Akhlaqul Karimah Lambang Kematangan Iman
AKHLAKUL KARIMAH LAMBANG KEMATANGAN IMAN Oleh; H. Masoed Abidin
ل َ ج َع َ ت َو ِ خ ْيرَا َ سمًا لِل ِ ل ال ِع ْي َد ُم ْو َ ج َع َ ح ْم ُد ل الذِي َ ال ش َه ُد ْ َأ.ِسنَات َح َ ع ال ِ ض لِل ِعمَارَات َو َز ْر ِ ي الر ِ َلنَا مَا ف ق الرْض َو ُ ك َل ُه خَاِل َ ش ِر ْي َ ل َ ح َد ُه ْ ل ال َو ّ ل ِإَل َه ِإ َ ن ْ َأ سوْله الدّاعِي ُ ع ْبدُه َو َر َ ح ّمدًا َ ن ُم ّ ش َه ُد َأ ْ و َأ،سمَاوَات ّ ال سّل ْم َو بَارِك َ ل َو ّص َ الل ُه ّم.ح الَبّينَات ِض َ ى ِد ْيِن ِه ِبَأ ْو َ إِل صحَاِب ِه َو ْ ى آِل ِه َو َأ َ حمّد َو عَل َ َنِبّينَا ُم،سّيدِالكَاِئنَات َ علَى َ .ص َر ِة الدّين َو ِإزَال ِة ال ُم ْن َكرَات ْ جَت ِهدِين ِلَن ْ ن ال ُم َ التّاِب ِع ْي .ُ َأمّا َب ْعد,ن َ ى ِبَت ْقوَى ال َف َق ْد فَا َز ال ُمّتُق ْو َ ص ْي ُك ْم َو ِإيّا ِ ُأ ْو خُلقًا ُ سُن ُه ْم َح ْ ل َأ ِ ىا َ ل إِل ِ عبَا َد ا ِ ب ّ ح َ َأ "Hamba-hamba Allah yang paling dicintai-Nya adalah yang paling baik akhlaknya diantara mereka" (Shahih Al Jami’: 179).
Menurut ilmu kebahasaan (etimologis, lughatan
dalam bahasa Arab) akhlaq adalah bentuk jama’ yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (pencipta), makhluq (yang diciptakan) dan khalaq (penciptaan).
Abdul Karim Zaidan mendefinisikan, “Akhlaq adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam
Mengikuti Ajaran (Sunnah) Rasulullah jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya,
seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya.”
Dari definisi ini dapat diambil pengertian bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga ia akan muncul secara spontan bila mana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar. Dalam Mu’jam Al Wasith disebutkan; Min ghairi hajah ila fikr wa ru’yah (tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan).
Muhammad Abdullah Draz dalam Dustur Al Akhlaq fil Islam membagi ruang lingkup akhlak kepada lima bagian ; a. b. c. d. e.
Akhlaq pribadi (Al Akhlaq Al Fardhiyah), Akhlaq Berkeluarga (Al Akhlaq Al Usairiyah), Akhlaq Bermasyarakat (Al Akhlaq Al Ijtima’iyah), Akhlaq Bernegara (Al Akhlaq Ad Daulah), Akhlaq Beragama (Al Akhlaq Ad Diniyah).
Semua kita mengetahui, bahwa akhlakul karimah sangat tinggi kedudukannya di dalam Islam. Penilaian pertama, karena Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlaq manusia. Bahkan Rasulullah SAW menjadikan baik buruknya akhlaq seseorang sebagai ukuran kualitas imannya.
Akhlaqul Karimah Lambang Kematangan Iman
Di samping kedudukan dan keistimewaan akhlak yang sudah disebutkan di atas, maka akhlak Islam itu paling kurang mencakupi lima ciri-ciri khas yaitu:
1. AKHLAQ RABBANI Ajaran akhlak dalam Islam bersumber dari wahyu Ilahi di dalam Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Di dalam Al Qur’an terdapat tidak kurang dari 1.500 ayat yang mengandung ajaran akhlak, baik yang sifatnya teoritis maupun yang praktis. Demikian pula hadits-hadits Nabi, jumlahnya amat banyak, yang memberikan pedoman tentang akhlak mulia. Sifat Rabbani dari akhlak juga menyangkut tujuannya, yaitu memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat nanti. Ciri Rabbani di dalam akhlak Islam tidaklah moral yang tradisional dan situasional, tetapi akhlak yang memiliki nilai mutlak. Akhlak Rabbani ini yang memapu menghindari kekacauan nilai moralitas dalam kehidupan manusia. Al Qur’an mengajarkan: “Inilah jalan-Ku yang lurus, hendaklah kamu mengikutinya, jangan kamu ikuti jalan-jalan lain, sehingga kamu bercerai berai dari jalan-Nya. Demikian yang diperintahkan kepadamu, agar kamu bertaqwa.” (Q.S. Al An’am: 153)
2. AKHLAK MANUSIAWI Ajaran akhlak dalam Islam sejalan dengan
Mengikuti Ajaran (Sunnah) Rasulullah
tuntutan fitrah manusia. Kerinduan jiwa manusia kepada kebaikan akan terpenuhi dengan mengikuti ajaran akhlak dalam Islam. Ajaran akhlak dalam Islam diperuntukkan bagi manusia yang merindukan kebahagiaan dalam arti yang hakiki, bukan hanya kebahagiaan yang semu. Akhlak Islam adalah akhlak yang benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat, sesuai dengan fitrahnya.
3. AKHLAK UNIVERSAL Ajaran akhlak dalam Islam sesuai dengan nilainilai kemanusiaan yang universal, mencakup segala aspek hidup manusia, baik yang dimensinya vertikal maupun horizontal. Sebagai contoh di dalam Al Qur’an menyebutkan sepuluh macam keburukan yang wajib dijauhi oleh setia orang, yaitu ; a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, membunuh anak karena takut miskin, berbuat keji baik secara terbuka maupun tersembunyi, membunuh orang tanpa alasan yang sah, makan harta anak yatim, mengurangi takaran dan timbangan, membebani orang dengan kewajiban yang melampaui kekuatannya, persaksian tidak adil, dan mengkhianati janji dengan Allah.
4. AKHLAK KESEIMBANGAN
Akhlaqul Karimah Lambang Kematangan Iman
Ajaran akhlak dalam Islam berada di tengahtengah antara yang mengkhayalkan manusia sebagai malaikat yang menitik beratkan sisi kebaikan dan yang mengkhayalkan manusia seperti hewan yang menitik beratkan sifat keburukannya saja (hayawanun-natiq). Manusia menurut pandangan Islam memiliki dua kekuatan dalam dirinya, kekuatan baik pada hati
nurani dan akalnya dan kekuatan buruk pada hawa nafsunya. Manusia memiliki naluriyah hewani dan juga ruhiyah malaikat. Manusia memiliki unsur rohani dan jasmani yang memerlukan pelayanan masing-masing secara seimbang. Manusia hidup tidak hanya di dunia kini, tetapi dilanjutkan dengan kehidupan akhirat. Hidup di dunia merupakan ladang bagi akhirat. Akhlak Islam memenuhi semua tuntutan keperluan manusia, jasmani dan rohani, secara seimbang, memenuhi tuntutan hidup bahagia di dunia dan di akhirat secara seimbang pula. Bahkan memenuhi keperluan pribadi yang mesti seimbang dengan pemenuhan kewajiban terhadap masyarakat dan lingkungannya.
5. AKHLAK REALISTIK Ajaran akhlak dalam Islam selalu memperhatikan kenyataan hidup manusia. Meskipun manusia telah
Mengikuti Ajaran (Sunnah) Rasulullah
dinyatakan sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lain, tetapi manusia mempunyai kelemahan, memiliki kecenderungan manusiawi dan berbagai macam keperluan material dan spritual. Kelemahan-kelemahan yang ada pada manusia sangat mungkin melakukan kesalahan-kesalahan dan pelanggaran. Karenanya, ajaran Islam memberikan kesempatan kepada manusia yang melakukan kesalahan untuk memperbaiki diri dengan bertaubat. Maka bersegera melakukan taubat adalah salah satu dari bentuk akhlak yang diajarkan kepada manusia, bahwa secara realistik manusia sering melakukan kesalahan-kesalahan. Dakwah Islam adalah keperluan masyarakat (khususnya masyarakat muslim), disebabkan beberapa alasan berikut: 1. Manusia memerlukan penjelasan tentang apa-apa yang diperintah oleh Allah untuk menegakkan
hujjah atas mereka. Allah SWT berfirman: “Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi dan pembawa khabar gembira dan pemberi peringatan dan utuk menjadi penyeru kepada agama Allah
dengan
izin-Nya
dan
jadi
cahaya
yang
menerangi.” (Q.S. Al-Ahzab: 45-46)
2. Kondisi kehidupan yang banyak diwarnai oleh
Akhlaqul Karimah Lambang Kematangan Iman
kerusakan, ketamakan, dan hawa nafsu, sementara para pelakunya selalu menginginkan tersebarnya kerusakan tersebut di tengah masyarakat, maka dakwah menjadi penting. 3. Takut terhadap laknat Allah yang akan ditimpakan atas masyarakat yang tidak melakdanakan amar
ma’ruf - nahi munkar. Sebagaimana yang menimpa bani Israil, dan disebutkan dalam Firman Allah, “Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israil
dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mun-kar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (Q.S. Al-Maaidah: 78-79)
Tujuan dan aktifitas dakwah Islamiyah antara lain menjaga manusia tetap berakhlak terhadap tuhannya dengan ibadah yang terpelihara serta bermuamalah dengan lingkungannya, sehingga terbinalah kehidupan yang baik ; 1. Mengembalikan fitrah yang ada pada diri manusia. 2. Mengubah
pengertian
kepada
pola
pikir (fikrah) 3. Mengubah pola pikir menjadi aktivitas
(harakah) 4. Mengubah
aktivitas
menjadi
Mengikuti Ajaran (Sunnah) Rasulullah )keberhasilan (natijah 5. Mengubah keberhasilan menjadi tujuan
)(ghayah menjadi
tujuan
6. Mengubah
mardhatillah.
عصْمَ ُة أَمْرِنَاَ ،و صلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الّذِي ُهوَ ِ اللّهُ ّم ا ْ ح لَنَا آخِرَتِنَا ي فِيْهَا مَعَاشِنَاَ ،و اصْلِ ْ ح لَنَا دُنْيَانَا الّت ِ اصْلِ ْ الّتيِ ِإلَيْهَا َمعَادُنَاَ ،و اجْ َعلِ اْلحَيَاةَ زِيَادَ ًة لَنَا فيِ ُكلّ خَيْرٍ ،وَاجْ َعلِ المَ ْوتَ رَاحَ ًة لَنَا مِنْ ُكلّ سَرٍ ،اللّهُمّ اجْ َعلْ يَوْمَنَا خَيْرًا ِمنْ أَ ْمسِنَاَ ،و اجْ َعلْ غَدَنَا خَيْرًا ِمْن ي الُمُوْرِ ُكلّهَاَ ،و َأجِرْنَا مِنْ سنْ عَاقِبَتَنَا ف ِ يَوْمِنَا ،وَ احْ ِ ب الخِرَةِ، خِزْيِ الدّنْيَا وَ عَذَا ِ