Ak Keu Kelompok 5.docx

  • Uploaded by: YUNI
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ak Keu Kelompok 5.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,462
  • Pages: 9
1. Persediaan dengan Pendekatan LCM A. Pengertian LCM Lower of Cost or Market (LCM) adalah salah satu penerapan prinsip tersebut. Sedangkan penilaian akuntansinya dicatat berdasarkan nilai terendah antara harga pasar atau harga beli. Nilai realisasi bersih (net realization value-NRV) didefenisikan sebagai estimasi harga jual dalam keadaan bisnis normal dikurangi dengan estimasi biaya penyelesaian dan penjualan yang dapat diprediksi secara layak. Jumlah tersebut dikurangkan dengan margin laba normal untuk mendapatkan nilai realisasi bersih dikurangi margin laba normal (net realization value less a normal profit margin). Sebagai contoh, dengan mengasumsikan bahwa Jerry Mander, memiliki persediaan barang yang belum jadi dengan nilai jual 1.000.000,00 estimasi biaya penyelesaian 300, dan margin laba normal 10% dari penjualan, Jerry Mander menentukan nilai realisasi bersih berikut: Persediaan – Nilai Jual Dikurangi : Estimasi Biaya Penyelesaian dan Penjualan Nilai Realisasi Bersih Dikurangi : Penyisihan untuk Margin Laba Normal (10% dari penj) Nilai Realisasi Bersih dikurangi Margin Laba Normal 

1.000.000,00 300 700 100 600

Aturan Umum dari “nilai terendah antara biaya dan harga pasar” adalah : persediaan di nilai pada nilai terendah antara biaya dan harga pasar, dengan harga pasar di batasi hingga jumlah yang tidak melebihi nilai realisasi bersih atau lebih rendah dari nilai realisasi bersih dikurangi margin laba normal.



Batas atas (ceiling) adalah nilai realisasi bersih batas bawah (floor) adalah nilai realisasi bersih dikurangi margin laba normal.

B. Metode Pengaplikasian LCM

Praktek yang paling umum adalah penilaian persediaan atas dasar barang per barang. Karena suatu hal, aturan perpajakan mewajibkan dasar perbarang digunakan kecuali kalau tidak praktis. Selain itu, pendektan perbarang menyediakan penilaian yang paling konservatif bagi tujuan penyajian neraca. Persediaan sering dinilai atas dasar total. Persediaan jika hanya ada satu produk akhir yang terbuat dari bahan baku yang berbeda. Jika perusahaan membuat beberapa produk akhir, maka pendekatan kategori bisa dipakai. Metode yang dipilih harus merupakan metode yang paling jelas mencerminkan laba. Apapun metode yang dipilih, metode tersebut harus diaplikasikan secara konsisten dari satu periode ke periode lain.

C. Pencatatan Harga Pasar Bukan Biaya a. Metode Pertama, yang disebut sebagai Metode Langsung (Direct Method). Biaya digunakan dengan harga pasar (yang lebih rendah) ketika menilai persediaan.

Akibatnya tidak ada kerugian yang di laporkan dalam laporan laba-rugi. Karena kerugian ini sudah dimasukan dalam harga pokok penjualan. b. Metode Kedua, yang disebut sebagai Metode Tidak Langsung (Indirect Method) atau Metode Penyisihan (Allowance Method), tidak mengubah angka biaya, tetapi membentuk akun kontra – aktiva yang terpisah dan akun kerugian untuk mencatat penghapusan. Contohnya :

D. Evaluasi Atas Aturan LCM Aturan LCM memiliki beberapa definisi atau kelemahan konseptual sebagai berikut: a. Penurunan nilai aktiva dan pencatatannya sebagai beban diakui pada periode ketika kerugian utilitas ini terjadi bukan pada periode penjualan. Pada sisi lain, kenaikan

nilai aktiva hanya diakui pada saat penjualan terjadi. Perlakuan ini tidak konsisten dan dapat menyebabkan data laba terdistorsi. b. Aplikasi antara LCM menghasilkan inkonsistensi karena persediaan perusahaan mungkin dinilai menurut biaya dalam satu tahun dan harga pasar dalam tahun berikutnya. c. LCM menilai persediaan dalam neraca secara konservatif tetapi dampaknya terhadap laporan-laporan laba-rugi mungkin atau tidak mungkin bersifat konservatif. Laba bersih tahun berjalan ketika kerugian diakui jelas lebih rendah: laba bersih untuk periode berikunya mungkin lebih tinggi dari normal jika penurunan yang diterapkan atas harga jual tidak material. d. Aplikasi aturan LCM menggunakan “laba normal” dalam menentukan nilai persediaan. Karena laba normal merupakan angka estimasi yang didasarkan pada pengalaman masa lalu dan mungkin tidak berlaku lagi di masa depan. Maka laba normal bersifat tidak objektif dan memberikan peluang untuk memanipulasi laba.

E. DASAR PENILAIAN a. Penilaian Menurut Nilai Realisasi Bersih Secara umum, persediaan dicatat pada biayanya atau menurut aturan LCM. Akan tetapi, banyak pihak yang percaya bahwa harga pasar harus selalu didefinisikan sebagai Nilai Realisasi Bersih (harga jual dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan penjualan), bukan biaya pengganti tetapi hal ini bertujuan untuk tujuan pengaplikasian aturan LCM. Argument ini didasarkan pada fakta bahwa nilai realisasi bersih adalah jumlah yang diperoleh dari persediaan ini di masa depan. b. Penilaian dengan Menggunakan Nilai Penjualan Relatif Suatu masalah khusus muncul ketika sekelompok unit dibeli dengan satu harga lump sum (lum sump price) yang juga disebut dengan Basket Purchase. Dalam Accounting Research and Terminology Bulletin, Final Edition, profesi akuntansi mengemukakan bahwa “biaya standar dibolehkan jika disesuaikan pada interval yang layak untuk mencerminkan kondisi terbaru”.

Contohnya : Asumsikan bahwa Bapak Made membeli tanah seharga 1 juta yang dibagi menjadi 400 petak. Petak-petak ini memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda, tetapi secara kasar dapat dikelompokan ke dalam tiga kelas yaitu A,B, dan C. Ketika petak – petak ini dijual, harga beli sebesar 1 juta akan dibagi diantara petak – petak yang telah terjual dan petak – petak yang masih ada di tangan. Namun, tidak tepat untuk membagi total biaya sebesar 1 juta ke dalam 400 petak secara merata, atau 2.500 per petak, karena ukuran, bentuk, dan daya tariknya berbeda. Ketika menghadapi situasi semacam itu yang tidak jarang ditemui, praktek yang paling umum dan paling logis adalah mengalokasikan total biaya diantara berbagai unit dasar nilai penjualan relatifnya.

2. Persediaan dengan Pendekatan Laba Kotor A. Metode Laba Kotor (Gross Profit Method)

 Didasarkan pada tiga asumsi, yaitu: a. Persediaan awal + Pembelian = Total Barang yang Diperhitungkan b. Barang yang belum terjual harus berada di tangan c. Jika, Penjualan – Biaya – Jumlah Persediaan Awal + Pembelian = Persediaan Akhir. Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa Cetus Crop memiliki persediaan awal sebesar $60.000 dan pembelian $200.000, keduanya berbasis biaya. Penjualan menurut harga jual berjumlah $280.000. Laba kotor atas harga jual adalah 30 %. Metode laba kotor diaplikasikan sebagai berikut : Persediaan awal (pada biaya)

$60.000

Pembelian (pada biaya)

200.000

Barang yang tersedia (pada biaya)

260.000

Penjualan (pada harga jual)

$280.000

Dikurangi: Laba Kotor (30% dari $280.000)

84.000

Penjualan (pada biaya) Perkiraan persediaan (pada biaya)

196.000 $64.000

 Perhitungan persentase laba kotor: Laba kotor atas harga jual merupakan metode yang umum untuk menghitung laba karena beberapa alasan, yaitu: a. Sebagian besar barang dinyatakan atas dasar eceran, bukan biaya. b. Laba yang dihitung atas harga jual lebih rendah dari pada laba yang didasarkan atas biaya, dan presentase yang lebih rendah ini disukai oleh pelanggan c. Laba kotor yang didasarkan atas harga jual tidak pernah melebihi 100%.

B. Evaluasi atas Metode Laba Kotor

a. Kelemahan utama dari metode laba kotor adalah bahwa metode ini menghasilkan suatu estimasi. Akibatnya, perhitungan fisik persediaan harus dilakukan setahun sekali untuk memerika jumlah persediaan yang sebenarnya ada di tangan. b. Kedua, metode laba kotor menggunakan persentase masa lalu dalam menentukan mark up.

3. Persediaan dengan Pendekatan Harga Eceran

A. Konsep Metode Eceran Konsep eceran ini merupakan harga eceran awal, dengan mengasumsikan bahwa harga tidak berubah. Dalam prakteknya, harga jual sering kali di mark up atau di mark down. Bagi peritel, istilah mark up berarti tambahan atas harga eceran awal. Pembatalan mark up (mark up cancellations) adalah penurunan harga barang dagang yang sebelumnya telah di –markup di atas harga eceran awal. B. Metode Persediaan Harga Eceran dengan Markup dan Markdown – Metode Konvensional a. Perusahaan eceran atau retail menggunakan konsep markup dan markdown dalam melakukan penilaian persediaan yang layak pada akhir periode akuntansi. Untuk mendapatkan angka persediaan yang tepat, markup, pembatalan markup. Markdown, dan pembatalan markdown harus diperlakukan secara tepat. b. Metode persediaan secara konvensional dirancang untuk memperkirakan nilai terendah antara biaya rata-rata dan harga pasar. Kita akan menyebut pendekatan ini sebagai pendekatan LCM atau Metode Persediaan Eceran Konvensional (Convensional Retail Inventory Method). C. Pos-pos yang berhubungan dengan Metode Harga Eceran Metode persediaan eceran menjadi lebih rumit apabila pos-pos seperti transportasimasuk, return pembelian, pengurangan harga, dan diskon pembelian terlibat. Dalam metode eceran, kita memperlakukan pos-pos semacam itu sebagai berikut: a. Biaya Pengangkutan (Freight Cost) diperlakukan sebagai bagian dari biaya pembelian.

b. Return Pembelian (Purchase Return) biasanya dipandang sebagai pengurangan baik pada biaya maupun harga eceran. c. Diskon pembelian dan pengurangan harga (Purchase Discount and Allowances) biasanya dipandang sebagai pengurangan biaya pembelian. d. Transfer Masuk (Transfer-In) dari departemen lain, misalnya harus dilaporkan dengan cara yang sama seperti pada pembelian dari perusahaan lain. e. Kekurangan Normal (Normal Shortages) jika terjadi pecah, rusak, dan hilang harus mengurangi kolom “harga eceran” karena barang-barang ini tidak tidak lagi tersedia untuk dijual. f. Kekurangan Abnormal (Abnormal Shortages) harus dikurangkan dari kolom “biaya” dan kolom “harga eceran” serta dilaporkan sebagai jumlah persediaan khusus atau sebagai kerugian. g. Diskon untuk Karyawan (Employee Discount) perusahaan sering kali memberikan diskon khusus kepada karyawannya untuk meningkatkan kesetiaan, kinerja yang lebih baik, dan sebagainya harus dikurangkan dari kolom harga eceran dengan cara yang sama seperti dalam penjualan. Diskon ini tidak boleh dimasukan dalam perhitungan rasio biaya terhadap harga eceran karena tidak mencerminkan perubahan harga jual secara keseluruhan. D. Evaluasi atas Metode Persediaan Eceran Beberapa alasan menggunakan metode persediaan eceran, diantaranya: a. Agar laba bersih dapat dihitung tanpa harus melakukan perhitungan fisik persediaan. b. Sebagai ukuran pengendalian dalam menentukan kekurangan persediaan dalam pengaturan kuantitas barang dagang di tangan. c. Untuk informasi asuransi.

Related Documents

Ak Keu Kelompok 5.docx
December 2019 30
Ak Keu Lanjutan.docx
April 2020 13
Ak Keu Bab 10.docx
May 2020 20
Keu
November 2019 24
Keu
November 2019 35

More Documents from "Tiasih"