Agustin Lp Askep Kel Dgn Bumil.docx

  • Uploaded by: Agustin
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Agustin Lp Askep Kel Dgn Bumil.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,330
  • Pages: 41
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN IBU HAMIL

WILAYAH KERJA PUSKESMAS LANDASAN ULIN BANJARBARU

Oleh : Agustin Rahayu Purnamasari, S.Kep 14B110009

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2015

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN IBU HAMIL

A. KONSEP DASAR KELUARGA 1. Definisi Keluarga adalah suatu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai suatu kesatuan atau unit masyarakat yang terkecil,dan biasanyan ,tetapi tidak selalu ada hubungan darah,ikatan perkawinan atau ikatan –ikatan lain,mereka hidup bersama dalam satu rumah(tempat tinggal),biasanya dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga dan makan dari satu periuk. (Dep.Kes.RI. 2001) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.(Dep.kes.RI.2003) Keluarga adalah dua atau lebih dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pemangkatan dan mereka hidup dalam suati rumah tangga dan berinteraksi satu sama lain dan didalam peranannya masing-masing dan menciptakan serta memperhatikan suatu kebudayaan. (Salvician G.Bailon dan Maglaya) Keluarga merupakan suatu sistem tempat individu anggota keluarga berinteraksi di dalam keluarga (teori sistem).

2. Struktur Keluarga Struktur keluarga ada bermacam-macam diantaranya adalah: a. Patrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah. b. Matrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri. d. Patrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami. e. Keluarga Kawinan Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami dan istri.

3. Ciri-Ciri Struktur Keluarga 9Anderson Carter) a. Terorganisasi Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga. b. Ada Keterbatasan Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-lasing. c. Ada Perbedaan Dan Kekhususan Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masingmasing.

4. Tipe/Bentuk Keluarga a. Keluarga Inti (Nuclear Family) Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. b. Keluarga Besar (Extended Family) Adalah keluarga inti ditambah dengan nenek, kakek, dan saudara saudara. c. Keluarga Berantai (Serial Family) Adalah perempuan dan laki-laki yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan keluarga inti. d. Keluarga Duda/Janda (Single Family) Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian. e. Keluarga Berkomposisi (Composition Family) Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup bersama.

f. Keluarga Kabitas (Cahabitation) Adalah dua orang yang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.

5. Fungsi Keluarga Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan oleh keluarga : a. Fungsi Biologis  Untuk meneruskan keturunan  Memelihara dan membenarkan anak  Memenuhi kebutuhan gizi keluarga  Memelihara dan merawat anggota keluarga b. Fungsi Psikologis  Memberi kasih sayang dan rasa aman  Memberi perhatian diantara anggota keluarga  Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga  Memberi identitas keluarga c. Fungsi Sosial  Membina sosialisasi pada anak  Membentuk

norma-norma

tingkah

laku

sesuai

dengan

tingkat

perkembangan anak  Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga d. Fungsi Ekonomi  Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga  Pengaturan pengguna penghasilan kelaurga untuk memenuhi kebutuhan keluarga  Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya e. Fungsi Pendidikan  Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan membentuk periaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.

 Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perananya sebagai orang dewasa.  Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya Ahli Lain Membagi Fungsi Keluarga Sebagai Berikut : a. Fungsi Pendidikan Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa nanti. b. Fungsi Sosilisasi Anak Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat. c. Fungsi Perlindungan Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik,sehingga anggota keluarga merasa terlindungi dan merasa aman d. Fungsi Perasaan Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif,merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga e. Fungsi Religius Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak-anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan yang lain setelah kehidupan ini. f. Fungsi Ekonomi Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain,kepala keluarga bekerja untuk memperoleh penghasilan,mengatur penghasialn tersebut sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.

g. Fungsi Rekreatif Tugas keluarga dalam fungsi rekreatuf ini tidak selalu harus pergi ke tempat rekreasi,tetapi

yang

penting bagaiman

menciptakan

suasana

yang

menyenangkan dalam keluarga rekreasi dapat dilakukan dirumah dengan cara menonton tv bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing anggota keluarga h. Fungsi Biologis Tugas keluarga dalam hal ini adalah untuk meneruskan keturunan sebagai generasi penerus. Dari berbagai fungsi di atas ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya, yaitu : a. Asih, adalah memberikan kasih sayang, pehatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan meraka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya. b. Asuh, adalah menuju kebutuan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka anak-anak c. Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.

6. Peranan Keluarga a. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dalam keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut: b. Peranan Ayah Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan sebagai pencari nafkah, pendidikan, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

c. Peranan Ibu Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai salah satu kelompok peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung serta sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya d. Peranan Anak Anak-anak melaksanakan peranan spikososial sesuai dengan tingkat perkembangan baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

7. Tahap-Tahap Kehidupan Keluarga Tahap-tahap kehidupan keluarga menurut duvail adalah sebagai berikut : a. Tahap pembentukan keluarga, tahap ini dimulai dari pernikahan yang dilanjutkan dalam pembentukan rumah tangga. b. Tahap menjelang kelahiran anak, tugas keluarga untuk mendapatkan keturunan

sebagai

generasi

penerus,

melahirkan

anak

merupakan

kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang sangat dinantikan. c. Tahap menghadapi bayi, dalam hal ini keluarga dapat mengasuh, mendidik, dan memberikan kasih sayang kepada anak, karena pada tahap ini bayi kehidupan sangat tergantung kepada kedua orang tuanya, dan kondisinya sangat lemah. d. Tahap menghadapi anak pra sekolah, pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergau dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan, karena tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih..Dalam fase ini anak sangat sensitif terhadap

pengaruh

lingkungan

dan

tugas

keluarga

adalah

mulai

menanamkan norma-norma sosial budaya. e. Tahap menghadapi anak sekolah, dalam tahap ini tugas keluaga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan umum anak.

b. Tahap menghadapi anak remaja, tahap ini adalah tahap yang paling rawan, karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas buku dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itusuri tauladan dari kedua orang tua sangat diperlukan.Komunikasi dan saling pengertian antara kedua orangtua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan. c. Tahap melepaskan anak kemasyarakat, setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya. Maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak kemasyarakat dalam memulai kehidupan yang sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga. d. Tahap berdua kembali setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri, tinggalah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi dan tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stress. e. Tahap masa tua, tahap ini masuk ketahap lanjut usia, kedua orang tua mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.

8. Tugas-tugas Keluarga Terdiri dari 8 tugas pokok, yaitu: a. Memelihara fisik keluarga dan anggotanya. b. Memelihara sumber daya dalam keluarga. c. Pembagian tugas anggota sesuai kedudukan masing-masing. b. Sosialisasi antar anggota keluarga. c. Pengaturan jumlah anggota keluarga. d. Pemeliharaan anggota keluarga. e. Penempatan anggota keluarga, dalam masyarakat yang lebih luas. f. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

B. KONSEP DASAR KEHAMILAN 1. Definisi Kehamilan adalah proses dimana sperma menembus ovum sehingga terjadinya konsepsi dan fertilisasi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan), dihitung dari pertama haid terakhir ( Alzam Faisal, 2009 ). Antenatal care adalah perawatan selama masa kehamilan sebagai suatu manajemen kehamilan di mana ibu dan anaknya diharapkan sehat dan baik (Hanifa Wiknjosastro, SPOG, dkk (2002) Ilmu Kebidanan).

2. Pelayanan Kunjungan Antenatal Dalam pelaksanaan operasionalnya, dikenal Standar Minimal Pelayanan Antenatal “14T”, yang terdiri atas (Depkes, 2007): 1. Ukur Berat badan dan Tinggi Badan ( T1 ) Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil dihitung dari TM I sampai TM III yang berkisar antara 9-13,9 kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan rongga panggul. 2. Ukur Tekanan Darah ( T2) Tekanan darah yang normal 110/80 - 140/90 mmHg, bila melebihi 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya Preeklampsi. Preeklampsia adalah hipertensi (140/90 mmHg) dan proteinuria ( > 300/24 jam urin) yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu pada perempuan yang sebelumnya normotensi. Preeklamsi dibagi menjadi 2 golongan yaitu preekslamsi ringan dan berat. Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema

setelah

umur

kehamilan

20

minggu

atau

segera

setelah

persalinan.Gejala klinis preeklampsia ringan meliputi: a. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih ; diastol 15 mmHg atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu

atau lebih atau sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg ; diastol 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg. b. Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0.3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif positif 2 (+2). c. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan. d. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut. Preeklampsia berat berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Gejala klinis preeklampsia berat meliputi: a. Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih dan atau diastolik 110 mmHg atau lebih, di ukur 2 kali dengan jarak waktu sekurang-kurangnya 6 jam dan pasien dalam keadaan istirahat rebah. b. Proteinuri 5 gr atau lebih dalam 24 jam. c. Oliguri yaitu produksi urine 400 cc atau kurang dalam 24 jam. d. Gangguan serebral atau gangguan penglihatan. e. Edema paru atau sianosis. 3. Ukur Tinggi Fundus Uteri ( T3 ) Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT.Pengukuran TFU merupakan bagian dari pemeriksaan palpasi. Cara melakukan palpasi menurut Leopold terdiri dari 4 bagian, yaitu (Depkes, 2007): a. Leopold I Untuk menentukan tinggi fundus (tuanya kehamilan) dan bagian apa yang terdapat dalam fundus. Sifat kepala keras, bundar dan melenting. Sifat bokong lunak, kurang bundar dan kurang melenting. Pada letak melintang fundus uteri teraba kosong

Gambar 1. Cara Pemeriksaan Leopold I Hubungan tinggi fundus uteri dan tuanya kehamilan (Depkes, 2007): Perkiraan usia kehamilan setelah minggu 24, cara yang paling efektif adalah dengan menggunakan pita ukuran. Ukur tinggi fundus uteri dengan pita ukuran dari simfisis pubi ke fundus uteri. Rumus: Tinggi fundus uteri dlm cm = tua kehamilan dalam bulan 3,5 cm Tabel. 1 Ukuran Fundus Uteri sesuai Usia Kehamilan Usia Kehamilan sesuai minggu 22 – 28 Minggu 28 Minggu 30 Minggu 32 Minggu 34 Minggu 36 Minggu 40 Minggu

Jarak dari simfisis 24-25 cm 26,7 cm 29,5 – 30 cm 31 cm 32 cm 33 cm 37,7 cm

b. Leopold II Untuk menentukan letak punggung janin dan letak bagian-bagian kecil janin. Caranya,letakan kedua tangan pada sisi uterus, dan tentukan bagian terkecil janin.

Gambar 2. Cara Pemeriksaan Leopold II

c. Leopold III Untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah rahim dan apakah bagian bawah janin ini sudah terpegang oleh pintu atas panggul atau belum. Caranya, tekan dengan ibu jari dan jari tengah pada salah satu tangan secara lembut dan masuk ke dalam abdomen ibu di atas simpisis pubis. Kemudian peganglah bagian presentasi janin dan bagian apakah yang menjadi presentasi tersebut.

Gambar 3. Cara Pemeriksaan Leopold III d. Leopold IV Untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan berapa jauhnya bagian bawah ini masuk ke dalam rongga panggul. Caranya, letakan kedua tangan di sisi bawah uterus, lalu tekan ke dalam dan gerakan jarijari ke arah rongga panggul , dimanakah tonjolan sefalik dan apakah bagian presentasi telah masuk. Pemeriksaan ini tidak dilakukan bila kepala masih tinggi. Pemeriksaan leopold lengkap dapat dilakukan bila janin cukup besar,kira-kira bulan VI ke atas.

Gambar 4. Cara Pemeriksaan Leopold IV 4. Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan ( T4 ) Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan kepada ibu hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan meningkat. Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 Mg (zat besi60 Mg) dan Asam

Folat 500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak di minum bersama teh atau kopi, karena mengganggu penyerapan. 5. Pemberian Imunisasi TT ( T5 ) Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutan dalam. Manfaat imunisasi TT ibu hamil adalah melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum. Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf pusat dan melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka. Jarak pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah minimal 4 minggu. Efek samping imunisasi TT Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan. TT adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT. Efek samping tersebut berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak perlukan tindakan/pengobatan (Depkes RI, 2000; Saifuddin dkk, 2001) Tabel 2. Jadwal Pemberian TT

Imunisasi TT pada ibu hamil harus terlebih dulu di tentukan status kekebalan / imunisasinya. Bumil yang belum pernah mendapatkan imunisasi maka statusnya T0, jika telah mendapatkan 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu atau pada masa balitanya telah memperoleh imunisasi DPT sampai 3 kali maka statusnya adalah T2, bila telah mendapat dosis TT yang ketiga (interval minimal 6 bulan dari dosis ke-2) maka statusnnya T3, status T4 didapat bila telah mendapatkan 4 dosis (interval min 1 tahun dari dosis ke-3) dan status T5 didapatkan bila 5 dosis telah didapat (interval min 1 tahun dari

dosis ke 4).Selama hamil bila ibu hamil statusnya T0 maka hendaknya mendapatkan minimal 2 dosis (TT1 dan TT2 dengan interval 4 minggu dan bila memungkinkan untuk mendapatkan TT3 sesudah 6 bulan berikutnya). Ibu hamil dengan status T1 diharapkan mendapatkan suntukan TT2 dan bila memungkinkan juga diberikan TT3 dengan interval 6 bulan (bukan 4 minggu/1 bulan). Bagi bumil dengan status T2 maka bisa diberikan satu kali suntikan bila interval suntikan sebelumnya lebih dari 6 bulan. Bila statusnya T3 maka suntikan selama hamil cukup sekali dengan jarak minimal 1 tahun dari suntikan sebelumnya. Ibu hamil dengan status T4 pun dapat diberikan sekali suntikan (TT5) bila suntikan terakhir telah lebih dari setahun dan bagi ibu hamil dengan status T5 tidak perlu disuntik TT lagi karena telah mendapatkan kekebalan seumur hidup (25 tahun).Walaupun tidak hamil maka bila wanita usia subur belum mencapai status T5 diharapkan mendapatkan dosis TT hinggga tercapai status T5 dengan interval yang ditentukan. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya tetanus pada bayi yang akan dilahirkan dan keuntungan bagi wanita untuk mendapatkan kekebalan aktif terhadap tetanus. 6. Pemeriksaan Hb ( T6 ) Pemeriksaan Hb pada Bumil harus dilakukan pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. bila kadar Hb < 11 gr% Bumil dinyatakan Anemia, maka harus diberi suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg As. Folat hingga Hb menjadi 11 gr% atau lebih. 7. Pemeriksaan VDRL ( Veneral Disease Research Lab. ) ( T7 ) Pemeriksaan VDRL (Veneral Diseases Research Laboratory) merupakan screening untuk sifilis, penyakit kelamin yang ditularkan melalui hubungan seksual. Janin yang terinfeksi dapat mengalami gejalanya saat lahir atau beberapa bulan setelah lahir. Gejalanya berupa pembesaran hati dan limpa, kuning, anemia, lesi kulit, pembesaran kelenjar getah bening dan gangguan sistem saraf. Pengobatan terhadap sifilis sebelum kehamilan bisa mencegah bayi terkena kongenital. Pemeriksaan dilakukan pada saat Bumil datang pertama kali diambil spesimen darah vena kurang lebih 2 cc. apabila hasil test positif maka dilakukan pengobatan dan rujukan.

8. Pemeriksaan Protein urine ( T8 ) Untuk mengetahui apakah pada urine mengandung protein atau tidak untuk mendeteksi gejala Preeklampsi. 9. Pemeriksaan Urine Reduksi ( T9 ) Untuk Bumil dengan riwayat DM. bila hasil positif maka perlu diikuti pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya DMG. 10. Perawatan Payudara ( T10 ) Perawatan payudara untuk Bumil dengan puting susu yang sudah menonjol dan tanpa riwayat abortus, perawatannya dapat dimulai pada usia kehamilan 6 bulan ke atas. Bumil dengan puting susu yang sudah menonjol dengan riwayat abortus, perawatannya dapat dimulai pada usia kehamilan di atas 8 bulan. Pada puting susu yang mendatar atau masuk kedalam, perawatannya harus dilakukan lebih dini, yaitu usia kehamilan 3 bulan, kecuali bila ada riwayat abortus dilakukan setelah usia kehamilan setelah 6 bulan. 11. Senam Hamil ( T11 ) Senam hamil adalah suatu bentuk latihan yang kegunaannya untuk memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, ligament-ligament, otot dasar panggul yang berhubungan dengan proses persalinan. Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan oleh ibu hamil sebelum mengikuti senam hamil, syarat tersebut antara lain: Telah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan kehamilan oleh dokter atau bidan. Latihan dilakukan setelah kehamilan mencapai 22 minggu, Latihan dilakukan secara teratur dan disiplin, dalam batas kemampuan fisik ibu, Sebaiknya latihan dilakukan di rumah sakit atau klinik bersalin dibawah pimpinan instruktur senam hamil. 12. Pemberian Obat Malaria ( T12 ) Diberikan kepada Bumil pendatang dari daerah malaria juga kepada bumil dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai mengigil dan hasil apusan darah yang positif. 13. Pemberian Kapsul Minyak Yodium ( T13 ) Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan Yodium di daerah endemis yang dapat berefek buruk terhadap Tumbuh kembang Manusia.

14. Temu wicara / Konseling ( T14 ) Pada saat kunjungan antenatal, petugas kesehatan harus menjelaskan pada klien dan suami tentang kondisi ibu dan janinnya, dan jika penyulit terjadi beritahu ibu suami dan keluarga serta ajak ibu, suami dan keluarga untuk membahas rujukan dan rencana rujukan.Rujukan tepat waktu merupakan unggulan asuhan sayang ibu dalam mendukung keselamatan ibu. Persiapanpersiapan dan informasi yang dapat dimasukkan dalam rencana rujukan adalah : a. Siapa yang akan menemani ibu atau bayi baru lahir. b. Tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga (jika ada lebih dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling sesuai berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan). c. Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan mendampingi mengendarainya. Transportasi harus tersedia segera, baik siang maupun malam. d. Siapa orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika tranfusi darah diperlukan. e. Uang yang disisihkan untuk asuhan medis, transportasi, obat-obatan dan bahan-bahan. f. Siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada saat ibu tidak di rumah. Apabila suatu daerah tidak bisa melaksanakan 14T sesuai kebijakan dapat dilakukan standar minimal pelayanan ANC yaitu 7 T (Prawiroharjo, 2002): 1. Timbang berat badan 2. Ukur tekanan darah 3. Ukur tinggi fundus uteri 4. Pemberian imunisasi TT lengkap 5. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan. 6. Tes terhadap penyakit menular sexual, HIV/AIDS, dan malaria. 7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

3. Pemeriksaan Kehamilan Pemeriksaan kehamilan terbagi dalam (Depkes, 2007): 1.

Anamnesa Anamnesa pada kunjungan pelayanan antenatal pertama dari ibu hamil meliputi: a. Identifikasi ibu (nama, nama suami, usia, pekerjaan, agam dan alamat ibu). Untuk mengenal ibu hamil dan menntukan status sosial ekonominya, serta menentukan ajuran dan pengobatan yang diperlukan. b. Keluhan utama, apakah ibu datang untuk memeriksakan kehamilan atau ada masalah lain. c. Riwayat haid, untuk mengetahui faal alat kandungan. d. Riwayat perkawinan. e. Riwayat kehamilan sekarang, meliputi: 1) HPHT 2) Gerak janin (kapan mulai dirasakan apakah ada perubahan). 3) Masalah atau tanda-tanda bahaya (termasuk penglihatan kabur). 4) Keluhan-keluhan lazim pada kehamilan. 5) Kekwatiran-khawatiran lain yang dirasakan Dari informasi riwayat kehamilan yang sekarang ini dapat dipakai untuk membantu dalam menentukan usia kehamilan dengan tepat. Setelah mengetahui usia kehamilan barulah dapat diberikan konseling tentang kehamilan yang diperlukan dan dapat juga membantu mendeteksi adanya komplikasi dengan lebih baik. Penentuan usia kehamilan UK = TK – HPHT Bulan x 4 1/3 = UK dalam minggu Menentukan Taksiran Persalinan Saat persalinan sudah dapat ditentukan pada kunjungan antenatal yang pertama, yaitu dengan rumus Naegle (Depkes, 2007): 1) Untuk skilus 28 hari : HPHT (+7), Bulan (-3), Tahun (+1) = Tanggal persalinan. 2) Untuk siklus 35 hari:

HPHT (+14), Bulan (-3), Tahun (+1) = Tanggal persalinan. Rumus Naegle hanya dapat digunakan bila haid ibu teratur. Rumus itu tidak berlaku bila (Depkes, 2007): 1) Ibu mempunyai riwayat haid yang tidak teratur atau tidak haid. 2) Ibu hamil saat masih menyusui dan belum pernah haid lagi. 3) Ibu hamil setelah berhenti mengkonsumsi pil KB dan belum haid lagi. Bila salah satu dari situasi di atas terjadi, taksiran tanggal persalinan dilakukan secara klinis dengan melihat besarnya uterus, atau dengan menggunakan USG. f. Riwayat kebidanan yang lalu, meliputi: 1) Berapa kali hamil, anak yang lahir hidup, persalinan tepat waktu, persalinan prematur, keguguran atau kegagalan kehamilan, persalinan dengan tindakan (dengan forcep, vakum ekstraksi atau operasi caesar). 2) Perdarahan pada kehamilan, persalinan, kelahiran atau paska persalinan. 3) Persalinan yang lalu: spontan atau buatan, aterm atau premature, perdarahan, siapa yang menolong. 4) Riwayat hipertensi. 5) Melahirkan janin dengan BB < 2,5 kg atau > 4 kg. 6) Nifas dan laktasi. 7) Bayi yang dilahirkan: jenis kelamin, berat dan panjang badan, hidup atau mati, bila mati umur berapa dan penyebabnya. 8) Masalah-masalah lain yang dialami. Riwayat kebidanan yang lalu sangat mempengaruhi prognisa persalinnan dan pimpinan persalinan, membantu dalam penanganan pelayanan kehamilan (konseling khusus, test, tindak lanjut dna rencana persalinan). g. Riwayat kesehatan (penyakit yang pernah diderita), meliputi: 1) Penyakit kardiovskular 2) TB Paru 3) Hepatitis B 4) Diabetes 5) Hipertensi

6) PMS atau HIV/AIDS 7) Malaria 8) Status imunisasi TT 9) Lain-lain h. Riwayat keluarga meliputi penyakit keturunan, anak kembar, penyakit menular dll. i. Riwayat sosial ekonomi, dan budaya meliputi: 1) Status perkawinan 2) Riwayat KB 3) Reaksi orang tua dan keluarga terhadap kehamilan ini. 4) Dukungan keluarga 5) Pengambil keputusan dalam keluarga. 6) Kebiasaaan makan dan gizi yang dikonsumsi (gizi seimbang), dengan perhatian pada vitamin A dan zat besi. 7) Kebiasaan hidup sehat meliputi kebiasaan merokok, minum obat/alkohol/obat tradisional, dan olahraga. 8) Beban kerja dan kegiatan sehari-hari. 9) Tempat melahirkan dan penolong yang diinginkan. 2.

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik pada ibu hamil meliputi (Depkes, 2007): a. Pemeriksaan luar terdiri dari: 1) Pemeriksaan umum a) Bagaimana keadaan umum ibu, keadaan gizi, kelainan bentuk badan, kesadaran. b) Adanya anemia, cyanose, ikterus atau dyspnoe. c) Keadaan jantung dan paru, periksa suhu badan, TD, nadi dan RR. d) Oedema e) TB f) BB g) Refleks h) Pemeriksaan labolatorium sederhana bila ada, untuk kadar Hb, golongan darah dan urine rutin.

2) Pemeriksaan kebidanan a) Inspeksi Kepala dan leher, adakah:  Rambut rontok  Edema dan choalma di wajah  Mata: konjungtiva & sklera  Mulut: bibr pucat, lidah pucat, caries gigi.  Leher: pembesaran vena jugularis, pembengkakan saluran limfe, kelenjar tyroid dan tonsil. Dada Bentuk payudara, pigmentasi puting susu, keadaan puting susu (simetris atau tidak), keluarnya kolostrum (dilakukan pemeriksaan setelah usia kehamilan > 28 minggu). Perut Membesar ke depan atau ke samping (asites), keadaan pusat, linea alba, ada gerakan anak atau tidk, kontraksi rahim, striae gravidarum dan bekas luka operasi. Vulva Keadaan perineum, varices, tanda chadwick, flour dan condyloma. Anggota gerak bawah Cari varices, oedema, luka, sikatrik pada lipat paha. b) Palpasi Palpasi dilakukan untuk menentukan besarnya rahim yang menentukan tuanya kehamilan dan letak anak dalam Rahim. Cara melakukan palpasi menurut Leopold terdiri dari 4 bagian, yaitu (Depkes, 2007):  Leopold I  Leopold II  Leopold III  Leopold IV

c) Perkusi Pemeriksaan perkusi refleks patella adalah pemeriksaan dengan pengetukan pada tendon patella menggunakan palu refleks. Pada kondisi normal, setelah dilakukan pengetukan akan terjadi reaksi refleks, jika reaksi negative kemungkinan ibu hamil mengalami kekurangan vitamin B1. Vitamin B1 penting untuk fungsi saraf. Kekurangan vitamin B1 dapat menyebabkan gangguan saraf pusat seperti beri-beri atau gangguan saraf tepi seperti kesemutan, kejang otot dan bengkak. d) Auskultasi Digunakan stetoskpo atau doppler, untuk mendengar bunyi jantung janin, bising tali pusat, gerakan janin, bising rahim, bunyi aorta dan bising usus. Dengarkan DJJ dengan menempelkan stestoskop monoaural pada dinding perut ibu sesuai posisi punggun janin.Taruh di lapisan perut ibu yan tipis yaitu sekitar 3 cm di bawah pusat.Dengarkan setiap 5 detik sebanyak 3 kali pemeriksaan, interval 5 detik diatara perhitungan.Kemudian

jumlahkan

dan

kalikan

4

untuk

mendapatkan frekuensi denyut jantung bayi permenit (Agustina, 2011). b. Pemeriksaan dalam Pemeriksaan dalam dilakukan pada saat kunjungan pertama pemeriksaan antenatal pada hamil muda dan sekali lagi pada kehamilan trimester III untuk menentukan keadaan panggul.

4. Intervensi dalam Pelayanan ANC Intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah perlakuan yang diberikan kepada ibu hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan. Adapun intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah (Fitrihanda, 2010): 1. Intervensi Dasar a.

Pemberian Tetanus Toxoid

b.

Pemberian Vitamin Zat Besi

2. Intervensi Khusus Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu hamil sesuai dengan faktor resiko dan kelainan yang ditemukan, meliputi: a. Faktor resiko, meliputi: 1) Umur  Terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun  Terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun 2) Paritas  Paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan)  Paritas > 3 3) Interval Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurangkurangnya 2 tahun. 4) Tinggi badan kurang dari 145 cm 5) Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm b. Komplikasi Kehamilan 1) Komplikasi obstetri langsung  Perdarahan  Pre eklamasiletak lintang, sungsang primi gravida  Anak besar, hidramnion, kelainan kembar  Ketuban pecah dini dalam kehamilan. 2) Komplikasi obstetri tidak langsung  Penyakit jantung  Hepatitis  TBC (Tuberkolosis)  Anemia  Malaria  Diabetes militus 3) Komplikasi

yang

berhubungan

dengan

obstetri,

akibatkecelakaan (kendaraan, keracunan, kebakaran).

komplikasi

5. Edukasi Kesehatan Bagi Ibu Hamil Tidak semua ibu hamil dan keluarganya mendapat pendidikan dan konseling kesehatan yang memadai tentang kesehatan reproduksi, terutama tentang kehamilan dan upaya untuk menjaga agar kehamilan tetap sehat dan berkualitas. Kunjungan antenatal memberi kesempatan bagi petugas kesehatan untuk memberikan informasi kesehatan esensial bagi ibu hamil dan keluarganya. Beberapa informasi penting tersebut adalah (Adriaansz, 2008): 1. Nutrisi yang adekuat a. Kalori : Jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya adalah 2500 kalori. Pengetahuan tentang berbagai jenis makanan yang dapat memberikan kecukupan kalori tersebut sebaiknya dapat dijelaskan secara rinci dan bahasa yang dimengerti oleh para ibu hamil dan keluarganya. Jumlah kalori yang berlebih dapat menyebabkan obesitas dan hal ini merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia. Jumlah pertambahan berat badan sebaiknya tidak melebihi 10-12 kg selama hamil. Jenis makanan yang sehat dan variatif selama kehamilan diantaranya adalah (Adulgopar, 2009):  Buah dan sayuran.  Makanan mengandung karbohidrat seperti nasi, roti, kentang.  Protein seperti daging, ikan, kacang.  Makanan berserat yang dapat ditemukan di roti gandum, buah, sayur.  Susu dan keju. Makanan yang tidak sehat atau berbahaya bagi janin yang dikandung diantaranya (Adulgopar, 2009):  Hati dan produk hati. Mengandung vitamin A dosis tinggi yang bersifat teratogenik (menyebabkan cacat pada janin).  Makanan mentah atau setengah matang karena risiko toksoplasma.  Ikan yang mengandung metilmerkuri dalam kadar tinggi seperti hiu, marlin, yang dapat mengganggu sistem saraf janin.  Kafein yang terkandung dalam kopi, teh, coklat, kola dibatasi 300 mg per hari.

Efek yang dapat terjadi diantaranya adalah insomnia

(sulit tidur), refluks, dan

frekuensi berkemih yang meningkat.

 Vitamin A dalam dosis > 20.000 – 50.000 IU/hari dapat menyebabkan kelainan bawaan. b. Protein Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram per hari. Sumber protein tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan (kacangkacangan) atau hewani (ikan, ayam, keju, susu, telur). Defisiensi protein dapat menyebabkan kelahiran prematur, anemia dan edema. c. Kalsium Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari. Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot dan rangka. Sumber kalsium yang mudah diperoleh adalah susu, keju, yogurt, dan kalsium karbonat. Defisiensi kalsium dapat menyebabkan riketsia pada bayi atau osteomalasia pada ibu. d. Zat besi Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan kecukupan oksigenasi jaringan yang diperoleh dari pengikatan dan pengantaran melalui hemoglobin di dalam sel-sel darah merah. Untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal, diperlukan asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mg/hari. Zat besi yang diberikan dapat berupa ferfous gluconate, ferrous fumarate atau ferrous sulphate. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Selain suplemen, zat besi juga terkandung pada daging, telur, kacang, sayuran hijau, gandum, dan buah-buahan kering. Suplemen besi sebaiknya dikonsumsi diantara waktu makan dengan perut yang kosong atau diikuti jus jeruk untuk meningkatkan penyerapan. e. Asam folat Selain zat besi, sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi pematangan sel. Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram per hari. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu hamil. Asam folat yang dikonsumsi sebelum hamil dan selama kehamilan melindungi dari gangguan saraf pada janin (anensefali, spina bifida). Makanan yang bnyak mengandung asam

folat sayuran hijau dan kuning (memasaknya tidak boleh terlalu lama), buah pisang, strawberry, jeruk, dan Jenis kacang seperti kacang hijau kacang

polong,

kacang

tanah,

kacang

panjang

dan

kedelai

direkomendasikan sebagai makanan yang kaya akan asam folat. 2. Perawatan payudara Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat segera berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Pengurutan payudara untuk mengeluarkan sekresi dan membuka duktus dan sinus lateferus sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan benar karena pengurutan yang salah dapat menimbulkan kontraksi pada rahim sehingga terjadi kondisi seperti pada uji kesejahteraan janin menggunakan uterotonika. Basuhan lembut setiap hari pada areola dan puting susu akan dapat mengurangi retak dan lecet pada area tersebut. Untuk sekresi yang mengering pada puting susu, lakukan pembersihan dengan menggunakan campuran gliserin dan alkohol. Karena payudara menegang, sensitif dan menjadi lebih berat maka sebaiknya gunakan penopang payudara yang sesuai 3. Perawatan gigi Paling tidak dibutuhkan dua kali pemeriksaan gigi selama kehamilan, yaitu pada trimester pertama dan ketiga. Penjadwalan untuk trimester pertama terkait dengan hiperemesis dan ptyalisme (produksi liur yang berlebihan) sehingga kebersihan rongga mulut harus selalu terjaga. Sedangkan pada trimester ketiga, terkait dengan adanya kebutuhan kalsium untuk pertumbuhan janin sehingga perlu diketahui apakah terdapat pengaruh yang merugikan pada gigi ibu hamil. Dianjurkan untuk selalu menyikat gigi setelah makan karena ibu hamil sangat rentan terhadap terjadinya carries dan ginggivitis. 4. Kebersihan tubuh dan pakaian Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamilan. Perubahan anatomi pada perut, area genitalia/lipat paha dan payudara menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah terinvestasi oleh mikroorganisme. Sebaiknya gunakan pancuran atau gayung pada saat mandi, tidak dianjurkan berendam dalam bathtub dan melakukan vaginal douche. Gunakan pakaian yang longgar, bersih dan nyaman dan hindarkan sepatu bertongkat tinggi (high heels) dan alas kaki yang keras (tidak elastis) serta korset penahan perut. Lakukan gerak tubuh ringan,

misalnya berjalan kaki, terutama pada pagi hari. Jangan melakukan pekerjaan rumah tangga yang berat dan hindarkan kerja fisik yang dapat menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Beristirahan cukup, minimal 8 jam pada malam hari dan 2 jam di siang hari. Ibu tidak dianjurkan untuk melakukan kebiasaan untuk merokok selama hamil karena dapat menimbulkan vasospasme yang berakibat pada anoksia bayi, berat badan lahir rendah (BBLR), prematuritas, kelainan kongenital dan solusio plasenta. 5. Olahraga selama kehamilan Latihan teratur selama kehamilan dapat mempersiapkan fisik maupun mental yang baik untuk persiapan persalinan maupun ketika bayi sudah lahir nanti. Merawat bayi baru lahir dapat mengakibatkan stress dan kelelahan. Latihan fisik secara teratur mencegah rasa tidak nyaman, meningkatkan tenaga, dan meningkatkan kesehatan. Latihan yang diperlukan adalah latihan yang nyaman dan tidak membuat tubuh mengeluarkan energi terlalu besar. Berenang dan bersepeda dapat dilakukan selama kehamilan. Jalan-jalan dan aerobic low impact dapat ditoleransi. Berjalan adalah olahraga yang baik untuk pemula. Berjalan memiliki efek seperti aerobik namun tanpa beban berat pada persendian. Pakailah jenis sepatu yang nyaman ketika berolahraga. Latihan dapat mengurangi ketidaknyamanan selama kehamilan seperti konstipasi, pegal pada punggung, mudah lelah, bengkak pada kaki, dan varises vena. Hindari olahraga yang melakukan gerakan berbaring dengan punggung sebagai dasarnya, olehraga yang dapat mengakibatkan jatuh atau trauma pada perut, dan olahraga dengan beban persendian yang berat. Hindari mengangkat beban berat diatas kepala dan melakukan gerakan yang mengakibatkan peregangan dari otot punggung. Pada triwulan 2 dan 3, hindari latihan yang melibatkan gerakan berbaring di punggung karena akan menurunkan aliran darah ke rahim.

6. Persiapan Persalinan Proses persalinan merupakan sebuah ujung dari masa kehamilan selama 9 bulan bagi ibu hamil. Diperlukan banyak hal untuk mempersiapkan proses

persalinan dan menyambut kelahiran sang buah hati. Persiapan menjelang proses persalinan bagi ibu hamil tersebuat diantaranya adalah persiapan mental, fisik serta kebutuhan selama dan setelah melahirkan. Tidak bisa dilupakan juga dalam hal ini tentu saja adalah biaya persalinan dan seterusnya. Untuk persiapan proses persalinan bagi ibu hamil tentu saja harus dipersiapkan secara jauh-jauh hari agar hasil yang diharapkan menjadi lebih baik. Jika segala sesuatunya telah dipersiapkan dengan baik sejak dini maka bagi ibu hamil itu sendiri akan mendapatkan sebuah ketenangan dalam segi psikisnya, selain itu juga akan memberikan sebuah kenyamanan dalam menghadapi proses persalinan. Berikut ini adalah beberapa persiapan ibu hamil menjelang proses persalinan yang dapat lakukan: 1. Gizi yang cukup Syarat utama yang harus dipersiapkan oleh ibu hamil menjelang proses persalinan adalah menjaga asupan gizi yang cukup bagi tubuh. Mengapa harus cukup gizi? Seorang ibu hamil membutuhkan nutrisi sehat yang cukup untuk kesehatan ibu hamilitu sendiri dan untuk tumbuh kembang janin. Selain itu, ibu hamil juga harus menghindari mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan pengawet, alkohol serta mengandung merkuri karena makanan tersebut dapat membahayakan ibu hamil dan janin yang ada di dalam kandungan. 2. Olahraga ringan Seorang ibu hamil selalu disarankan untuk melakukan olahraga ringan setiap hari misalnya dengan jalan kaki pagi di sekitar rumah karena menjaga kebugaran dan kesehatan ibu hamil selama masa kehamilan sangatlah penting. Hal itu juga bertujuan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi proses persalinan. Namun, perlu ibu hamil ketahui juga jika usia kehamilan sudah melewati usia 7 bulan maka seorang ibu hamil hanya dianjurkan untuk melakukan olahraga seperti senam hamil saja. Tidak untuk olahraga yang lainnya. 3. Psikologi dan mental Persiapan bagi ibu hamil menjelang proses persalinan juga sangat membutuhkan kesiapan di sektor psikologis dan mental. Kondisi psikologis

bagi seorang ibu hamil sebaiknya harus stabil. Sebab jika ibu hamil mengalami stress maka hal tersebut dapat berpengaruh bagi kesehatan ibu hamil maupun tumbuh kembang janin. Selain itu, mental yang kuat juga harus diperhatikan bagi ibu hamil terutama bagi ibu muda yang baru pertama kali menghadapi masa kehamilan. Jika mental tidak kuat dan mudah labil maka proses persalinan dapat terkendala sehingga kemungkinan buruk pun bisa saja terjadi.

C. Asuhan Keperawatan Keluarga I. Pengertian Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks gengan menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga Tahapan dari proses keperawatan keluaarga meliputi 1. Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga. a. Yang termasuk pada pengkajian keluarga adalah: 1) Mengidentifikasi data demografi dan sosio kultural 2) Data lingkungan 3) Struktur dan fungsi keluarga 4) Stres dan strategi koping yang digunakan keluarga 5) Perkembangan keluarga b. Yang termasuk pada pengkajian terhadap individu sebagai anggota keluarga adalah: 1) Fisik 2) Mental 3) Emosi 4) Sosial 5) Spirtual 2. Perumusan diagnosis keperawatan. 3. Penyusun perencanaan 4. Perencanaan disusun dengan menyusun prioritas menetapkan tujuan, identifikasi sumber daya keluarga, dan menyeleksi intervensi keperawatan. 5. Pelaksanaan asuhan keperawatan

Perencanaan yang sudah disusun dilaksanakan dengan memobilisasi sumber-sumber daya yang ada di keluarga, masyarakat dan pemerintah 6. Evaluasi Pada tahapan evaluasi, perawat melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.

II. Tahap-tahap Asuhan Keperawatan a. Tahap Pengkajian Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil data/informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode : a. Wawancara keluarga b. Observasi fasilitas rumah c. Pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to toe) d. Data sekunder, misalnya hasil laboratorium, hasil X-ray, PAP Smear dan sebagainya. Hal-hal yang perlu di kaji dalam keluarga adalah: 1) Data Umum Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi: a) Nama kepala keluarga (KK) b) Alamat dan telepon c) Pekerjaan kepala keluarga d) Pendidikan kepala keluarga e) Komposisi Keluarga f) Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah2 yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut. g) Suku Bangsa Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebutserta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.

h) Agama Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yg dapat mempengaruhi kesehatan. i) Status sosial ekonomi keluarga Status sosial ekonomi keluarga di tentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi ditentkan pula oleh kebutuhan2 yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang2 yg dimiliki oleh keluarga , siapa yg mengatur keuangan. j) Aktivitas rekreasi keluarga Rekreasi keluarga tidak hanya di lihat kapan saja keluarga pergi bersama2unuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi. 2) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga a) Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga ini. Contoh: Keluarga bapak A mempunyai 2 orang anak, anak pertama berumur 7 tahun dan anak kedua berumur 4 tahun, maka keluarga bapak A berada pada tahapan perkembangan keluarga dengan usia anak sekolah. b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi. c) Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian biasa digunakan terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa

digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan. d) Riwayat keluarga sebelumnya Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri. 3) Pengkajian lingkungan a) Karakteristik rumah Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air minum yang digunakan serta denah rumah. b) Karateristik tetangga dan komunitas RW Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan. c) Mobilitas geografis keluarga Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat. d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Menjelaskan mengenai waktu digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada sejauhmana interaksinya dengan masyarakat. e) Sistem pendukung keluarga Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencangkup fasilitas fisik, fasilitas psikologi atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat. 4) Struktur Keluarga a) Pola komunikasi keluarga Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antara anggota keluarga.

b) Struktur kekuatan keluarga Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku. c) Struktur peran Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal. d) Nilai atau norma keluarga Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang berhubungan dengan kesehatan. 5) Fungsi Keluarga a) Fungsi efektif Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga, terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai. b) Fungsi sosialisasi Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku. c) Fungsi perawatan kesehatan Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yg sakit, sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit. Kesanggupan keluarga didalam

melaksanakan

perawatan

kesehatan

dapat

dilihat

dari

kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.

Hal-hal yang di kaji sejauhmana keluaarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah: (1) Untuk

mengetahui

kemampuan

keluarga

mengenal

masalah

kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga mengetahui mengenai fakta2 dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah. (2) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yg tepat, hal yang perlu dikaji adalah:  Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah  Apakah masalah kesehatan di rasakan oleh keluarga  Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang di alami  Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan penyakit  Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan  Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada  Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan  Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah (3) Mengetahui sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya (sifat,penyebaran,komplikasi,prognosa dan cara perawatannya)  Sejauh mana keluar mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan yang di butuhkan  Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas yang di perlukan untuk perawatan  Sejauh mana keluarga mengetahui sumber2 yang ada dalam keluarga (anggota

keluarga

yang

bertanggungjawab,

sumber

keuangan/Finansial, fasilitas fisik, psikososial)  Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit (4) Untuk mengetahui Sejauh mana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah:

 Sejauh mana keluarga mengetahui sumber2 keluarga yang dimiliki  Sejauh mana keluarga melihat keuntungan /manfaat pemeliharaan lingkungan  Sejauh mana keluarga mengetahui Pentingnya higiene sanitasi  Sejauh mana kekompakan antar anggota keluarga (5) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas /pelayanan kesehatan di masyarakat, hal yang perlu dikaji adalah:  Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan  Sejauh mana keluarga memahami keuntungan2 yang dapat di peroleh dari fasilitas kesehatan  Sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan  Apakah keluarga mempunyai pengalaman yg kurang baik terhadap petuga kesehatan  Apakah Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga d) Fungsi reproduksi Hal yang perlu di kaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah: (1) Berapa juamlah anak (2) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga (3) Metode apa yang di gunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlsh anggota keluarga e) Fungsi Ekonomi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah: (1) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan (2) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga 6) Stress dan Koping keluarga a) Stresor Jangka pendek dan panjang (1) stresor janka pendek yaitu stesor yang di alami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 Bulan

(2) Stresor janka panjang yaitu stresor yang di alami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 Bulan b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi /stressor c)

Strategi koping yang di gunakan Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan

d) Strategi adaptasi disfungsional Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang di gunakan bila menghadapi permasalahan 7) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang di gunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik klinik. 8) Harapan Keluarga Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

b.

Tahap Diagnosa a. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian, yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga. Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari: 1) Diagnosa Keperawatan Keluarga Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan) Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan. Sebagai contoh:  Gangguan nutrisi

 Kurang dari kebutuhan pada balita (Anak N), keluarga Bapak Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah kekurangan nutrisi.  Keterbatasan pergerakan pada lanjut usia (Ibu S) keluarga Bapak Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak ( rematik).  Perubahan peran dalam keluarga (Bapak A) Berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah peran sebagai suami. 2) Diagnosa Keperawatan Keluarga Risiko (ancaman kesehatan) Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan. Misalnya lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat. Sebagai contoh:  Risiko terjadi konflik pada keluarga Bapak I berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi.  Risiko gangguan perkembangan pada balita (Anak N) keluarga Bapak Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga melakukan stimulasi terhadap balita.  Risiko gangguan pergerakkan pada lansia ( Ibu Y) keluarga Bapak A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak 3) Diagnosa Keperawatan Keluarga Sejahtera/Potensial Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat di tingkatkan. Khusus untuk diagnosa keperawatan potensial (sejahtera) boleh tidak menggunakan etiologi. Sebagai contoh:  Potensial terjadi peningkatan kesejahteraan pada ibu hamil (Ibu M) keluarga Bapak K.  Potensial peningkatan status kesejahteraan pada bayi keluarga Bapak X.  Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan baru menikah keluarga Bapak I.

b. Menetukan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga (menurut Ballon dan Maglaya, 1978). No. 1. -

Kriteria Sifat Masalah Skala: Aktual (Tidak/Kurang sehat) Ancaman kesehatan Keadaan Sejahtera

-

Kemungkinan Masalah Skala: Mudah Sebagian Tidak dapat

2 1 0

2

-

Potensial Masalah untuk Dicegah Skala: Tinggi Cukup Rendah

3 2 1

1

2.

3.

4. -

Skor

Bobot

3 2 1

1

Menonjolnya Masalah Skala: Masalah berat harus segera ditangani 2 Ada masalah, tapi tidak perlu 1 ditangani 0 Masalah tidak dirasakan

1

Skoring: Tentukan skor untuk setiap kriteria. Skore dibagi dengan angkat tertinggi dan kalikanlah dengan bobot. Catatan : skor dihitung bersama-sama dengan keluarga. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas: Kriteria 1: Sifat masalah, bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga. Kriteria 2: Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor2 sebagai berikut:

 Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah.  Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.  Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan waktu  Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat: dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan sokongan masyarakat. Kriteria 3: Potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah:  Kepelikan dari masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau masalah .  Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada  Tindakan yang sedang di jalankan adalah tindakan2 yang tepat dalam memperbaiki masalah.  Adanya kelompok “high risk” atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah. Kriteria 4: Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai Skor yang tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga.

c.

Tahap Intervensi/Tahap Perencanaan Tindakan Keperawatan Keluarga Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang

mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan.

d.

Tahap Implementasi/Tahap Pelaksanaan Keperawatan Keluarga Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan

perencanaan mengenai diagnosa yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal dibawah ini:

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara:  Memberikan informasi  Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan  Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara:  Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan  Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga  Mendiskusikan tentang konsekuensi tipa tindakan c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit, dengan cara:  Mendemonstrasikan cara perawatan  Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah  Mengawasi keluarga melakukan perawatan d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat, dengan cara:  Menemukan sumber2 yang dapat digunakan keluarga  Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, dengan cara:  Mengenakan fasilitas kesehatan yang ada  Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

5.

Tahap Evaluasi Sesuai dengan rencana tindakan yang telah di berikan, dilakukan penilaian

untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.

Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional: S adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi keperawatan, misalnya : keluarga mengatakan nyerinya berkurang. O adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi keperawatan, misalnya : BB naik 1 kg dalam 1 bulan. A adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang terkait dengan diagnosis. P adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahapan evaluasi . Tahapan Evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang di lakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2003. Rencana Asuhan & Dokumentas Keperawatan.Jakarta: EGC Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media Aesculapius FKUI Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River Arikunto Suharsimi. (2006). Prosedur praktek, Jakarta, Rhineka Cipta

penelitian

suatu

pendekatan

Effendy Nasrul, 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyrakat. Edisi Kedua. Jakarta, EGC Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC.

Related Documents


More Documents from "wulandaribolong"