A.isi.docx

  • Uploaded by: ersy
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View A.isi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 17,540
  • Pages: 95
1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan

merupakan

proses

pembelajaran

bagi

manusia

yang

menjadikannya makhluk berpengetahuan. Melalui pengetahuan yang dimilikinya manusia dapat tumbuh dan berkembang secara terarah sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia yang hidup di tengah manusia yang lain dan hidup sebagai seorang hamba yang menjalankan setiap perintah Tuhan yang telah menciptakannya. Pendidikan dapat mengubah manusia dari tidak tahu menjadi tahu. Dari tidak baik menjadi baik. Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk menjadikan hidupnya lebih bermartabat. Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan generasi penerus bangsa. Melalui pendidikan suatu bangsa akan menjadi berkarakter dan memiliki daya saing yang kuat dari bangsa-bangsa yang lainnya. Pendidikan juga akan membentuk bagaimana para penerus bangsa di masa depan akan bertindak. Pendidikan sangat penting untuk mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang handal, sedangkan guru merupakan ujung tombak dari pendidikan tersebut. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (ayat 1) yang menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Selanjunya, Pasal 3 menyebutkan bahwa, Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

2

Sejalan dengan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tersebut, pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat mencegah, karena melalui pendidikan diharapkan dapat membangun generasi masa depan bangsa menjadi lebih baik. Pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan bangsa. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, dan membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya sehingga mencapai kualitas diri yang lebih baik (Salahudin, 2011:19). Salah satu bentuk dari pendidikan adalah adanya sekolah sebagai sarana generasi masa depan memperoleh pemahaman melalui pendidikan. Keberhasilan proses pendidikan di sekolah tidak dapat dipisahkan dari berbagai unsur yang mempengaruhi, seperti tujuan pendidikan, peserta didik, pendidik, proses pembelajaran, kurikulum, sarana prasarana pembelajaran, waktu pembelajaran, maupun lingkungan. Unsur-unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sehingga setiap unsur harus berperan seoptimal mungkin untuk menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Disamping itu John Dewey (dalam Sagala, 2000:3) berpendapat bahwa: “Pendidikan

merupakan

proses

pembentukan

kemampuan

dasar

fundamental yang menyangkut daya intelektual atau daya pikir. Pendidikan merupakan upaya untuk mengajari peserta didik berpikir. Peserta didik harus ditekankan pada keterampilan berpikir. Peserta didik harus diarahkan agar dapat berpikir kritis, berpikir tingkat tinggi dan mandiri dalam kegiatan pembelajaran”. Gunawan (dalam Arifin & Ratu, 2018:55) mengungkapkan bahwa keterampilan berpikir dapat dibedakan menjadi dua tingkat, yaitu keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan keterampilan berpikir tingkat rendah atau Lower Order Thinking Skills (LOTS). Keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) sangat diperlukan pada era

3

globalisasi saat ini. Peserta didik bukan lagi digiring untuk diberi tahu, melainkan mencari tahu sendiri. Mencari tahu berarti membutuhkan proses berpikir yang cerdas dan kreatif. Berpikir yang demikian menuntut peserta didik untuk diarahkan dari mengingat, memahami, bahkan sampai memecahkan permasalahan yang rumit. Keterampilan berpikir yang kompleks akan membuat peserta didik terbiasa menghadapi sesuatu yang sulit. Untuk menghadapi sesuatu yang sulit tersebut membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Higher Order Thinking (HOT) atau berpikir tingkat tinggi mengacu pada taksonomi Bloom yang direvisi, berpikir tingkat tinggi (HOT) terkait dengan kemampuan kognitif dalam menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi (Sani,2019:3). Berbicara mengenai tahapan berpikir, maka taksonomi Bloom yang direvisi oleh Anderson dan Krathwohl dianggap sebagai dasar bagi berpikir tingkat tinggi. Berlandaskan pada taksonomi Bloom (revisi) tersebut, maka terdapat urutan tingkatan berpikir (kognitif) dari tingkat rendah ke tingkat tinggi. Tiga aspek dalam ranah kognitif yang menjadi bagian dari keterampilan berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking yaitu aspek menganalisa (C4), aspek mengevaluasi (C5), dan aspek mencipta (C6). Tiga aspek lain dalam ranah yang sama, yaitu aspek mengingat (C1), aspek memahami (C2), dan aspek menerapkan (C3) masuk dalam tahapan intelektual berpikir tingkat rendah atau lower order thinking (Sani, 2015:60). Dari karakteristik tersebut tentunya lembaga pendidikan memiliki peran sentral dalam membantu siswa agar mampu hidup secara produktif di tengah masyarakat serta memiliki kecakapan untuk menghadapi segala permasalahan yang muncul di dalamnya. Mengingat pentingnya peran lembaga pendidikan, maka pendidikan yang hanya menekankan pada penguasaan materi saja sudah menjadi tidak sesuai lagi. Pada saat ini, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang membosankan bagi siswa, tak terkecuali di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari bagaimana proses pembelajaran matematika itu berlangsung. Sistem pengajaran yang diterapkan oleh guru hanya mengulang-ulang serta sangat minim kreativitas dalam mengembangkan pelajaran dan seni mengajar. Selain itu faktanya,

4

pembelajaran matematika di Indonesia memang masih cenderung monoton yang mestinya harus sesuai dengan domain pengetahuan sesuai dengan karakteristik kompetensi yang telah dijelaskan diatas dan bisa dicapai melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Dengan pembelajaran yang demikian, diharapkan siswa-siswa di Indonesia mampu bersaing di kancah Internasional Hasil survei PISA/(Programme for International Student Assessment) yang diselenggarakan oleh (OECD)/Organization for Economic Cooperation and Development pada delapan tahun terakhir menunjukan bahwa Indonesia masih menduduki peringkat 10 besar terbawah dari beberapa negara yang berpartisipasi. Tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65 negara yang berpartisipasi, pada tahun 2015 Indonesia menduduki peringkat 63 dari 70 negara yang berpartisipasi. Tidak jauh berbeda dengan hasil survei yang dilakukan oleh (TIMSS)

Trends

International

Mathematics

and

Science

Study

yang

diselenggarakan oleh (IEA) International Association for the Evaluation of Education Achievement pada tahun 2015 yang menunjukan bahwa siswa Indonesia masih berada di peringkat yang cukup mencengangkan, yakni peringkat 45 dari 50 negara yang berpartisipasi dengan rata-rata skor matematika sebesar 397 (Arifin & Ratu, 2018:53-54). Hasil kedua survey Internasional di atas menunjukkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa Indonesia, khususnya dalam bidang Matematika, masih tergolong rendah. Siswa belum memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah non rutin atau soal-soal PISA yang dituntut untuk berpikir lebih tinggi. Selain itu, soal-soal PISA bukan hanya menuntut kemampuan dalam penerapan konsep saja, tetapi lebih kepada bagaimana konsep itu dapat diterapkan dalam berbagai

macam

situasi,

dan

kemampuan

siswa

dalam

bernalar

dan

berargumentasi tentang bagaimana soal itu dapat diselesaikan. Sejalan dengan hasil kedua survey diatas, hal ini juga diperkuat dengan adanya hasil observasi yang peneliti lakukan pada 19 Januari 2019 di kelas VIII-1 MTs Al-Munawwarah Binjai Utara pada Tahun Ajaran 2018/2019 dengan jumlah 31 siswa. Pada saat melakukan observasi kepada siswa di sekolah tersebut peneliti

5

memberikan tes berupa soal essai sebanyak 3 soal yang sesuai dengan indikator HOT yakni terdiri dari 1 soal ranah menganalisis (C4), 1 soal ranah mengevaluasi (C5), dan 1 soal ranah mencipta (C6). Salah satu soal yang disajikan pada saat observasi adalah:

D

A

B

C

Pada sebuah segiempat ABCD seperti yang ditunjukkan pada gambar disamping, dengan sudut ABC dan DAC adalah sudut siku-siku dan keliling segiempat ABCD adalah 64 cm. Apabila keliling ABC adalah 24 cm dan keliling ACD adalah 60 cm. Tentukan luas segiempat ABCD?

Berikut jawaban dari salah seorang siswa:

Siswa

belum

mampu

mengorganisir

unsur setiap sisi dalam kaitannya dengan konsep segitiga. Siswa melakukan kesalahan dengan menduga keliling ABC sebagai panjang alas dan keliling

ACD

sebagai

tinggi

kemudian

menghitungnya dengan rumus luas segitiga, selanjutnya hasil tersebut dijumlah dengan keliling segiempat ABCD lalu menyimpulkannya menjadi luas segiempat ABCD.

Gambar 1 Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat siswa belum mampu menjawab permasalahan yang berkaitan dengan Higher Order Thinking (HOT) dengan benar. Siswa tidak mampu menjawab sesuai dengan langkah-langkah pengerjaan yang benar. Diharapkan siswa terlebih dahulu menuliskan informasi yang ada pada soal agar mampu memahami masalah, namun siswa tidak memahami informasi soal sehingga tidak menuliskannya dan tidak mampu merepresentasikan informasi soal terhadap gambar yang diberikan. Hal ini menyebabkan siswa tidak mampu menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola seperti mengidentifikasi hubungan panjang setiap sisi pada segiempat yang dibangun dari duah buah segitiga, kemudian dapat menentukan panjang setiap sisi segiempat. Siswa melakukan kesalahan dengan menduga keliling ABC sebagai panjang alas dan keliling ACD sebagai tinggi kemudian menghitungnya dengan rumus luas segitiga, selanjutnya hasil tersebut dijumlah

6

dengan keliling segiempat ABCD lalu menyimpulkannya menjadi luas segiempat ABCD. Berdasarkan hasil jawaban siswa yang diperoleh yaitu dari 31 siswa, tidak ada satu siswapun yang kemampuannya memenuhi indikator Higher Order Thinking (HOT) yakni menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Semua hasil dari test

yang diberikan tidak mencapai ketuntasan belajar dengan Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75 dengan rata-rata hasil yang diperoleh yaitu 10. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa masih sangat rendah sehingga belum mencapai ranah Higher Order Thinking (HOT). Tabel 1. Indikator HOT HOT Menganalisis (C4)

Indikator Siswa mampu menspesifikasikan aspek-aspek yang terkait untuk dapat mengkritisi

Mengevaluasi (C5)

Siswa mampu mengambil keputusan sendiri untuk memilih jenis pilihan yang lebih menguntungkan jika dipilih

Mencipta (C6)

Siswa mampu menkreasikan idenya untuk mendesain suatu bentuk yang lain

Sejalan dengan hasil observasi (Sabtu, 19 Januari 2019) di kelas VIII MTs Al-Munawwarah Binjai Utara yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa Ibu Ami selaku guru pengampu mata pelajaran Matematika di kelas tersebut belum pernah mengetahui tentang soal HOT sehingga tidak pernah membuat atau menggunakan soal-soal yang dapat merangsang siswa untuk berpikir tingkat tinggi. Sejauh ini beliau terfokus dalam penyampaian materi yang akan diajarkan kepada peserta didik, dan setelah proses belajar mengajar beliau hanya memberikan soal-soal yang sudah tertera pada buku matematika yang digunakan.

7

Kondisi demikian tidak sejalan dengan salah satu perubahan kurikulum 2013 yakni adanya sebuah tuntutan dalam materi pembelajaran yang mengharuskan

sampai

pada

ranah

metakognitif

sehingga

siswa

dapat

memprediksi, mendesain serta memperkirakan. Sejalan dengan tuntutan tersebut sasaran pembelajaran mencakup ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ranah pengetahuan dapat di peroleh dengan

aktivitas

mengingat,

memahami,

menerapkan,

menganalisis,

mengevaluasi, mencipta (UU No.22 tahun 2016). Dalam hal ini siswa dituntut untuk menggunakan kemampuan berpikir tingkat tingginya. Salah satu materi matematika yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat menggunakan kemampuan berpikir tingkat tingginya adalah mengenai Geometri. Sudut pandang psikologi, geometri merupakan penyajian abstraksi dari pengalaman visual dan spasial, misalnya bidang, pola, pengukuran dan pemetaan (Asis, dkk,2015:79). Geometri sendiri memiliki cabang yang salah satunya adalah bangun datar. Materi geometri khususnya bangun datar merupakan satu diantara materi yang dianggap rumit oleh siswa, karena melibatkan beberapa konsep yang telah dipelajari sebelumnya (Askar,dkk, 2016:315). Materi mengenai bangun datar sebenarnya telah dipelajari siswa sejak berada di bangku sekolah dasar, namun sampai saat ini materi bangun datar merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai saat belajar matematika di SMP. Materi bangun datar penting karena akan menjadi prasyarat utama ketuntasan siswa. Dari beberapa uraian diatas perlu adanya sebuah tindak lanjut yang dapat melatih siswa untuk berfikir aktif dalam materi bangun datar khusunya pada materi segiempat dengan menggunakan kemampuan berfikir tingkat tinggi melalui perbaikan pembelajaran di sekolah. Hal ini penting sejalan dengan hasil interview dengan guru di sekolah tersebut bahwa pada umumnya pembelajaran diajarkan masih dengan metode ceramah dan tanya jawab. Dalam proses pembelajaran tersebut guru lebih aktif daripada peserta didik. Kondisi yang demikian membuat peserta didik pasif dan hanya diam di tempat duduk menerima materi yang disampaikan oleh guru. Sehingga peserta didik hanya menghafal apa yang disampaikan guru, peserta didik kurang berlatih untuk aktif berfikir dalam

8

hal menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan

pembelajaran yang mengarah pada kemampuan berpikir tingkat tinggi matematika atau yang dikenal High Order Thinking (HOT). Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat menjadi salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan Higher Order Thinking (HOT) peserta didik. Strategi pembelajaran yang tepat ialah melalui strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemanpuan berpikir siswa salah satunya yaitu Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB). Sanjaya (2008: 226-227) mengemukakan bahwa SPPKB adalah strategi pembelajaran yang bertumpu kepada peningkatan kemampuan berpikir peserta didik melalui telaah fakta-fakta atau pengalaman sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan. Strategi pembelajaran SPPKB memiliki tiga karakteristik utama yaitu, proses pembelajaran yang menekankan kepada proses mental peserta didik secara maksimal, dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara terus-menerus, serta menyandarkan kepada dua sisi yang sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar (Sanjaya, 2008: 231-232). Langkah-langkah tersebut menuntut peserta didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga kemampuan peserta didik akan berkembang. SPPKB efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Hal ini di sejalan dengan penelitian yang dilakukan Puspaningtyas (2018) menunjukkan bahwa SPPKB efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Penelitian lain yang dilakukan oleh Anita (2017) memperoleh hasil bahwa SPPKB termasuk kualifikasi cukup dalam pengaruhnya terhadap peningkatan hasil belajar. Pada kegiatan pembelajaran siswa terkadang mengalami kesulitan dalam memahami konsep atau materi yang diberikan oleh guru dengan baik, oleh karena itu siswa membutuhkan bantuan dari guru untuk memahami konsep-konsep pelajaran yang dipelajari. Kesulitan ini sebenarnya dapat diatasi dengan mengetengahkan

peranan scaffolding dalam strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru sebagai solusi dengan pertimbangan bahwa peranan bantuan di saat diperlukan

9

adalah sesuatu yang sangat berarti dan merupakan hal penting. Sejalan dengan hal itu Wibowo & Setianingsih (2016:75) mengemukakan bahwa scaffolding bisa membantu mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa dalam pemecahan masalah. Dalam pembelajaran , scaffolding dapat dikatakan sebagai jembatan yang digunakan untuk menghubungkan apa yang sudah diketahui siswa dengan sesuatu yang baru atau yang akan dikuasai/diketahui siswa. Hal yang utama dalam penerapan scaffolding terletak pada bimbingan guru. Bimbingan guru diberikan secara bertahap setelah siswa diberikan permasalahan, sehingga kemampuan aktualnya mencapai kemampuan potensial. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan atau memberikan contoh (Chairani,2015:41). Scaffolding berarti upaya pendidik untuk membimbing siswa dalam upayanya mencapai keberhasilan. Dorongan guru sangat dibutuhkan selama pembelajaran agar peserta didik nantinya mampu melakukan tugas tersebut secara mandiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri. Berdasarkan uraian diatas, peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Higher Order Thinking (HOT) Melalui Strategi Pembelajaran

Peningkatan

Kemampuan

Berpikir

(SPPKB)

Dengan

Pemberian Scaffolding Pada Materi Bangun Datar Bagi Siswa kelas VII di MTs Al-Munawwarah Binjai Utara T.A 2018/2019”. Melalui SPPKB dengan pemberian scaffolding ini diharapkan akan dapat meningkatkan Higher Order Thinking (HOT) siswa.

10

1.2.

Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut : 1. Kurangnya partisipasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. 2. Kegiatan pembelajaran belum memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. 3. Model pembelajaran yang digunakan masih terpusat pada guru dengan menggunakan model ceramah atau pembelajaran konvensional. 4. Peserta didik cenderung pasif dan kurang mandiri. 5. Peserta didik belum terlibat secara aktif untuk menemukan sendiri konsep/materi pembelajaran.

1.3. Batasan Masalah Melihat

luasnya

cakupan

masalah-masalah

yang

teridentifikasi

dibandingkan waktu dan kemampuan yang dimiliki peneliti, maka peneliti membatasi masalah pada “Peningkatan Higher Order Thinking (HOT) Melalui Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) Dengan Pemberian Scaffolding Pada Materi Bangun Datar Bagi Siswa kelas VII di MTs Al-Munawwarah Binjai Utara T.A 2018/2019”.

1.4. Rumusan Masalah Sesuai dengan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana penerapan Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) dengan pemberian scaffolding pada materi Bangun Datar bagi siswa kelas VII di MTs Al-Munawwarah Binjai Utara T.A 2018/2019? 2. Apakah terdapat peningkatan Highger Order Thinking (HOT) melalui strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) dengan pemberian scaffolding pada materi Bangun Datar bagi siswa kelas VII di MTs Al-Munawwarah Binjai Utara T.A 2018/2019?

11

3. Bagaimana gambaran N-Gain peningkatan Highger Order Thinking (HOT) melalui strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) dengan pemberian scaffolding pada materi Bangun Datar bagi siswa kelas VII di MTs Al-Munawwarah Binjai Utara T.A 2018/2019? 4. Bagaimana bentuk scaffolding yang diberikan pada siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah di kelas VII MTs Al-Munwwarah dalam menyelesaikan materi bangun datar?

1.5.

Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk

mengetahui

bagaimana

penerapan

strategi

pembelajaran

peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) dengan pemberian scaffolding pada materi Bangun Datar bagi siswa kelas VII di MTs Al-Munawwarah Binjai Utara T.A 2018/2019 2. Untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan Highger Order Thinking Skill (HOTS)

melalui strategi pembelajaran peningkatan kemampuan

berpikir (SPPKB) dengan pemberian scaffolding pada materi bangun datar bagi siswa kelas VII di MTs Al-Munawwarah Binjai

Utara T.A

2018/2019? 3. Untuk mengetahui gambaran N-Gain peningkatan Highger Order Thinking Skill (HOTS)

melalui strategi pembelajaran peningkatan

kemampuan berpikir (SPPKB) dengan pemberian scaffolding pada materi bangun datar bagi siswa kelas VII di MTs Al-Munawwarah Binjai Utara T.A 2018/2019? 4. Untuk mendeskripsikan bentuk scaffolding yang diberikan pada siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah di kelas VII MTs AlMunawwarah Binjai Utara dalam menyelesaikan materi bangun datar.

12

1.6 Manfaat Penelitian Setelah melakukan penelitian diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang berarti, yaitu : 1. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi guru untuk memilih salah satu alternatif metode dan model pembelajaran yang tepat, efektif, dan efisien dalam melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar. 2. Bagi

siswa,

dengan

menggunakan

SPPKB

dengan

pemberian

scaffolding dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi 3. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus bahan pegangan dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon pengajar di masa yang akan datang. 4. Bagi pihak sekolah, sebagai bahan masukan kepada pengelola sekolah dalam

rangka

perbaikan

pembelajaran

dan

peningkatan

mutu

pendidikan.

1.7 Defenisi Operasional Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam penafsiran judul penelitian ini maka akan dijelaskan beberapa istilah yang digunakan yaitu: 1. Higher Order Thinking (HOT) atau berpikir tingkat tinggi mengacu pada taksonomi Bloom yang direvisi, berpikir tingkat tinggi (HOT) terkait dengan kemampuan kognitif dalam menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi. 2. SPPKB merupakan suatu strategi pembelajaran yang bertumpu pada proses peningkatan kemampuan berpikir peserta didik melalui proses telaah fakta-fakta, dan menghubungkan antara pengalaman yang dialami siwa dan dikaitkan dengan kehidupan nyata. 3. Scaffolding berarti memberikan sejumlah besar bantuan kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudian anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat

melakukannya.

Bantuan

tersebut

dapat

berupa

petunjuk,

13

peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan,

memberikan

contoh,

ataupun

yang

lain

sehingga

memungkinkan siswa tumbuh mandiri. 4. Bangun datar adalah bangun yang mempunyai dua dimensi, mempunyai sisi lurus ataupun lengkung , panjang dan lebar serta tidak mempunyai tinggi. Bangun datar merupakan bangun dua dimensi. Maksudnya adalah tidak memiliki ruang hanya sebuah bidang datar. 5. N-Gain adalah sebuah uji yang bisa memberikan gambaran umum peningkatan skor hasil pembelajaran anatara sebelum dan sesudah diterapkannya sebuah metode pemebelajaran.

14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1 Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampaun Berpikir (SPPKB) a. Pengertian Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) SPPKB

merupakan

strategi

pembelajaran

yang

bertumpu

kepada

pengembangan kemampuan berpikir peserta didik melalui telaah fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan. Dalam SPPKB, materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada peserta didik. Akan tetapi, peserta didik dibimbing untuk menemukan sendiri melalui proses dialog dengan memanfaatkan pengalaman peserta didik (Sanjaya, 2008: 226-227). Dengan demikian, maka SPPKB merupakan suatu strategi pembelajaran yang bertumpu pada proses peningkatan kemampuan berpikir peserta didik melalui proses telaah fakta-fakta, dan menghubungkan antara pengalaman yang dialami siswa dan dikaitkan dengan kehidupan nyata. SPPKB menghendaki peserta didik harus aktif dalam proses pembelajaran, tidak hanya sekedar mendengar dan mencatat apa yang diberikan oleh guru, selain itu peserta didik juga harus mampu dalam mengkontruksi dan membangun pengetahuan baru. Artinya, bahwa SPPKB menekankan kepada keterlibatan dan keaktifan peserta didik secara penuh dalam pembelajaran. b. Tahapan-tahapan Pelaksanaan

Strategi Pembelajaran Peningkatan

Kemampuan Berpikir (SPPKB) Pembelajaran dengan menggunakan SPPKB memiliki enam tahapan, antara lain: 1) Tahap Orientasi Merupakan tahap pengkondisian peserta didik untuk siap mengikuti pembelajaran dengan menjelaskan tujuan yang harus dicapai baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran yang harus dicapai, maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau kemampuan berpikir yang harus dimiliki peserta didik, serta penjelasan proses pembelajaran yang harus

15

dilakukan peserta didik, yaitu penjelasan tentang apa yang harus dilakukan peserta didik dalam setiap tahapan proses pembelajaran 2) Tahap Pelacakan Merupakan tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan dasar peserta didik sesuai dengan tema atau pokok persoalan/materi yang akan dipelajari dengan mengembangkan dialog dan tanya jawab. 3) Tahap Konfrontasi Tahap Konfrontasi merupakan tahapan penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai tingkat kemampuan dan pengalaman peserta didik. Untuk merangsang peningkatan kemampuan peserta didik, guru memberikan persoalanpersoalan yang memerlukan jawaban atau jalan keluar. 4) Tahap Inkuiri Tahapan terpenting dimana disini peserta didik belajar berpikir yang sesugguhnya dan diharapkan mampu memecahkan persoalan yang diberikan. Pada tahap inilah peserta didik diberikan ruang dan kesempatan untuk mengemukakan gagasan dalam pemecahan masalah yang diberikan. 5) Tahap Akomodasi Merupakan pembentukan pengetahuan baru melalui proses penyimpulan. Pada tahap ini peserta didik dituntut dapat menemukan kata-kata kunci sesuai dengan topik atau tema pembelajaran. Pada tahap ini melalui dialog, guru membimbing peserta didik agar dapat menyimpulkan apa yang mereka temukan dan mereka pahami sekitar topik yang dipermasalahkan. 6) Tahap Transfer Merupakan tahapan penyajian masalah baru yang sepadan dengan masalah yang sudah dipelajari. Disini peserta didik harus mampu mentransfer kemampuan berpikirnya dalam memecahkan permasalahan baru (Sanjaya (2008: 234-236).

Dengan melaksanakan langkah-langkah pembelajaran pada model SPPKB yang disertai pengaplikasian kemampuan berpikir tingkat tinggi, tentunya pembelajaran akan

lebih

bermakna karena

mementingkan kerakteristik,

pengalaman dan pengetahuan dasar peserta didik dengan adanya dialog dan tanya jawab serta pengaplikasian tahapan analisis, evaluasi dan menciptakan yang

16

menjadikan peserta didik tidak hanya memahami pembelajaran namun mampu mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

c. Karakteristik Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) Strategi pembelajaran SPPKB pada dasarnya memiliki tiga karakteristik utama, yaitu sebagai berikut: 1) Proses pembelajaran melalui SPPKB menekankan kepada proses kekuatan mental peserta didik secara maksimal. SPPKB bukan model pembelajaran yang membiarkan peserta didik untuk pasif atau sekedar mendengar dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru, tetapi menginginkan agar peserta didik aktif dalam aktivitas proses berpikir. Setiap kegiatan belajar yang berlangsung disebabkan dorongan mental yang diatur oleh otak. Karena pembelajaran disini adalah peristiwa mental bukan peristiwa behavioral yang lebih menekankan aktivitas fisik. 2) SPPKB dilaksanakan dalam situasi dialogis dan proses tanya jawab secara terus-menerus. Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab itu diarahkan untuk mengembangkan daya pikir peserta didik akan masalah yang diajukan, sehingga peserta didik menjadi memiliki pandangan tersendiri atas solusi atau cara pemecahan masalah yang telah diberikan, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruks sendiri. 3) SPPKB menyandarkan akan dua masalah pokok, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir,sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk mengkonstruksi pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran baru (Sanjaya (2008: 231-232). d. Kelebihan

dan

Kekurangan

Kemampuan Berpikir (SPPKB).

Strategi

Pembelajaran

Peningkatan

17

Pada hakikatnya, SPPKB merupakan suatu usaha bagaimana seorang pendidik dapat meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik supaya merasa senang dan selalu semangat dalam menerima pelajaran. Melalui cara-cara tertentu, pendidik bisa membuat kondisi berpikir peserta didik meningkat lebih baik, kemudian antusias dan gembira selama pembelajaran. Selain itu, SPPKB ini juga bisa membuat peserta didik menjadi lebih mudah dalam mengingat dan menguasai materi yang dipelajari. Dengan kata lain, melalui SPPKB peserta didik memaksimalkan kemampuan berpikirnya melebihi kondisi biasanya. a. Adapun kelebihan yang dimiliki oleh SPPKB adalah: 1) Melatih daya pikir peserta didik dalam penyelesaian masalah yang ditemukan dalam kehidupannya. 2) Peserta didik lebih siap menghadapi setiap persoalan yang disajikan oleh pendidik. 3) Peserta didik diprioritaskan lebih aktif dalam proses pembelajaran. 4) Memberikan kebebasan untuk mengeksplor kemampuan peserta didik denga berbagai media yang ada (Sanjaya,2006:2333) Dari penjelasan di atas bahwa kelebihan SPPKB sangat tepat untuk peserta didik belajar dengan aktif, bersemangat dan menyenangkan, serta lebih mudah untuk menyerap materi yang diajarkan oleh pendidik. Dengan SPPKB ini juga pendidik bisa lebih tahu dengan peserta didik yang daya serapnya mudah ditangkap atau mengerti dengan apa yang diberikannya. b. Adapun kekurangan SPPKB adalah sebagai berikut: 1) Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) yang membutuhkan waktu yang relatif banyak, sehingga jika waktu pelajaran singkat maka tidak akan berjalan dengan lancar. 2) Peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir rendah akan kesulitan untuk mengikuti pelajaran, karena peserta didik akan selalu diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah yang diajukan. 3) Pendidik atau peserta didik yang tidak memiliki kesiapan akan Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB), akan membuat proses pembelajaran tidak dapat dilaksanakan sebagaimana seharusnya, sehingga tujuan yang ingin dicapai tidak dapat terpenuhi.

18

4) Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) hanya dapat diterapkan dengan baik pada sekolah yang sesuai dengan karakteristik Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir itu sendiri (Sanjaya,2006:233) Dari pendapat di atas bahwa peran pendidik sangat besar ketika ingin menerapkan pembelajaran dengan SPPKB. Oleh karena itu, selaku pendidik harus lebih giat berlatih jika ingin menguasai SPPKB, sehingga bisa diterapkan pada peserta didik di kelas dengan baik dan hasil dari apa yang diajarkan bisa memberikan ilmu yang bermanfaat bagi peserta didik.

2.1.2 Scaffolding a. Konsep Scaffolding Scaffolding yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pemberian bantuan secukupnya kepada siswa yang didasarkan pada bentuk kesulitan yang dialami oleh siswa. Scaffolding pertama kali digagas oleh Vygotsky, seorang ahli psikologi dari Rusia, yang selanjutnya dipopulerkan oleh Bruner, seorang ahli pendidikan matematika. Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky, yaitu Zone of Proximal Development (ZPD) dan scaffolding. Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai

kemampuan

pemecahan

masalah

secaramandiri

dan

tingkat

perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu. Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab

yang

semakin

besar

setelah

ia

dapat

melakukannya

(Cahyono,2010:443). Disisi lain Sri dkk (2018:45) mengungkapkan bahwa: “Zone of Proximal Devrlopment (ZPD) yaitu serangkain tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian tetapi dapat dipelajarai dengan bantuan

19

orang dewasa atau anak yang lebih mampu. Batas bawah ZPD adalah tingkat problem yang dapat dipechkan anak, batas atasnya adalah yang dapat dipecahkan orang dewasa.” Scaffolding adalah pemberian bantuan kepada siswa dalam proses pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan tersebut sedikit demi sedikit hingga siswa tersebut dilepas untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Sehingga siswa dapat mengembangkan sendiri pengetahuan yang diperolehnya sesuai dengan perkembangan personalnya (Pramujiarso dan Rini, 2016: 75). Sejalan dengan hal di atas Slavin (dalam Trianto, 2013:76) mengungkapkan bahwa : “Scaffolding berarti memberikan sejumlah besar bantuan kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudain anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan conth, ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa tumbuh mandiri.” Dalam pembelajaran , scaffolding dapat dikatakan sebagai jembatan yang digunakan untuk menghubungkan apa yang sudah diketahui siswa dengan sesuatu yang baru atau yang akan dikuasai/diketahui siswa. Hal yang utama dalam penerapan scaffolding terletak pada bimbingan guru. Bimbingan guru diberikan secara bertahap setelah siswa diberikan permasalahan, sehingga kemampuan aktualnya mencapai kemampuan potensial. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan atau memberikan contoh (Chairani,2015:41). Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa scaffolding merupakan suatu bantuan yang diberikan kepada peserta didik dengan cara menyesuaikan diri dengan perkembangan kemampuan peserta didik. Pendidik dapat menyesuaikan diri dengan level kemampuan siswa dengan memberikan tugas secara istruksionak terhadap tugas baru, kemudain secara perlahan-lahan dikurangi secara sesuai dengan perkembangan kemampuan siswa.

20

b. Penerapan Scaffolding dalam Pembelajaran Matematika Secara operasional, strattegi pembelajaran scaffolding

dapat ditempuh

melalui tahapan-tahapan berikut: 1. Assemen kemampuan dan taraf perkembangan setiap siswa untuk menentukan Zone of Proximal Development (ZPD). 2. Menjabarkan tugas pemecahan masalah ke dalam tahap-tahap yang rinci sehingga dapat membantu siswa melihat zona yang akan diberikan scaffolding 3. Menyajikan tugas belajar secara berjenjang sesuai taraf perkembangan siswa. Ini dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti melalui penjelasan, peringatan, dorongan (motivasi), penguraian masalah ke dalam langkah pemecahan, dan pemberian contoh (modelling). 4. Mendorong siswa untuk menyelesaikan tugas belajar secara mandiri. 5. Memberikan dalam bentuk pemberian isyarat, kata kunci, tanda mata (minders), dorongan, contoh atau hal lain yang dapat memancing siswa bergerak

ke

arah

kemandirian

belajar

dalam

pengarahan

diri

(Mamin,2008:58) Penelitian Istiqamah dan Setianingsih (2014) mengemukakan penerapan scaffolding

yang mengacu pada Anghileri yang memuat tiga tingkatan pada

pembelajaran matematika pada Gambar 2, Gambar 3, Gambar 4 berikut: Level 1 Environmental provisions Artefacts

Classroom organization

Peer collaboration

sequencing and pacing

Emotive feedback

Free play

structured task

self correcting task

Gambar 2 Scaffolding Level 1

21

Pada level ini siswa didukung untuk belajar mandiri. Tugas guru adalah menyiapkan lingkungan belajar siswa (classroom organization) misalnya pengaturan kelompok maupun menyiapkan tugas terstruktur (structured task). Belajar secara kelompok (peer collaboration) dapat menciptakan belajar kelompok

antarteman

sebaya.

Siswa

dapat

berdiskusi

bersama

untuk

menyelesaikan permasalahan. Setelah itu siswa dapat mengoreksi pekerjaannya sendiri (self correcting task)

sehingga guru dapat memberikan umpan balik

(emotive feedback). LEVEL 2 Explaining, reviewing, and restructuring Restructuring

Reviewing Looking

prompting

Touching, and

Providing

rephrasing

meaningful

students talk

Showing and

and probing

Telling

Verbalishing

contexts

Parallel

students

simplifying

negotiating

Modeling

explaining

the problem

meaning

And justifying Teacher explaing Interpreting Students Actions and talk

Gambar 3 Scaffolding Level 2 Pada level kedua ini terdapat insteraksi langsung antara guru dan siswa. Bentuk

interaksi

menyampaikan

meliputi: konsep

menjelaskan

yang

dipelajari,

(explaining) meninjau

yaitu

cara

untuk

(reviewing)

yaitu

mengidentifikasi aspek-aspek yang paling penting berkaitan dengan implisit ideide matematika atau masalah yang akan dipecahkan, dan restrukturasi

22

(restructuring) yaitu menyederhanakan sesuatu yang abstrak dalam matematika menjadi lebih dapat diterima oleh siswa Level 3 Developing conceptual thinking Making connections

Developing representational tool

Generacting conceptual discourse

Gambar 4 Scaffolding Level 3 Level ketiga ini menuntut pembelajaran matematika lebih banyak kemampuan untuk mengulang prosedur yang telah dipelajari untuk menyelesaikan masalah. Tingkat tertinggi dari scaffolding ini terdiri dari interaksi pengajaran yang

secara

gamblang

mengembangkan

pemikiran

konseptual

dengan

menciptakan kesempatan untuk mengungkapkan pemahaman pada siswa. Pada tahap ini siswa didukung untuk membuat koneksi dan mengembangkan alat-alat representasi. Siswa juga dilibatkan dalam wacana konseptual yang dapat meningkatkan daya pikir. Berikut adalah Tabel 2

yang berisi pedoman scaffolding

yang dapat

digunakan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal bertipe HOT yang mengacu pada scaffolding Anghileri. Tabel 2. Pedoman scaffolding untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal bertipe HOT Jenis Kesulitan Siswa

Interaksi Scaffolding

Scaffolding

yang

diberikan Memahami masalah

Explaining

1. Memfokuskan perhatian siswa pada soal

dengan

membacakan soal

dan

ulang memberi

penekan pada kalimat yang

memberikan

23

informasi penting a. Menentukan

apa Reviewing

yang diketahui

2. Meminta siswa untuk membaca

soal

kembali

dan

memintanya

untuk

mengungkapakn informasi

apa

saja

yang ia dapat Rectructuring

3. Melakukan

Tanya

jawab

untuk

mengarahkan

siswa

ke

yang

jawaban

benar b. Menentukan

apa Explaining

yang di tanyakan

1. Memfokuskan perhatian siswa pada soal

dengan

membacakan soal

ulang

dan

memberi

penekanan

pada

kalimat

yang

memberikan informasi penting Reviewing

2. Meminta siswa untuk membaca

soal

kembali

dan

memintanya

untuk

mengungkapkan informasi

apa

sja

yang ia dapat Restructuring

3. Melakukan

Tanya

24

jawab

untuk

mengarahkan

siswa

ke

yang

jawaban

benar Menentukan rumus yang Explaining sesuai

1. Memfokuskan perhatian siswa pada soal

dengan

membacakan

ulang

soal dan memberika penekanan

pada

kalimat

yang

memberikan informasi penting Reviewing

2. Meminta siswa untuk membaca

soal

kembali

dan

memintanya

untuk

mengungkapkan informasi

apa

saja

yang ia dapat Restructuring

3. Melakukan

Tanya

jawab

untuk

mengarahkan

siswa

ke

yang

jawaban

benar 4. Membawa siswa ke situasi terkait yang telah siswa kenal Menyelesaikan bangun data

masalah Reviewing

1. Meminta siswa untuk teliti

dalam

25

mengoperasikan bentuk-bentuk aljabar Restructuring

2. Membawa siswa ke situasi

terkit

yang

telah siswa kenal Memberikan kesimpulan

Reviewing

1. Meminta

siswa

menunjukkan

hasil

pekerjaannya Developing

conceptual 2. Mengarahkan

thinking

siswa

untuk menghubungkan yang diketahui pada soal dengan jawaban yang diperoleh siswa

Tabel 2 diatas merupakan pengembangan dari tiga level hirerki penggunaan scaffolding, tepatnya adalah penggunaan level 2 dan level 3.

2.1.3. Higher Order Thingking (HOT) a. Konsep Berpikir Berpikir berarti meletakkan hubungan anatar bagian pengetahuan yang diperoleh manusia. Berpikir sebagai proses menentukan hubungan-hubungan secara bermakana antara aspek-aspek dari suatu bagian pengetahuan. Sedangkan bentuk aktivitas inin berhubungan tingkah laku simbolis, karena seluruh aktivitas ini berhubungan dengan atau mengenai penggantian hal-hal yang konkret. Berpikir merupakan proses dinamis yang menempuh tiga langkah berpikir yaitu : (1) pembentukan pengertian yaitu melalui proses mendeskripsikan cirri-ciri objek yang sejenis mengklasifikasikan cirri-ciri yang sama mengabstraksi dengan menyisihkan,

membuang,

dan

menganggap

cirri-ciri

yang

hakiki;

(2)

pembentukan pendapat, yaitu meletakkan hubungan antar dua buah pengertian atau lebih yang hubungan itu dapat dirumuskan secara verbal berupa pendapat

26

asumtif yaitu mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan suatu sifat pada suatu hal; (3) pembentukan keputusan, yaitu penarikan kesimpulan yang berupa keputusan sebagai hasil pekerjaan akal berupa pendapat baru yang dibentuk berdasarkan pendapat-pendapat yang sudah ada (Sagala, 2009:129). Sejalan dengan pendapat diatas, Sevilla ( dalam Sriyanti, 2013:131) menemukakakan cara berpikir yaitu: a. Tingkat menganalisa Pada tingkat atau taraf ini orang mengadakan analisa terhadap bermacammacam gas. Masing-masing gas diselidiki sifat-sifatnya dengan seksama, dan semua sifat-sifat tersebut dicatat dengan sebaik-baiknya. b. Tingkat mengadakan komperasi Setelah sifat masing-masing gas didapatkan, maka sifat-sifat tersebut dikomperasikan satu dengan yang lain. Dicari sifat-sifat yang umum atau sama dan sifat-sifat yang khusus. c. Tingkat mengadakan abstraksi Pada tingkat atau taraf ini sifat-sifat yang tidak sama atau tidak sekutu dikesampingkan, dan sifat-sifat yang sama dijadikan satu, hingga tinggal sifat-sifat yang bersamaan saja. Setelah orang mengadakan abstraksi kemudian menarik kesimpulan. d. Tingkat Kesimpulan Dalam menarik keimpulan orang memberikan pengertian atau batasan . Misalnya:gas itu adalah benda yang selalu memenuhi tempatnya. Jadi dalam pengertian tercakup sifat-sifat tertentu yang membentuk pengertian tersebut. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir adalah aktivitas mental yang merupakann sebuah proses mengolah pengetahuan yang dilakukan oleh akal manusia.

27

b. Konsep Higher Order Thinking (HOT) Higher Order Thinking (HOT) atau berpikir tingkat tinggi mengacu pada taksonomi Bloom yang direvisi, berpikir tingkat tinggi (HOT) terkait dengan kemampuan kognitif dalam menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi (Sani,2019:3). Taksonomi Bloom yang direvisi oleh Anderson dan Krathwohl dianggap sebagai dasar bagi berpikir tingkat tinggi. Berlandaskan pada taksonomi Bloom (revisi) tersebut, maka terdapat urutan tingkatan berpikir (kognitif) dari tingkat rendah ke tingkat tinggi. Tiga aspek dalam ranah kognitif yang menjadi bagian dari keterampilan berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking yaitu aspek menganalisa (C4), aspek mengevaluasi (C5), dan aspek mencipta (C6). Tiga aspek lain dalam ranah yang sama, yaitu aspek mengingat (C1), aspek memahami (C2), dan aspek menerapkan (C3) masuk dalam tahapan intelektual berpikir tingkat rendah atau lower order thinking (Sani, 2015:60). Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills) merupakan aktivitas berpikir yang tidak sekedar menghafal dan menyampaikan kembali informasi yang telah diketahui. Tetapi kemampuan berpikir tingkat tinggi juga merupakan kemampuan mengkonstruksi, memahami, dan mentransformasi pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki untuk dipergunakan dalam menentukan keputusan dan memecahkan suatu permasalahan pada situasi baru dan hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. c. Landasan Higher Order Thinking (HOT) Taksonomi ialah klasifikasi atau pengelompokkan benda menurut ciri-ciri tertentu. Taksonomi dalam bidang pendidikan, digunakan untuk klasifikasi tujuan instruksional; ada yang menamakannya tujuan pembelajaran, tujuan penampilan, atau sasaran belajar, yang digolongkan dalam tiga klasifikasi umum atau ranah (domain), yaitu: (1) ranah kognitif, berkaitan dengan tujuan belajar yang berorientasi pada kemampuan berpikir; (2) ranah afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati); dan (3) ranah psikomotor (berorientasi pada keterampilan motorik atau penggunaan otot kerangka).

28

Taksonomi Bloom pertama kali dicetuskan oleh Benjamin Bloom pada tahun 1956 kemudian direvisi oleh Lorin W. Andersondan David R. Krathwol pada tahun 2001 (Gunawan dan Palupi,2012:99) Taksonomi Bloom pada ranah kognitif merupakan dasar dari berpikir tingkat tinggi atau dikenal dengan Higher Order Thinking (HOT). Tingkatan taksonomi Bloom pada awalnya yakni: (1) pengetahuan (knowledge); (2) pemahaman (comprehension); (3) penerapan (application); (4) analisis (analysis); (5) sintesis (synthesis); dan (6) evaluasi (evaluation). Revisi dilakukan terhadap taksonomi Bloom, yakni perubahan dari kata benda menjadi kata kerja. Perubahan ini dibuat agara sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan yang mengindkasikan bahwa siswa akan dapat melakukan sesuatu (kata kerja) dengan sesuatu (kata benda). Revisi dilakukan oleh Anderson dan Krathwohl, taksonomi Bloom menjadi:

(1) mengingat

(remember);

(2) memahami

(understand);

(3)

mengaplikasikan (apply); (4) menganalisis (analysis); (5) mengevaluasi (evaluate); dan (6) mencipta/mengkreasi (create). Kemampuan yang melibatkan menganalisis, mengevaluasi dan mencipta/mengkreasi menjadi indikator berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking (HOT). Gambar 5. Ringkasan Perubahan Struktural dari kerangka Pikir Asli ke Revisinya Komponen Kata Benda

Pengetahuan Komprehensi Aplikasi

Komponen Kata Kerja

Dimensi Tersendiri

Dimensi Pengetahuan

Mengingat Memahami Mengaplikasikan

Analisis

Menganalisis

Sintesis

Mengevaluasi

Evaluasi

Mencipta

Dimensi Proses Kognitif

29

(Anderson & Krathwohl,2014:403) Berikut adalah kerangka berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking (HOT) karya Benjamin Bloom dkk yang direvisi oleh Anderson dan Krathwohl: Tabel 3. Dimensi Proses Kognitif Kategori dan Proses Kognitif

Nama-nama Lain

Defenisi

1. MENGINGAT – Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang 1.1 Mengingat

Mengidentifikasi

Menempatkan pengetahuan dalam memori

jangka

panjang

yang

sesuai dengan pengetahuan tersebut 1.2 Mengingat

Mengambil

kembali

Mengambil relevan

pengetahuan

dari

memori

yang jangka

panjang 2. MEMAHAMI – Mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru 2.1 Menafsir

Mengklarifikasikan

Mengubah satu bentuk gambaran

Memparafrasakan

jadi bentuk lain

Merepresentasikan Menerjemahkan 2.2 Mencontohkan

2.3 Mengklasifikasikan 2.4 Merangkum

2.5 Menyimpulkan

Mengilustrasikan,

Menemukan contoh atau ilustrasi

memberi contoh

tentang konsep atau prinsip

Mengkategorikan,

Menentukan sesuatu dalam satu

mengelompokkan

kategori

Mengabstraksi,

Mengabstraksikan tema umum atau

Menggeneralisasi

poin pokok

Menyarikan,

Membuat kesimpulan yang logis

Mengekstrapolasi,

dari informasi yang diterima

30

Menginterpolasi, Memprediksi 2.6 Membandingkan

Mengontraksikan,

Menentukan hubungan antara du

Memetakan,

aide, dua objek, dan semacamnya

Mencocokkan 2.7 Menjelaskan

Membuat model

Membuat

model

sebab-akibat

dalam sebuah system 3. MENGAPLIKASI – Menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu 3.1 Mengeksekusi

Melaksanakan

Menerapkan suatu prosedur pada suatu tugas familier

3.2 Mengimplemen- Menggunakan

Menerapakan suatu prosedur pada

tasikan

tugas tidak familier

4. MENGANALISIS– Memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunan dan menentukan hubungan-hubungan anatarbagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan 4.1 Membedakan

4.2 Mengorganisasi

Menyendirikan,

Membedakan

Memilah,

pembelajaran relevan dari yang

Memfokuskan,

tidak relean, bagian yang yang

Memilih

penting dan yang tidak penting

Menemukan

Menentukan

koherensi,

elemen

Memadukan,

dalam sebuah struktur

Membuat

bagian

bagaiman

bekerja

atau

materi

elemenberfungsi

garis

besar, Mendeskripsikan peran, Menstrukturkan 4.3 Mengatribusikan

Mendekonstruksi

Menentukan sudut pandang, bias,

31

nilai, atau maksud di balik materi pelajaran 5. MENGEVALUASI – Mengambil keputusan kriteria dan/atau standar 5.1 Memeriksa

Mengoordinasi,

Menentukan

inkonsistensi

Mendeteksi,

kesalahan dalam suatu prose atau

Memonitor,

produk; menentukan apakah suatu

Menguji

proses

atau

produk

atau

memiliki

konsistensi internal; mennetukan efektivitas suatu prosedur yang sedang

dipraktikan

memeriksa

apakah

kesimpulan

(Misalnya, kesimpulan-

seorang

ilmuwan

sesuai dengan data-data amatan atau tidak) 5.2 Mengkritik

Menilai

Menenmukan

inkosistensi

antar

suatu produk dan criteria eksternal; menentukan apakah suatu produk memiliki

konsistensi

menemukan prsedur

eksternal:

ketepatan

untuk

suatu

menyelesaiakn

masalah (Misalnya, menentukan satu

metode terbaik

dari dua

metode untuk menyelesaikan uatu masalah) 6. MENCIPTA – Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal 6.1 Merumuskan

Membuat Hipotesis

Membuat

hipoteis-hipotesis

berdasarkan criteria 6.2 Merencanakan

Mendesain

Merencakan

prosedur

menyelsaikan suatu tugas

untuk

32

6.3 Memproduksi

Mengkontruksi

Menciptakan suatu produk

(Anderson & Krathwohl,2014:100-102)

Sesuai dengan Taksonomi yang telah direvisi

diatas, Arifin dan Ratu

(2018:53) menyajikan table indikator HOT sebagai berikut : Tabel 4. Indikator HOT HOTS Menganalisis (C4)

Indikator Siswa mampu menspesifikasikan aspek-aspek yang terkait untuk dapat mengkritisi

Mengevaluasi (C5)

Siswa mampu mengambil keputusan sendiri untuk memilih jenis pilihan yang lebih menguntungkan jika dipilih

Mencipta (C6)

Siswa mampu mengkreasikan idenya untuk mendesain suatu bentuk yang lain

2.1.4. Perbedaan Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan Higher Order Thinking (HOT) Perlu diperhatikan bahwa Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi berbeda dengan Higher Order Thinking (HOT) yang merupakan berpikir tingkat tinggi. Jika mengacu pada taksonomi Bloom yang direvisi, berpikir tingkat tinggi (HOT) terkait dengan kemampuan kognitif dalam menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi/mencipta. Sedangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) berkaitan dengan kemampuan menyelesaikan permasalahan, berpikir krisis, dan berikir kreatif. Pada umumnya, kemampuan analisis komplek dan analisis system merupakan bagian dari problem solving sehingga tidak dinyatakan secara tersendiri dalam elemen utama HOTS. Demikian juga kemampuan eroikir tingkat logis dan evaluasi merupakan bagian dari berpikir kritis, sehingga elemen utama dari HOTS dapat dibuat lebih

33

sederhana. Pada dasarnya, keterampilan berpikir tingkat tinggi mencakup kemampuan berpikir tingkat tinggi. Misalnya, untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan siswa harus mampu menganalisis permasalahan, memikirkan laternatif solusi, menerapkan strategi penyelesaian masalah, serta mengevaluasi metode dan solusi yang diterapkan. Gambar 6. Perbedaan HOT dan HOTS HOT

HOTS

Analisis

Berpikir Kritis

Evaluasi

Berpikir kreatif

Kreasi

Problem Solving

Membuat keputusan

(Sani, 2019:3-4) 2.1.5. Hasil Belajar a. Hakikat Hasil Belajar Belajar adalah usaha atau suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar supaya mengetahui atau dapat melakukan sesuatu. Hasil kegiatan belajar adalah ubahan diri, diri keadaan tidak tahu menjadi tahu, dari tidak melakukan sesuatu menjadi melakukan sesuatu, dari tidak mampu melakukan sesuatu menjadi mampu melakukan sesuatu (Hamdayama, 2016:28)

34

Sejalan dengan pendapat diatas, Syah (dalam Sriyanti, 2013:22-24) mengemukakan bahwa hasil belajar dapat dilihat adanya Sembilan wujud perubahan. 1. Kebiasaan Salah satu wujud hasil belajar adalah adanya perubahan kebiasaan dalam diri indvidu. Orang yang berhasil belajar akan mengurangi kebiasaankebiasaan yang tidak diperlukan. Keberhasilan belajar akan menjadikan seseorang berperilaku positif yang relative menetap dan otomatis. 2. Keterampilan Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat syaraf dan otot yang bersifat motorik. Kegiatan ini membutuhkan koordinasi gerak yang teliti dan memerlukan kesadaran yang tinggi. Oleh sebab itu, hasil belajar dapat dilihat tingkat keterampilan yang ada dalam diri individu. 3. Pengamatan Pengamatan

dapat

diartikan

proses

menerima,

menafsirkan

dan

mengartikan rangsangan yang masuk melalui pancaindra, terutama mata dan telinga. Seseorang yang belajar akan menghasilkan pengamatan yang objektif dan benar. 4. Berpikir asosiatif dan daya ingat Seseorang yang belajar akan menjadikan dirinya mampu beroikir asosiatif dan meningkatkan daya ingat. Berpkir asosiatif maksudnya berpikir untuk mengubungkan sesuatu dengan sesuatu lainnya. Selain itu, orang yang belajar akan memiliki daya ingat yang lebih baik. 5. Berpikir rasional dan kritis Berpikir rasional berarti mampu menggunakan logika untuk menentukan sebab-akibat, menganalisis, menyimpulkan, bahkan meramalkan sesuatu. 6. Sikap Sikap adalah kecenderungan yang relative menetap untuk mereaksi terhadadap sesuatu hal. 7. Inhibisi

35

Inhibisi dalam konteks belajar dapat diartikan kessanggupan individu untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu dan mampu memilih atau melakukan tindakan lain yang lebih baik. 8. Apresiasi Orang belajar akan muncul kemampuan untuk menilai dan menghargai terhadap sesuatu objek tertentu 9. Tingkah laku efektif Maksudnya, seseorang diaktakan berhasil belajar belajar jika orang tersebut memiliki tingkah laku yang efektif, yaitu tingkah laku yang memiliki manfaat. Berdasarakan beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan seseorang yang diperoleh setelah mengikuti aktifitas belajar. Kemampuan tersebut meliputi bidang kognitif, afektif dan psikomotoris. b. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa yang mengalami proses belajar, supaya berhasil sesuai dengan tujuan yang harus dicapainya, perlu memperhatikan bebrapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Adapun faktor-faktor itu dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Faktor internal, ialah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri. Seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat, dan sebagainya. 2. Faktor eksternal, ialah faktor yang datang dari luar diri si anak. Seperti kebersihan rumah, udara yang panas, lingkungan dan sebagainya (Roestiyah, 1989:151 ). Sejalan dengan hal diatas, Suryabrata (2004:233-236) mengemukakan bahwa faktot-faktor yang mempengaruhi belajar ada banyak sekali macamnya, terlalu banyak untuk disebutkan satu per satu. Untuk memudahkan pembicaraan dapat dilakukan klasifikasi demikian: 1. Faktor-faktor yang berasal dari luas diri pelajar, dan ini masih lagi dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu:

36

(a) faktor-faktor nonsosial, faktor ini boleh dikatakan juga tak berbilang jumlahnya, seperti misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat, alat yang dipakai untuk belajar( seperti alat tulis menulis, buku-buku, alat peraga, dan sebagainya yang biasa kita sebut alat-alat pelajaran). (b) Faktor-faktor social dalam belajar, yaitu faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. 2. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar, dan inipun dapat lagi digolongkan menjadi dua golongan yaitu: (a) faktor-faktor fisiologis, faktor ini dibedakan menjadi dua macam yaitu tonus jasmani yang pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu. (b) Faktor-faktor psikologis dalam belajar, faktor ini berkaitan dengan alasan dilakukannya perbuatan belajar itu. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu proses belajar banyak yang mempengaruhinya, yang secara umum dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern (berasal dari dalam diri) dan faktor ekstern (berasal dari luar diri). c. Hubungan Hasil Belajar dan HOT Sejalan dengan upaya meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik, untuk mengetahui hasil dari proses peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi diperoleh dari hasil belajar peserta didik setelah mengikuti aktivitas pembelajaran. Hasil belajar diperoleh dari evaluasi pembelajaran yang dilakukan pada akhir pembelajaran. Evaluasi pembelajaran menggunakan soalsoal atau pertanyaan yang merefleksikan HOTS yaitu dengan menggunakan aspek taksonomi Bloom yang direvisi oleh Anderson dan Krathwohl. Aspek-aspek yang termasuk dalam kategori berpikir tingkat tinggi (HOTS) meliputi aspek analisa, aspek evaluasi, dan aspek mencipta. Sehingga soal atau pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui pencapaian hasil belajar harus merujuk pada ketiga aspek tersebut.

37

2.1.6. Materi Ajar Bangun Datar Segiempat Perhatikan berbagai jenis bentuk segiempat berikut:

Gambar 7. Berbagai Jenis bentuk segiempat Pada Gambar 7 tersebut terdapat berbagai macam bentuk segi empat yaitu : 1. Pada gambar segi empat yang mempunyai dua pasang sisi berhadapan saling sejajar, semua sudutnya sama besar, dan semua sisinya sama panjang disebut dengan bangun datar persegi. 2. Pada gambar segi empat yang mempunyai dua pasang sisi berhadapan sejajar dan semua sisinya sama panjang disebut dengan belah ketupat. 3. Pada gambar segi empat yang mempunyai dua pasang sisi berhadapan sejajar dan semua sudutnya sama besar disebut dengan persegi panjang. 4. Pada gambar segi empat yang mempunyai dua pasang sisi yang berhadapan sejajar disebut dengan jajar genjang. 5. Pada gambar segi empat yang tepat sepasang sisi yang sejajar disebut dengan trapesium. 2.1.6.1 Persegi Panjang a. Defenisi Persegipanjang Persegi panjang adalah segi empat dimana sisi - sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang serta semua sudutnya membentuk sudut 900. Jadi, persegi panjang adalah jajar genjang yang semua sudutnya membentuk sudut 900. b. Sifat-sifat persegipanjang Persegi panjang memiliki sifat sebagai berikut : 1. Sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang.

38

2. Setiap sudutnya sama besar yaitu 900. 3. Memiliki dua buah diagonal bidang yang sama panjang. c. Keliling dan Luas Persegipanjang Keliling persegi panjang adalah jumlah

D

C

A

B

sisi-sisi persegi, panjang atau jumlah panjang keempat sisinya. Pada dambar di samping keliling ABCD adalah

Gambar 8. Persegi panjang

𝐾 = 𝐴𝐵 + 𝐵𝐶 + 𝐶𝐷 + 𝐷𝐴

Pada persegi panjang, sisi yang lebih panjang disebut panjang yang dinotasikan dengan 𝑝, dan sisi yang lebih pendek disebut lebar, yang dinotasikan dengan 𝑙 Jadi 𝐴𝐵 = 𝐶𝐷 = 𝑝 dan 𝐵𝐶 = 𝐴𝐷 = 𝑙 Dengan demikian, keliling persegi panjang ABCD, dirumuskan dengan 𝐾 = 𝑝 × 𝑝𝑙 × 𝑙 = 2𝑝 + 2𝑙 = 2(𝑝 + 𝑙) 𝑝 = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙 = 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾 = 𝐾𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔

D

C

A

B

Luas ABCD dapat diperoleh dengan membuat diagonal bidang sehingga terbentuk

4

segitiga.

𝐿∆𝐴𝐷𝑂 =

𝐿∆𝐶𝐵𝑂 𝑑𝑎𝑛 𝐿∆𝐷𝑂𝐶 = 𝐿∆𝐴𝑂𝐵.

Gambar 9. Persegipanjang2

Maka Luas ABCD adalah :

𝐿 𝐴𝐵𝐶𝐷 = 𝐿∆𝐷𝑂𝐶 + 𝐿∆𝐴𝑂𝐵 + 𝐿∆𝐵𝑂𝐶 + 𝐿∆𝐶𝑂𝐷 𝐿 𝐴𝐵𝐶𝐷 = 2(𝐿∆𝐷𝑂𝐶 + 𝐿∆𝐵𝑂𝐶) 1 1 𝐿 𝐴𝐵𝐶𝐷 = 2 ( × 𝐷𝐴 × 𝑡 + × 𝐴𝐵 × 𝑡) 2 2 1 1 1 1 𝐿 𝐴𝐵𝐶𝐷 = 2 ( × 𝐷𝐴 × × 𝐴𝐵 + × 𝐴𝐵 × × 𝐷𝐴) 2 2 2 2 1 𝐿 𝐴𝐵𝐶𝐷 = 2 ( × 𝐷𝐴 × 𝐴𝐵) 2 𝐿 𝐴𝐵𝐶𝐷 = 𝐴𝐵 × 𝐷𝐴

39

2.1.6.2. Persegi a. Definisi Persegi Persegi adalah suatu segi empat dengan semua sisinya sama panjang dan semua sudut – sudutnya sama besar dan siku-siku (90), dengan kata lain, persegi adalah persegi panjang yang semua sisinya sama panjang atau belah ketupat yang sisi berpotongannya saling tegak lurus yaitu membentuk sudut 900.

b. Sifat-sifat Persegi

D

C

A

B

Gambar 10. Persegi Sifat – sifat persegi adalah sebagai berikut : 1. Memiliki empat sisi yang sama panjang. Pada Gambar 10, sisiAB, BC, CD, dan DA adalah sama. 2. Memiliki dua pasang sisi sejajar dan sama panjang. 3. Mempunyai empat buah sudut siku – siku. 4. Memiliki dua diagonal bidang yang sama panjang. Pada gambar diagonal AC = BD. c. Keliling dan Luas Persegi

D

C

A

B

Persegi merupakan persegi panjang yang sama sisinya sama panjang sehingga 𝑝 = 𝑙 karena = 𝑙 , maka keliling persegi adalah 𝐾 = 2(𝑝 + 𝑙) = 2(𝑝 + 𝑝) = 4𝑝 Misalkan 𝑝 = 𝑙 = 𝑠, maka 𝐾 = 4𝑠 dengan

Gambar 11. Persegi2

𝑠 = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑔𝑖 Suatu persegi mempunyai ukuran panjang = lebar atau p = l = s, maka rumus luas persegi adalah 𝐿 = 𝑠 𝑥 𝑠 = 𝑠 2 dengan s = panjang sisi persegi. 𝐿 = 𝑠 𝑥 𝑠 = 𝑠2

40

2.1.6.3 Jajargenjang a. Defenisi Jajargenjang

D

C

Jajar genjang adalah segi empat dengan sisi-sisi yang berhadapan sama panjang atau sejajar

A

B

Gambar 12. Jajargenjang b. Sifat – Sifat Jajar Genjang Jajar genjang memiliki ciri – ciri sebagai berikut : 1. sudut-sudut berhadapan sama besar 2. jumlah sudut yang berdekatan 180° 3. kedua diagonalnya saling berpotongan di tengah-tengah

c. Keliling dan Luas Jajargenjang D

C

Keliling jajar genjang adalah jumlah panjang keempat sisinya. Dari gambar disamping dapat diperoleh keliling jajar genjang ABCD adalah K= AB BC CD DA Panjang AB CD dan AD BC ,

A

B

Gambar 13. Jajargenjang2

maka keliling jajar genjang ABCD adalah” 𝐾 = 𝐴𝐵 + 𝐵𝐶 + 𝐶𝐷 + 𝐷𝐴 𝐾 = 𝐴𝐵 + 𝐷𝐴 + 𝐴𝐵 + 𝐷𝐴 𝐾 = 2(𝐴𝐵 + 𝐷𝐴)

D

Jajar genjang ABCD terdiri dari dua

C

segitiga yang kongruen, yaitu ABD t

dan CDB. Jadi, luas jajar genjang ABCD adalah jumlah luas ABD dan CDB. Jika luas jajar genjang = L, maka

A

t B

E

Gambar 20. Luas Jajargenjang3

41

𝐿 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 ∆𝐴𝐵𝐷 + 𝑙𝑢𝑎𝑠 ∆𝐶𝐷𝐵 𝐿=

1 1 ×𝑎×𝑡+ ×𝑎×𝑡 2 2 𝐿 =𝑎 ×𝑡

6.1.6.4 Belah ketupat a. Definisi Belah Ketupat Belah ketupat memenuhi semua sifat jajar genjang, dengan demikian belah ketupat adalah jajar genjang yang kempat sisinya sama panjang. b. Sifat-Sifat Belah Ketupat Belah Ketupat memiliki sifat -sifat berikut: 1. setiap sudut dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya, 2. diagonal-diagonalnya berpotongan saling tegak lurus C

D

c. Keliling dan Luas Belah Ketupat Keliling belah ketupat adalah jumlah keempat sisinya. Keliling belah ketupat ABCD adalah PQ + QR = RS + SP karena PQ = QR = RS = SP ,maka keliling

belah ketupat

PQRS

A

B

Gambar 15. Belah ketupat

adalah 𝐾 = 𝐴𝐵 + 𝐵𝐶 + 𝐶𝐷 + 𝐷𝐴

Gambar 16 adalah belah ketupat ABCD dengan AC dan BD diagonal yang berpotongan saling tegak lurus di titik O. Untuk menghitung luas belah ketupat ABCD coba kamu perhatikan BDA dan BDC yang kongruen, yang masingmasing tingginya AC dan CO sedangkan alas kedua segitiga itu adalah BD . Luas daerah ABCD = C

D o

𝐿 = 𝐿∆𝐵𝐷𝐴 + 𝐿∆𝐵𝐷𝐶 1 1 × 𝐵𝐷 × 𝑂𝐴 + × 𝐵𝐷 × 𝑂𝐶 2 2 1 𝐿 = × 𝐵𝐷(𝑂𝐴 + 𝑂𝐶) 2 1 𝐿 = × 𝐵𝐷 × 𝐴𝐶 2 𝐿=

A

B

Gambar 16.Belahketupat2

42

Dengan BD dan AC adalah diagonal belah ketupat atau luas belah ketupat adalah hasil kali diagonal dibagi dua. 2.1.6.5 Layang-layang

D

a. Defenisi Layang-Layang

A

O

C

Layang-layang adalah segiempat yang dibentuk dari 2 segitiga sama kaki yang memiliki panjang sisi yang berbeda. B

b. Sifat-Sifat Layang-Layang

Gambar 17. Layang-layang

Sifat-sifat layang-layang yaitu: 1. Sisinya sepasang-sepasang sama panjang 2. Sepasang sudut yang berhadapan sama panjang 3. Salah satu diagonal membagi dua sama panjang diagonal lainnya, maka kedua diagonal tersebut saling tegak lurus c. Keliling dan Luas Layang-Layang Keliling layang-layang sama halnya dengan keliling segiempat lainnya, yaitu jumlah keempat sisinya. Keliling layang-alayang ABCD adalah = 𝐴𝐵 + 𝐵𝐶 + 𝐶𝐷 + 𝐷𝐴 . Karena AB=BC dan CD=DA, maka keliling layang-layang 𝐾 = 2(𝐴𝐵 + 𝐶𝐷) Gambar 17. menunjukkan layang-laayng PQRS dengan diagonal AC dan BD saling berpotongan tegak lurus di titik O 𝐿 = 𝐿∆𝐴𝐵𝐶 + 𝐿∆𝐴𝐷𝐶 1

1

𝐿 = 2 × 𝐴𝐶 × 𝑂𝐵 + 2 × 𝐴𝐶 × 𝑂𝐷 1

𝐿 = 2 × 𝐴𝐶(𝑂𝐵 + 𝑂𝐷) 1

𝐿 = 2 × 𝐴𝐶 × 𝐵𝐷

43

2.1.6.6 Trapesium a.

Defenisi Trapesium

Trapesium merupakan bangun datar segiempat

D

C

yang memiliki sepasang sisi yang sejajar berhadapan tetapi tidak sama panjang. Perhatika trapezium ABCD, disini ̅̅̅̅ 𝐴𝐵 // ̅̅̅̅ 𝐷𝐶 .

A

B

Gambar 18. Trapesium samakaki

Pada trapezium ABCD ketika:

̅̅̅̅ disebut sebagai trapesium samakaki 1. ̅̅̅̅ 𝐴𝐷 = 𝐵𝐶 ̅̅̅̅ disebut sebagai tapesium siku-siku. 2. ̅̅̅̅ 𝐴𝐵 ⊥ ̅̅̅̅ 𝐴𝐷 atau ̅̅̅̅ 𝐴𝐵 ⊥ 𝐶𝐵 3. Bukan merupakan trapezium samakaki dan bukan trapezium siku-siku maka disebut sebagai trapezium sembarang. b. Sifat Trapesium 1. Memiliki sepasang sisi sejajar 2. Jumlah dua sudut berdekatan (sudut dalam sepihak) adalah 1800 3. Trapesium siku-siku, salah satu kakinya tegak lurus terhadap sisi sejajarnya c. Keliling dan Luas Trapesium Misalkan trapezium ABCD Gambar.18 diatas , sama halnya segiempat yang lainnya, untuk menghitung keliling adalah jumlah keempat sisinya. Maka keliling trapezium diatas adalah K = AB + BC + CD +AD Untuk

mengetahui

luas

trapezium

dapat

D

C

membagi trapezium menjadi tiga bagian yaitu bagian segitiga ADE, persegi DCEF dan segitiga CBF. A

𝐿 = 𝐿 𝐴𝐷𝐸 + 𝐿 𝐷𝐶𝐸𝐹 + 𝐿 𝐶𝐵𝐹 𝐿=

1 1 𝐴𝐸 × 𝐷𝐸 + 𝐸𝐹 × 𝐷𝐸 + 𝐵𝐹 × 𝐷𝐸 2 2

E

F

B

Gambar 19. Trapesium

44

𝐿=

1 𝐷𝐸 (𝐴𝐸 + 2 𝐸𝐹 + 𝐹𝐵) 2

𝐿=

1 𝐷𝐸 (𝐴𝐸 + 𝐸𝐹 + 𝐸𝐹 + 𝐹𝐵) 2

𝐿=

1 𝐷𝐸 (𝐴𝐸 + 𝐸𝐹 + 𝐶𝐷 + 𝐹𝐵) 2

𝐿=

1 𝐷𝐸 (𝐴𝐸 + 𝐸𝐹 + 𝐹𝐵 + 𝐶𝐷) 2

𝐿=

1 𝐷𝐸 (𝐴𝐵 + 𝐶𝐷) 2

Misalkan DE adalah tinffi trapezium yang disimbolkan dengan . AB sisi bawah trapezium disimbolkan dengan 𝑎 dan CD sisi atas trapezium disimbolkan dengan L . Maka Luas Trapesium adalah 𝐿=

1 𝑡 (𝑎 + 𝑏) 2

2.2 Penelitian yang Relevan Sebelum adanya penelitian ini, sudah ada beberapa penelitian atau tulisan yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menggunakan atau menerapkan Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) ataupun scaffolding pada mata pelajaran matematika dengan materi berbeda-beda sebagaimana dipaparkan sebagai berikut: Penelitian yang dilakukan oleh Nunung Fitriani (2015) yang berjudul “Pengaruh HOTS Melalui Metode SPPKB Pada Pembelajaran Matematika Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh HOTS melalui metode SPPKB pada pembelajaran Matematika terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji gain menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa menggunakan HOTS melalui model SPPKB berada pada taraf sedang yaitu sebesar 0,566. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa menggunakan pembelajaran konvensional berada pada taraf rendah yaitu sebesar 0,291. Kemudian berdasarkan perbedaan uji rerata, nilai sig. sebesar 0,000 dengan α= 0,05. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Nunung

45

Fitriani subjek yang digunakan adalah peserta didik kelas V SD Negeri Percobaan Bandung. Dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah peserta didik kelas X SMK Muhammadiyah 1 Wates. Selain itu dalam penelitian Nunung menggunakan variabel keterampilan berpikir kreatif, sedangkan dalam penelitian ini tidak. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Nunung yaitu sama-sama meneliti HOTS dan SPPKB. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Astuti Puspaningtyas (2018) yang berjudul “Peningkatan Higher Order Thinking Skills (HOTS) Melalui Strategi

Pembelajaran

Peningkatan

Kemampuan

Berpikir

(sppkb)

pada

Pembelajaran Ekonomi Kelas X SMK Muhammadiyah 1 Wates”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran SPPKB efektif untuk meningkatkan HOTS peserta didik pada pembelajaran ekonomi. Hal ini diketahui dari nilai P < 0,05 di mana nilai t hitung sebesar -4,200 dengan signifikansi sebesar 0,001 dengan model ceramah, t hitung sebesar -7,1754 dengan signifikansi sebesar 0,000 dengan model SPPKB. Penelitian juga dilakukan oleh Moh. Zayyadi (2014) dengan judul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) terhadap Hasil Belajar”. Berdasarakan hasil analisis data dan temuan selama penelitian, dapat disimpulkan ada pengaruh strategi pembelajaran peningkatan kemmapuan berpikir (SPPKB) terhadap hasil belajar matematika pada pokok bahasan segitiga siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pamekasan Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan db = 55 , t hitung = 6.39 dan t table= 2.00 dari dua nilai tersebut tampat bahwa harga thitung > harga ttabel yaitu 6.39 > 2,00 . Strategi

Pembelajaran

Peningkatan

Kemampuan

Berpikir

(SPPKB)

merupakan startegi yang bertumpu pada proses peningkatan kemampuan berpikir yang mendorong peserta didik berkembang dalam zone of proximal (ZPD) yang berkaitan juga dengan proses pemberian scaffolding. Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gayuh Intyartika (2015) yang berjudul “Penerapan Scaffolding untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Materi Segitiga pada Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Bandung Tulungagung”.menyimpulkan bahwa: Penerapan scaffolding dapat

46

meningkatkan pemahaman konsep belajar Matematika siswa kelas VII A SMPN 3 Bandung. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar siswa yang cukup memuaskan pada setiap siklusnya. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada tes akhir siklus I adalah 75,38 dan mengalami peningkatan pada tes akhir siklus II dengan nilai rata-rata yaitu 85,38. Sedangkan siswa yang tuntas pada siklus I adalah 46,15% dan meningkat pada siklus II yaitu 84,61%. Untuk hasil pengamatan aktivitas siswa telah mengalami peningkatan dari siklus I yaitu 79% meningkat menjadi 85% pada siklus II dengan kategori baik. Sejalan dengan hasil penelitian tentang pemeberian scaffolding, penelitian yang dilakukan Pamujiarso Hidayat Eko Wibowo dan Rini Setianingsih (2016) yang berjudul “Pemberian scaffolding Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) Kelas X SMA Berdasarkan

Kemampuan

Matematika

Siswa”

menyimpulkan

bahwa:

pembelajaran dengan pemberian Scaffolding pada materi eksponen di kelas X MIA I SMA Negeri 5 Tuban dikatakan dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Semua aspek untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi dengan pemberian Scaffolding telah terpenuhi. Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Afifa Khanan (2018) dengan judul : “Study of the Impact of Scaffold Instructions on the Learning Achievements of Post-Graduete Student” menyimpulkan bahwa : The result showed that there was a substantial change in the academic achievements of students who were supported with scaffold instructions as compared to those who were taught with tradisional lecture. The student of research methods gained accurate and precise concepts having scaffolds instruction including flow chart, girds, conceptual maps, pictorial illustrations, prompts, leading questions, guided discussions, tables, and blue prints of content analysis. The Learners were capable to grasp the relationship among variables, selection of research methods and various data analysis. Hasil penenlitian ini menunjukkan bahwa ada perubahan substansial dalam prestasi akademik yang didukung dengan scaffolding dibandingkan dengan mereka yang diajar dengan metode ceramah. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Rosenshine & Meister (1992) dengan judul : “ The Use of Scaffolds for Teaching Higher Level Cogtinif Strategies”

47

menyimpulkan bahwa: The result showing increased understanding of complex concepts through scaffold instruction. The experimental group exhibited high score which showed that scaffolds might effectively be applicable at higher education level for teaching complex subjects such as sciences, mathematics, statistics and other logical contents. Scaffolds instructions enable students, at any level of age and education as well to apply new knowledge and skills in real situations. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman konsep kompleks melalui pemberian scaffolding. Kelompok eksperimen memiliki skor tertinggi yang menunjukkan bahwa pemberian scaffolding effektif berlaku di perguruan tinggi untuk mengajar mata pelajaran yang kompleks seperti sains, matematika, statistic, dan konten logis lainnya. Pemberian scaffolding sesui untuk siswa pada level umur dan tingkat pendidikan apapun untuk membangun keterampilan baru. Penelitian relevan yang terakhir yakni perpaduan antara model pembelajaran dengan scaffolding yang dilakukan oleh Lezy Maidela (2017) dengan judul : “Pengaruh Scaffolding PADA Pembelajaran SiMaYang dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep” menyimpulkan bahwa : Scaffolding pada pembelajaran SiMaYang berpengaruh terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa pada materi larutan elektrolit dan non-eletrolit dengan nilai effect size pada kelas eksperimen sebesar 0,97 dan kelas kontrol sebesar 0,91 sehingga strategi scaffolding pada model pembelajaran SiMaYang berpengaruh besar dalam peningkatan penguasaan konsep siswa.

2.3 Kerangka Konseptual Mata pelajaran matematika mengandung sebagaian besar materi pelajaran yang sarat dengan konsep, dari konsep sederhana hingga konsep yang kompleks dan abstrak yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi. Salah satu materi pelajaran matematika di SMP adalah Bangun Datar. Materi pelajaran ini dianggap sulit di kalangan siswa karena memiliki kerakteristik dengan konsep, rumus, dan perhitungan. Pembelajaran Bangun datar tidak pernah menyajikan soal-soal bertipe HOT dan umumnya dilakukan dengan metode ceramah sehingga siswa

48

cenderung menghafal,

akibatnya pelajaran menjadi tidak menarik

dan

membosankan serta tidak memacu siswa untuk aktif berpikir tingkat tinggi. Sehingga ketika dilakukan test untuk mengetahui kemampuan Higher Order Thinking (HOT) siswa hasilnya masih tergolong rendah. Untuk mendapatkan peningkatan kemampuan Higher Order Thinking (HOT)

siswa maka perlu dilakukan inovasi dalam pembelajaran. Inovasi

pembelajaran yang dilakukan dalam hal ini adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat, efektif dan menyenangkan serta sedapat mungkin melibatkan siswa secara aktif agar mereka mampu bereksplorasi untuk membentuk kompetensi, dengan menggali berbagai potensi yang ada pada diri siswa sehingga dalam diri siswa akan tumbuh motivasi dan minat untuk belajar matematika sehingga dapat meningkatkan kemampuan Higher Order Thinking (HOT). Melihat keadaan tersebut maka peneliti menawarkan suatu inovasi strategi pembelajaran. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat menjadi salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan Higher Order Thinking (HOT) peserta didik. Strategi pembelajaran yang tepat ialah melalui strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemanpuan berpikir siswa salah satunya yaitu Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB). Strategi

pembelajaran

peningkatan

kemampuan

berpikir

(SPPKB)

merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir peserta didik. Dalam SPPKB, peserta didik dibimbing untuk menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus-menerus dengan memanfaatkan pengalaman peserta didik sebagai titik tolak berpikir, bukan tekateki yang harus dicari jawabannya seperti dalam pola inkuiri. Pada kegiatan pembelajaran siswa terkadang mengalami kesulitan dalam memahami konsep atau materi yang diberikan oleh guru dengan baik, oleh karena itu siswa membutuhkan bantuan dari guru untuk memahami konsep-konsep pelajaran yang dipelajari. Kesulitan ini sebenarnya dapat diatasi dengan mengetengahkan

peranan scaffolding dalam strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru sebagai solusi dengan pertimbangan bahwa peranan bantuan di saat diperlukan

49

adalah sesuatu yang sangat berarti dan merupakan hal penting. Dimana pemberian scaffolding dalam pembelajaran ini dapat menciptakan suasana belajar yang efektif, aktif, kreatif, dan menyenangkan serta melibatkan aktivitas seluruh siswa sehingga kemampuan aktualnya mencapai kemampuan potensial. Scaffolding merupakan suatu bantuan yang diberikan kepada peserta didik dengan cara menyesuaikan diri dengan perkembangan kemampuan peserta didik. Pendidik dapat menyesuaikan diri dengan level kemampuan siswa dengan memberikan tugas secara istruksionak terhadap tugas baru, kemudain secara perlahan-lahan dikurangi secara sesuai dengan perkembangan kemampuan siswa. Berdasarkan

uraian

diatas

akan

diterapkan

Strategi

Pembelajaran

Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) dengan pemberian scaffolding sebagai upaya peningkatan Higher Order Thinking (HOT) siswa dalam meteri pembelajaran Bangun Datar khususnya subbab Segitiga. Gambar 20. Alur Kerangka Berpikir Berpikir Tingkat Tinggi

Pendidik terlalu monoton dalam pembelajaran

Peserta didik belajar dengan hafalan

Strategi Pembelajaran

Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)

Pemberian Scaffolding

Meningkatkan HOTS Siswa

50

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kelas VII Mts Al-Munawaarah Binjai Utara yang berlokasi di Jl.T.Amir Hamzah. 3.1.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada……. Sampai…… 2018 di semester genap Tahun Ajaran 2018/2019.

3.2 Subyek dan Obyek Penelitian 3.2.1 Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII 1 MTs Al-Munawwarah Binjai Utara Tahun ajaran 2018/2019 dengan siswa sebanyak 30 siswa. 3.2.2 Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah Peningkatkan Higher Order Thinking (HOT) siswa melalui SPPKB dengan pemberian scaffolding pada materi Bangun Datar di kelas VII MTs Al-Munawaarah Binjai Utara pada Tahun Ajaran 2018/2019 dengan jumlah siswa 30 orang.

3.3 Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah kualitatif. Metode penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan tylor dalam Margono, 2007 : 36).

3.4. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah tahap-tahap kegiatan dengan seperangkat alat pengumpul memudahkan

data

dan

dalam

seperangkat

pembelajaran

pelaksanaan

penelitian.

dikelompokkan dalam tiga tahap yaitu:

yang Prosedur

dirancang penelitian

untuk ini

51

3.4.1 Tahap Persiapan Dalam penelitian ini tahap persiapan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menentukan tempat dan jadwal penelitian b. Menentukan obyek dan subyek penelitian c. Menyusun rencana pembelajaran SPPKB dengan pemberian scaffolding pada materi Bangun Datar d. Menetapkan observer e. Menyiapkan alat dan pengumpul data f. Melakukan validasi instrumen 3.4.2 Tahap Pelaksanaan Dalam penelitian ini tahap pelaksanaan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Memvalidkan instrument penelitian b. Menetapkan subyek penelitian c. Memberikan soal pre-test kepada subyek sebelum pembelajaran. d. Mengadakan pembelajaran di kelas yang dipilih menjadi subyek penelitian dengan bahan yang telah disiapkan dan waktu yang telah disesuaikan menggunakan SPPKB dengan pemberian scaffolding e. Memberikan soal post-test kepada kelas subyek penelitian setelah pembelajarn dengan menggunakan SPPKB dengan pemberian scaffolding 3.4.3 Tahap Akhir Dalam penelitian ini tahap akhir dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Mengolah data hasil instrument penelitian b. Mereduksi data hasil penelitian c. Menyimpulkan hasil penelitian d. Melakukan Triangulasi data

52

3.5 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : 3.5.1 Instrumen Tes Instrumen ini digunakan untuk mengukur peningkatan HOTS siswa. Tes ini terdiri atas dua tes yakni pre test dan post test. Pre-test diberikan kepada obyek sebelum diberikan perlakuan (treatment) dengan tujuan untuk mengetahui homogenitas dan kenormalan ataupun kesamaan karakteristik kemampuan awal siswa. Post-test diberikan setelah selesai proses perlakuan (treatment) dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Nilai akhir siswa dapat dihitung dengan :

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 =

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑥100 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Instrumen tes adalah tes essay terdiri dari 6 soal sesuai dengan indicator HOTS yakni menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mengkreasi (C6). Sebelum melakukan penelitian, tes telah disusun dan akan diuji cobakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran,dan daya pembeda soal. 3.5.1.1 Uji validitas Uji validitas alat evaluasi bertujuan untuk mengetahui valid tidaknya suatu instrumen tes. Suatu tes dikatakan valid apabila test itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur.Validitas instrumen, dihitung melalui koefisien korelasi. Korelasi dihitung dengan menggunakan rumus produk momen dari Pearson sebagai berikut: 𝑟𝑥𝑦 =

𝑁 ∑ XY − (∑ x)(∑ Y) √{𝑁 ∑ x2 − (∑ x)2 }{𝑁 ∑ Y2 − (∑ Y)2 }

Keterangan: 𝑟𝑥𝑦 = koefisien korelasi antara X dan Y

53

∑X = Jumlah skor butir ∑X = Jumlah skor total

N

= Jumlah sampel (Rajagukguk,2015:103)

Untuk mengetahui tinggi, sedang, atau rendahnya validitas instrumen,nilai koefisien diinterpretasikan dengan klasifikasi sebagai berikut : 0,800 ≤ rxy ≤ 1,00

korelasi sangat tinggi

0,600 ≤ rxy< 0,800

korelasi tinggi

0,400 ≤ rxy< 0,600

korelasi sedang

0,200 ≤ rxy< 0,400

korelasi rendah

0,00 ≤ rxy ≤ 0,200

korelasi sangat rendah.

3.5.1.2 Reliabilitas Suatu tes dikatakan reliable apanila hasil tes tersebut tetap apabila diteskan berkali-kali. Untuk mengetahui reliabilitas suatu instrument atau alat evaluasi dilakukan dengan cara menghitung koefisien reliabilitas instrument. Perhitungan koefisien reliabilitas ini dihitung menggunakan rumus Spearman-Brown : 𝑟11

2𝑟 1⁄2 1⁄2 = (1 + 𝑟 1⁄2 1⁄2)

Keterangan: 𝑟11 = koefisien reliabilitas 𝑟 1⁄2 1⁄2 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes Selanjutnya koefisien reliabilitas yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guliford sebagai berikut: r11< 0,20

derajat reliablitas sangat rendah

54

0,20 ≤ r11< 0,40

derajat reliablitas rendah

0,40 ≤ r11< 0,70

derajat reliablitas sedang

0,70 ≤ r11< 0,90

derajat reliablitas tinggi

0,90 ≤ r11< 1,00

derajat reliablitas sangat tinggi.

3.5.1.3 Indeks Kesukaran Indeks kesukaran menyatakan sukar atau mudahnya sebuah soal. Rumus yang digunakan untuk mengetahui indeks kesukaran tiap butir soal adalah sebagai berikut: 𝐵

𝑃 = 𝐽𝑆 Keterangan : P = indeks kesukaran butir soal B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta Untuk mengetahui interpretasi indeks kesukaran tiap butir soal yang digunakan adalah sebagai berikut: 1,00 < IK ≤ 0,30 soal sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 soal sedang 0,70 < IK ≤ 1,00 soal mudah 3.5.1.4 Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal digunakan rumus sebagai berikut : 𝐷=

𝐵𝑎 𝐵𝑏 − = 𝑃𝑎 − 𝑃𝑏 𝐽𝑎 𝐽𝑏

55

Keterangan : D = Daya Pembeda Ja = banyaknya peserta kelompok atas Jb = banyaknya peserta kelompok bawah Ba = banyaknya kelompok peserta atas yang menjawabsoal dengan benar Bb = banyaknya kelompok peserta bawah yang menjawabsoal dengan benar Pa = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar. Pb = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang digunakan adalah sebagai berikut : 0,00 < DP ≤ 0,20 jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 baik 0,70 < DP ≤ 1,00 sangat baik

3.5.2 Instrumen non tes Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi pembelajaran, angket aktivitas, siswa dan lembar observasi aktivitas belajar siswa 3.5.2.1 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Lembar observasi keterlaksanaan SPPKB dengan pemberian scaffolding digunakan

untuk

mengetahui

bagaimana

keterlaksanaan

pembelajaran

berlangsung di dalam kelas. Butir-butir instrument ini mengacu pada langkahlangkah SPPKB dengan pemberian scaffolding yang disesuaikan dengan RPP. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran diperoleh dari observasi selama pembelajaran berlangsung. Kriteria untuk mengisi lembar observasi adalah dengan memberikan tanda “√” pada kolom “Ya” jika aspek yang diamati dilaksanakan sesuai yang tertulis pada RPP dan memberi tanda “√” pada kolom “Tidak” jika aspek yang diamati tidak terlaksana.

56

3.5.2.2 Angket Respons Peserta Didik Angket ini digunakan untuk mengetahui respons peserta didik terhadap proses pembelajaran. Angket ini diberikan kepada setiap siswa setelah pembelajaran. Kriteria untuk mengisi angket adalah dengan memberi tanda "√" pada kolom “Setuju” jika pernyataan yang diberikan setuju dan memberi tanda "√" pada kolom “Tidak Setuju” jika tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan. 3.5.2.3 Wawancara Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu (Sugiyono,2016:231). Teknik wawancara dalam penelitian ini yakni wawancara tak berstuktur, yaitu wawancara bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Secara garis besar permasalahan yang akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah tentang proses siswa untuk memperoleh jawaban dalam menyelesaikan soal. Wawancara ini berfungsi untuk mengetahui bentuk scaffolding yang diberikan pada siswa. Sampel yang akan diambil untuk proses wawancara ialah 6 orang dengan masing-masing 2 orang berkemampuan tinggi, 2 orang kemampuan sedang dan 2 orang kemampuan rendah dilihat dari hasil pengerjaan post-test yang diberikan. 3.6 Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Secara sederhana oleh Miles dan Hubermant (dalam Sugiyono, 2016:243) bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

57

3.6.1 Reduksi Data Reduksi

data

berarti

merangkum,

memilih

hal-hal

yang

pokok,

memfokuskan pad hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2006:247). Dengan demikian, reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi. Dalam penelitian ini yang menjadi reduksi data adalah berbagai hal yang berhubungan dengan Peningkatan kemampuan Higher Order Thinking (HOT) siswa melalui SPPKB dengan pemberian scaffolding yakni berasal dari seluruh instrument penelitian. 3.6.2 Penyajian Data Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Hubermen dalam Sugiyono (2016: 249) menyatakan bahwa “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”, artinya yang paling sering digunakan untuk menyajikan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. 3.6.2.1 Penerapan SPPKB dengan Pemberian Scaffolding Untuk mengetahui bagaimana penerapan SPPKB dengan pemberian scaffolding akan di analisis berdasarkan keterlaksanaan pembelajaran, respon siswa dan terakhir melihat bagaimana pengaruh penerapan SPPKB dengan pemberian scaffolding . 1. Keterlaksanaan Pembelajaran Data hasil pengamatan pembelajaran dianalisis dengan menggunakan persentase: 𝑃= Keterangan : P : Angka persentase yang di cari

𝑓 × 100 % 𝑁

58

𝑓 : Frekuensi pembelajaran yang di lakukan guru N : Jumlah Nilai yang ideal Lalu dikriteriakan dengan kriteria persentase tingkat ketercapaian pelaksanaan pembelajaran menurut Ratumanan dalam Meidela (2016:17) yang tersaji dalam table berikut : Tabel 5. Kriteria ketercapaian Pelaksanaan Pembelajaran Persentase

Kriteria

80.1 % - 100 %

Sangat Tinggi

60.1 % - 80 %

Tinggi

40.1 % - 60 %

Sedang

20.1 % - 40 %

Rendah

0 % - 20 %

Sangat Rendah

2. Angket Respon siswa Data hasil angket respon siswa dianalisis dengan menggunakan persentase: 𝑃=

𝑓 × 100 % 𝑁

Keterangan : P : Angka persentase yang di cari 𝑓 : Frekuensi angket respon siswa N : Jumlah Nilai yang ideal

Respon siswa dikategorikan positif apabila : 1) ≥ 60 % memilih pilihan setuju 2) ≤ 40 % memilihi tidak setuju (Yumindar dan Anwar ,2013:255) 3. Pengaruh Penerapan SPPKB Dengan Pemberian Scaffolding . Effect size dugunakan untuk melihat bagaimana pengaruh penerapan SPPKB dengan pemberian scaffolding 𝜇2 = Keterangan :

𝑡2 𝑡 2 + 𝑑𝑓

59

𝜇 : Effect size t : t hitung dari uji t df : derajat kebebasan Tabel 6. Kriteria Effect size (Dincer,2015) Nilai effect size (𝜇) 𝜇 ≤ 0.15

Kriteria Sangat Kecil

0.15 < 𝜇 ≤ 0.40

Kecil

0.40 < 𝜇 ≤ 0.75

Sedang

0.75 < 𝜇 ≤ 1.10

Besar

𝜇 > 1.10

Sangat besar

3.6.2.2 Menghitung Peningkatan Kemampuan HOT Siswa Untuk mengitung peningkatan kemampuan HOT siswa akan digunakan rumus normalisasi gain dengan menggunakan data nilai pre-tes dan post test siswa. 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 =

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑥100 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Setelah mendapatkan nilai pre-tes dan post test siswa, selanjutnya menghitung normalisasi gain dengan menggunakan rumus berikut:

𝑁 − 𝑔𝑎𝑖𝑛 =

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑠𝑡 𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑟𝑒 𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑟𝑒 𝑡𝑒𝑠𝑡

Skala nilai yang digunakan pada data N-gain terdapat pada tabel di bawah ini: Tabel 7 Kriteria Normalized Gain Skor N-gain

Kriteria N-gain

0.70 < N-gain

Tinggi

0.30 ≤ N-gain < 0.70

Sedang

N-gain < 0.30

Rendah

60

3.6.3 Penarikan Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temua dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya tidak jelas sehingga diteliti menjadi jelas (Sugiyono, 2016: 253). Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini adalah data hasil seluruh instrument penelitian yang digunakan. Peneliti menarik kesimpulan tentang Peningkatan kemampuan Higher Order Thinking (HOT) siswa melalui SPPKB dengan pemberian scaffolding 3.7

Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data (Triangulasi) Penelitian tentang Peningkatan kemampuan Higher Order Thinking (HOT)

siswa melalui SPPKB dengan pemberian scaffolding menggunakan triangulasi data sebagai keabsahan data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yan lain, diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Dalam penelitian ini akan menggunakan triangulasi metode (teknik), dimana untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono,2016:274). Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan membandingkan data hasil tes, data hasil observasi pembelajaran, data angket respons siswa, serta data hasil wawancara. Gambar 21. Triangulasi Data Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

Angket Respons Siswa

Triangulasi

Wawancara

Hasi Tes

61

Daftar Pustaka Anderson & Krathwohl.2014.Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran Pengajaran dan Asesmen.Yogyakarta: Pustaka Belajar Arifin & Ratu.2018.Profil Higher Order Thinking Skills Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Bangun Datar Segiempat.Vol.5.No.2. Salatiga : FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Asis, Musdalifah,dkk.2015. Profil Kemampuan Spasial Dalam Menyelesaiakan Masalah Geometri Siswa yang Memiliki Kecerdasan Logis Matematis Tinggi Ditinjau Dari Perbedaan Gender.Jurnal Daya Matematis,5(1):78-87 Akas,Muh.Rizal Abd,Hamid.2016.Profil Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Kelas VII pada Materi Bangun Datar Ditinjau Dari Tingkat Efikasi Diri. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. 4(2):314-326 Cahyono,Nur.2010. Vigotsy Perpectif Proses Scaffolding Untuk Mencapai Zona Proximal Development Peserta Didik Dalam Pembelajaran Matematika. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan 27 November 2010 Chairani,Z.2015. Scaffolding Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan MATEMATIKA Vol.1.No.1 STKIP PGRI Banjarmasin Danoebroto,Wahyuni.2015.Terori Belajaran Konstruktivis Piaget dan Vigotsky. Indondesia Digital Journal of Mathematics and Education Vol2.No.3 Effendi,Ramlan.2017. Konsep Revisi Taksonomi Bloom dan Implementasinya Pada Pembelajaran Matematika SMP.Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Vol.2.No.1. Lahat : SMP N 2 Lahat Gunawan & Palupi.2012.Taksonomi Bloom-Revisi Ranah Kognitif:Kerangka Landasab Untuk Pembelajaran,Pengajaran, dan Penilaian. Vol.2.No.2 Hamdayana,Jumanta. 2016. Psikologi Pengajaran. Jakarta :Bumi Aksara Mustaqim.2012.Psikologi Pendidikan. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Roestiyah.1998.Masalah-malasah Ilmu Keguruan.Jakarta:Bina Aksara Sagala,Syaiful.2009.Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar.Bandung:Alfabeta Sani,A.H.2015.Pembelajaran Matematika Berbasis Pendekatan Saintifik Dan Kaitannya Dengan Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Jurnal Pendidikan ISBN.978-602-73403-0-5 Sriyanti,Lilik.2013.Psikologi Belajar. Yogyakarta:Ombak Suryobroto,Sumadi.2004.Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Trianto.2013.Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara Wibowo,Setianingsih.2016.PemberianScaffolding untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) Kelas X SMA Berdasarkan Kemampuan Matematika Siswa. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Vol.2.No.5. Surabaya : universitas Negeri Surabaya

62

Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Tahun Pelajaran Alokasi Waktu

: MTs Al-Munawwarah Binjai Utara : Matematika : VII/Genap : 2018/2019 : 2 x 40 menit

A. Kompetensi Inti: 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. 4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

Kompetensi Dasar (KD)

Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

3.14

Manganalisis berbagai bangun datar segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang) Menurunkan rumus untuk menentukan keliling dan luas segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang)

3.14.1 Mengenal dan memahami bangun datar segiempat dan segitiga 3.14.2 Memahami jenis dan sifat persegi, persegi panjang, trapezium, jajargenjang, belahketupat dan layang-layang menurut sifatnya. 3.14.3 Menjelaskan sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belahketupat dan layang-layang ditinjau dari sisi, sudut dan diagonalnya. 3.14.4 Menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya 3.14.5 Menemukan jenis segitiga berdasarkan sifat-sifatnya 3.14.6 Melukis garis-garis istimewa pada segitiga 3.15.1 Menjelaskan menurunkan rumus keliling persegi, persegi panjang, trapesium, jajargenjang, belahketupat dan layang-layang 3.15.2 Menjelaskan menurunkan rumus luas persegi, persegi panjang, trapesium, jajargenjang, belahketupat dan layang-layang

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang,

4.14.1 Menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan sifat-sifat segiempat dan segitiga.

3.15

4.14

63

trapesium, dan layang-layang) Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan luas dan keliling segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layanglayang).

4.15

4.14.2 Menerapkan konsep keliling dan luas segiempat dan segitiga untuk menyelesaikan masalah 4.15.1 Menyelesaikan soal penerapan bangun datar segi empat 4.15.2 Menaksir Luas Bangun Datar tidak Beraturan

C. Tujuan Pembelajaran Dengan kegiatan diskusi dan pembelajaran kelompok dalam pembelajaran bidang datar, diharapkan siswa dapat terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan bertanggung jawab dalam menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan, member saran dan kritik, serta dapat:  Menyebut mengenai unsur-unsur dan sifat-sifat pada persegi panjang, persegi, trapesium, jajar genjang, belah ketupat dan layang-layang.  Menerapkan unsur-unsur dan sifat-sifat pada persegi panjang, persegi, trapesium, jajar genjang, belah ketupat dan layang-layang dalam masalah nyata.  Menyebut mengenai rumus luas dan keliling pada persegi panjang, persegi, trapesium, jajar genjang, belah ketupat dan layang-layang.  Menggunakan rumus luas dan keliling pada persegi panjang, persegi, trapesium, jajar genjang, belah ketupat dan layang-layang dalam pemecahan masalah sederhana. D. Metode Pembelajaran  Pendekatan  Model Pembelajaran

: Scientific : SPPKB dengan pemberian scaffolding

E. Materi Pembelajaran

     

Sifat-sifat persegipanjang dan persegi Keliling dan luas persegipanjang dan persegi Sifat-sifat jajargenjang dan belahketupat Keliling dan luas jajargenjang dan belahketupat Sifat-sifat layang-layang dan trapezium Keliling dan luas layang-layang dan trapezium

64

F. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan 1 Tahap

Kegiatan Pembelajaran

Pembelajaran

Guru

Kegiatan Awal

 Guru mengucapkan salam ketika memasuki ruang kelas  Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa  Guru memeriksa kehadiran Peserta didik  Guru mengecek persiapan Peserta didik sebelum memulai pembelajaran  Guru melakukan apersepsi  Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya, pada bab sebelumnya  Mengingatkan kembali materi prasyarat  Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan dilakukan.  Guru memberikan motivasi dengan menjelaskan manfaat materi yang akan di pelajarai (Environmental Provosion)  Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari.  Apabila materi/tema/ projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh, maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang: -Sifat-sifat persegi panjang dan persegi

Alokasi Siswa

   

Waktu

Peserta didik menjawab salam guru 5 Menit Ketua kelas memimpin doa Peserta didik mendengarkan guru Peserta didik menyiapkan perlengkapan belajar

 Peserta didik mendengarkan apersepsi yang disampaikan oleh guru

 Peserta didik mendengarkan motivasi yang diberikan oleh guru

65

Kegiatan Inti

-Keliling dan luas persegi panjang dan persegi  Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung Orientasi  Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai pada  Peserta didik mendengarkan kompetensi yang 7 Menit pembelajaran materi Bangun Datar Segiempat. disampaikan oleh guru  Guru membimbing peserta didik untuk mengingat  Peserta didik mengingat jenis segiempat yang materi segiempat yang telah dipelajari di SD pernah dipelajari di SD  Guru memberi pengantar tentang persegipanjang dan  Peserta didik menyimak penjelasan guru persegi secara umum (Explaining). Pelacakan  Guru dan Peserta didik melakukan dialog dan tanya  Peserta didik menjawab pertanyaan yang 5 Menit jawab mengenai materi diajukan oleh guru  Ada berapa banyak segiempat yang ditemukan di ruang kelas ini?  Bagaimana cara membedakan sifat-sifat pada segiempat  Menentukan ZPD Peserta didik dengan melihat hasil belajar sebelumnya dan respon Peserta didik Pemberian LKPD Konfrontasi  Guru memberikan LKPD yang berkaitan dengan materi  Peserta didik menerima pembelajaran diberikan oleh guru  Guru menginstruksikan Peserta didik untuk

LKPD

yang 33 Menit

66

mengerjakan soal-soal secara mandiri  Peserta didik mengerjakan tugas secara mandiri  Guru mengisntruksikan Peserta didik menyelesaikan jawaban secara berkelompok  Peserta didik mengerjakan tugas secara kelompok  Guru membimbing Peserta didik dalam mengerjakan LKPD  Peserta didik mengerjakan LKPD sesuai dengan bimbingan guru Inkuiri  Guru memerintahkan Peserta didik memecahkan  Peserta didik mencari dan mengumpulkan 7 Menit persoalan yang diberikan dengan mencari informasi dari informasi untuk memecahkan persoalan yang berbagai sumber secara berkelompok (Reviewing) diberikan oleh guru

Kegiatan Akhir

Akomodasi  Guru memerintahkan kelompok peserta didik untuk  Peserta didik mempresentasikan tugas yang 7 Menit mempresntasikan pemahaman yang di perolehnya telah diberikan (Reviewing)  Peserta didik melakukan dialog dengan guru  Guru membantu peserta didik melalui proses dialog untuk mengetahui pengetahuan baru apa yang diperoleh peserta didik (Restructuring) 11 Menit Transfer  Guru memberikan permasalahan baru (Latihan Soal)  Peserta didik menyelesaikan permasalahan kepada siswa dan menyelesaikan dengan pemahan yang yang diberikan oleh guru baru diperoleh oleh Peserta didik tersebut (Deceloping conceptual thinking)  Guru menanyakan pada peserta didik apakah peserta  Peserta didik menjawab pertanyaan yang 5 Menit didik sudah memahami materi pembelajaran disampaikan oleh guru

67

 Mengarahkan peserta didik untuk membuat rangkuman materi  Memberi tugas (PR) pada peserta didik untuk mengerjakan soal-soal latihan yang belum dibahas jika pembahasan di kelas belum selesai  Guru menyimpulkan materi pembelajran  Guru menutup pelajaran dengan salam

 Peserta didik mambuat rangkuman  Menacatat tugas  Peserta didik mendengarkan kesimpulan yang disampaikan oleh guru  Peserta didik menjawab salam guru

Pertemuan ke-2 Tahap

Kegiatan Pembelajaran

Pembelajaran

Guru

Kegiatan Awal

 Guru mengucapkan salam ketika memasuki ruang kelas  Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa  Guru memeriksa kehadiran Peserta didik  Guru mengecek persiapan Peserta didik sebelum memulai pembelajaran  Guru melakukan apersepsi  Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya, pada bab sebelumnya  Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan dilakukan.

Alokasi Siswa

   

Waktu

Peserta didik menjawab salam guru 5 Menit Ketua kelas memimpin doa Peserta didik mendengarkan guru Peserta didik menyiapkan perlengkapan belajar

 Peserta didik mendengarkan apersepsi yang disampaikan oleh guru

68

Kegiatan Inti

 Guru memberikan motivasi dengan menjelaskan  Peserta didik mendengarkan motivasi yang manfaat materi yang akan di pelajarai (Environmental diberikan oleh guru Provosion)  Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari.  Apabila materi/tema/ projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh, maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang: -Sifat-sifat Jajargenjang dan belahketupat -Keliling dan luas Jajargenjang dan belahketupat  Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung Orientasi  Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai pada  Peserta didik mendengarkan kompetensi yang 7 Menit pembelajaran materi Bangun Datar Segiempat. disampaikan oleh guru  Guru membimbing peserta didik untuk mengingat  Peserta didik mengingat jenis segiempat yang materi segiempat persegipanjang dan persegi dan yang pernah dipelajari di SD telah dipelajari sebelumnya  Peserta didik menyimak penjelasan guru  Guru memberi pengantar tentang jajargenjang dan belah ketupat secara umum (Explaining). Pelacakan  Guru dan Peserta didik melakukan dialog dan tanya  Peserta didik menjawab pertanyaan yang 5 Menit jawab mengenai materi diajukan oleh guru  Apa yang dapat kamu amati dari jajargenjang dan belah ketupat?  Menentukan ZPD Peserta didik dengan melihat respon

69

Peserta didik dan hasil belajar sebelumnya Pemberian LKPD Konfrontasi  Guru memberikan LKPD yang berkaitan dengan materi  Peserta didik menerima pembelajaran diberikan oleh guru  Guru menginstruksikan Peserta didik untuk  Peserta didik mengerjakan mengerjakan soal-soal secara mandiri mandiri  Guru mengisntruksikan Peserta didik menyelesaikan  Peserta didik mengerjakan jawaban secara berkelompok kelompok  Peserta didik mengerjakan  Guru membimbing Peserta didik dalam mengerjakan dengan bimbingan guru LKPD

LKPD

yang 33 Menit

tugas secara tugas secara LKPD sesuai

Inkuiri  Guru memerintahkan Peserta didik memecahkan  Peserta didik mencari dan mengumpulkan 7 Menit persoalan yang diberikan dengan mencari informasi dari informasi untuk memecahkan persoalan yang berbagai sumber secara berkelompok (Reviewing) diberikan oleh guru Akomodasi  Guru memerintahkan kelompok peserta didik untuk  Peserta didik mempresentasikan tugas yang 7 Menit mempresntasikan pemahaman yang di perolehnya telah diberikan (Reviewing)  Peserta didik melakukan dialog dengan guru  Guru membantu peserta didik melalui proses dialog untuk mengetahui pengetahuan baru apa yang diperoleh peserta didik (Restructuring)

70

Transfer  Guru memberikan permasalahan baru (Latihan Soal) kepada siswa dan menyelesaikan dengan pemahan yang baru diperoleh oleh Peserta didik tersebut (Deceloping conceptual thinking) Kegiatan Akhir

 Guru menanyakan pada peserta didik apakah peserta didik sudah memahami materi pembelajaran  Mengarahkan peserta didik untuk membuat rangkuman materi  Memberi tugas (PR) pada peserta didik untuk mengerjakan soal-soal latihan yang belum dibahas jika pembahasan di kelas belum selesai  Guru menyimpulkan materi pembelajran  Guru menutup pelajaran dengan salam

11 Menit  Peserta didik menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru  Peserta didik menjawab pertanyaan yang 5 Menit disampaikan oleh guru  Peserta didik mambuat rangkuman  Menacatat tugas  Peserta didik mendengarkan kesimpulan yang disampaikan oleh guru  Peserta didik menjawab salam guru

Pertemuan ke-3 Tahap

Kegiatan Pembelajaran

Pembelajaran

Guru

Kegiatan Awal

 Guru mengucapkan salam ketika memasuki ruang kelas  Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa  Guru memeriksa kehadiran Peserta didik  Guru mengecek persiapan Peserta didik sebelum memulai pembelajaran

Alokasi Siswa

   

Waktu

Peserta didik menjawab salam guru 5 Menit Ketua kelas memimpin doa Peserta didik mendengarkan guru Peserta didik menyiapkan perlengkapan belajar

71

Kegiatan Inti

 Guru melakukan apersepsi  Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang  Peserta didik mendengarkan apersepsi yang disampaikan oleh guru akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya, pada bab sebelumnya  Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan dilakukan.  Guru memberikan motivasi dengan menjelaskan manfaat materi yang akan di pelajarai (Environmental  Peserta didik mendengarkan motivasi yang Provosion) diberikan oleh guru  Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari.  Apabila materi/tema/ projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh, maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang: -Sifat-sifat layang-layang dan trapesium -Keliling dan luas layang-layang dan trapesium  Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung Orientasi  Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai pada  Peserta didik mendengarkan kompetensi yang 7 Menit pembelajaran materi Bangun Datar Segiempat. disampaikan oleh guru  Guru membimbing peserta didik untuk mengingat  Peserta didik mengingat jenis segiempat yang materi segiempat jajargenjang dan belah ketupat dan pernah dipelajari di SD yang telah dipelajari sebelumnya  Peserta didik menyimak penjelasan guru  Guru memberi pengantar tentang layang-layang dan trapesium secara umum (Explaining).

72

Pelacakan  Guru dan Peserta didik melakukan dialog dan tanya  Peserta didik menjawab pertanyaan yang 5 Menit jawab mengenai materi diajukan oleh guru  Apa yang dapat kamu amati dari layang-layang dan trapesium?  Menentukan ZPD Peserta didik dengan melihat hasil belajar sebelumnya dan respon Peserta didik Pemberian LKPD Konfrontasi  Guru memberikan LKPD yang berkaitan dengan materi pembelajaran  Guru menginstruksikan Peserta didik untuk mengerjakan soal-soal secara mandiri  Guru mengisntruksikan Peserta didik menyelesaikan jawaban secara berkelompok  Guru membimbing Peserta didik dalam mengerjakan LKPD

 Peserta didik menerima diberikan oleh guru  Peserta didik mengerjakan mandiri  Peserta didik mengerjakan kelompok  Peserta didik mengerjakan dengan bimbingan guru

LKPD

yang 33 Menit

tugas secara tugas secara LKPD sesuai

Inkuiri  Guru memerintahkan Peserta didik memecahkan  Peserta didik mencari dan mengumpulkan 7 Menit persoalan yang diberikan dengan mencari informasi dari informasi untuk memecahkan persoalan yang berbagai sumber secara berkelompok (Reviewing) diberikan oleh guru Akomodasi

73

Kegiatan Akhir

 Guru memerintahkan kelompok peserta didik untuk  Peserta didik mempresentasikan tugas yang 7 Menit mempresntasikan pemahaman yang di perolehnya telah diberikan (Reviewing)  Peserta didik melakukan dialog dengan guru  Guru membantu peserta didik melalui proses dialog untuk mengetahui pengetahuan baru apa yang diperoleh peserta didik (Restructuring) 11 Menit Transfer  Guru memberikan permasalahan baru (Latihan Soal)  Peserta didik menyelesaikan permasalahan kepada siswa dan menyelesaikan dengan pemahan yang yang diberikan oleh guru baru diperoleh oleh Peserta didik tersebut (Deceloping conceptual thinking)  Guru menanyakan pada peserta didik apakah peserta  Peserta didik menjawab pertanyaan yang 5 Menit didik sudah memahami materi pembelajaran disampaikan oleh guru  Mengarahkan peserta didik untuk membuat rangkuman  Peserta didik mambuat rangkuman materi  Memberi tugas (PR) pada peserta didik untuk  Menacatat tugas mengerjakan soal-soal latihan yang belum dibahas jika pembahasan di kelas belum selesai  Peserta didik mendengarkan kesimpulan yang disampaikan oleh guru  Guru menyimpulkan materi pembelajran  Guru menutup pelajaran dengan salam  Peserta didik menjawab salam guru

74

G. Sumber Belajar Guru

Siswa/i

As’ari,Abdur.2017.Buku

As’ari,Abdur.2017.Matematika

GuruMatematika Untuk SMP Untuk Buku

/MTs

Kealas

SMP

/MTs

Kealas

VII.Jakarta: VII.Jakarta:Kementrian

Kementrian Pendidikan

dan Pendidikan dan Kebudayaan.

Kebudayaan.

1. PPt Alat

1. Alat tulis

2. LKPD

-pensil -busur

Peraga

-mistar -penghapus. -pena

H. Penliaian Hasil a. Teknik

: Latihan soal

b. Bentuk instrument

: Esaay

c. Instrument

: Tugas Individu

……….,………..2019 Mengetahui Kepala Sekolah Mts Al-Munawwarah

Calon Guru

.................................

Ersy Sumita

NIP.

NIP.4152111012

75

Dalam pembelajaran matematika menggunakan Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) dengan pemberian Scaffolding

Untuk Siswa MTs Kelas VII Nama

:

Nomor Absen

:

Kelas/Kelompok

:

76

Pertemuan 1

Sumber : Kemendikbud Coba perhatikan benda-benda yang ada disekitarmu ! Ada buku, meja, papan tulis, penggaris, ubin, pintu, layang-layang, ketupat, dan lain sebagainya. Benda-benda tersebut mempunyai bentuk yang berbeda-beda. Tetapi tahukah kamu jika beberapa dari benda tersebut mempunyai kesamaan ? Ya, beberapa dari mereka mempunyai kesamaan dalam hal sifat-sifat dari masing-masing bentuknya. Masih ingatkah kalian tentang segi empat yang pernah dipelajari di sekolah dasar dahulu ? Sekarang coba beri nama bentuk-bentuk di bawah ini ! (a)

………………... (d)

………………

(b)

(c)

…………………

…………………

(e)

(f)

…………………

………………….

77

Setelah memberi nama dari bentuk-bentuk diatas, mari kita bahas satu persatu! A. Persegi Panjang Sebutkan dua benda di sekitar kamu yang memiliki bentuk persegi panjang ! 1. ………………….. 2. ………………….. Tahukah kamu mengapa benda tersebut disebut persegi panjang? Sebelum menjawab pertanyaan diatas, mari kita membuat penyelidikan tentang sifat-sifat persegi panjang ! Langkah-langkah yang harus kamu kerjakan adalah sebagai berikut .

78

Kerjakan secara berkelompok Alat dan bahan : Kertas, gunting, penggaris, busur derajat. 1. Ambil kertas berbentuk persegi panjang yang telah disediakan. 2. Berilah nama pada persegi panjang tersebut dengan nama ABCD pada sudutsudutnya D C

A B 3. Hubungkan dengan garis, sudut A dengan sudut C, sudut B dengan sudut D, dan tandai titi potong garis tersebut dengan nama titik O . D C O

A B 4. Gunakan penggaris untuk mengukur garis-garis berikut. (Saling berbagi tugas dengan teman sekelompok) ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ 𝐴𝐵 = ⋯ 𝑐𝑚 𝐴𝐷 = ⋯ 𝑐𝑚 𝑂𝐴 = ⋯ 𝑐𝑚 ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ 𝑂𝐷 = ⋯ 𝑐𝑚 𝐵𝐶 = ⋯ 𝑐𝑚 𝐴𝐶 = ⋯ 𝑐𝑚 ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ 0𝐵 = ⋯ 𝑐𝑚 𝐶𝐷 = ⋯ 𝑐𝑚 𝐵𝐷 = ⋯ 𝑐𝑚 ̅̅̅̅ 𝑂𝐶 = ⋯ 𝑐𝑚 5. Bagaimana panjang garis tersebut ? (sama atau tidak sama) ̅̅̅̅ 𝑑𝑎𝑛 𝐶𝐷 ̅̅̅̅ ∶ ̅̅̅̅ 𝑑𝑎𝑛 𝐴𝐷 ̅̅̅̅ ∶ 𝐴𝐵 𝐵𝐶 ̅̅̅̅ 𝑑𝑎𝑛 𝐵𝐷 ̅̅̅̅ , 0𝐵 ̅̅̅̅ , 𝑂𝐶 ̅̅̅̅ , 𝑑𝑎𝑛 𝑂𝐷 ̅̅̅̅ ∶ ̅̅̅̅ : 𝐴𝐶 𝑂𝐴 6. Gunakan busur derajat untuk mengukur sudut berikut ini (cobalah saling berbagai tugas dengan teman-teman satu kelompok) Sudut ADC = ………….O Sudut BCD = ………………O Sudut ABC = …………..O Sudut DAB = ………………O 7. Berapa jumlah seluruh sudut pada bangun persegipanjang. 8. Buatlah kesimpulan tentang sifat-sifat persegipanjang dari kegiatan yang telah kamu lakukan

79

Sekarang mari coba isi titik-titik dibawah ini a. Panjang sisi-sisi yang berhadapan ………………….. b. Keempat sudutnya adalah sudut ……………………. c. Panjang diagonal-diagonalnya ………………… dan saling membagi ……… Berdasarkan sifat-sifat persegipanjang di atas, maka : Persegipanjang adalah suatu segiempat yang keempat sudutnya……… dan panjang sisi-sisi yang berhadapan……………….. Sekarang mari kita amati table dibawah No

Gambar Persegi panjang

1

Sisi Panjang 2

1 2

2

3

1 3

3

3 3

Sisi Keliling Pendek 1 2+2+1+1 =2 (2+1) =6 1 3+3+1+1 =2 (3+1) =8 2 3+3+2+2 =2 (3+2) = 10

Luas 2 x 1 =2 3x1=3 3 x 2 =6

2 4

4

3

4+4+3+3 =2 (4 +3) =14

4 x 3 =12

5

3

5+5+3+3 =2 (5+3) = 16

5 x 3 = 15

…..

…….

…….

…..

4

5

3 3 5

6 l p

80

Jadi, sebuah persegi panjang dengan panjnag (p) dan lebar (l) mempunyai keliling (K) dan luas (L) sebagai berikut : K = …… +…...+…..+….. = …….(……+…….) L = …….. x …..

Dari hasil percobaan dan pengamatan diatas coba kamu tuliskan kesimpulannya : 1.

Sifat-sifat persegi panjang adalah : a. Panjang sisi-sisi yang berhadapan ………………….. b. Keempat sudutnya adalah sudut ……………………. c. Panjang diagonal-diagonalnya ………………… dan saling membagi ……… Berdasarkan sifat-sifat persegipanjang di atas, maka : Persegipanjang adalah suatu segiempat yang keempat sudutnya……… dan panjang sisi-sisi yang berhadapan………………..

2. Keliling persegi panjang (K) dengan ukuran panjang (p) dan lebar (l) adalah K = ….. (…….+……) 3. Luas persegi panjang (L) dengan ukuran panjang (p) dan lebar (l) adalah : L= ….. x …..

81

B. Persegi Pergatikan persegi panjang dibawah ini ! Pada persegi panjang disamping ukuran AB dan CD dimisalkan dengan p (panjang) sedangkan l ukuran AD dan BC dimisalkan lebar (l). Bagaimana jika ukuran panjang samadengan A B p ukuran lebar? Mari kita buat penyelidikan kecil mengenai hal ini! D

C

Kerjakan secara berkelompok Alat dan bahan : Kertas, gunting, penggaris, busur derajat. 1. Ambil kertas berbentuk persegi panjang yang telah disediakan. 2. Berilah nama pada persegi panjang tersebut dengan nama ABCD pada sudut-sudutnya, kemudian Hubungkan dengan garis, sudut A dengan sudut C, sudut B dengan sudut D, dan tandai titi potong garis tersebut dengan nama titik O . D

C

D

C 10 cm

10 cm

o

A 10 cm B A 10 cm B 3. Ukur panjang sisi AD dan DC 4. Bagaimana ukuran setiap sisi pada persegi ABCD diatas? 5. Gunakan busur derajat untuk mengukur sudut berikut ini (cobalah saling berbagai tugas dengan teman-teman satu kelompok) ADC = ….O BCD = …O AOD =…O AOB = …. O

ABC = …..O

DAB = …O

BOC =….O COD = ….

O

6. Berapa jumlah seluruh sudut pada bangun persegipanjang. 7. Buatlah kesimpulan tentang sifat-sifat persegipanjang dari kegiatan yang telah kamu lakukan

82

Karena panjang dan lebar dari bangun persegi ukurannya sama, kita menyebut keduanya dengan sitilah sisi (s)

s

Berbekal pengalaman kamu mencari keliling dan luas persegi panjang, coba kamu tentukan bagaiman hubungan antara sisi persegi dengan luas persegi

s Selanjutnya mari kita membuat kesimpulan ! 1. Sifat-sifat persegi adalah : a. b. c. d.

Panjang semua sisinya ………………….. Keempat sudutnya adalah sudut ……………………. Panjang diagonal-diagonalnya ………………… dan saling membagi ……… Diagonal-diagonalnya berpotongan membentuk sudut …. Atau saling berpotongan

Berdasarkan sifat-sifat persegipanjang di atas, maka : Persegi adalah persegi panjang yang panjang keempat sisinya……… 2. Keliling persegi (K) dengan ukuran panjang (p) dan lebar (l) adalah K = ….. +…….+……+… =….. 3. Luas persegi (L) dengan ukuran panjang (p) dan lebar (l) adalah : L= ….. x ….. = ….

83

Latihan soal 1. Perhatikan gambar persegi panjang berikut:

8 cm

16 cm

Jika luas persegi panjang adalah setengah luas persegi, keliling persegi panjang diatas adalah….. 2. Perhatikan gambar dibawah 6 cm (II)

2 cm

8 cm 4

4 cm

(I) ( III ) 2 cm

Dari gambar diatas, tentukan total luas daerah dan daerah mana yang paling luas

84

Pertemuan 2 C. Jajargenjang

Sumber : Imraatun Akhlaqul Karimah Perhatikan gambar jendela diatas! Jendela tersebut dipasangi teralis. Lihatlah pola pada teralis tersebut! Apa kamu pernah melihat dan mengenal pola tersebut ? Ya, itu adalah pola dari salah satu bangun segiempat yaitu jajargenjang. Coba kalian ikuti langkah-langkah berikut agar kalian tahu bagaimana kita bisa membentuk sebuah jajargenjang!

1. 2.

3. 4.

Kerjakan secara berkelompok Alat dan bahan : Kertas, gunting, penggaris Siapkan sebuah kertas berbentuk persegi panjang Buatlah sebuah garis miring yang ujung-ujungnya terteletak di bagian atas dan bagian bawah persegi panjang, sehingga membagi persegi panjang itu menjadi dua bagian (tidak harus sama) Arsirlah slah satu bagian dari persegipanjang tersebut Potong bagian yang diarsir kemudian pindahkan bagian tersebut ke sisi lainnya seperti gambar berikut:

85

Berdasarakan proses terbentuknya jajargenjang sebelumnya, dapat diperoleh sifatsifat jajargenjang berikut ini : 1. Sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan samapanjang. AB // CD dan AD//BC 2. Sudut-sudut yang berhadapan sama ukurannya. Sudut DAB= sudut BCD , sudut ABC= sudut ADC

D

C O

A

B

3. Dua sudut yang berdekatan saling berpelurus. Contoh sudut DAB + sudut ABC = 1800 4. Diagonal jajrgenjang membagi daerah jajargenjang menjadi dua bagian sama besar. Luas segitiga ABD = luas segitiga BCD, luas segitiga ACD = luas segita ABC. ̅̅̅̅ = 𝐵𝑂 ̅̅̅̅ = ̅̅̅̅ 5. Diagonal-diagonalnya saling membagi dua sma panjang. ̅̅̅̅ 𝐴𝑂 = 𝑂𝐶 𝑂𝐷 Setelah kamu mengetahui sifat-sifat jajrgenjang, maka sekarang apakah jajargenjang itu? Jajargenjang adalah …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… ……………………….

Perhatikan gambar di atas lalu jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini Gambar diatas adalah gambar suatu jajargenjang yang diubah ke bentuk persegipanjang (kebalikan dari apa yang kalian lakukan sebelumnya). 1.

Apakah tinggi jajargenjang sama dengan panjang salah satu sisi persegipanjang? 2. Apakah alas jajargenjang sama panjang dengan alas persegipanjang? 3. Bagaimana menurut kamu dengan luas jajargenjang dan luas persegi panjang tersebut ? sama atau berbeda ? Jelaskan!

86

4. Bagaimana kamu merumuskan keliling dan luas jajargenjang berdasarkan gambar tersebut?

Keliling suatu jajargenjang (K) deangan sisi sepanjang (a) dan (b) adalah:

K = …. (….. + ……)

Luas suatu jajargenjang (K) deangan sisi sepanjang (a) dan tinggi sepanjang (t) adalah: L = ….. x ……

D. Belah ketupat

Sumber : Kemendikbud Perhatikan gambar diatas ! Gambar apakh itu ? Ya , itu adalah gambar ketupat. Apakah kalian pernah makan makan itu? Dalam matematika kita juga mengenal sebuah bangun segiempat yang bentuknya mirip dengan bentuk ketupat. Oleh karena itu bangun tersebut dinamakan belah ketupat. Sebenarnya bagaimanakah bangun belahketupat itu ? Mari kita cari sifat-sifatnya. Lakukan langkah berikut:

87

1. Buatlah sebuah persegi panjang dengan diagonal-diagonalnya menggunakan selembar kertas seperti gambar (a) 2. Lipatlah bangun persegi tersebut menurut salah satu diagonalnya seperti gambar (b) 3. Lukis dengan garis putus-putus pada persegi tersebut seperti pada gambar ( c ) 4. Potonglah lipatan tersebut sepanjang garis putus-putus yang kalian buat hingga diperoleh seperti gambar (d) 5. Buka lipatan kertas, kalian akan mendapatkan bangun seperti gambar (e) 6. Beri nama tiap sudutnya dengan titik ABCD dan titik potong diagonalnya dengan titik O seperti gambar (f) . Terbentuklah suatu bangun belahketupat ABCD Dengan memperhatikan caraini, memperoleh belah ketupat disisi, atas, sekarang 7. Berdasarkan kegiatan coba selidiki bagaimana sudut dan dapat di simpulkan sifat-sifat belah ketupat sebagai berikut diagonalnya

1.

Semua sisinya kongruen, yaitu sisi yang mana? 2. Sisi-sisi yang berhadapan sejajar, yaitu sisi yang mana? 3. Sudut-sudut yang berhadapan kengruen, yaitu sudut yang mana? 4. Diagonal-diagonalnya membagi sudut menjadi dua ukuran yang sama ukuran, yaitu sudut yang mana? 5. Kedua diagonal saling tegak lurus dan saling membagi dua sama panjang.Sebutkan 6. Diagonal membagi belahketupat menjadi dua bagian sama besar atau diagonal-daigonalnya merupakan sumbu simetri. Sebutkanlah 7. Jumlah ukuran dua sudut yang berdekatan 1800. Sebutkanlah 8. Rumuskan pengertian belah ketupat menggunakan kata-kata sendiri

88

Belah ketupat adalah …………………………........................................................................... Sekarang mari kita cari tahu bagaimana mencari keliling dan luas belah ketupat!

Alat dan bahan: Kertas dan gunting 1. Dari bangun belah ketupat ABCD yang telah kalian buat Pada kegiatan awal tadi, potonglah belah ketupat tersebut Sepanjang diagonal-diagonalnya yaitu diagonal AC dan BD Sehingga kalian mendapatkan empat bangun segitiga sama Kaki seperti pada gambar berikut:

2. Diskusikan bersama teman kalian pertanyaan-pertanyaan berikut: a. Berapakah luas masing-masing segitiga siku-siku tersebut? b. Apakah keempat segitiga tersebut mempunyai luas yang sama? c. Bagaimanakah hubungan tinggi dan alas keempat segitiga tersebut dengan diagonal-diagonal belahketupat? d. Dengan kata-katamu sendiri, nyatakanlah sebuah rumus untuk menentukan luas dan keliling belah ketupat Belahketupat dengan panjang diagonal (d1 dan d2) serta panjang sisi (s) mempunyai keliling (K) sepanjang: K = ….. +….+….+…. = ….. (…..) Dan mempunyai luas daerah (L): L= ……..(……… X…….)

89

Soal Latihan 1. Diketahui jajargenjang ABCD dengan titik E dan F merupakan titik tengah garis AB dan CD. Tarik garis AF, BF, DE, dan CE. Bentuk segiempat apakah yang terbentuk ditengah-tengah jajargenjang tersebut? Jelaskan jawabanmu 2.

D O A

C

B Belah ketupat ABCD diatas memiliki luas 24 𝑐𝑚2 dan panjang AD = 5 cm Panjang OC = x cm dan OD = y cm, 𝑑𝑎𝑛 𝑥 + 𝑦 = 7. Hitunglah panjang diagonal-diagonalnya

90

Pertemuan 3 E. Layang-layang Pernahkah kalian memainkan benda seperti gambar disamping? Memainkannya sungguh mengasyikkan . Jika kalian pernah memainkannya, pasti kalian tahu namanya. Ya, namanya adalah layang-layang. Dengan ilmu matematika kita bisa belajar untuk membuatnya. Mari kita periksa terlebih dahulu Sumber : Kemendikbud apa saja yang terdapat pada sebuah layanglayang

Banyak sekali bentuk layang-layang yang sering dimainkan, tetapi yang paling umum adalah bentuk seperti yang ada pada gambar diatas. Bentuk layanglayang dalam matematika biasa digambarkan seperti bentuk di samping. Gambar di samping adalah gambar layang-alayang PQRS. Selanjutnya untuk mengetahui sifat-sifat apa saja yang terdapat pada layang-layang, lakukanlah kegiatan berikut ini !

1. 2. 3. 4. 5.

Guntunglah bentuk persegi panjang sesuai dengan bentu (i) diatas Lukis garis tengah pada lebar persegi panjang (ii) Lipat persegi panjang tersebut menurut garis tengah (ii) Lukis garis putus-putus seperti gambar (iv) Gunting lipatan tersebut menurut grais putus-putus seperti gambar (v) 6. Buka lipatan tadi sehingga diperoleh bangun segiempat yang baru seperti gambar (vi). Segiempat tersebut dinamakan Layang-layang 7. Beri nama layang-layang tersebut dengan ABCD dan perpotongan diagonalnya dengan titik O seperti gambar (vii) 8. Berdasarkan kegiatan diatas, coba selidik bagaimana sisi, sudut dan diagonalnya

91

Dengan memperhatika cara memperoleh layang-layang tersebut ditas, sekarang dapat disimpulkan sifat-sifat layang-layang sebagai berikut: 1. Panjang dua pasang sisi berdekatan sama. Sebutkan 2. Mempunyai sepasang sudut yang berhadapan sama ukuran. Sebutkan 3. Salah satu diagonalnya membagi layang-layang menjadi dua sama ukuran. Sebutkan 4. Diagonal-diagonalnya saling tegak lurus dan salah satu diagonal yang lain menjadi dua sama panjang. Sebutkan Berdasarkan sifat-sifat di atas, berikan defenisi layang-lalyang dengan kata-kata kamu sendiri Layang-layang adalah …................................................................................................................................ …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… ………….

Dengan langkah yang mirip saat mencari keliling dan luas belahketupat, carilah rumus untuk menentukan keliling dan luas layang-layang Suatu layang-layang dengan panjang d1 dan d2 , serta panjang sisi a dan b , mempunyai keliling (K) sep+anjang: K = ...... + ……. +…….+…….. = ………. (……… +………..) Dan mempunyai luas daerah sebesar : L = ……. (……….. X ………….)

92

F. Trapesium

Sumber : Kemendikbud (a)

(b)

Perhatikan gambar diatas! Pernahkah kalian melihat gambar (a) diatas? Ya, gambar (a) diatas adalah gmabar kap lampu yang baisa terdapat dirumah. Coba lihat bagaimana bentuk kap lampu diatas? Bentuk kap lampu diatas dinamakan trapezium. Untuk melihat bentuk kap lampu tersebut lebih jelas lihat sketsa pada gambar (b). Berikut adalah macam-macam bentuk dari trapezium :

Trapesium sama kaki

Trapesium siku-siku

Trapesium semabarang

Dari ketigas trapezium tersebut, apakh kali menemukan kesamaan ?

Berdasarkan hasil pengamatan diatas, defenisikan apa itu trapezium dengan katakatamu sendiri! Trapesium adalah …………………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………………………………………………….

93

Kerjakan secara berkelompok Alat dan bahan : kertas, penggaris, gunting, pensil

1. Lipat kertas yang telah disediakan menjadi dua 2. Dalam keadaan kertas tetap terlipat buatlah sebuah ruas garis yang ada pad kertas dengan panjang 3 cm 3. Buatlah ruas garis sejajar dengan garis pertama dengan panjang 5 cm yang berjarak 4 cm ruas garis pertama 4. Hubungkan titik ujung-titik ujung ruas garis pertama dengan ruas garis kedua sehingga diperoleh sebuah trapezium dengan panjang sisi sejajarnya masing-masing 3 cm dan 5 cm 5. Gunting bentuk trpesium tersebut dalam keadaan kertas tetap terlipat sehingga akhirnya kamu mempunyai dua buah trapezium yang sama 6. Tandailah setiap trapezium tersebut dengan a1 dan a2 untuk menyatakan dua sisi yang sejejar dan t untuk menyatakan tinggi 7. Impitkan dua trapezium pada salah satu kaki yang panjangnya jajargenjang

sama

sehingga

membentuk

sebuah

94

Diskusikan dengan temanmu untuk menjawab pertanyaan di bawah ini! 1.

Jika “a” dan “t” menyatakan panjang alas dan tinggi jajargenjang di atas, maka tuliskanlah rumus luas jajargenjang ersebut 2. Tuliskanlah rumus jajargenjang daitas dengan “a1 , a2 , dan t” 3. Bagaimanakah berbandingan luas setiap trapezium dengan luas jajargenjang diatas?

Dari kegiatan diatas kita telah menemukan cara untuk menentukan keliling dan luas trapezium. Sekarang coba rumuskan keliling dan luas trapezium dari hasil percobaan diatas. Keliling (K) dapat dirumuskan sebagai :

a3

K = ……………………………………………………………….. t

Luas daerah suatu trapezium dengan panjang sisi-sisi yang sejajar (a1 dan a2) serta tinggi (t) adalah L = ………… X …………… (……… +……)

a2

95

Soal Latihan 1. Jaka memiliki sebuah layang-layang seluas 750 cm2 dengan panjang salah satu diagonalnya 30 cm, sementara Rama memiliki layang-layang dengan panjang masing-masing diagonalnya 2 kali panjang diagonal layang-layang milik Jaka. Berapakah luas layang-layang milik Rama? 2. Pak Andi memiliki lahan menyerupai trapezium siku-siku yang luasnya 2200 m2, dengan panjang sisi sejajar 70 m dan 40 m serta sisi miring 50 m. Karena suatu kebutuhan, Pak Andi berniat ingin menjual sebagian lahan miliknya dengan memberi batas menjadi dau bagianseperti gambar di bawah 40 m 50 m

II

I

70 m

More Documents from "ersy"