TUGAS TERSTRUKSTUR SOCIAL MOVEMENT & WARNING SYSTEM Untuk Memenuhi Tugas Matkul Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial Dosen Pengampu: Dr. Aji Dedi Mulawarman , SP., MSA
Disusun oleh : Andhika Praseya Mulya / 165020300111002 Akpersos CC
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang 2018
SOCIAL MOVEMENT 1. Penganggaran Cadangan Biaya untuk Penanggulangan Bencana Pada dasarnya, dana penanggulangan bencana menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah yang mana pemerintah dan pemerintah daerah juga mendorong partisipasi masyarakat di dalamnya sebagaimana disebut dalam Pasal 60 angka (1) dan (2) UU 24/2007. Dana penanggulangan bencana itu bersumber dari APBN dan APBD. Pada saat tanggap darurat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana ("BNPB") menggunakan dana siap pakai yang disediakan oleh Pemerintah dalam anggaran BNPB. Tanggap darurat itu sendiri adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, pelindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana (lihat Pasal 1 angka 10 UU 24/2007). Dalam pelaksaanaan menurut saya dana yang dianggarkan masih kurang dari kebutuhan idealnya apalagi saat ini ada kenaikan intensitas bencana baik itu yang disebabkan oleh alam atau hal lainnya. Seharusnya Kemenkeu melakukan koordinasi dengan pihak terkait agar dapat menganggarkan secara ideal karena jika ada masalah dana maka bantuan akan sulit tersalurkan seperti yang terjadi di kejadian sebelumnya. Dan untuk pemerintah harus lebih responsive dan menyiapkan anggaran sebagai upaya preventif jikalau dana dari pemerintah pusat tidak turun saat bencana terjadi
2. Edukasi kepada Masyarakat Sebenarnya edukasi yang paling efektif dan efisien adalah melalui jalur keluarga, adapun para Orangtua bisa memberikan edukasi mengenai : Pra Bencana Tahap pra-bencana, orangtua bisa memberi informasi pada anak sesuai dengan tingkatan anak tentang pengetahuan mengenai suatu bencana. Setelah itu, langkah yang dilakukan selanjutnya melakukan analisis risiko bencana apa yang akan terjadi di daerahnya, tanda dan ciri-ciri potensi bencana yang akan terjadi.
Saat Bencana Dalam tahap ini orangtua memberi pemahaman tentang perlindungan jika bencana terjadi. Yakni, tindakan yang harus dilakukan saat melihat tanda-tanda akan terjadinya bencana yang tujuannya agar anak bisa mengetahui jalur evaluasi bencana untuk menuju tempat yang aman. Selain itu, juga membekali anak melalui practical training bagaimana melindungi dirinya dan bagaimana mereka bisa merespons bencana tersebut secara tepat dan cepat. Misalnya, menunjukkan tempat yang harus dihindari saat bencana terjadi. Pasca Bencana Dalam fase ini, orangtua bisa membekali anak pengetahuan bagaimana sikap dalam menghadapi masa setelah bencana. Contohnya, memberikan pengarahan tentang bagaimana dan apa yang harus dilakukan saat berada di pengungsian agar tidak terpisah dari keluarga. Selain itu, orangtua harus bisa memberikan trauma healing agar kondisi anak tidak terguncang saat berhadapan dengan bencana. 3. Rancang Bangun Posko Dalam hal ini pemerintah harus memperhatikan beberapa ketentuan dalam pembangunan posko itu sendiri, dimana posko gempa harus terletak di atas tanah yang stabil, denah bangunan sebaiknya sederhana; seragam (apabila harus dibuat bangunan yang tidak seragam maka dapat dilakukan dengan pemisahan struktur); mengenai pondasi : pondasi seharusnya dapat diletakkan di atas tanah keras (lebih dari 45 cm dari tanah asli), pondasi sebaiknya dibuat menerus keliling bangunan tanpa terputus, pondasi sloof dan kolom praktis harus saling terikat; di setiap luasan dinding 12m2 sebaiknya dipasang kolom dan juga dipasang balok keliling yang diikat kaku dengan kolom; keseluruhan kerangka bangunan harus terikat dengan kokoh dan kaku; memilih bahan dinding yang tahan akan getaran, kuat; bangunan tahan gempa memiliki komponen yang terikat satu sama lain. 4. Volunteer Psikologis untuk Para Korban Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk membangun kesehatan emosional dan mendapatkan rasa control atas diri sendiri setelah terjadinya bencana, Yaitu sebagai berikut: 1) Beri Kesempatan Untuk Beradaptasi Masa ini termasuk masa yang cukup sulit dalam hidup bagi seseorang yang mengalami kejadian bencana. ada baiknya memberikan kesempatan bagi mereka untuk
berduka dan atas kejadian yang dialami. Tunggu hingga ada perubahan kondisi emosi dari seseorang yang mengalami bencana. 2) Mencari Dukungan Dari Orang Yang Berempati Terhadap Situasi Ini Mendapatkan dukungan sosial merupakan suatu kunci dalam pemulihan psikologis seseorang pasca bencana. Keluarga dan teman dapat menjadi sumber yang penting. Dukungan juga dapat ditemukan pada orang-orang yang sudah pernah melalui bencana sebelumnya. 3) Mendapatkan Bimbingan Psikologis dari Yang Terlatih Ada beberapa kelompok dukungan untuk penyintas. Diskusi kelompok dapat membantu untuk menyadarkan bahwa penyintas tidak sendirian dalam perasaan yang dialaminya. Pertemuan kelompok support juga dapat menjadi pengganti sumber dukungan bagi orang dengan sistem dukungan personal yang terbatas. 4) Membuat atau mengatur kembali rutinitas. Hal ini termasuk makan tepat waktu, pola tidur yang teratur, atau mengikuti program olah raga rutin. Buatlah rutinitas positif supaya semangat menyambutnya di masa-masa yang sulit, seperti melakukan hobby, membaca buku dan lain-lain.
WARNING SYSTEM 1. Sistem Penanggungalan Bencana Ada beberapa hal yang harus dilakukan sebagai upaya preventif dan pasca kejadian, untuk itulah perlu adanya pembaharuan mengenai system dalam menghadapi bencana ini. Secara khusus seperti : Pra Bencana a. Pembaharuan Sistem Peringatan Dini Seharusnya pemerintah menyiapkan anggaran dan melakukan perawatan untuk alat alat yang berfungsi untuk mendeteksi bencana. Hal ini merupakan hal krusial karena keselamatan orang hanya beda persekian detik. Dengan adanya alat yang dapat berfungsi memberikan peringatan dini, saya yakin jumlah korban jiwa dapat ditekan b. Mengembangan Software Edukasi Bencana Di era modernisasi ini tentunya informasi akan mudah tersebar melalui teknologi, hal inilah yang seharusnya dilakukan pemerintah untuk menyesuaikan cara sosialisasi dengan kemajuan teknologi
c. Membangun bangunan/tanaman anti bencana Perlu diwaspadai dan diberikan perhatian khusus bagi tempat tempat yang memiliki potensi bencana alamnya besar, seperti tsunami perlu ditanam tanaman bakau dan bangunan antigempa bagi daerah daerah yang terletak pada pergesekan lempeng Saat Bencana a. Penanganan Bencana Terpadu Untuk mengurangi dampak kerusakan akibat bencana alam, pemerintah Indonesia harusnya memberikan panduan luas tentang cara bertahan hidup saat terjadi gempa atau tsunami. Saya harap agar Indoneisa membangun sistem darurat ketika bencana besar terjadi posko pengungsian.Lalu, setiap warga disana menyiapkan ransel darurat untuk menyimpan hal-hal penting seperti senter, obat-obatan, makanan, selimut dan lainnya untuk bertahan hidup selama tiga hari hingga 1 minggu. b. Pemutusan saluran yang dapat berdampak pada bencana lanjutan Dalam konteks ini perlu adanya suatu system satu pintu mengenai hal hal yang sensitive saat terjadinya bencana misalkan listrik yang bisa langsung dipadamkan satu wilayah ketika terjadi gempa ataupun gas, dll. Ini dilakukan guna mencegah bencana tambahan karena adanya kerusakan yang terjadi pada infrastruktur Pasca Bencana a. Membuka Akses Bantuan Hal pertama yang harus dilakukan adalah membuka akses agar bantuan bisa tersalurkan, identifikasi mana jalur yang masih bisa digunakan dan lakukan pengawaasan jalur tersebut. b. Mendirikan Posko-posko Posko yang dimaksud bisa bermacam-macam bisa seperti posko informasi yang dapat membantu para korban, posko bantuan agar para korban bisa memenuhi kebutuhan pokoknya dll. 2. Distribusi Donasi agar Lancar Menurut saya yang harus diprioritaskan adalah mengenai aksesnya, relawan atau donator harus bisa mengidentifkasi melalui jalur mana sekiranya donasi itu bisa tersampaikan karena pasca bencana tentunya akses banyak yang terputus. Kemudian setelah itu seharusnya ada suatu bentuk pusat yang melakukan pengontrolan dan pengawasan dari alur distribusi donasi jangan sampai distribusi ini tidak merata.
REFERENSI Heru Susetyo. (2010). diunduh dari http://puguhsudarminto.wordpress.com/ 2010/11/09/merancang-disater-education Michael Yudha Winarno. http://michaelyudha.blogspot.com/2006/07/bencanasosial-dankemiskinan.html Sahabat Guru lndonesia diunduh dari http://sahabatguru. wordpress.com/2008/03/06 lampungrawan-bencana-pendidikan-mitigasi-minim/ Sarwedi Oemarmadi. (2005). Pendidikan dan Mitigasi Bencana Alam; Pelajaran Berharga dari Aceh. diunduh dari http://re-searchengines.com/art05-90.html Suhadi Purwantoro. (2010). "Sulitnya membangun disiplin masyarakat". Majalah lnformasi,