ketika cabang menjual persediaan tersebut ke pihak eksternal.

Beban Pengiriman yang Dibebankan atas Pengiriman Persediaan Biaya pengiriman yang timbul atas pengiriman persediaan dari kantor pusat ke cabang menjadi bagian dari biaya perolehan persediaan cabang. Misalnya, asumsikan kantor pusat PT Jaya membayar Rp100.000 untuk mengirim persediaan sebesar Rp8.000.000 ke cabang Medan. Transfer tersebut dicatat oleh kantor pusat sebagai berikut:

H(8)

Investasi di Cabang Medan Persediaan Kas (transfer persediaan ke cabang Medan dan membayar ongkos kirim)

8.100.000 8.000.000 100.000

10

Cabang Medan mencatat transfer sebagai berikut: B(8)

Persediaan Kantor Pusat (transfer persediaan dari kantor pusat)

8.100.000 8.100.000

Persediaan yang Ditagih Melebihi Nilai Perolehan Perusahaan kadang mentransfer persediaan dari kantor pusat ke cabang dan menagihkan cabang pada nilai yang lebih besar dari harga perolehan kantor pusat. Ketika di kantor pusat timbul biaya dan memberikan jasa, seperti perolehan persediaan pada harga lebih murah melalui kuantitas pembelian atau memproduksi persediaan, perusahaan dapat memilih untuk mengalokasikan atas laba penjualan persediaan antara kantor pusat dan cabang yang menjual. Kantor pusat dikreditkan termasuk laba yang sama dengan selisih antara biaya perolehannya dengan harga transfer ke cabang. Selisih ini disebut laba antar perusahaan. Laba cabang dihitung sebagai selisih antara harga transfer dengan harga jual ke pihak eksternal. Walaupun

perusahaan

dapat

menerapkan

berbagai

jenis

system

akuntansi

pertanggungjawaban internal, laporan keuangan eksternal harus mencerminkan persediaan sebesar harga perolehannya (kecuali nilai pasar lebih rendah) dan tidak boleh memasukkan laba samapi persediaan dijual ke pihak eksternal. Untuk tujuan laporan eksternal dalam penyusunannya laba yang belum terealisasi harus dieliminasi. Proses ini dilakukan menggunakan kertas kerja yang sama dengan yang digunakan dalam proses penyusunan laporan konsolidasi. Biasanya kantor pusat mencatat laba atas persediaan yang dikirim ke cabang pada akun terpisah, sehingga memungkinkan untuk menangguhkan laba dari penjualan antar perusahaan sampai persediaan dijual ke pihak eksternal oleh cabang. Berikut contoh perlakuan jika terjadi laba antar perusahaan dalam pengiriman persediaan ke cabang, asumsikan kantor pusat PT Jaya memperoleh persediaan dengan harga Rp.12.000.000 dan mengirimkan ke cabang Medan, menagihkan ke cabang sebesar Rp.15.000.000. Kantor pusat mencatat pengiriman persediaan sebagai berikut. H(10)

Investasi di Cabang Medan 15.000.000 Persediaan Laba Antarperusahaan Belum Terealisasi (transfer persediaan ke cabang Medan, ditagih melebihi harga perolehan)

12.000.000 3.000.000

Laba antar perusahaan sebesar Rp.3000.000 bersifat belum terealisasi karena persediaan belum dijual ke pihak eksternal. Pengakuan laba ditangguhkan sampai dengan cabang menjual persediaan ke eksternal. Cabang mencatat penerimaan pengiriman persediaan dengan ayat jurnal sebagai berikut.

11

B(11)

Persediaan – Dari Kantor Pusat Kantor Pusat (transfer persediaan dariKantor Pusat)

15.000.000 15.000.000

Jurnal tersebut mencatat persediaan pada hargaperolehan di cabang tanpa memisahkan pengakuan laba antar perusahaan yang termasuk harga transfer. Akun persediaan terpisah dibuat untuk memfasilitasi eliminasi laba antar perusahaan belum terealisasi saat menyusun laporan keuangan perusahaaansecara keseluruhan untuk pihak eksternal. Ketika saat laporan tersebut disusun dan terdapat persediaan yang masih disimpan, ayat jurnal kertas kerja dibutuhkan untuk mengeliminasi saldo laba antar perusahaan belum terealisasi terhadap akun Persediaan-dari kantor pusat, Sehingga laba perusahaan belum terealisasi sebesar Rp.3.000.000 dieliminasi dan persediaan dilaporkan sebesar harga perolehan awalnya Rp.12.000.000 Ketika cabang menjual persediaan yang diperoleh dari pusat, cabang mengakui laba sebesr selisih antara harga jual ke pihak eksternal dengan harga transfer dari kantor pusat. Setelah persediaan dijual ke pihak eksternal kantor pusat mengakui laba antar perusahaan yang sebelumnya ditangguhkan. Misalnya, jika cabang Medan menjual 80% persediaan yang ditransfer dari kantor pusat, laba antar perusahaan yang diakui oleh kantor pusat dicatat sebagai berikut. H(12)

Laba Antarperusahaan Belum Terealisasi Laba Cabang Medan (mengakui laba antarperusahaan Rp3.000.000x0,8)

2.400.000 2.400.000

Jurnal tersebut tepat jika untuk tujuan internal, laba antar perusahaan dialokasikan ke cabang medan. Alternatif lain perusahaan dapat menganggap bahwa laba antar perusahaan seharusnya dialokasikan ke kantor pusat atas jasa yang telah diberikan. Untuk kasus tersebut, laba antar perusahaan diakui oleh kantor pusat dengan ayat jurnal sebagai berikut. H(12a)

Laba Antarperusahaan Belum Terealisasi Laba terealisasi atas pengiriman ke Cabang (mengakui laba antarperusahaan Rp3.000.000x0,8

2.400.000 2.400.000

Akuntansi untuk Aset Tetap Cabang Tidak ada prosedur khusus yang diperlukan dalam akuntansi untuk pembelian asset tetap cabang taupun penyusutan stelahnya atas asset tersebut. Sebaliknya jika asset tetap yang dibeli kantor pusat untukcabang dan cabang mencatat asset tersebut pada bukunya, maka ayat jurnal perlu dicatat baik oleh kantor pusat maupun cabang. Sebagai ilustrasi kantor pusat PT Jaya membeli peralatan took senilai Rp.30.000.000 untuk cabang Medan. Kantor pusat mencatat pembelian tersebut sebagai berikut. H(13)

Investasi di Cabang Medan Kas (membeli peralatan untuk cabang Medan)

30.000.000 30.000.000

12

Pembelian ini dicatat oleh cabang sebagai berikut. B(14)

Peralatan Toko Kantor Pusat (mencatat pembelian peralatan oleh kantor pusat)

30.000.000 30.000.000

Ketika asset tetap cabang dicatat hanya di buku kantor pusat, tidak ada ayat jurnal yang dicatat oleh cabang saat kantor pusat melakukan pembelian. Miasalnya jika kantor pusat PT Jaya membeli Rp.30.000.000 peralatan took untuk cabang Medan dan peralatan dicatat di pembukuan kantor pusat disbanding di cabang, maka kantor pusat mencatat pembelian tersebut sebagai berikut. H(15)

Peralatan Toko – Cabang Medan Kas (membeli peralatan untuk cabang Medan)

30.000.000 30.000.000

Tidak ada ayat jurnal yang dicatat oleh cabang Jika cabang membeli asset tetap yang dicatat di pembukuan kantor pusat, maka ayat jurnal harus disusun baik oleh kantor pusat maupun cabang. Misalnya cabang medan PT Jaya membeli peralatan took senilai Rp. 30.000.000 yang digunakan oleh cabang namun dicatat oleh kantor pusat. Cabang mencatat pembelian asset tetap sbagai berikut. B(16)

Kantor Pusat Kas (membeli peralatan)

30.000.000 30.000.000

Pembelian dicatat di kantor pusat sebagai berikut. H(17)

Peralatan Toko – Cabang Medan Investasi di Cabang Medan (membeli peralatan)

30.000.000 30.000.000

Pembagian Beban Pengalokasian beban dapt dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: 1. Beban yang terjadi di cabang tapi dibayar oleh kantor pusat 2. Beban yang dikeluarkan oleh kantor pusat atas nama cabang 3. Alokasi biaya yang dikeluarkan kantor pusat Dalam beberapa kasus biaya-biaya ini dapat dialokasikan berdasarkan laba cabang dan dicatat pada pembukuan kantor pusat. Namun sering kali cabang yang mendapat alokasi beban diberitahutentang jumlah yang dialokasikan. Sebagai contoh perlakuan alokaso biaya kantor pusat, perhatikan kasus kantor pusat PT Jaya berikut yang mengeluarkan biaya yang dialokasikan ke cabang medan. 13

Beban utilitas (buaya terjadi di cabang Medan dan ditagih ke

Rp 14.000.000

akun utama kantor pusat) Beban Penyusutan (aset cabang Medan yang di catat di pembukuan kantor pusat)

Rp 3.000.000

Overhead umum (dialokasikan ke cabang berdasarkan penjualan bruto)

Rp 8.000.000

Total

Rp 35.000.000

Kantor pusat sudah mencatat beban-beban secara biasa, seolah-olah beban-beban terkait dengan kantor pusat. Kantor pusat mencatat ayat jurnal berikut setelah memberitau cabang medan bebab yang dialokasikan sevbesar Rp.35.000.000 H(18)

Investasi di Cabang Medan Beban Utilitas Beban Penyusutan Beban Overhead Umum (mengalokasikan beban ke Cabang Medan)

35.000.000 14.000.000 3.000.000 18.000.000

Berdasarkan pemberitahuan beban dari kantor pusat, cabang mencatat beban tersebut sebagai berikut. B(19)

Beban Utilitas Beban Penyusutan Beban Overhead Umum Investasi di Cabang Medan

14.000.000 3.000.000 18.000.000 35.000.000

(mencatat beban ke Cabang Medan)

Laporan Keuangan untuk Perusahaan Secara Keseluruhan Penyusutan laporan keuangan secara keseluruhan umumnya menggunakan kertas kerja untuk membantu manggabungakn akun-akun kantor pusatdan cabang serta mengeliminasi akunakun antar perusahaan. Jika yang disusun adalah laporan keuangna lengkap, maka kertas kerja tiap bagian seperti yang diilustrasikan pada bab konsolidasi dapat digunakan untuk menggabungkan akun-akun kantor pusat dan cabang, Kertas kerja yang digunakan sama dengan kertas kerja konsolidasi kecuali akun kantor pusat menggantikan ekuitas pemegang saham anak perusahaan di kertas kerja. Seperti dalam penyusunan kertas kerja laporan konsolidasi, seluruh eliminasi dibuat di kertas kerja dan bukan di pembukuan terpisah unit yang digabung. Sebagai ilustrasi ayat jurnal kertas kerja dasar yang diperlukan untuk menyusun laporan keuangan eksternal perusahaan dengan operasi cabang, asumsikan data berikut terkait dengan PT Jaya diakhir tahun fiscal 31 Desember 19X1 1. PT Jaya mendirikan cabang di medan dan segera mentransfer kas peralatan kantor dan peralatan took senilai Rp.55.000.000 ke cabang, seperti yang dicatat alam ayat jurnal H(1). 14

Kemudian pada tahun tersebut kantor pusat PT Jaya mentransfer persediaan senilai Rp.12.000.000 ke cabang dan menagihnya dengan harga Rp.15.000.000, seperti yang terjadi pada ayat jurnal H(2). PT Jaya melaporkan saldo investasi di cabang Medan Rp.70.000.000 pada tanggal 31 desembe 19X1 sebelum dibuat ayat jurnal penutup. 2. Cabang Medan melaporkan laba sebesar Rp.63.000.000 untuk tahun 19x1 3. Saldo akun investasi di Cabang Medan dan akun Kantor Pusat meningkat sebesar Rp.133.000.000 pada tanggal 31 Desember 19X1 dengan rincian sebagai berikut. Saldo sebelum penutupan 31 Desember 19X1

Rp 70.000.000

Laba Cabang Medan 19X1

Rp 63.000.000

Saldo sebelum penutupan 31 Desember 19X1

Rp 133.000.000

4. Pada tanggal 31 Desember 19X1, cabang Medan memiliki persediaan senilai Rp.8.000.000 yang diperoleh dari kantor pusat, persediaan dicatat di akun terpisah dari persediaan yang dibeli secara eksternal. 5. Sebagian akun laba antar perusahaan belum terealisasi atas pengiriman persediaan ke cabang Medan selama 19X1 diakui dan dikreditkan sebesar Rp3.000.000 dengan perhitungan sebagai berikut. Laba antarperusahaan telah terealisasi akhir tahun

Rp 1.400.000

Laba antarperusahaan telah terealisasi akhir tahun

Rp 1.600.000

Total Laba antar perusahaan 19X1

Rp 3.000.000

Laba antar perusahaan yang telah terealisai pada akhir tahun dialokasikan ke kantor pusat dan dicatat pada pembukuan kantor pusat dengan akun yang bernama Laba Terealisasi Atas pengiriman ke Cabang. Akun laba antar perusahaan belum terealisasi diurangi dengan nilai yang sama, sehingga meninggalkan saldo sebesar Rp.1.600.000. Pada 31 Desember 19X1, kertas kerja digunakn dalam penyusunan laporan keuangan PT Jaya, ayat-ayat jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut. E(20)

E(21)

Laba Cabang Medan Kantor pusat sebelum saldo penutup Investasi di Cabang Medan (mengeliminasi akun antar perusahaan)

63.000.000 70.000.000

Laba terealisasi atas pengiriman ke Cabang Harga Pokok Penjualan (mengeliminasi laba kantor pusat dari harga pokok penjualan)

1.400.000

Laba antarperusahaan belum terealisasi Persediaan – dari Kantor pusat

1.600.000

133.000.000

1.400.000

E(22) 1.600.000

15

(mengeliminasi laba kantor pusat dari harga pokok penjualan) E(23) Persediaan Persediaan – dari Kantor Pusat (mereklasifikasi akun persediaan dari kantor pusat ; Rp8.000.000 – Rp1.600.000)

6.400.000 6.400.000

Ayat jurnal E(20) mengeliminasi akun-akun yang resiprokal sehingga laporan keuangan menunjukkan laporan perusahaan sebagai entitas tunggal. Oleh karena yng disisipkan adalah laporan keuangan lengkap, akun-akun individual pendapatan dan beban cabang digabung dengan yang dimiliki oleh kantor pusat. Untuk menghindari dua kali perhitungan terhadap labai cabang, maka laba cabang ang dicatat pada pembukuan kantor pusat harus dieliminasi. Oleh karena akunakun individual pendapatan dan beban cabang dilaporkan pada laporan keuangan , akun-akun tersebut tidak dieliminasi. Akibatnya ayat jurnal E(20) dapat dilihat dalam dua bagian. Bagian pertama mengeliminasi laba cabang yang dicatat pada pembukuan kantor pusat sebesar nilai akun investasi yang meningkat pada saat akntor pusat mengakui laba cabang. E(20a)

Laba Cabang Medan

63.000.000

Investasi di Cabang Medan

63.000.000

Bagian kedua ayat jurnal E(20) mengeliminasi sisa saldo akun investasi terhadap saldo akun resiprokal Kantor pusat di cabang sebelum penutupan E(20b)

Kantor pusat, sebelum saldo penutup Investasi di Cabang Medan

70.000.000 70.000.000

Ayat jurnal ini mengeliminasi saldo-saldo yang terdapat di dua akun resiprokal jika tidak ada laba cabang. Pendebitan akun kantor pusat sebelum dibuat jurnal penutup dapat dianalogikan sebagai eliminasi saldo laba awal dalam ayat jurnlaeliminasi investasi untuk menyusun laporan keuangna konsolidasi. Ayat jurnal E(21) mengeliminasi akun yang digunakan oleh kantor pusat untuk mengakui laba antar perusahaan dalam pengiriman ke cabang yang telah terjual ke pihak eksternal dan mengurangi beban harga pokok penjualan yang divcatat oleh cabang. Ayat jurnal E(22) Mengeliminasi laba belum terealisasi dari saldo akhir persediaan cabang, sehingga membuat nilai persediaan kembali ke harga perolehan awal. Ayat jurnal E(23) mengklasifikasikan seluruh persediaan dalam akun yang sama disbanding memisahkan yang dikirim ke cabang dari kantor pusat.

16

Ilustrasi akuntansi untuk operasi cabang PT Ultra Surabaya, Jawa timur, distributor peralatan kantor, mendirikan kantor cabang penjualan di Denpasar, Bali. Kantor pusat menjual baik ke konsumen ritel maupun ke cabang bali dengan laba atas penjualan antar perusahaan yang dialokasikan ke kantor pusat. Asumsi lainnya adalah sebagai berikut : a. PT Ultra mendirikan cabang denpasar pada tahun 19X1 dengan mentransfer kas Rp.30.000.000. sebagai, tambahan kantor pusat juga mentransfer peralatan dan perabotan kantor baru senilai Rp.100.000.000 ke cabang denpasar b. Selama tahun 19X1, kantor pusat dan cabang denpasar membeli persediaan masing-masing sebesar Rp.260.000.000 dan Rp.50.000.000 dari pihak ekternal c. Selama tahun berjalan, kantor pusat mentransfer persediaan ke cabang denpasar dengan total harga transfer Rp.110.000.000. harga perolehan persediaan kantor pusat senilai Rp.70.000.000 d. Kantor pusat menjual persediaan Rp.254.000.000 ke pihak eksternal dengan harga Rp.500.000.000 selama tahun berjalan dan piutang yang berhasil ditagih sebesar Rp.480.000.000. cabang denpasar menjual persediaan senilai Rp.128.000.000 ke pihak eksternal dengan harga Rp.200.000.000 dan berhasil menagih piutang sebesar Rp.158.000.000. dari jumlah persediaan yang dijual cabang denpasar sebesar Rp.38.000.000 dibeli daripihak eksternal e. Cabang denpasar mengirimkan kas sebesar Rp.70.000.000 ke kantor pusat f. Selama tahun berjalan beban operasi yang terjadi di kantor pusat sebesar Rp.133.000.000 sementara beban operasi yang terjadi di cabang denpasar sebesar Rp.34.000.000 g. Kantor pusat membayar utang sebesar Rp.390.000.000 selama tahun 19X1, sementara cabang denpasar membayar utang Rp.77.000.000 h. PT Ultra mengumumkan dan membayar deviden sebesar Rp.50.000.000 i. Pada akhir tahun 19X1, kantor pusatmencatat penyusutan sebesar Rp.30.000.000, sementara cabang denpasar mencatat penyusutan sebesar Rp.6.000.000 j. Pada akhir tahun 19X1, saldo persediaan cabang tersisa yang dibeli dari pihak eksternal adalah senilai Rp.12.000.000. persediaan cabang yang tersisa yang berasal dari transfer kantor pusat memiliki harga perolehan di kantor pusat senilai Rp.15.000.000 dan ditagih ke cabang pada harga Rp.20.000.000 Ayat jurnal untuk mencatat aktivitas ini ada pada pembukuan kantor pusat dan cabang denpasar ditunjukan pada figure 18-2 Kertas kerja untuk menyusun laporan keuangan PT Ultra tampak pada figure 18-3. Dua kolom pertama adalah saldo akun-akun dari pembukuan kantor ppusat dan cabang denpasar, dua kolom berikutnya adalah ayat jurnal kertas kerja yang dibutuhkan untuk mengeliminasi dan menyesuaikan saldo, kolom terakhir adalah total dari setiap pos akun.

E (24)

Laba cabang denpasar Kantor pusat, sebelum saldo penutup Investasi di cabang denpasar Mengeliminasi akun antar perushaan

32.000.000 170.000.000 202.000.000 17

E (25)

E (26)

E (27)

Laba terealisasi atas pengiriman ke cabang Harga pokok penjualan Mengeliminasi laba kantor pusat dari harga pokok penjualan Laba antarperushaan belum terealisasi Persediaan-dari kantor pusat Mengeliminasi laba belum terealisasi dari nilai persediaan Persediaan Persediaan-dari kantor pusat Mereklasifikasi akun persediaan dari kantor pusat

35.000.000 35.000.000

5.000.000 5.000.000

15.000.000 15.000.000

Terdapat beberapa poin penting yangperlu diperhatikan : 1. Kertas kerja dibagi menjadi tiga bagian yaitu laporan laba rugi, laporan perubahan saldo laba, dan neraca. Seluruh baris terakhir dipindahkan ke bagian bawah laporan peruubahan saldo laba; seluruh baris terakhir dipindahkan ke bawah bagian dari neraca 2. Karena kantor pusat mencatat laba dari cabang denpasar pada pembukuannya, total laba di kolom pertama sama dengan total laba kolom terakhir 3. Akun laba cadang denpasar dan investasi di cabang denpasar dieliminasi dengan ayat jurnal E (24) bersama dengan saldo akun kantor pusat cabang denpasar sebelum penutupan. Sisa saldo akun kantor pusat dieliminasi dengan membawa turun total debit dan kredit dari bagian laba rugi dari kertas kerja 4. Akun kantor pusat cabang menggantikan saldo laba dalam neraca saldo cabang di kertas kerja bagian saldo laba dan neraca 5. Laba anbtarperushaan belum terealisasi sebesar Rp.5.000.000 di neraca saldo lantor pusat dieleminasi pada ayat jurnal E (25) dan nilai tercatat persediaan cabang dikurangi menjadi sebesar harga perolehan awal persediaan menurut perushaan 6. Laba terealisasi atas poengiriman ke cabang sebesar Rp.35.000.000 termasuk dalam neraca saldo kator pusat sama dengan total laba antar perusahaan periode berjalan (Rp.110.000.000 – Rp.70.000.000) dikurangi Rp.5.000.000 laba perushaan belum terealisasi di akhir tahun. Beban harga pokok penjualan dikurangi menjadi sebesar biaya awalpersediaan yang dijual menurut perushaan (kantor pusat) 7. Seperti halnya kertas kerja bab sebelumnya, total debit dan kredit di bagian neraca harus sama, dan jumlah debit dan kredit di ayat jurnal eleminasi dikertaskerja bagian paling bawah juga harus sama Ayat-ayat jurnal kantor pusat Pt Ultra dan cabang 19X1 Pembukuan kantor pusat

Pembukuan kantor cabang

(a)Invest.cbg dps Kas Peralatan (b) Persediaan Utang dagang (c) Invest. cbg dps

Kas 30.000.000 Peralatan 100.000.000 Kantor pusat 130.000.000 Persediaan 50.000.000 Utang dagang 50.000.000 Persediandr ktr pst 110.000.000

130.000.000 30.000.000 100.000.000 260.000.000 260.000.000 110.000.000

18

Persediaan 70.000.000 Laba antarperusahaan 40.000.000 (d) Piutang dagang 500.000.000 Penjualan 500.000.000 Beban HPP 254.000.000 Persediaan 254.000.000 Kas Piutang dagang (e) Kas Invest.cbg dps (f) Beban operasi Utang dagang (g) Utang dagang Kas

480.000.000 480.000.000 70.000.000 70.000.000 133.000.000 133.000.000 390.000.000 390.000.000

(h) Dividen diumumkan 50.000.000 Kas 50.000.000 (i) Beban penyusutan 30.000.000 Akumulasi penyusutan 30.000.000 (j) Laba antarperushaan belum terealisasi 35.000.000 Laba terealisasi atas pengiriman ke cbg 35.000.000

Sjh J Jurnal penutup Inve Investasi cbg dps L

32.00.000

Laba cbg dps Mencatat laba dari cbg dps

Kantor pusat

110.000.000

Piutang dagang 200.000.000 Penjualan 200.000.000 Beban HPP 128.000.000 Persediaan 38.000.000 Persediaan-dari ktr pst 90.000.000 Kas 158.000.000 Piutang dagang 158.000.000 Kantor pusat Kas Beban operasi Utang dagang Utang dagang Kas

70.000.000 70.000.000 34.000.000 34.000.000 77.000.000 77.000.000

Beban penyusutan 6.000.000 Akumulasi penyusutan 6.000.000

Penjualan 200.000.000 32.000.000 Beban HPP Beban operasi Beban penyusutan Ikthisar laba rugi 32.000.000

128.000.000 34.000.000 6.000.000

Nb Penjualan 500.000.000 L Laba cbg dps 32.000.00 Laba terealisasi Menutup akun pendapatan dan beban Atas pengiriman ke cbg 35.000.000 Ikthisar laba rugi 32.000.000 Beban HPP 254.000.000 Kantor pusat 32.000.000 Beban operasi 133.000.000 Beban penyusutan 30.000.000 Ikhtisar laba rugi 150.000.000 Menutup akun pendapatan dan beban

Ikthisar laba rugi Saldo laba

150.000.000 150.000.000

Menutup ikhtisar laba rugi

Saldo laba 50.000.000 Dividen diumumkan 50.000.000 sald

i Transaksi antar cabang Cabang-cabang yang terlibat dalam transfer antar cabang umumnya mencatat transaksi transfer seolah-olah terkait dengan kantor pusat disbanding dengan cabang lainnya. 19

Misalnya cabang medan PT jaya mentransfer kas sebesar Rp.5.000.000 dengan persediaan senialai Rp.10.000.000 ke cabang padang kemudian cabang medan mencatatnya dengan ayat jurnal B (28) Kantor pusat Kas Persediaan

15.000.000

B (29) Kas Persediaan Kantor pusat

5.000.000 10.000.000

5.000.000 10.000.000

15.000.000

B (30) Investasi cbg padang Investasi cbg medan

15.000.000 15.000.000

31 Desember 19X1, kertas kerja PT Ultra Laporan keuangan gabungan kantor pusat dan cabang Pos Kantor pusat Cabang dps Eliminations Gabungan Debit Kredit Penjualan 500.000.000 200.000.000 700.000.000 Laba cbg dps 32.000.000 24)32.000.000 Laba telah terealisasi atas pengiriman ke cbg Kredit Beban HPP Penyusutan Beban lainya Debit Saldo laba 1 Januari Kantro pusat sebelum penutupan Laba neto dari atas Dividen diumumkan Saldo laba 31 desember dibawa kebawah Kas Piutang dgang Persediaan Persediaandari kantor pst Tanah Bangunan dan

35.000.000 567.000.000 254.000.000 30.000.000 33.000.000 (417.000.000) 150.000.000 285.000.000

25)35.000.000 200.000.000 128.000.000 6.000.000 34.000.000 (168.000.000) 32.000.000 67.000.000

170.000.000 150.000.000 435.000.000 (50.000.000)

32.000.000 202.000.00

385.000.000

202.000.000

47.000.000 75.000.000 52.000.000

41.000.000 42.000.000 12.000.000 20.000.000

105.000.000

25)35.000.000

35.000.000

700.000.000 347.000.000 36.000.000 167.000.000 (550.000.000) 150.000.000 285.000.000

67.000.000

35.000.000

150.000.000 435.000.000 (50.000.000)

237.000.000

35.000.000

385.000.000

26)5.000.000

88.000.000 117.000.000 79.000.000

24)170.000.000

27)

15.000.000 27)15.000.000

105.000.000 20

Bngnan dan peralatan Invet. cbg dps Debit Akumulasi penyusutan Utang dagang Saham biasa Saldo laba (dan ktr pst) dari atas Labaantarperu shaan blm terealisasi Kredit

545.000.000

100.000.000

202.000.000 1.026.000.000 105.000.000

645.000.000 24)202.000.000

215.000.000 6.000.000

31.000.000 500.000.000

7.000.000

385.000.000

202.000.000

5.000.000

1.034.000.000 111.000.000 38.000.000 500.000.000 237.000.000 26)

1.026.000.000

215.000.000

35.000.000

385.000.000

257.000.000

1.034.000.000

5.000.000

257.000.000

Laba belum terealisasidi persediaan awal cabang Laba antaperusahaan yang termasuk dalam persediaan awal cabang diakui pada pembukiaan awal kantor pusat sebagai laba terealisasi ketika persediaantelah dijual oleh cabang. Perlakuannya sama seperti jika transfer terjadi saat periode berjalan.

Laporan Keuangan 19X1 PT Ultra PT Ultra Laporan Laba Rugi Untuk periode tahun 19X1 Penjualan Beban harga pokok penjualan Laba bruto Beban : Penyusutan Beban lain Laba neto

Rp.700.000.000 (347.000.000) Rp.353.000.000 Rp.36.000.000 167.000.000

(203.000.000) Rp.150.000.000

21

PT Ultra Laporan Perubahan Saldo Laba Untuk periode tahun 19X1 Saldo laba, 1 Januari 19X1 Laba neto 19X1 Dikurangi : dividen Saldo laba 31 Desember 19X1

Rp.285.000.000 150.000.000 (50.000.000) Rp.385.000.000

PT Ultra Neraca 31 Desember 19X1 Aset : Kas Piutang dagang Persediaan Tanah Bangunan dan Peralata Dikurangi: akm.penyusutan Total aset

Rp.88.000.000 117.000.000 79.000.000 105.000.000 Rp.645.000.000 (111.000.000)

Rp.88.000.000

Saham biasa 500.000.000 Saldo laba 385.000.000 885.000.000 534..000.000 Rp.923.000.000 Rp.923.000.000

22

Rekonsilasi Antara Kantor Pusat dan Cabang Rekonsiliasi bertujuan untuk mencocokkan catatan transaksi antara dua pihak yang memiliki hubungan bisnis yang rutin, misalnya dikenal rekonliasi antara bank dengan perusahaan maupun rekonsiliasi antara induk dan anak perusahaan, termasuk pula rekonliasi antara pusat dan cabang. Apabila terjadi saldo yang tidak sama, ini berarti ada salah satu pihak yang belum mencatat transaksi tersebut atau ada kesalahan dalam pembukuan. Jika terjadi hal semacam ini, perlu diadakan suatu rekonsiliasi antara kantor pusat dan cabang agar diperoleh saldo yang sama.Proses rekonsiliasi kantor pusat dan cabang ini mempunyai cara yang sama seprti proses rekonsiliasi antara bank dan perusahaan. Jurnal koreksi atau jurnal penyusuaian dan rekonsiliasi dibuat sebelum disusun laporan keuangan gabungan. Contoh dari adanya transaksi yang harus disesuaikan tersebut adalah sebagai berikut :

REFRENSI Baker, Richad E. 2013.Akuntansi keuangan lanjutan.Buku 2,Salemba Empat : Jakarta

23

Related Documents


More Documents from ""