Aik Klp3 Ilmu Pengetahuan Menurut Islam.docx

  • Uploaded by: Annisa
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Aik Klp3 Ilmu Pengetahuan Menurut Islam.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,073
  • Pages: 14
MAKALAH “ ILMU PENGETAHUAN MENURUT ISLAM”

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 3 :    

SABAR AMRIN AMIR NUR FITRIANTY ANNISA TAFSIR AMARWARMAN

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITASI MUHAMMADIYAH MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan adalah sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan kedalam bahasa yang bisa dimengerti oleh manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu. Ilmu pengetahuan bukan hanya dalam bentuk bahasa tulis namun membaca alam semesta seisinya sebagai usaha dalam menemukan kebenaran. Menuntut ilmu agama merupakan bagian dari ibadah, dimana setiap muslim diperintahkan untuk mempelajarinya, masing-masing sesuai kemampuan yang Allah berikan padanya. Dengan ilmu maka hidup menjadi mudah, karena ilmu juga merupakan alat untuk menjalani kehidupan. Disamping hukum wajibnya menuntut ilmu syar'i, Allah Ta'ala dan Rasul-Nya banyak sekali menyebutkan tentang keutamaan menuntut ilmu, yang seharusnya sebagai seorang muslim, menjadikan dalil-dalil tersebut sebagai penyemangat lalu berusaha mengisi waktu-waktunya dengan mempelajari kitabullah dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Sebab hal itu akan menjadi pedoman hidup seorang hamba yang mengharapkan hidayah dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan memaparkan tentang hukum menuntut ilmu serta etika dalam menuntut ilmu dan pahala atau balasan bagi orang-orang yang mau menuntut ilmu, agar kita dapat mengetahui bagaimana pentingnya menuntut ilmu dan bagaimana kedudukan orang yang berilmu disisi Allah SWT. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian ilmu pengetahuan? 2. Apa hukum menuntut ilmu bagi orang islam? 3. Bagaimana cara meraih ilmu yg bermanfaat? 4. Bagaimana etika dalam mencari ilmu? 5. Apa pahala dan balasan bagi orang yang menuntu ilmu? C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui pengertian ilmu pengetahuan 2. Mengetahui hukum menuntut ilmu 3. Mengetahui cara menuntut ilmu 4. Mengetahui etika mencari ilmu 5. Mengetahui pahala bagi orang yang mau menuntut ilmu

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Ilmu Pengetahuan Kata ilmu berasal dari bahasa Arab 'ilm yang berarti pengetahuan, merupakan lawan kata jabl yang berarti ketidaktahuan atau kebodohan. Sumber lain mengatakan bahwa kata 'ilm adalah bentuk masdar dari 'alima, ya'lamu-'ilman. Menurut Ibn Zakaria, pengarang buku Mu'jam Maqayis Al-Lughah bahwa kata 'ilm mempunyai arti denotatif "bekas sesuatu yang dengannya dapat dibedakan sesuatu dari yang lainnya". Menurut Ibn Manzur, ilmu adalah antonim dari tidak tahu (naqid al-jabl), sedangkan menurut Al-Asfahani dan Al-Anbari, ilmu adalah mengetahui hakikat sesuatu (idrak al-syai'bi baqq qatib). Kata ilmu biasa disepadankan dengan kata Arab yang lainnya, yaitu ma'rifah (pengetahuan), fiqh (pemahaman), hikmah (kebijaksanaan), dan syu'ur (perasaan). Ma'rifah adalah padanan kata yang withering sering digunakan. Ilmu pengetahuan dapat kita peroleh dari pendidikan formal maupun non formal, untuk pendidikan formal bisa kita tempuh mulai dari SD/MI hingga ke Perguruan Tinggi, sedangkan pendidikan non formal bisa di dapat dari majelis ta'lim, tempat pengajian, televisi, radio, dan sebagainya. Dalam mencari ilmu, kita perlu akan namanya master, guna mengarahkan dan membimbing kita, karena tanpa adanya master kita bisa kesusahan. Ilmu yang benar menurut syari'at Islam adalah ilmu yang bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah serta tanda-tanda kekuasaan Allah SWT di alam semesta ini. Dalam Al-Qur'an maupun As-Sunnah kita sebagai umat Islam diperintahkan untuk menuntut ilmu dan dihukumi wajib. Karena sesungguhnya ilmu merupakan syarat utama diterimanya suatu amalan. Ilmu adalah cahaya sebagai penerang langkah kehidupan serta bekal untuk mengenal Tuhan. Ilmu merupakan panduan atau petunjuk yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia sebagai bekal untuk menjadi khalifah dalam mengelola dunia, ibarat ketika kita membeli suatu barang elektronik maka dibekali buku panduan oleh produsennya untuk dipelajari sehingga dapat menemukan cara terbaik dalam menggunakan, merawat dan memperbaiki barang elektronik tersebut. B. Hukum Menuntut Ilmu Pengetahuan 1. Hukum Menuntut Ilmu Apabila kita menelaah isi Al-Qur'an dan Al-Hadis, niscaya kita akan menemukan beberapa nas yang menjelaskan kewajiban menuntut ilmu, baik bagi laki-laki ataupun perempuan. Tujuan diwajibkannya mencari ilmu tiada lain yaitu agar kita menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan atau kebodohan.

Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan bertanya, melihat, ataupun mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadis Nabi Muhammad saw: َ )‫ (رواه ابن عبد البر‬. ‫ضةٌ َع ٰلى ُك ِل ُم ْس ِل ٍم َو ُم ْس ِل َم ٍة‬ َ ‫طلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬ "Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan." (HR. Ibn Abdul Barr) Dari hadis di atas dapat kita ambil pengertian, bahwa Islam mewajibkan pemeluknya untuk menuntut ilmu, baik bagi laki-laki ataupun perempuan. Dengan ilmu yang dimilikinya, seseorang dapat mengetahui segala bentuk kemaslahatan dan jalan kemanfaatan. Dengan ilmu pula, ia dapat menyelami hakikat alam, mengambil pelajaran dari pengalaman yang didapati oleh umat terdahulu, baik yang berhubungan dengan masalah-masalah akidah, ibadah, ataupun yang berhubungan dengan persoalan keduniaan. Nabi Muhammad saw. bersabda: ٰ ْ َ‫ َو َم ْن ا َ َراد‬،‫َم ْن اَ َرادَ الدُّ ْن َيا فَ َعلَ ْي ِه ِب ْال ِع ْل ِم‬ ‫ فَ َعلَ ْي ِه‬.)‫ َو َم ْن ا َ َرادَ ُه َما ِب ْال ِع ْل ِم (متفق عليه‬،‫اْل ِخ َرة َ فَ َعلَ ْي ِه ِب ْال ِع ْل ِم‬ "Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia memiliki ilmunya pula; dan barang siapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-keduanya pula." (HR.Bukhari dan Muslim) Islam mewajibkan kita untuk menuntut berbagai macam ilmu dunia yang memberi manfaat dan dapat menuntun kita mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan dunia. Hal tersebut dimaksudkan agar tiap-tiap muslim tidak picik, dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi segenap manusia yang ada di dunia ini dalam batasan yang diridhai oleh Allah swt. Demikian pula Islam mewajibkan kita menuntut ilmu akhirat, karena dengan mengetahuinya kita dapat mengambil dan menghasilkan suatu natijah, yakni ilmu yang dapat diamalkan sesuai dengan perintah syara'. Seorang mukallaf wajib menuntut ilmu yang bersifat'ain, yaitu pada masalah yang berkenaan dengan akidah. Hal ini dikarenakan dengan mengetahui ilmunya, maka akidah yang melenceng dapat diluruskan. Selain itu, seorang mukallaf juga wajib menuntut ilmu yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban lain seperti salat, puasa, zakat dan haji. Di samping itu, wajib pula bagi seorang mukallaf mempelajari ilmu akhlak, yang mana dengannya ia dapat mengetahui adab dan sopan santun yang harus dilaksanakan, dan tingkah laku buruk yang harus ditinggalkan. Adapun ilmu lain yang tidak kalah pentingnya dimiliki oleh seorang mukallaf yaitu ilmu keterampilan, yang dapat menjadi tonggak hidupnya.

Adapun hukum menuntut ilmu dalam islam diantaranya adalah :

a. Fardlu ‘ain Menuntut ilmu hukumnya menjadi fardlu ‘ain atau wajib dilakukan oleh setiap muslim, terutama jika hal tersebut diperlukan agar umat muslim dapat menjalankan ibadah kepada Allah SWT. Misalnya ilmu tentang ibadah yang menyangkut cara menunanaikan shalat wajib (baca keutamaan shalat dhuha), puasa ramadhan (baca puasa sunnah dan keutamaan puasa daud), zakat (baca syarat penerima zakat dan penerima zakat dalam islam) haji dan lainnya. Ilmu tersebut menjadi wajib diketahui karena tanpa adanya pengetahuan dan ilmu tentang ibadah-ibadah tersebut, tidaklah sah ibadah seseorang (baca hal-hal yang menghapus amal ibadah dan hal yang penyebab amal ibadah ditolak). Dengan demikian menuntut ilmu wajib dilakukan, adapun para orang tua sebaiknya menanamkan ilmu agama pada anaknya sejak usia dini dan mengerti pentingnya pendidikan anak dalam islam (baca cara mendidik anak dalam islam dan cara mendidik yang baik menurut islam) b. Fardlu kifayah Pada mulanya hukum menuntut ilmu adalah fardlu kifayah. Namun jika sudah ada sebagian orang yang mengerjakan atau menuntut ilmu tersebut maka bagi yang lain hukumnya sunnah. Hal-hal lain dalam agama islam dan kewajiban menuntut ilmu yang tidak termasuk dalam hukum menuntut ilmu yang bersifat fardlu ‘ain di atas hukumnya adalah fardlu kifayah. Misalnya dalam menuntut ilmu-ilmu lain diluar ilmu yang menjadi dasar ibadah wajib. Meskipun demikian, jika seseorang menyadari bahwa ia menuntut ilmu yang merupakan fardhu kiyayah, ia tetap mendapatkan pahala dan tentunya mendapatkan ilmu tentang hal yang dipelajarinya misalnya saat mempelajari ilmu Alqur’an )baca manfaat membaca Alqur’an).

C. CARA MERAIH ILMU YANG BERMANFAAT

a. Hendaklah meminta dengan sungguh-sungguh kepada Allah ilmu yang bermanfaat. Rasulullah pernah berdoa : Ya Allah berilah aku manfaat terhadap ilmu yang telah Engkau berikan kepadaku, ajarkanlah ilmu yang bermanfaat bagiku dan tambahlah aku ilmu. b. Bersunguh-sungguh di dalam mencarinya, rasa rindu dan cinta yang jujur terhadap ilmu tersebut yang semua itu dilandasi dengan ridha Allah SWT. Lihat surat Al-Baqoroh : 282, Al-Anfal : 29 Ahli hikmah : ilmu itu bisa diraih dengan semangat yang menyertainya, rasa cinta-senang mendengarkan akan ilmu itu dan selalu mengorbankan waktu untuk mendapatkannya. Imam Syafi’i : kamu tidak akan bisa meraih ilmu kecuali dengan enam hal : 1. Kecerdasan 2. Tamak terhadap ilmu 3. Sungguh-sungguh 4. Menghubungi guru 5. Mengeluarkan dana

6. Terus-menerus tidak putus asa. c. Menjauhkan diri dari kemaksiatan dengan jalan taqwa, karena hal itu merupakan faktor penting akan tercapainya ilmu. Imam Malik berkata kepada Imam Syafii : Allah Ta’ala telah memberikan ilmu ke dalam jiwamu, maka janganlah kau hapus ilmu tersebut dengan kemaksiatan. Ibnu Mas’ud : saya perhatikan orang yang sering lupa terhadap ilmunya, itu disebabkan karena ia melakukan kemaksiatan. d. Menghindari sikap takabbur dan sikap malu mencari ilmu. Aisyah : sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar, mereka tidak malu di dalam memahami ajaran Islam. Imam Mujahid : Orang yang takabbur dan bermalu-malu mencari ilmu, tidak mungkin dia bisa belajar dengan baik. e. Ikhlas di dalam mencari ilmu, ini adalah inti dan faktor terbesar dalam urusan mencari ilmu. Siapa belajar suatu ilmu hanya sekedar mengejar keduniaan, ia tidak akan mencium baunya surga kelak di hari kiyamat. f. Mengamalkan ilmu yang ia dapatkan. Ibnu Taimiyah : ilmu yang terpuji dan bermanfaat adalah ilmu Al-Qur’an dan As-Sunnah, karena keduanya merupakan warisan/peninggalan Nabi. Para Nabi tidak mewariskan harta berupa emas dan dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu, siapa yang mengambil ilmu itu maka akan beruntung

D. Etika dalam mencari ilmu 1. Sabar Wahai saudaraku yang mulia, sungguh menuntut ilmu termasuk perkara yang bernilai tinggi, derajat yang tinggi itu tidak bisa diraih kecuali dengan kepayahan. Abu Tammam berkata mengajak jiwanya sendiri: Wahai jiwaku, biarkan aku mendapatkan apa yang tidak didapatkan dari derajat yang tinggi # Maka kesulitan meraih ketinggian tersebut adalah dalam kesulitan, dan kemudahannya dalam kemudahan Engkau ingin meraih ketinggian derajat dengan harga yang murah # Dan di balik madu harus ada jarumnya lebah. Beliau juga berkata: Saya merangkak untuk mengejar kemuliaan # sementara kesungguhan jiwa mereka telah sampai ke sana, mereka telah menggunakan kekuatan untuk meraihnya Mereka telah bertarung untuk meraih kemuliaan hingga kebanyakan mereka sudah merasa bosan # sementara yang meraih kemuliaan adalah orang yang menepati janjinya dan bersabar. Jangan pernah mengira kemuliaan itu seperti kurma yang mudah dikonsumsi # kamu tidak akan pernah sampai kepada kemuliaan sampai terikat dengan kesabaran (kesabaran adalah obat yang pahit).

Bersabarlah dan kuatkan kesabaran anda, maka jika jihad membutuhkan kesabaran, maka kesabaran menuntut ilmu sampai akhir usia. Allah Ta’ala berfirman: ُ ِ‫صابِ ُروا َو َراب‬ َّ ‫طوا َواتَّقُوا‬ ‫) } سورة آل عمران‬200( َ‫ّللاَ لَعَ َّل ُك ْم ت ُ ْف ِلحُون‬ ْ ‫{ يَاأَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ا‬ َ ‫صبِ ُروا َو‬ “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga )di perbatasan negerimu( dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung”. (QS. Ali Imran: 200) 2. Ikhlas Beramal Berkomitmenlah dengan keikhlasan pada amalmu, dan jadikanlah tujuannya adalah Allah dan negeri akhirat, jauihilah olehmu penyakit riya’, cinta ketenaran, menguasai orang-orang terdekat, karena Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: َ ‫َم ْن‬ َّ ُ‫اس إِلَ ْي ِه أَدْ َخلَه‬ " ‫ار " رواه النسائي‬ ُّ ‫ي بِ ِه ال‬ ْ َ‫سفَ َها َء أ َ ْو ي‬ ِ َّ‫ف بِ ِه ُو ُجوهَ الن‬ َ َ‫طل‬ َ َّ‫ّللاُ الن‬ َ ‫ص ِر‬ ِ ‫ي بِ ِه ْالعُلَ َما َء أ َ ْو ِليُ َم‬ ِ ‫ب ْال ِع ْل َم ِليُ َج‬ َ ‫ار‬ َ ‫ار‬ )2654( ‫ وحسنه األلباني في صحيح النسائي‬. “Barang siapa yang mencari ilmu agar menyamai para ulama, atau untuk mendebat orang-orang bodoh, atau agar menjadikan mata banyak orang tertumpu kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka”. )HR. Nasa’i: 2654 dan dihasankan oleh Albani dalam Shahih Nasa’i( Secara umum, anda harus membersihkan lahir batin dari semua dosa besar dan dosa kecil. 3. Mengamalkan Ilmu Ketahuilah bahwa amal adalah buah dari ilmu, barang siapa yang mengetahui namun dia tidak mengamalkan, maka dia telah menyerupai orang yahudi yang Allah menjadikan mereka perumpamaan yang seburuk-buruk perumpamaan di dalam kitab-Nya: َّ ‫ّللاِ َو‬ َّ ‫ت‬ } ‫ّللاُ َْل يَ ْهدِي ْالقَ ْو َم‬ ِ ‫س َمث َ ُل ْالقَ ْو ِم الَّذِينَ َكذَّبُوا ِبآيَا‬ ً َ‫ار يَحْ ِم ُل أ َ ْسف‬ َ ْ‫ارا ِبئ‬ ِ ‫َمث َ ُل الَّذِينَ ُح ِملُوا الت َّ ْو َراة َ ث ُ َّم لَ ْم يَحْ ِملُوهَا َك َمث َ ِل ْال ِح َم‬ َّ ‫ ال‬. ‫) } سورة الجمعة‬5( َ‫ظا ِل ِمين‬ “Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim”. )QS. Surat Al Jumu’ah: 5( Barang siapa yang beramal tanpa ilmu maka mereka serupa dengan orang-orang nasrani, dan merekalah orang-orang yang sesat yang disebutkan di dalam surat Al Fatihah. Berkaitan dengan buku-buku yang anda pelajari, telah disebutkan di dalam soal nomor: 20191 maka silahkan anda menyimaknya karena penting untuk diketahui. 4. Selalu Merasa Diawasi Anda wajib menghiasi diri dengan merasa selalu diawasi baik dengan sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, menuju Tuhanmu dengan berada di antara penuh harap dan cemas; karena keduanya bagi seorang muslim laksana kedua sayap burung, ia akan menuju Allah dengan keduanya, dan juga hendaknya hatimu dipenuhi dengan rasa cinta kepada-Nya, lisanmu dengan mengingat-Nya, bahagia, senang dan memberikan kabar gembira dengan hukum-hukum dan hikmah-hikmah-Nya. Perbanyaklah berdoa kepada Allah pada setiap kali sujud, agar Dia membukakan (pintu rahmat) bagimu, memberimu ilmu yang bermanfaat. Sungguh jika anda jujur kepada Allah, Dia akan memberikan taufik kepadamu dan membantumu dan akan menyampaikanmu kepada derajat para ulama yang Rabbani.

5. Pandai Memanfaatkan Waktu Wahai orang yang cerdas, pergunakan waktu mudamu dan umurmu agar menghasilkan, jangan tertipu dengan tipu daya angan-angan dan bayangan pada masa depan, karena setiap jam yang berlalu dari umurmu tidak ada gantinya, putuslah hubungan dengan semua hal yang menyibukkanmu, rintangan yang menghalangimu untuk meraih kesempurnaan menuntut ilmu, berusahalah dengan sungguh-sungguh agar bisa membuahkan hasil; karena waktu laksana pemisah jalan, oleh karenanya para generasi salaf memilih untuk menjauhi keluarga, jauh dari negeri asalnya; karena pemikiran itu jika terbagi maka akan sulit untuk menerima kebenaran dan yang detai pun menjadi tidak jelas. Allah tidak pernah menjadikan di dalam diri seseorang terdapat dua hati, demikian juga pernah dikatakan bahwa ilmu itu tidak akan mampu memberimu sebagiannya, sampai kamu memberikan kepadanya semua (yang kau miliki). 6. Berhati-hati Jauhilah olehmu pada awal mula menuntut ilmu sibuk dengan perbedaan ulama, atau perbedaan yang terjadi kepada semua orang secara umum; karena hal itu akan membingungkan, mengagetkan akal, demikian juga perlu berhati-hati dengan kitab-kitab induk; karena hal itu akan menghabiskan waktumu dan memecah fokus fikiranmu, akan tetapi berikanlah buku yang kau baca atau jurusan yang kau tekuni perhatianmu sampai engkau menguasainya, hindarilah pindah dari buku yang satu kepada yang lainnya tanpa ada kewajiban yang mendesak; karena yang demikian itu menjadi tanda kepicikanmu dan jauh dari keberuntungan. Seharusnya anda memperhatikan dari semua ilmu pada sesuatu yang terpenting dari yang penting. 7. Menghafal dan tekun Bersungguh-sungguhlah untuk mentashih dengan cermat apa yang akan kau hafal, baik dengan cara di hadapan seorang syeikh atau kepada selainnya yang bisa membantumu, kemudian hafalkanlah dengan hafalan yang kuat lalu perbanyak untuk mengulanginya dan berkomitmen dalam hal itu pada waktu-waktu tertentu setiap hari, agar tidak sampai lupa. 8. Menelaah buku Setelah anda menghafal buku-buku ringkasan dengan hafalan yang sempurna disertai dengan penjelasannya sekalian, anda mengerti letak permasalahannya, dan pelajaran penting yang terdapat di dalamnya, maka berpindahlah kepada pembahasan yang luas, disertai dengan telaah yang berkesinambungan, dan dengan mencatat pelajaran peting di dalamnya, masalah-masalah yang detail, masalah-masalah cabang yang jarang terjadi, solusi dari permasalahan, perbedaan antara hukum-hukum yang masih mengandung syubhat, dari semua cabang ilmu, dan jangan biarkan pelajaran itu cukup didengarkan, atau kaidah yang dihafalnya, namun segera dicatat dan dihafal. Hendaknya keinginan anda untuk menuntut ilmu itu tetap tinggi, janganlah merasa cukup dengan sedikit ilmu pada saat memungkinkan untuk mendapatkan yang lebih banyak, janganlah merasa puas dengan warisan para Nabi –shalawatullah ‘alaihim- yang mudah, janganlah menunda manfaat yang bisa anda raih, dan janganlah anda disibukkan dengan angan-angan dan kata nanti saja, karena keterlambatan adalah bencana; dan karena jika anda mendapatkannya pada masa sekarang, maka akan diraih yang lain pada masa ke dua.

Pergunakanlah waktu luangmu dan kegiatanmu, masa sehatmu, masa mudamu, kecerdasan lintasan fikiranmu, sedikitnya kesibukanmu, sebelum datangnya pengangguran dan halangan kepemimpinan. Sebaiknya anda memperhatikan untuk mendapatkan buku-buku yang dibutuhkan sesuai dengan kemampuanmu, karena buku adalah alat untuk mendapatkan ilmu, janganlah mudah mendapatkan, banyaknya dan terkumpulnya buku menjadi sia-sia dan tidak bermanfaat bagi ilmu dan pemahamanmu, akan tetapi diwajibkan bagimu untuk mengambil manfaat dari buku-buku tersebut sesuai dengan kemampuanmu. 9. Memilih Teman Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan teman yang shalih, menyibukkan diri dengan ilmu, perangainya baik, membantumu untuk meraih tujuanmu, membantumu untuk melengkapi pengetahuanmu, menjadikanmu giat untuk menambah ilmu, meringankan kebosanan dan kepenatanmu, agama, amanah dan kemuliaan akhlaknya bisa dipercaya, menjadi penasehat karena Allah, tidak bermain-main dan tidak lalai”. )Baca Tadzkiratus Sami’ karya Ibnu Jama’ah( Jauhilah olehmu teman yang buruk, karena kedekatan itu mematikan, kebiasaan itu cepat menyebar, karakter itu adalah barang curian, manusia itu laksana segerombolan burung, menjadikan sebagian tabiat mereka serupa dengan sebagian lainnya, maka berhati-hatilah untuk bergaul dengan orang-orang seperti itu, karena akan menjadi penyakit, mencegah lebih mudah dari pada mengobati. 10. Yang Terakhir, berlaku sopan kepada Syeikh Karena ilmu itu pada awal mulanya tidak diambil dari buku-buku, namun harus kepada syeikh yang bisa mendetailkan kunci-kunci menuntut ilmu, agar anda selamat dari ketergelinciran, maka menjadi kewajiban anda untuk berlaku sopan kepadanya, hal itu akan menjadi tanda kemenangan dan keberhasilan, sukses meraih ilmu dan mendapatkan taufik. Hendaknya syeikh anda menjadi tempat penghormatan anda, pemuliaan dan ramah. Maka ambillah semua adab yang baik pada saat anda duduk bersamanya, berbicara kepadanya, sopan dalam bertanya, menyimak dengan seksama, mempunyai etika yang baik pada saat membuka buku di depannya, tidak bertele-tele di hadapannya, tidak mendahului beliau dengan ucapan, langkah atau banyak berbicara di hadapannya atau menyela pembicaraan dan kajiannya dengan ucapanmu, atau menjawab dengan terus-menerus, menjauhi banyak bertanya apalagi disaksikan oleh banyak orang, karena hal itu akan menjadikanmu gurur (tertipu dengan diri sendiri) dan bagi beliau merasa jenuh, dan janganlah memanggilnya dengan namanya secara langsung atau dengan nama julukannya, akan tetapi katakanlah: “Wahai syeikh kami”. Jika nampak ada kesalahan dari syeikh atau keraguan maka janganlah engkau menjatuhkan beliau dalam pandanganmu, karena hal itu akan menjadi penyebab terhalangnya dirimu dari ilmunya, dan adakah orang yang akan selamat dari kesalahan ?”. )Baca Hilyah Thalib Ilmi karya syeikh Bakr Abu Zaid)

E. Pahala bagi orang yang mau menuntut ilmu Menuntut ilmu itu adalah ibadah. Tidak diragukan lagi bahwa mencari ilmu merupakan tindakan yang mulia. Rasulullah saw. bersabda dalam hadisnya.

“Barangsiapa yang keluar untuk menuntut satu bab dari ilmu pengetahuan, ia telah berjalan fi sabilillah sampai ia kembali ke rumahnya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi) “Menuntut ilmu termasuk jihad di jalan Allah. Apabila manusia ikhlas dalam mencari ilmu dan mengetahui, bahwasannya ia mendapat pahala atas usaha mencari ilmu itu, serta akan berada pada derajat syuhada, maka kemauan (semangatnya) semakin bertambah.” (Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin).

Allah swt. akan memberikan balasan yang sangat baik untuk para penuntut ilmu, yaitu masuk ke dalam surga-Nya Allah swt. Simaklah sabda Rasulullah saw. berikut ini. “Barangsiapa menempuh sebuah jalan menuntut ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Begitu luar biasanya ganjaran yang diberikan Allah swt. kepada para penuntut ilmu. Oleh karena itu, kita harus selalu semangat untuk menuntut ilmu! Walaupun ternyata tidak mudah untuk mendapatkan atau menuntut ilmu itu. Kalo kita tidak belajar dengan keras, kita tidak akan mendapatkannya, benar nggak, sobat? Maka dari itu, berlomba-lombalah untuk menuntut ilmu, bagaimanapun caranya! Kemudian, kita juga harus barengi semangat menuntut ilmu dengan belajar yang tekun dan giat, sampai akhirnya kita dapat meraih cita-cita. Seperti yang dikatakan oleh Imam Syafi’i berikut ini, “Kamu tidak akan mendapatkan ilmu,

kecuali enam hal, kecerdasan, gemar belajar, sungguh-sungguh, memiliki biaya, bergaul dengan guru, dan perlu waktu yang lama.”

Begitu pentingnya menuntut ilmu, sehingga yang diwarisi para nabi untuk umatnya adalah ilmu. Rasulullah saw. bersabda dalam hadisnya.

“Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan uang Dinar ataupun Dirham, akan tetapi

sesungguhnya

mereka

mewariskan

ilmu.

Barangsiapa

yang

dapat mengambilnya, maka ia telah mengambil untung besar.” (HR. Abu Daud) Ilmu itu sangat mahal harganya. Apabila kita sudah menguasai suatu ilmu, maka jagalah ilmu itu dengan baik dan benar. Sampai-sampai, Rasulullah saw. bersabda dalam hadisnya. ”Tuntutlah ilmu walau sampai ke Negeri China.” (HR. Bukhori)

Yang dimaksud dalam sabda Rasulullah saw. diatas adalah, bahwa hadis tersebut memaparkan jarak antara Negeri Arab dan China itu sangat jauh, tetapi Rasulullah saw. tetap menganjurkan kita untuk menuntut ilmu sampai kesana. Intinya, Rasulullah saw. ingin menyampaikan, bahwa jarak yang jauh tidak menjadi masalah bagi kita untuk menuntut ilmu, karena menuntut ilmu itu sangat penting dan menjadi lahan ibadah buat kita. Jadi jangan bersedih, jika rumah kita jauh dari sekolah. Ayo tetaplah semangat untuk pergi sekolah (menuntut ilmu)! Menuntut ilmu untuk beribadah kepada Allah swt. dan untuk meraih ridho-Nya! Ingatlah selalu Sabda Rasulullah saw. berikut ini. “Barangsiapa belajar suatu ilmu demi mencari keridhoan Allah, namun dia tidak mempelajarinya, kecuali demi untuk mendapatkan kemuliaan di dunia, maka dia tidak akan mencium harumnya surga pada hari kiamat.” (HR. Abu Daud)

Tujuan menuntut ilmu itu untuk mengangkat diri kita dan orang lain dari kebodohan. Perhatikan Firman Allah swt. dibawah ini.

“Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu, sedangkan kamu tidak tahu apa-

apa. Lalu kamu dijadikan bisa mendengar dan melihat, serta berpikir supaya kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 78) Dalam suatu riwayat pernah diceritakan. Pada suatu hari, ketika Rasulullah saw. hendak memasuki masjid, Beliau melihat iblis sedang berada di pintu masjid. Iblis itu tampak gusar dan ragu antara masuk masjid dan tidak. Kemudian Rasulullah saw. pun bertanya, “Wahai iblis, apa yang sedang kamu lakukan disini?” tanya Rasulullah saw. “Aku hendak masuk masjid dan merusak sholatnya orang itu, tetapi aku merasa takut terhadap orang yang sedang tidur disitu.” kata iblis sambil menunjuk orang yang sedang tertidur di masjid. Rasulullah saw. bertanya lagi, “Wahai iblis, mengapa engkau takut terhadap orang yang sedang tidur dan tidak takut kepada orang yang sedang sholat dan bermunajat kepada Allah? Iblis tidak dapat menyembunyikan rahasia dihadapan Rasulullah saw., ia pun dengan gamblang menjelaskan alasannya. “Ya Rasulullah, orang yang sedang sholat itu adalah orang yang bodoh, ia tidak tahu syarat hukum sholat, tuma’ninah, dan tidak bisa sholat dengan khusyuk, sedangkan orang yang sedang tidur itu adalah orang yang alim (berilmu), maka jika aku merusak sholatnya orang bodoh itu, aku khawatir dia akan membangunkan orang yang sedang tidur itu dan akan melihat sholatnya orang yang bodoh itu, kemudian mengajarinya dan membetulkan sholatnya orang yang bodoh itu.” jelas iblis ketakutan. Oleh karena itu, Rasulullah saw. bersabda, “Tidurnya orang yang alim (berilmu) lebih baik, dari pada sholatnya orang yang bodoh.”

BAB III PENUTUP

Kesimpulan: Ø Ilmu sangat bermanfaat, tetapi juga bisa menimbulkan bencana bagi manusia dan alam semesta tergantung dengan orang-orang yang menggunakannya. Untuk itu perlu ada etika, ukuran-ukuran yang diyakini oleh para ilmuwan yang dapat menjadikan pengembangan ilmu dan aplikasinya bagi kehidupan manusia agar tidak menimbulkan dampak negatif. Ø Peranan Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Jadi, paradigma Islam, dan bukannya paradigma sekuler, yang seharusnya diambil oleh umat Islam dalam membangun struktur ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek. Jika dua peran ini dapat dimainkan oleh umat Islam dengan baik, insyaallah akan ada berbagai berkah dari Allah kepada umat Islam dan juga seluruh umat manusia. Mari kita simak firman-Nya: Ø Kalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Qs. al-A’raaf [7]: 96(. Ø Pengetahuan agama adalah pengetahuan yang diwahyukan, yaitu pengetahuan tentang Al-qur'an dan hadis serta semua pengetahuan tentang isinya yang biasa dikembangkan dalam tradisi islam. Ø Ilmu pendidikan Islam adalah Ilmu pendidikan yang berdasarkan Al-qur'an, hadis, dan akal. Ø Pendidikan Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh seseorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia miliki kepribadian muslim.

DAFTAR PUSTAKA Ahmad, al-Hajj, Yusuf. al-Qur’an Kitab Sains dan Medis. Terj. Kamran Asad Irsyadi. Grafindo Khazanah Ilmu. Jakarta. 2003. al-Qardawi, Yusuf. Sunnah, Ilmu Pengetahuan dan Peradaban. Terj. Abad Badruzzaman. PT. Tiara Wacana. Yogyakarta. 2001. Aly, Noer, Hery & Suparta, Munzier. Pendidikan Islam Kini dan Mendatang. CV. Triasco. Jakarta. 2003. Habib, Zainal. Islamisasi Sains. UIN-Malang Press. Malang. 2007.

Related Documents


More Documents from ""