MAKALAH KONSEP DAN STRATEGI MENGATASI KEMISKINAN
EKONOMI PEMBANGUNAN
Dosen pengampu: Ahmad Yasir, ME
Di susun oleh: Farhan Muhammad Sidik SEMESTER III PRODI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN SAMBAS TAHUN 1441 H/2019 M
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang pembuktian. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Sambas, 23 Desember 2018 Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 2 A. Batasan Kemiskinan .................................................................................................. 2 B. Macam-Macam Kemiskinan ................................................................................... 3 C. Kriteria Batas Ambang Kemiskinan .................................................................... 5 D. Penanggulangan Kemiskinan................................................................................. 7 BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 9 A. Kesimpulan ................................................................................................................... 9 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................10
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan
kemanusiaan purba. Ia
bersifat laten dan aktual sekaligus. Ia telah ada sejak peradaban manusia ada dan hingga kini masih menjadi masalah sentral di belahan bumi manapun. Kemisikinan merupakan faktor dominan yang mempengaruhi persoalan kemanusiaan lainnya, seperti keterbelakangan, kebodohan, ketelantaran, kematian dini. Problema buta hurup, putus sekolah, anak jalanan, pekerja anak, perdagangan manusia (human trafficking) tidak bisa dipisahkan dari masalah kemiskinan. Berbagai upaya telah dilakukan, beragam kebijakan dan program telah disebar-terapkan, berjumlah dana telah dikeluarkan demi menanggulangi kemiskinan. Tak terhitung berapa kajian dan ulasan telah dilakukan di universitas, hotel berbintang, dan tempat lainnya. Pertanyaannya mengapa kemisikinan masih menjadi bayangan buruk wajah kemanusiaan kita hingga saat ini? Meskipun penanganan kemiskinan bukan usaha mudah, diskusi dan penggagasan aksi-tindak tidak boleh surut kebelakang. Untuk meretas jalan pensejahteraan, pemahaman mengenai konsep dan strategi penanggulangan kemisikinan masih harus terus dikembangkan.
B. Rumusan Masalah 1. Mengetahui batasan kemiskinan 2. Mengetahui macam-macam kemiskinan 3. Mengetahui batas ambang kemiskinan 4. Mengetahui cara penanggulangan kemiskinan
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Batasan Kemiskinan 1. Pengertian Garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu negara. Dalam praktiknya, pemahaman resmi atau umum masyarakat mengenai garis kemiskinan (dan juga definisi kemiskinan) lebih tinggi di negara maju daripada di negara berkembang. Hampir setiap masyarakat memiliki rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Garis kemiskinan berguna sebagai perangkat ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur rakyat miskin dan mempertimbangkan pembaharuan sosio-ekonomi, misalnya seperti program peningkatan kesejahteraan
dan
asuransi
pengangguran
untuk
menanggulangi
kemiskinan. 2. Kegunaan Untuk mengukur beberapa indikator kemiskinan, seperti jumlah dan persentase penduduk miskin (headcount index-Po), indeks kedalaman kemiskinan (poverty gap index-P1), dan indeks keparahan kemiskinan (poverty severity index-P2) 3. Interpretasi Garis kemiskinan menunjukkan jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum makanan yang setara dengan 2100 kilokalori per kapita per hari dan kebutuhan pokok bukan makanan. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran konsumsi per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.
2
3
B. Macam-Macam Kemiskinan 1. Kemiskinan Absolut Kemiskinan absolut adalah apabila tingkat pendapatan seseorang dibawah garis kemiskinan atau sejumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum (basic needs), antara lain kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk hidup dan bekerja. Penyebabnya terjadi apabila tingkat pendapatannya dibawah garis kemiskinan atau sejumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimun, antara lain kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan kapasitas agar bisa hidup dan bekerja. Kemiskinan jenis ini mengacu pada satu standard yang konsisten, tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat /negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari penduduk yang makan dibawah jumlah yang cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa). Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan dibawah USD $1/hari, dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari. Dengan
batasan ini maka
diperkiraan pada 2001 terdapat 1,1 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari $1/hari, dan 2,7 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari $2/hari. 2. Kemiskinan Relatif Kemiskinan relatif muncul jika kondisi seseorang atau sekelompok orang dibandingkan dengan kondisi orang lain dalam suatu daerah. Kemiskinan relatif adalah kondisi dimana pendapatannya berada pada posisi di atas garis kemiskinan, namun relatif lebih rendah dibanding pendapatan masyarakat sekitarnya. Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di negara bekembang, ada bukti tentang
kehadiran
kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini
4
menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota. 3. Kemiskinan Struktural Kemiskinan struktural ialah kondisi atau situasi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat
sehingga
menyebabkan
ketimpangan
pendapatan.
Kemiskinan struktural muncul karena ketidakmampuan sistem dan struktur sosial dalam menyediakan kesempatan-kesempatan yang memungkinkan si miskin dapat bekerja. Struktur sosial tersebut tidak mampu menghubungkan masyarakat dengan sumber-sumber yang tersedia, baik yang disediakan oleh alam, pemerintah maupun masyarakat yang ada disekitarnya. Kemiskinan yang disebabkan struktur dan sistem ekonomi yang timpang dan tidak berpihak pada si miskin, sehingga memunculkan masalah-masalah struktural ekonomi yang makin meminggirkan peranan orang miskin. 4. Kemiskinan Sosial Budaya (kultural) Kemiskinan kultural. Kemiskinan penduduk terjadi karena kultur atau budaya masyarakatnya yang sudah turun temurun yang membuat mereka menjadi miskin (Mardimin, 1996:24). Dikaitkan dengan budaya masyarakat yang “menerima” kemiskinan yang terjadi pada dirinya, bahkan tidak merespon usaha-usaha pihak lain yang membantunya keluar
dari
kemiskinan
tersebut.
Berkaitan
dengan
upaya
penanggulangan masalah kemiskinan diperlukan upaya yang memadukan berbagai kebijakan dan program pembangunan yang tersebar di berbagai sektor.
Kebijakan
pengentasan
kemiskinan
menurut
Gunawan
Sumodiningrat (1998) dapat dikategorikan menjadi 2 (dua), yaitu kebijakan tidak langsung, dan kebijakan yang langsung. Kebijakan tidak langsung meliputi (1) upaya menciptakan ketentraman dan kestabilan situasi ekonomi, sosial dan politik; (2) mengendalikan jumlah penduduk; (3)
melestarikan
lingkungan
hidup
dan
menyiapkan
kelompok
5
masyarakat miskin melalui kegiatan pelatihan. Sedangkan kebijakan yang langsung mencakup: (1) pengembangan database dalam penentuan kelompok sasaran ; (2) penyediaan kebutuhan dasar (pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan); (3) penciptaan kesempatan kerja; (4) program pembangunan wilayah; dan (5) pelayanan perkreditan.1
C. Kriteria Batas Ambang Kemiskinan 1. Kriteria Versi BPS (Biro Pusat Statistik) Dalam penanggulangan masalah kemiskinan melalui program bantuan langsung tunai (BLT) BPS telah menetapkan 14 (empat belas) kriteria keluarga miskin, seperti yang telah disosialisasikan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika (2005), rumah tangga yang memiliki ciri rumah tangga miskin, yaitu: (Jika memenuhi salah satu kriteria dikategorikan sebagai “miskin”) a. Hidup dalam rumah dengan ukuran lebih kecil dari 8 M2 per orang. b. Hidup dalam rumah dengan lantai tanah atau lantai kayu berkualitas rendah/bambu. c. Hidup dalam rumah dengan dinding terbuat dari kayu berkualitas rendah/bambu/rumbia/tembok tanpa diplester. d. Hidup
dalam
rumah
yang
tidak
dilengkapi
dengan
WC/bersama-sama dengan rumah tangga lain. e. Hidup dalam rumah tanpa listrik. f. Tidak mendapatkan fasilitas air bersih/sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan. g. Menggunakan kayu bakar, arang atau minyak tanah untuk memasak. h. Mengkonsumsi daging atau susu seminggu sekali. i.
Belanja satu set pakaian baru setahun sekali.
1http://www.landasanteori.com/2015/08/pengertian-kemiskinan-jenisfaktor.html diakses pada tanggal 28 Desember 2018
6
j.
Makan hanya sekali atau dua kali sehari.
k. Tidak mampu membayar biaya kesehatan pada Puskesmas terdekat. l.
Pendapatan keluarga kurang dari Rp. 600.000,- per bulan.
m. Pendidikan Kepala Keluarga hanya setingkat Sekolah Dasar. n. Tidak memilik tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp. 500.000,-(kendaraan, emas,ternak dll) o. Mempekerjakan anak di bawah umur. p. Tidak mampu membiayai anak untuk sekolah. Ada satu kriteria tambahan lagi, hanya tidak terdapat dalam leaflet bahan sosialisasi Departemen Komunikasi dan Informatika tentang kriteria rumah tangga miskin, yaitu rumah tangga yang tidak pernah menerima kredit usaha UKM/KUKM setahun lalu. Kriteria miskin dengan patokan indeks kebutuhan minimum energi 2.100 kalori per kapita/hari (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa). Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari. Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
Penyebab kemiskinan
sub-budaya dengan
(subcultural),
kehidupan
yang
sehari-hari,
menghubungkan dipelajari
atau
dijalankan dalam lingkungan sekitar;
Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
7
Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktural sosial.
D. Penanggulangan Kemiskinan Kemiskinan dapat ditanggulangi dengan berbagai cara mulai dari pembagian bantuan secara langsung atau penyediaan lapangan pekerjaan yang padat karya. Bantuan langsung haruslah bersifat sementara karena tidak akan mendidik masyarakat dan membuat mereka menjadi malas. Penyediaan lapangan pekerjaan yang cocok bagi mereka serta bantuan untuk relokasi supaya mendapatkan fasilitas yang lebih baik tentu saja lebih cocok untuk solusi jangka panjang. Solusi yang lain adalah transmigrasi, yakni merelokasi ke pulau lain dan memberikan sebidang tanah untuk digarap. Dengan begitu diharapkan mereka bisa mengubah nasib. Sudah banyak cerita tentang orang yang tadinya gelandangan sekarang menjadi kaya raya karena hidup didaerah transmigrasi. Namun tak sedikit pula yang kembali ke daerah asal dan kembali menjadi gelandangan. Saat ini Indonesia masih harus menghadapi tigamasalah mendasar dalamupaya mengangkat sebagian besar penduduk yang masih terhimpit kemiskinan yaitu: 1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi Jumlah penduduk miskin tidak akan dapat dikurangi secara signifikan tanpa adanya pertumbuhan ekonomi yang bermanfaat bagi orang miskin. Untuk menurunkan tingkat kemiskinan lebih jauh lagi, pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi merupakan suatu keharusan. 2. Peningkatan pelayanan sosial Indonesia harus dapat menyelesaikan masalah dalam bidang pelayanan sosial agar manfaat dari pembangunan lebih dirasakan. Peningkatan dalam efektifitas dan efisiensi pemberian pelayanan sosial, dapat dicapai dengan mengusahakan perbaikan dalam sistem kelembagaan dan kerangka hukum,
8
termasuk dalam aspek-aspek yang terkait dengan desentralisasi. Hal ini akan membuat penyedia jasa mengenali tanggung jawab mereka dalam menjaga kualitas pelayanan yang diberikan,disamping memberikan kesempatan bagi pemerintah dan masyarakat untuk mengawasi aktifitas tersebut. 3. Perlindungan bagi si miskin Kebanyakan penduduk Indonesia rentan terhadap kemiskinan. Perubahan sedikit saja dalam tingkat harga, pendapatan dan kondisi kesehatan, dapat menyebabkan mereka berada dalam kemiskinan, setidaknya untuk sementara waktu. Program perlidungan sosial yang ada tidaklah mencukupi dalam menurunkan tingkat resiko bagi keluarga miskin, walaupun memberikan manfaat pada keluarga yang lebih berada. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan menyediakan program perlindungan sosial yang lebih bermanfaat bagi penduduk miskin serta masyarakat yang rentan terhadap kemiskinan.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kemiskinan di indonesia, sampai saat sekarang masih banyak dan masih belum bisa ditangani secara keseluruhan. Tapi semoga dengan adanya
penanggulangan
kemiskinan
yang
diadakan
pemerintah,
kemiskinan akan lebih berkurang dan warga masyarakat akan lebih sejahtera dan makmur. Berdasar uraian di atas dapat dikemukakan, bahwa dalam mengatasi masalah kemiskinan diperlukan kajian yang menyeluruh sehingga dapat dijadikan acuan dalam merancang program pembangunan kesejahteraan sosial yang lebih menekankan pada konsep pemberdayaan dan pengentasan, bukan pertolongan. Pada konsep pemberdayaan, pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya untuk menggerakkan masyarakat yang lemah atau tidak berdaya untuk berusaha agar mampu baik secara fisik, mental dan pikiran untuk mencapai kesejahteraan sosial hidupnya. Dalam konteks ini, mereka dipandang sebagai aktor yang mempunyai peran penting untuk mengatasi masalahnya.
9
DAFTAR PUSTAKA http://id.wikipedia.org/wiki/Garis_kemiskinan http://sirusa.bps.go.id/index.php?r=indikator/view&id=50 http://www.landasanteori.com/2015/08/pengertian-kemiskinan-jenisfaktor.html http://www/bappenas.go.id http://www.bps.go.id/brs_file/kemiskinan-01jul11.pdf
10